MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK TEMA PRIBADI DAN LINGKUNGAN

MELALUI METODE MIND MAPPING PADA SISWA KELAS V

SDK 025 KLOANGROTAT KECAMATAN WAIGETE KABUPATEN SIKKA

 

Maria Florida Oda

Guru di SDK 025 Kloangrotat, Waigete, Sikka, NTT

 

ABSTRAK

Rendahnya minat siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik membuat seorang guru agama harus berpikir keras untuk menemukan solusi tepat untuk mengatasinya. Guru hendaknya pandai menciptakan situasi belajar yang kondusif, kreatif, pandai, dan menggunakan metode mengajar yang mumpuni untuk membangkitkan minat siswa. Oleh karena itu, dengan menggunakan metode pembelajaran “Mind Mapping”, diharapkan siswa dapat meminati pelajaran Pendidikan Agama Katolik sebagai dasar pengembangan iman dan karakter siswa itu sendiri.

Kata Kunci: Minat Belajar, Pendidikan Agama Katolik, Mind Mapping

 

PENDAHULUAN

Agama memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia. Agama menjadi penunjuk jalan dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari bahwa peran agama sangat penting bagi kehidupan umat manusia, maka internalisasi agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Pendidikan agama dimaksud untuk membentuk siswa menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia serta meningkatkan potensi spiritual. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan pemahaman nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan.

Pendidikan Agama Katolik merupakan suatu usaha yang dilakukan agar siswa memiliki kemampuan untuk membangun hidup yang semakin beriman Kristiani dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran Gereja Katolik. Membangun hidup beriman Kristiani berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus, yang memiliki keprihatinan tunggal, yakni Kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan situasi dan peristiwa penyelamatan: situasi dan perjuangan untuk perdamaian dan keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan, persaudaraan dan kesetiaan serta kelestarian lingkungan hidup, yang dirindukan oleh setiap orang dari pelbagai agama dan kepercayaan.

Mengajar Pendidikan Agama Katolik di sebuah sekolah dasar Katolik merupakan sebuah tantangan bagi seorang guru, mengingat hampir semua siswa beragama Katolik dan menganggap pembelajaran ini hanya membuang-buang waktu guru dan siswa. Alasannya adalah siswa menganggap sudah mendapatkan banyak pelajaran melalui kegiatan Sekolah Minggu di gereja selain mengikuti ibadah hampir setiap waktu. Siswa beranggapan bahwa nilai-nilai agama yang sudah diwartakan di gereja dan dalam Sekolah Minggu sudah mencukupi kemampuannya dalam memahami materi Pendidikan Agama Katolik.

Selain itu, pelajaran Agama Katolik dianggap membosankan. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, siswa banyak mengenal peralatan modern dan menghabiskan waktu untuk bermedia sosial. Kondisi ini membuat siswa cepat merasa bosan karena karakteristik mata pelajaran Agama Katolik yang cenderung menggurui, menasihati, dan mewartakan pesan-pesan moral dalam setiap materi ajarnya. Apalagi dengan karakteristik mengajar guru yang monoton dengan metode ceramah sebagai senjata utamanya.

Rendahnya minat siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik membuat seorang guru agama harus berpikir keras untuk menemukan solusi tepat untuk mengatasinya. Guru hendaknya pandai menciptakan situasi belajar yang kondusif, kreatif, pandai, dan menggunakan metode mengajar yang mumpuni untuk membangkitkan minat siswa.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang seperti digambarkan di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini: Apakah pembelajaran Pendidikan Agama Katolik tema “Pribadi dan Lingkungan” melalui metode Mind Mapping siswa kelas V SDK 025 Kloangrotat Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka dapat meningkatkan minat dan jumlah siswa yang tuntas prestasi belajarnya?

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah peneliti ingin menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menarik, agar dalam keterbatasan situasi dan kondisi pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di sekolah, siswa tetap antusias dan penuh ketekunan dalam belajar.

