UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA INTENSIF

MELALUI PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE

INTEGRATED READING AND COMPOSITION

PADA SISWA KELAS VI SDN 1 BALONGSARI

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

 

Jarmini

SDN 1 Balongsari Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menerapkan model pembelajaran, dan meningkatkan kemampuan membaca intensif dengan penerapan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) pada siswa kelas VI SDN 1 Balongsari Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VI SDN 1 Balongsari yang berjumlah 19 siswa. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kemampuan membaca intensif berupa hasil ulangan harian siswa setelah dilakukan pembelajaran. Sementara itu untuk sumber data diambil dari hasil pengamatan dan nilai ulangan harian siswa. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi observasi, tes lisan dan tes tertulis. Teknik analisis pengumpulan data, yakni mengunakan analisis diskriptif komparatif yang dilanjutkan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) meningkatkan kemampuan membaca intensif pada siswa kelas VI SDN 1 Balongsari dari pra siklus ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Rata-rata nilai ulangan harian siswa meningkat dari pembelajaran pra siklus 63,16 menjadi 70,53 pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 77,37 pada siklus II. Ketuntasan belajar siswa juga meningkat dari pra siklus 47,37% menjadi 63,16% pada siklus I dan 84,21% pada siklus II.

Kata Kunci: membaca intensif, pembelajaran kooperatif, model pembelajaran CIRC

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Di SDN 1 Balongsari Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora, kemampuan siswa kelas VI dalam membaca khususnya membaca intensif masih rendah. Hal tersebut terungkap bahwa siswa belum optimal dalam memahami bacaan sampai pada hal yang kecil dalam suatu tema bacaan. Terlihat pada hasil evaluasi siswa dengan kompetensi dasar membaca intensif yang tidak maksimal. Banyak siswa yang lupa dengan jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh guru. Hal ini menyebabkan nilai siswa menjadi tidak maksimal. Nilai membaca intensif siswa kelas VI, dari siswa yang berjumlah 19 siswa hanya 9 siswa yang mendapatkan nilai diatas 70. Artinya baru 47,37% dari siswa yang menguasai bahan pembelajaran dan nilainya diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Apabila dirata-rata, maka rata-rata nilai ulangan siswa adalah 63,16. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tingkat kemampuan membaca intensif siswa masih rendah.

            Peneliti menggunakan metode yang tidak sesuai dengan kompetensi dasarnya, yaitu membaca. Peneliti menggunakan metode mencongak pada kegiatan membaca ini. Hal ini disebabkan karena, kompetensi membaca siswa dipraktikkan dengan kegiatan menyimak. Tentu saja hal ini tidaklah sesuai dengan indikator pencapaian belajar. Kemampuan membaca siswa menjadi tidak terasah karena Peneliti tidak menggunakan metode yang benar. Padahal dalam pembelajaran membaca, siswa masih menemui masalah dan kekeliruan apabila dihadapkan dengan menjawab soal terkait bacaan. Menurut Ahmad (2010: 17-20), hambatan saat membaca dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni sulit konsentrasi, rendahnya motivasi, dan pembaca khawatir tidak memahami bacaan.

Kemampuan berbahasa harus dikuasi sejak dini. Semua aspek keterampilan bahasa akan sangat menunjang dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari menyimak, berbicara, membaca, dan menulis sangat dibutuhkan untuk berkomunikasi dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, keterampilan berbahasa harus ditanamkan sejak dini agar nantinya dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari yang menuntut kesigapan dalam hal komunikasi.

Keterampilan bahasa ini tertuang dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Oleh karenanya, pengayaan mata pelajaran bahasa Indonesia hendaknya memiliki perhatian yang lebih dari Peneliti dan siswa. Banyak siswa yang kurang menguasai keterampilan-keterampilan berbahasa. Selain itu, pelajaran bahasa Indonesia sering dianggap sukar oleh sebagian siswa. Agar pengembangan pembelajaran bahasa dapat berkembang dengan baik dan menghasilkan hasil yang optimal, Peneliti hendaknya mampu menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan kriteria siswa. Penggunaan model pembelajaran yang sesuai akan memaksimalkan kualitas dan efektivitas dalam pembelajaran bahasa.