Secara khusus tujuan penelitian ini adalah meningkatkan keaktifan dan jumlah siswa yang tuntas prestasi belajarnya melalui pembelajaran Pendidikan Agama Katolik tema “Pribadi dan Lingkungan” dengan metode Mind Mapping di kelas V SDK 025 Kloangrotat.

MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bagi Siswa

Metode Mind Mapping akan membantu siswa menguasai materi pelajaran (tidak hanya Agama Katolik) dengan lebih baik. Mereka akan mampu merangkum materi pelajaran baik satu pelajaran/bab maupun beberapa pelajaran yang tergabung dalam satu tema. Siswa memiliki kemampuan mengorganisir permasalahan untuk dapat dicari solusinya.

Bagi Guru

Metode Mind Mapping akan membantu guru memiliki variasi memilih metode-metode mengajar. Guru memiliki cara bagaimana membuat siswa mandiri dan dewasa dalam memecahkan masalah.

 

 

Bagi Sekolah

Metode Mind Mapping kalau sudah dikuasai siswa-siswa yang lain, mereka akan mampu membuat Mind Mapping untuk mata pelajaran yang lain. Kalau mereka berhasil meningkatkan hasil belajar mereka, tentu prestasi sekolah akan terangkat juga. Para siswa akan lebih menguasai materi pelajaran. Oleh karena itu sekolah akan memiliki kebiasaan selalu mengembangkan pembelajaran dan perbaikan kurikulum.

KAJIAN TEORI

Penggunaan Metode Mind Mapping Dalam Pelajaran

Sutanto Windura (2008) menuliskan “Mind Mapping adalah suatu teknik grafis yang memungkinkan kita untuk mengeksplorasi seluruh kemampuan otak kita untuk keperluan berpikir dan belajar. Metode Mind Mapping sudah sesuai dengan cara krja alami otak manusia”. Sutanto Windura dalam bukunya, “Mind Map, Langkah demi Langkah” dnegan sangat yakin juga mengatakan bahwa metode Mind Mapping adalah “solusi wajib kalau Anda ingin menyelesaikan seluruh permasalahan belajar”. Kelihatannya agak berlebihan ungkapannya, namun kalau nanti kita mengenal Mind Mapping kita akan dapat menerima ungkapan penulis tersebut.

Masih menurut Sutanto Windura, cara kerja Mind Mapping itu memanfaatkan kemampuan otak kiri dan otak kanan manusia secara seimbang. Kita biasanya hanya belajar dengan menggunakan otak kiri saja, dengan kata-kata, angka, analisa, logika, urutan, hitungan dan detail-detailnya. Hal-hal itu cepat melelahkan dan membosankan. Belajar dengan metode Mind Mapping akan menyenangkan bagi anak-anak. Mengapa ? Karena dalam Mind Mapping kita diajak memakai otak kiri dan otak kanan secara seimbang. Otak kanan bekerja dengan warna, gambar, ilustrasi, imajinasi, irama, dimensi, bahkan melamun.

Lebih detail lagi Sutanto menulis, kegiatan yang melibatkan otak kiri dan otak kanan sekaligus pasti menyenangkan, seperti misalnya: membaca komik, menonton fim kartun, atau main games. Metode Mind Mapping akan membuat kegiatan belajar menyenangkan bagi semua orang, juga anak-anak, karena melibatkan otak kiri dan otak kanan sekaligus. Di sini juga terbuka ruang untuk berkreasi. Mind Mapping itu sifatnya “unik”, karena Mind Mapping setiap orang mempunyai daya tangkap, daya kreasi dan daya imajinasi yang berbeda-beda. Siswa harus bekerja, aktif, berpikir, merangkai, bermain dengan warna, gambar, garis, sangat menyenangkan.

Langkah-langkah pembuatan Mind Mapping menurut Sutanto adalah sebagai berikut: (a) Sediakan selembar kertas polos ukuran folio dan letakkan secara mendatar; (b) Buatlah pusat Mind Mapping (Central Image) di tengah kertas. Usahakan berupa gambar yang disertai dengan tulisan. Pusat Mind Mapping adalah ide/gagaan utama. Dalam pelajaran biasanya merupakan judul suatu bab; (c) Buatlah pancaran-pancaran dari pusat Mind Mappingitu yang merupakan cabang utama. Cabang utama itu menunjukkan pikiran-pikiran pokoknya. Dalam pelajaran, ini adalah sub bab-sub bab. Gunakan pensil warna yang berbeda-beda untuk setiap cabang. Cabang-cabang itu dibuat meliuk dan semakin mengecil. Cabang-cabang menuju ke segala arah; (d) Dari cabang utama buatlah cabang-cabang lagi untuk keterangan yang lebih rinci. Tetap meliuk dan semakin mengecil. Panjang cabang sesuai dengan panjang kata yang mau ditulis; (e) Buatlah cabang-cabang lebih kecil lagi untuk menuliskan detil-detil dari pemikiran atau bahan belajar. Semakin jauh dari pusat, cabang semakin kecil begitu juga tulisannya; (f) Pindahkan ke cabang utama yang lain. Ikuti perkembangan ide-idenya menuju ke detail. Ide atau materi yang setaraf dalam cabang yang sejajar. Keterangan lanjutan dalam cabang yang lebih kecil lagi; dan (g) Di atas cabang-cabang itu ditulis satu kata kunci saja, biasanya kata benda. Tulisan cetak, tegak, maksimum kemiringan 45 derajat.

Membuat Mind Mapping bagi pemula tentu akan ada kesulitan, terutama kesulitan teknis. Tetapi kesulitan itu tidak perlu menghalangi siswa untuk memulai dengan Mind Mapping. Masing-masing menurut daya tangkap dan kreasinya tentu dapat membuat Mind Mapping. Disini peneliti ingin melihat bagaimana para siswa membuat Mind Mapping. Yang harus disediakan adalah kertas polos ukuran folio, pensil warna atau spidol warna-warni, beberapa gambar pendukung kecil-kecil.

Belajar

Belajar merupakan satu istilah yang sangat lekat dalam setiap waktu dan tempat bagi seseorang. Setiap individu yang hidup di dunia ini akan selalu berusaha untuk menyesuaikan dirinya setiap waktu dengan tempat di mana ia berada. Sejak lahir manusia yang sebelumnya sebagai bayi sangat tidak berdaya. Ia sangat tergantung pada orang-orang di sekitarnya. Dalam hal ini pun ia mulai belajar.

Rochman Natawijaya dan Moein Moesa (1992/1993) menyatakan bahwa terdapat enam faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu: siswa, guru, interaksi guru-siswa, siswa sebagai kelompok, lingkungan fisik, dan faktor pendorong dari luar. Kesemua faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu faktor dari dalam diri seseorang (faktor internal) dan faktor yang berasal dari luar seseorang (faktor eksternal). Faktor-faktor internal meliputi: (a) kematangan untuk belajar, (b) kemampuan/ketrampilan untuk belajar , dan (c) dorongan untuk berprestasi. Ada pun faktor eksternal meliputi: (a) suasana tempat belajar, (b) pelatihan, dan (c) penguatan.

Dari beberapa pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa belajar merupakan aktivitas yang dilakukan individu dalam usaha untuk dapat memperoleh informasi, memahami informasi dan meningkatkan suatu ketrampilan dalam kaitannya dengan kesiapan individu dalam menghadapi waktu, tempat, kepribadian dan objek yang berbeda-beda (Jurnal Pendidikan Widya Tama Vol. 4 No. 2, Juni 2007, hlm. 17-18)

KERANGKA BERPIKIR

Berdasarkan teori tentang “Minat” peneliti beranggapan bahwa metode Mind Mappingmenarik minat siswa. Siswa merasa senang dapat belajar sambil bermain dengan gambar dan warna. Variasi bentuk dan tulisan membuat asyik dan tidak membosankan. Dengan membuat cabang-cabang untuk menuliskan detail-detail dari bahan/materi pelajaran akan memudahkan siswa untuk mengingat inti dari materi pelajaran tersebut.