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek yang harus dikuasai. Keempat aspek tersebut disebut dengan empat keterampilan berbahasa. Keempat keterampilan bahasa tersebut adalah mendengarkan atau menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam proses pemerolehan dan penggunaannya, keempat keterampilan tersebut saling berkaitan. Sementara itu, Wahyudi (2011: 32), menjelaskan bahwa gemar mendengarkan, gemar bercerita, gemar membaca, dan gemar menulis adalah kondisi yang dituju dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Dalam penelitian ini, membaca adalah fokus utama yang akan dikaji lebih dalam. Membaca merupakan salah satu keterampilan reseptif yang memerlukan pemahaman dari pembaca.

Model pembelajaran Cooperative Integreted Reading Composition (CIRC) adalah salah satu tipe model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran membaca intensif. Model pembelajaran CIRC adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk pembelajaran membaca, menulis dan seni berbahasa. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sukhati dan Raharjo (2008: 11) pada tahun 2001, CIRC sangat mendorong peningkatan prestasi mahasiswa Universitas Indonesia 20% dan meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk belajar mandiri (Sukhati dan Raharjo, 2008: 11). Rahim (2008: 35) mengatakan bahwa pendekatan pembelajaran kooperatif yang lebih cocok dengan pembelajaran membaca ialah metode CIRC. Menurut Slavin (dalam Rahim, 2008: 35), tujuan utama CIRC khususnya dalam menggunakan tim kooperatif ialah membantu siswa belajar membaca pemahaman yang luas untuk kelas-kelas tinggi SD. Metode CIRC ini akan sangat membantu dalam pelajaran bahasa Indonesia yang erat dengan kegiatan membaca dan menulis berkelompok. Karena, dalam metode ini, kegiatan membaca dan menulis akan diintegrasikan secara bersama-sama menjadi suatu pembelajaran yang harmonis dan juga mampu meningkatkan pengetahuan siswa dengan saling bertukarpikiran dengan teman satu kelompoknya.

Model pembelajaran tipe CIRC terdiri dari tiga unsur penting, yaitu kegiatan dasar terkait, pengajaran langsung pelajaran memahami bacaaan, dan seni berbahasa menulis terpadu (Slavin, 2008: 203). Pembelajaran ini akan membantu siswa dalam melakukan kegiatan membaca dan menulis secara terpadu dalam kelompok belajar. Siswa akan mengidentifikasi bacaan dan memberikan tanggapan terhadap bacaan yang disajikan. Akhir dari pembelajaran ini, siswa akan mempresentasikan hasil temuannya dan ditanggapi oleh kelompok lain. Selain itu, hasil penelitian tentang pembelajaran struktur cerita mengidentifikasikan bahwa CIRC bisa meningkatkan hasil belajar siswa yang rendah (Rahim, 2008: 35).

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merasa perlu mengadakan penelitian mengenai Meningkatkan Kemampuan Membaca Intensif melalui Optimalisasi Penggunaan Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) pada Siswa Kelas VI SDN 1 Balongsari Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora Tahun Ajaran 2015/2016.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah yang diambil adalah Apakah penerapan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dapat meningkatkan kompetensi membaca intensif pada siswa kelas VI SDN 1 Balongsari Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2015/2016?

Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bagi siswa kelas VI SDN 1 Balongsari pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Selain tujuan umum, penelitian ini juga mempunyai tujuan khusus yaitu meningkatkan kemampuan membaca intensif pada siswa kelas VI SDN 1 Balongsari tahun pelajaran 2015/2016 melalui penerapan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).

Manfaat Penelitian

1.   Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran mengenai metode alternatif pembelajaran bahasa Indonesia yang berkaitan dengan materi membaca intensif, dan menambah wawasan baru pengembangan teori membaca intensif dengan menggunakan metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan bahan refleksi dan perbaikan bagi pengembangan dan peningkatan hasil pencapaian tujuan pembelajaran.