Pembelajaran dimulai dengan pemberian tugas terstruktur dimana anak diberi tugas untuk mempelajari terlebih dahulu materi yang akan diajarkan yang akan datang. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendorong anak melakukan eksplorasi menggali segala informasi yang ada pada anak sebelumnya yang terkait dengan materi yang ditugasi. Disini jelas siswa akan tumbuh minat untuk mempelajari materi yang ditugaskan.

Pada saat tatap muka siswa akan ditagih terhadap apa yang ditugaskan padanya. Sejauh mana hasil belajar mandiri siswa. Pada saat apersepsi ini dilakukan tanya jawab sekitar tugas yang diberikan sebelumnya. Disini siswa akan melakukan elaborasi yaitu mengumpulkan segala informasi dari teman maupun dari guru. Anak akan menjadi semakin tumbuh minat untuk mempelajari materinya.

Pada tahap akhir anak akan diajak melaksanakan Mind Mapping terhadap materi yang ditugaskan. Disini siswa akan semakin tergugah minatnya untuk lebih menyempurnakan pengetahuannya. Pada kegiatan Mind Mapping siswa akan terus mengembangkan pengetahuannnya. Mereka akan mencari keterkaitan antar materi ajar. Disinilah siswa menjadi lebih semangat. Apabila minat anak semakin sempurna dalam pembelajaran ini tentu saja akan mempengaruhi prestasi belajarnya. Apabila anak diberi tes tentu saja prestasi belajarnyapun akan semakin baik dari siklus ke siklus berikutnya.       

METODE PENELITIAN

Subyek dan Tempat Penelitian

Subyek yang akan diteliti adalah siswa-siswi kelas V di SDK 025 Kloangrotat yang semuanya beragama Katolik. Jumlah siswa 12 orang dengan perincian 3 orang perempuan dan 9 orang laki-laki.

Waktu dan Materi Penelitian

Penelitian ini dirancang berlangsung selama 3 bulan. Pada bulan pertama (Juni) akan digunakan untuk persiapan: mempersiapkan pembelajaran dengan membuat rencana pembelajaran, membuat media peraga, menyusun instrumen pengamatan dan instrumen evaluasi.

Pelaksanaan pembelajaran akan dilakukan pada pertengahan bulan Juli – pertengahan bulan Agustus 2018. Pada pertengahan bulan Agustus – pertengahan bulan September peneliti menyusun laporan penelitian. Materi yang akan diteliti adalah tentang mengenal dirinya dan lingkungan. Materi tersebut memuat kompetensi: Saya sebagai anak perempuan atau laki-laki, Saya menghargai temanku perempuan dan laki-laki, Saya dan lingkunganku.

Desain Penelitian

Metode penelitian menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas dengan tiga siklus. Menurut metode tersebut, pelaksanaan penelitian mencakup empat tahap yaitu: (a) Perencanaan; (b) Tindakan; (c) Pengamatan; dan (d) Refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dari kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Katolik yang diterapkan pada kelas V menimbulkan dampak pada pemerolehan hasil belajar siswa. Gambaran kondisi awal didukung oleh pemberian pra tindakan berupa soal Pendidikan Agama Katolik yang diberikan kepada siswa kelas V sebanyak 12 siswa.

Diketahui bahwa 12 siswa atau 100% siswa yang memperoleh nilai <75. Tidak ada siswa yang memperoleh nilai >75. Nilai rata-rata siswa pada pra tindakan yaitu 52.6. Data tersebut menunjukkan bahwa 75% dari jumlah siswa yang belum memperoleh nilai ≥75, hal tersebut masih jauh dari target yang diharapkan.

Berdasarkan hasil observasi dan pra tindakan yang telah dilakukan terhadap proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik, maka disusunlah rencana perbaikan terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan metode Mind Mapping sehingga diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar Pendidikan Agama Katolik pada siswa kelas V SDK 025 Semester Gasal Tahun Pelajaran 2018/2019.

Siklus I

Kegiatan pembelajaran siklus pertama dilaksanakan dalam dua pertemuan pembelajaran, masing-masing kegiatan pembelajaran terdiri dari empat tahapan.

Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa siklus I di atas yang dilakukan terlihat bahwa 65% dari jumlah siswa memiliki minat baik, 62% dari jumlah siswa memiliki perhatian yang cukup, 64% dari jumlah siswa cukup melakukan partisipasi, 59% dari jumlah siswa melakukan presentasi dengan cukup benar. Rata-rata aktivitas siswa siklus I adalah 60 dengan kategori cukup.

Penerapan model pembelajaran dengan menggunakan metode Mind Mapping pada siklus pertama telah menunjukan hasil yang cukup baik walaupun belum optimal. Beberapa kendala yang kesulitan yang maih dihadapi dalam siklus pertama ini adalah: 1) Peneliti masih disibukan untuk menjelaskan langkah-langkah penerapan metode Mind Mapping sehingga masih kurang memberikan pendampingan terhadap siswa dalam kegiatan kelompok dan perhatian terhadap penguasaan materi masih kurang; 2) Siswa belum terbiasa belajar dengan metode Mind Mapping, siswa masih terbiasa dengan model pembelajaran yang bersifat individual; 3) Sebagian siswa belum dapat memberikan dukungan terhadap siswa lain sehingga kelompok tidak dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya; 4) Ada siswa yang ngambek karena merasa tidak nyaman dengan anggota kelompok yang lain sehingga membutuhkan pendampingan khusus untuk menanamkan sikap kooperatif dalam pembelajaran; 5) Peningkatan hasil belajar masih relatif rendah, pada akhir siklus pertama baru mencapai 59.4%.

Upaya   yang     perlu     dilakukan oleh peneliti untuk       memperbaiki beberapa kelemahan yang masih terjadi dan meningkatkan hasil yang dicapai pada siklus pertama adalah merencanakan pembelajaran pada siklus kedua dengan beberapa penekanan sebagai berikut: a) Memberikan motivasi kepada anggota kelompok belajar (siswa) agar lebih aktif terlibat di dalam proses pembelajaran; b) Memberikan bimbingan secara lebih intensif terutama kepada siswa yang masih mengalami kesulitan di dalam pembelajaran; c) Memberikan balikan baik terhadap proses belajar maupun hasil yang dicapai baik kepada kelompok maupun perorangan; d) Lebih memberikan penghargaan sebagai penguatan terhadap hasil    belajar            yang     telah     dicapai ataupun meningkatkan motivasi untuk memperbaiki beberapa kekurangan atau kelemahan yang masih terjadi.

Siklus II

Siklus kedua dilaksanakan seperti pada siklus pertama dengan tahap – tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi, serta refleksi.

Hasil observasi/pengamatan terhadap situasi yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) pada siklus pertama belum mencapai hasil yang optimal, namun telah mengalami perkembangan yang cukup signifian. Beberapa perkembangan situasi dan prilaku siswa dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus pertama dapat kita lihat pada tabel berikut:

Hasil pengamatan aktivitas siswa siklus II yang dilakukan terlihat bahwa 76% dari jumlah siswa memiliki minat baik, 73% dari jumlah siswa memiliki perhatian yang baik, 65% dari jumlah siswa melakukan partisipasi dengan baik, 67% dari jumlah siswa melakukan presentasi dengan baik. Rata-rata aktivitas siswa siklus II adalah 70,25 dengan kategori cukup. Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dengan menggunakan metode Mind Mapping, hasil belajar sikus II sudah mencapai kriteria keberhasilan tindakan. Siswa yang mencapai kriteria keberhasilan tindakan pada siklus II adalah 12 siswa atau 100%. Itu artinya 100% dari jumlah siswa memperoleh nilai ≥75. Dari hasil yang telah terpenuhi maka dari itu penelitian ini dihentikan pada siklus II.