2.   Manfaat Praktis

a.     Bagi siswa, dapat membaca intensif dengan metode yang inovatif dan dapat mempengaruhi hasil pemahaman mereka terhadap bacaan, serta menambah pengalaman belajar berkelompok (learning community).

b.     Bagi Guru, dapat mengembangkan pembelajaran membaca intensif yang inovatif dan menyenangkan sehingga mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. Peneliti menjadi terbantu dalam mengajarkan membaca intensif dengan hasil yang maksimal.

c.     Bagi sekolah, dapat dijadikan acuan dalam menggunakan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) pada Peneliti kelas yang lain terutama untuk pembelajaran Bahasa Indonesia.

d.     Bagi kolaborator, dapat memperoleh pengalaman dan wawasan nyata tentang penerapan pembelajaran membaca intensif dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif, yakni Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).

e.     Bagi Perpustakaan Sekolah,melalui penelitian tindakan kelas dapat digunakan sebagai koleksi karya ilmiah di perpustakaan sekolah dan bahan rujukan untuk penelitian yang akan datang

LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Landasan Teori

Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di SD bagi siswa adalah untuk mengembangkan keterampilan berbahasa Indonesia.Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia sesuai dengan keterampilan kebutuhan, dan minatnya, sedangkan bagi guru adalah untuk mengembangkan potensi bahasa Indonesia siswa, serta lebih mandiri dalam menentukan bahan ajar kebahasaan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan siswa (BSNP:2006).

Selain itu, tujuan umum pembelajaran sebuah Bahasa adalah memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Dengan pembelajaran Bahasa memungkinkan manusia untuk saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain dan untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan kesusasteraan merupakan salah satu sarana untuk menuju pemahaman tersebut.

Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah diharapkan membantu siswa mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya.

Dengan pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis. 2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara. 3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. 4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosioanal dan sosial. 5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, budi pekerti, serta menigkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. 6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia (KTSP 2006).

Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki fungsi sebagai berikut: (1). Sarana pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa (2). Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya (3). Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. (4). Sarana penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia yang baik untuk berbagai keperluan menyangkut berbagai masalah, (5). Sarana pengembangan penalaran, dan (6). Sarana pemahaman beragam budaya Indonesia melalui khazanah kesusasteraan Indonesia (Kurikulum KTSP, 2006).

Kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar diharapkan mampu mengembangkan dan mengarahkan siswa dengan segala potensi yang dimilikinya secara optimal, yaitu guru dapat mendorong siswa untuk berpikir secara kritis.

Keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran di kelas, terkait dengan kemampuan guru, baik sebagai perancang pembelajaran maupun sebagai pelaksana di lapangan. Selain itu, guru dituntut mampu melakukan pembaharuan khususnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu dengan merancang pembelajaran berdasarkan pengalaman belajar siswa sehingga menghasilkan pembelajaran yang bermakna.

Membaca Intensif

Menurut Yudhistira (2011), membaca intensif ialah kegiatan membaca yang dilakukan dengan penuh seksama terhadap bahan bacaan sehingga timbul pemahaman yang tinggi. Selain itu, menurut Ahmad (2010: 33) membaca intensif disebut juga sebagai membaca cermat karena dilakukan dengan hati-hati, teliti, dan secara lambat dengan tujuan untuk memahami keseluruhan bahan bacaan secara mendalam sampai dengan bagian-bagian yang sekecil-kecilnya. Senada dengan Aizid (2011: 32), menurutnya membaca intensif adalah membaca yang dilakukan secara cermat dan hati-hati dengan tujuan untuk memahami isi teks (buku) secara mendalam dan detail.

Menurut Haryalesmana (2009) membaca intensif atau intensive reading diartikan sebagai membaca dengan penuh penghayatan untuk menyerap apa yang seharusnya kita kuasai. Membaca intensif dapat diartikan sebagai pemahaman suatu bacaan dengan melihat sedetail-detailnya tentang bacaan tersebut sehingga maksud bacaan tersebut dapat diketahui dengan jelas oleh pembaca.

Menurut Subekti (2011), tujuan membaca intensif adalah: (a) untuk memperoleh sukses dalam pemahaman penuh terhadap argumentasi yang lugas; (b) untuk memperoleh ide-ide yang terdapat dalam suatu bacaan; (c) untuk mengetahui serta menelaah isi suatu bacaan secara mendalam; (d) mempebanyak kata-kata yang dimiliki; dan (e)mengembangkan kosakata. Senada dengan yang diungkapkan oleh Harras (2008), bahwa tujuan membaca intensif adalah pengembangan keterampilan membaca secara detail dengan menekankan pada pemahaman kata, kalimat, pengembangan kosakata, dan juga pemahaman keseluruhan isi wacana.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa membaca intensif memiliki tujuan untuk memperoleh pemahaman selengkap-lengkapnya tentang bahan bacaaan guna mengembangkan kemampuan linguistiknya.

Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

Menurut Madinabeitia (2006: 81-82), Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang muncul pada tahun 1987 yang dipelopori oleh Stevens, Slavin, & Associates dengan kunci kelompok heterogen bekerja dengan berbagai tingkat membaca, membaca satu sama lain, memprediksi, berlatih ejaan dan kosa kata.

Tujuan utama dari penggunaan model pembelajaran tipe CIRC adalah menggunakan tim-tim kooperatif untuk membantu para siswa mempelajari kemampuan memahami bacaan yang dapat diaplikasikan secara luas (Slavin, 2008: 203). Menurut Shaaban dan Ghaith (2005) “CIRC is a comprehensive program for teaching reading and writing based on reading literature and basal readers” Yang artinya “CIRC adalah sebuah program komprehensif untuk mengajar membaca dan menulis berdasarkan literature membaca dan pembaca basal”

Pada prinsipnya, pemberlajaran CIRC dalam kegiatannya memiliki tiga elemen penting, yakni membaca berkelompok, tim, dan tes. Seperti yang diungkapkan Slavin, (1995: 346-347), setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai berikut:

1.   Membaca Grup

Di kelas menggunakan kelompok membaca, siswa ditugaskan untuk dua atau tiga kelompok membaca.

2.   Tim

Siswa ditugaskan untuk berpasangan atau bertiga dalam kelompok membaca mereka. Pasangan tersebut kemudian ditugaskan dalam tim yang terdiri dari kemitraan dari dua kelompok membaca yang berbeda

3.   Tes

Pada akhir tiga periode kelas, siswa diberi tes pemahaman pada cerita, siswa diminta untuk menulis kalimat yang bermakna untuk setiap kata kosa kata, dan siswa diminta untuk membaca daftar kata sulit kepada Peneliti. Siswa tidak diperkenankan untuk membantu satu sama lain dites ini.

Dalam pembelajaran CIRC, kental dengan suasana kelompok belajar. Kerja kelompok yang ada dalam pembelajaran CIRC memiliki kriteria tertentu. Menurut Robinson (1991: xi) pembelajaran CIRC dilakukan dengan kerja kelompok yang heterogen dan memiliki evaluasi yang berbeda.

Kerangka Berpikir

Sebelum dilakukan tindakan pada siklus I dan II, kemampuan membaca intensif siswa kelas VI SDN 1 Balongsari sangat rendah. Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) diharapkan mampu meningkatkan kerjasama antar anggota kelompok dalam satu tim untuk memahami isi bacaan. Dengan memaksimalkan kerjasama kelompok diharapkan kemampuan membaca intensif siswa kelas VI SDN 1 Balongsari dapat ditingkatkan.

 

 

Hipostesis Tindakan

Dalam penelitian ini diajukan hipotesis “Penggunaan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dapat meningkatkan kemampuan membaca intensif pada siswa kelas VI SDN 1 Balongsari Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2015/2016.

METODOLOGI PENELITIAN

            Penelitian Tindakan kelas ini diawali dengan persiapan berupa penyusunan proposal dan diakhiri dengan pembuatan laporan. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan dimulai pada bulan Januari 2016 dan diakhiri pada bulan Maret 2016, pada semester II tahun pelajaran 2015/2016.

            Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa kelas VI SDN 1 Balongsari, Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2015/2016. Siswa tersebut berjumlah 19 anak, terdiri dari 7 laki-laki dan 12 perempuan.

            Penelitian ini bersifat kolaboratif yang melibatkan Peneliti dan kolaborator. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi pengamatan, wawancara dan diskusi, serta kajian dokumen. Pengamatan dilakukan dalam kelas, tempat terjadinya pembelajaran dan mencatat semua kegiatan yang ada dalam pembelajaran tersebut. Agar dapat membantu menentukan tindakan-tindakan yang akan diberikan dalam setiap siklus. Wawancara dan diskusi dilakukan dengan kolaborator.Kajian dokumen yakni dokumen lembar kerja hasil pembelajaran membaca intensif.