Penerapan metode Mind Mapping ada pada siklus pertama dan kedua menunjukan hasil yang lebih baik dibandikan dengan pelaksanaan pembelajaran pada siklus pertama. Upaya yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki beberapa kelemahan yang masih terjadi dan meningkatkan hasil yang dicapai pada siklus kedua menunjukan beberapa hasil sebagai berikut: a) Motivasi belajar siswa meningkat, hal ini tampak dari meningkatnya keterlibatan siswa dalam kegiatan Proses Belajar Mengajar (PBM) yang didukung oleh meningkatnya keterlibatan guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang kooperatif. Guru secara intensif membimbing siswa memahami hakekat, tujuan dan langkah-langkah konkret pembelajaran dengan menggunakan metode Mind Mapping; b) Peningkatan motivasi dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran ternyata juga mendorong siswa untuk meningkatkan hasil belajar mereka. Hal ini dapat kita lihat dari peningkatan hasil belajar yang dicapai pada siklus pertama, 59.4 meningkat menjadi 70.7 pada siklus kedua; c) Suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan karena siswa mengalami didukung oleh kelompoknya, umpan balik dan penghargaan yang diberikan oleh guru membuat siswa lebih percaya diri.

Siklus III

Siklus ketiga dilaksanakan seperti pada siklus pertama dan kedua dengan tahap- tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi, serta refleksi.

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa tidak ada siswa yang memperoleh nilai <75. Sedangkan 12 siswa atau 100% siswa memperoleh nilai ≥75. Nilai rata-rata siswa pada siklus II yaitu 70,8. Data tersebut menunjukkan bahwa 100% dari jumlah siswa sudah memperoleh nilai ≥75, hal tersebut sudah memenuhi target yang diharapkan.

Aktivitas Siswa

Hasil observasi/pengamatan terhadap situasi yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) pada siklus pertama belum mencapai hasil yang optimal, namun telah mengalami perkembangan yang cukup signifian. Beberapa perkembangan situasi dan prilaku siswa dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus pertama dapat kita lihat pada tabel berikut:

 

 

 

Tabel 5. Persentase setiap Aspek Aktivitas Siswa pada Siklus II

 

No

Item

(%)

Kategori

 

 

Penilaian

 

 

 

 

 

 

 

 

1

Minat

78

Baik

 

 

 

 

 

 

2

Perhatian

76

Baik

 

 

 

 

 

 

3

Partisipasi

75

Baik

 

 

 

 

 

 

4

Presentasi

75

Baik

 

 

 

 

 

 

Berdasarkan tabel di atas, hasil pengamatan aktivitas siswa siklus II yang dilakukan terlihat bahwa 78% dari jumlah siswa memiliki minat baik, 76% dari jumlah siswa memiliki perhatian yang baik, 75% dari jumlah siswa melakukan partisipasi dengan baik, 75% dari jumlah siswa melakukan presentasi dengan baik. Rata-rata aktivitas siswa siklus II adalah 70,25 dengan kategori cukup. Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dengan menggunakan metode Mind Mapping, hasil belajar sikus II sudah mencapai kriteria keberhasilan tindakan. Siswa yang mencapai kriteria keberhasilan tindakan pada siklus II adalah 12 siswa atau 100%. Itu artinya 100% dari jumlah siswa memperoleh nilai ≥75. Dari hasil yang telah terpenuhi maka dari itu penelitian ini dihentikan pada siklus III.

Penerapan metode Mind Mapping ada pada siklus pertama dan kedua menunjukan hasil yang lebih baik dibandikan dengan pelaksanaan pembelajaran pada siklus pertama. Upaya yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki beberapa kelemahan yang masih terjadi dan meningkatkan hasil yang dicapai pada siklus kedua menunjukan beberapa hasil sebagai berikut: a) Motivasi belajar siswa meningkat, hal ini tampak dari meningkatnya keterlibatan siswa dalam kegiatan Proses Belajar Mengajar (PBM) yang didukung oleh meningkatnya keterlibatan guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang kooperatif. Guru secara intensif membimbing siswa memahami hakekat, tujuan dan langkah-langkah konkret pembelajaran dengan menggunakan metode Mind Mapping; b) Peningkatan motivasi dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran ternyata juga mendorong siswa untuk meningkatkan hasil belajar mereka. Hal ini dapat kita lihat dari peningkatan hasil belajar yang dicapai pada siklus pertama, 59.4 meningkat menjadi 70.7 pada siklus kedua; c) Suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan karena siswa mengalami didukung oleh kelompoknya, umpan balik dan penghargaan yang diberikan oleh guru membuat siswa lebih percaya diri.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode Mind Mapping dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik kelas di SDK 025 Kloangrotat Kecamatan Waigete Kabupaten Sikka; 2) Meningkatnya motivasi siswa dapat dilihat dari semakin tingginya keterlibatan siswa dalam aktivitas pembelajaran dan terciptanya suasana pembelajaran yang lebih kooperatif. Suasana pembelajaran yang kondusif berkat metode pembelajaran yang kooperatif memungkinkan siswa untuk menentukan sendiri langkah-langkah dalam mencari penyelesaian masalah-masalah yang timbul dalam pembelajaran, mencerna informasi dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan sehingga prestasi siswa dengan sendirinya juga meningkat; 3) Penerapan pembelajaran menggunakan metode Mind Mapping dapat membuat pelajaran Agama Katolik yang terkesan menjemukan dapat menjadi lebih menyenangkan.

Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka terdapat beberapa saran sebagai berikut: (1) Guru kiranya dapat menerapkan metode pembelajaran menggunakan metode Mind Mapping sebagai salah satu metode pembelajaran dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa; (2) Jumlah siswa yang mengikuti pendidikan Agama Katolik khususnya di sekolah-sekolah negeri pada umumnya sangat sedikit. Dalam kelompok belajar yang kecil seperti ini penerapan model pembelajaran menggunakan metode Mind Mapping dapat menjadi salah satu alternatif menciptakan pembelajaran yang lebih menyenangkan agar siswa tidak merasa cepat jemu karena merasaa kurang tertantang; (3) Karena metode pembelajaran menggunakan metode Mind Mapping ternyata sangat bermanfaat meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiataan pembelajaran kami menyarankan untuk dipergunkan secara berkesinambungan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. dan Supriyono, W. 2004. Psikologi Belajar (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

Dalyono, M. , 1997. Psikologi Pendidikan Cetakan I. Jakarta: Rineka Cipta

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud dan PT Rineka Cipta

Djamarah, S.B. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Hamalik, O. 2006. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.

Hardjana, A. G, 2007. Model-model Pembelajaran Dalam Pendidikan Agama Katolik Di Sekolah Dasar. Semarang: LPMP

Hofmann, Ruedi. (1988. Sebuah Gagasan:Kitab Suci dan Sekolah Minggu. Rohani, Januari halaman 10 – 13

Jacobs, Tom,1992. Silabus Pendidikan Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius.

Jurnal Pendidikan Widya Tama vol. 4 No. 2, Juni 2007

Komkat, 2004. Menjadi Murid Yesus 5. Yogyakarta: Kanisius

Poerwadarminta, W.J.S. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Purwanto, N. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Sardiman, A.M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, N. 1989. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Winkel, W.S. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.