            Dalam pelaksanaan PTK ini, mekanisme kerjanya diwujudkan dalam dua siklus yang setiap siklusnya tercakup empat kegiatan, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) analisis dan refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Pra Siklus

            Kemampuan membaca intensif siswa kelas VI SDN Balongsari pada pembelajaran pra siklus masih rendah. Hal ini dapat dilihat pada hasil belajar yang dicapai siswa setelah dilakukan ulangan harian untuk mengetahui tingkat kemampuan membaca intensif siswa. Berikut ini tabel hasil ulangan harian pada pembelajaran pra siklus:

Tabel Hasil Ulangan Harian Pra Siklus

Nilai Ulangan

Jumlah Siswa

Persentase

40

2

10,53%

50

4

21,05%

60

4

21,05%

70

5

26,32%

80

3

15,79%

90

1

5,26%

Jumlah

19

100%

Nilai rata-rata

63,16

 

            Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa jumlah siswa kelas VI SDN 1 Balongsari yang tuntas belajar adalah 9 siswa atau 47,37%. Sisanya, sejumlah 10 siswa atau 52,63% belum tuntas belajar.

Siklus I

            Siklus I dilaksanakan pada bulan Februari 2016 yang diikuti oleh siswa kelas VI sebanyak 19 siswa. Dalam penelitian ini, peneliti melakuakan pembelajaran membaca intensif dengan model pembelajaran CIRC. Model pembelajaran ini sebelumnya sudah didiskusikan oleh peneliti dan kolaborator.

            Setelah rencana tindakan dibuat, peneliti dan kolaborator segera melakukan tindakan penelitian dengan melakukan proses pembelajaran bahasa Indonesia membaca intensif sesuai dengan tahapan model pembelajaran CIRC untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa.

            Dari hasil penilaian kemampuan membaca pemahaman pada siklus I dapat dikumpulkan data tentang kemampuan membaca intensif berupa hasil ulangan harian siswa. Berikut ini tabel hasil ulangan harian pada pembelajaran siklus I:

Tabel Hasil Ulangan Harian Siklus I

Nilai Ulangan

Jumlah Siswa

Persentase

50

3

15,79%

60

4

21,05%

70

5

26,32%

80

4

21,05%

90

2

10,53%

100

1

5,26%

Jumlah

19

100%

Nilai rata-rata

70,53

 

            Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa jumlah siswa kelas VI SDN 1 Balongsari yang tuntas belajar adalah 12 siswa atau 63,16%. Sisanya, sejumlah 7 siswa atau 36,84% belum tuntas belajar.

Siklus II

            Setelah melakukan perencanaan, peneliti dan kolaborator segera melakukan tindakan penelitian pada siklus II dengan melakukan proses pembelajaran bahasa Indonesia membaca intensif sesuai dengan tahapan model pembelajaran CIRC untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa.

            Dari hasil penilaian kemampuan membaca pemahaman pada siklus II dapat dikumpulkan data tentang kemampuan membaca intensif berupa hasil ulangan harian siswa. Berikut ini tabel hasil ulangan harian pada pembelajaran siklus II:

Tabel Hasil Ulangan Harian Siklus II

Nilai Ulangan

Jumlah Siswa

Persentase

50

1

5,26%

60

2

10,53%

70

6

31,58%

80

4

21,05%

90

4

21,05%

100

2

10,53%

Jumlah

19

100%

Nilai rata-rata

77,37

 

            Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa jumlah siswa kelas VI SDN 1 Balongsari yang tuntas belajar adalah 16 siswa atau 84,21%. Sisanya, sejumlah 3 siswa atau 15,79% belum tuntas belajar.

Pembahasan

            Penelitian di atas, menghasilkan temuan-temuan penting yang muncul setelah tindakan selesai dilaksanakan. Model pembelajaran CIRC dapat meningkatkan kompetensi membaca intensif pada kelas VI SDN 1 Balongsari Tahun Pelajaran 2015/2016. Rata-rata nilai ulangan harian siswa meningkat dari pembelajaran pra siklus 63,16 menjadi 70,53 pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 77,37 pada siklus II. Ketuntasan belajar siswa juga meningkat dari pra siklus 47,37% menjadi 63,16% pada siklus I dan 84,21% pada siklus II.

            Dalam penelitian ini terdapat juga temuan-temuan penting yang dapat mendukung keberhasilan proses dan hasil belajar. Temuan tersebut yaitu, siswa lebih komunikatif dengan guru dalam pembelajaran. Siswa juga lebih percaya diri menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh guru. Sementara itu, untuk guru sendiri, guru menjadi lebih perhatian kepada siswa. Guru membantu kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa dan guru juga menjadi tahu siswa mana yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Secara keseluruhan, model pembelajaran CIRC ini juga mempermudah siswa dalam melaksanakan pembelajaran dengan cara berdiskusi. Kelompok heterogen dengan perbandingan jumlah yang sama membuat siswa menjadi lebih leluasa dalam berdiskusi seperti yang diungkapkan oleh Kantiti (2010). Selain itu, siswa juga sangat antusias saat mencari kata-kata baru dalam kamus yang disediakan oleh Peneliti. Serta, saat menceritakan kembali siswa menjadi lebih teliti karena pekerjaannya akan dikoreksi oleh teman yang lainnya.

PENUTUP

Simpulan

            Dari deskripsi hasil penelitian dari pembelajaran pra siklus, siklus I dan siklus II dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dapat meningkatkan kompetensi membaca intensif pada siswa kelas VI SDN 1 Balongsari Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2015/2016.

Saran

            Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan antara lain:

1.   Bagi Siswa

Siswa diharapkan lebih aktif dalam pembelajaran membaca intensif, seperti mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan dari guru. Selain itu, siswa juga terus membantu siswa lain yang kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2.   Bagi Guru

Sesuai dengan berkembangnya model pembelajaran yang semakin mutakhir, Guru dapat memilih model pembelajaran yang disesuaikan dengan karakter pesera didik. Sudah saatnya Guru untuk meninggalkan metode yang konvensional dan beralih ke pembelajaran yang inovatif. Hal in bertujuan untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang bermutu.

3.   Bagi Sekolah

Sekolah dapat merekomendasikan model pembelajaran CIRC ini kepada guru kelas lain karena sudah terbukti dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran membaca intensif.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Listyanto. 2010. Speed Reading: Teknik Metode Membaca Cepat. Yogyakarta: A+Plus Books.

Aizid, Rizem. 2011. Bisa Baca Secepat Kilat (Super Quick Reading): Cara Super Praktis Bisa Membaca Cepat Plus Metode-Metode dan Tips-Tipsnya. Yogyakarta: Buku Biru.

Andayani. 2009. Pendekatan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Salatiga: Widya Sari Press.

Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia.

Harjasujana, Akhmad Slamet dan Mulyati, Yeti. 1997. Membaca 2. Jakarta: Depdikbud.

Hernowo. 2005. Quantum Reading: Cara Cepat Nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya Potensi Membaca. Bandung: MLC

Kamulyan, Mulyadi Sri. 2011. Bahan Ajar PLPG: Paedagogik Khusus Model Pembelajaran Inovatif di Sekolah Dasar/MI. Surakarta: Badan Penerbit FKIP-UMS.

Marta, Idris dan Djumadi. 2009. Modul PLPG: Pendalaman Materi Metode Pembelajaran. Surakarta: Panitia Sertifikasi Peneliti Rayon 41.

Miles & Huberman, (Penerjemah Tjetjep Rohendi Rohidi). 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia.

Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Rahim, Farida. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Sudjana, Nana. 1991. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sukhati, Etin dan Raharjo. 2008. Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning: Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suyatmi. 1988. Membaca dan Keanekaragamannya. Surakarta: UNS

Suyitno, Amin. 2005. “Mengadopsi Pembelajaran CIRC dalam Meningkatkan Keterampilan Siswa Menyelesaikan Soal Cerita”. Seminar Nasional F. MIPA UNNES.

Wahyudi, Agus Budi. 2011. Bahan Ajar PLPG: Pendalaman Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Surakarta: Badan Penerbit FKIP-UMS.