UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SPEAKING DENGAN PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR MELALUI METODE CIRC PADA PESERTA DIDIK KELAS XI MIPA 1

SMA NEGERI 3 PATI SEMESTER 2 TAHUN 2016/2017

 

Supriyadi

Guru Mapel Bahasa Inggris di SMA N 3 Pati

 

ABSTRACT

The formulation of this research problem is how the learning process, how much improvement of speaking skill, and the change of behavior of learners with image media through CIRC method in student of class XI MIPA 1 SMA N 3 Pati. TOD is done with two cycles. Change in learing behavior from the aspect of liveliness and motivation to learn. The value of the character of cooperation, communicative, and confident looks good. Motivation of students increased from 8 to 20 student who actively follow the learning (26% to 65%) in cycle I. In cycle II, there were recorded 25 student or 81%. Result of learning cycle I, average class 71, average class 81.

Keywords: liveliness, image media, CIRCmethod, speaking skill.

 

PENDAHULUAN

Hasil belajar berbicara peserta didik kelas XI MIPA 1 SMA N 3 Pati semester 2 tahun pelajaran 2016/2017 masih rendah. Hal tersebeut dapat dilihat pada nilai berbicara (speaking) mereka masih dibawah KKM. Pada penilaian berbicara yang diadakan sebelum penelitian ini, peserta didik memperoleh nilai rata-rata 59, sedangkan KKM mata pelajaran Bahasa Inggris adalah 75. Hal ini disebabkan karena motivasi peserta didik dalam pembelajaran speaking juga rendah.

Selain faktor instriksik peserta didik, yang menyebabkan rendahnya hasil belajar berbicara peserta didik adalah faktor guru, sebagai dalang sekenario pembelajaran. Guru seharusnya bisa menggunakan metode atau model pembelajaran yang bisa membuat peserta didik tidak cepat bosan pada pembelajaran speaking.

Dari beberapa faktor masalah pembelajaran diatas, ada 3 (tiga) hal penting dalam proses pembelajaran speaking agar hasilnya bisa meningkat, yaitu (1) peningkatan motivasi belajar peserta didik, (2) penggunaan media pembelajaran, dan (3) pilihan metode yang tepat.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) apakah penggunaan media gambar melalui metode CIRC dapat meningkatkan motivasi belajar berbicara, 2) apakah penggunaan media gambar melalui metode CIRC dapat meningkatkan hasil belajar berbicara peserta didik, 3) Bagaima penggunaan media gambar melalui metode CIRC dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar berbicara peserta didik.

Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan peneliti ini mempunyai tujuan, yaitu: 1) untuk meningkatkan motivasi belajar speaking peserta didik, 2) untuk meningkatkan hasil belajar speaking peserta didik melalui penggunaan media gambar, dan 3) untuk menemukan metode dan media yang relevan atau sesuai dan tepat dalam setiap pembelajaran..

Ada dua manfaat dari penelitian ini, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah guru akan dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru mengenai upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar melalui penggunaan media gambar, yang belum pernah digunakan/diterapkan oleh peneliti. Adapun beberapa manfaat praktis yang diperoleh dari penelitian ini adalah, (1) peserta didik dapat meningkatkan motivasi belajar berbicara (speaking) mereka, (2) guru dapat membuat variasi media/model/metode pembelajaran yang dapat meningkatkan ketrampilan peserta didik dalam berbicara, (3) sekolah memperoleh masukan baru dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, dan (4) perpustakaan sekolah memperoleh tambahan koleksi baru berupa laporan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Hakikat Belajar

Belajar, pada hakekatnya adalah usaha untuk melakukan perubahan, baik perubahan tingkah laku maupun pengetahuan yang dilakukan secara sadar agar hidup orang menjadi lebih baik. Brown (2008:8) menyatakan bahwa pembelajaran adalah penguasaan atau pemerolehan pengetahuan tentang suatu subjek atau sebuah ketrampilan dengan belajar, pengalaman, atau instruksi. Jadi, dalam pembelajaran terdapat usaha melakukan sesuatu untuk memperoleh pengetahuan atau ketrampilan melalui usaha-usaha belajar dan pengalaman melalui instruksi atau perintah dari guru atau pembimbing.

Untuk melakukan perubahan melalui proses yang dinamakan belajar, terdapat faktor-faktor yang mepengaruhi hasil belajar tersebut, baik faktor instriksik mapupun ekstrinsik Jadi hasil belajar merupakan kemampuan akhir yang dimiliki pembelajar setelah mengalami proses dalam kurun waktu tertentu.

Motivasi Belajar

Faktor yang mempengaruhi peserta didik untuk melakukan proses yang dinamakan “belajar” adalah motivasi. Motivasi belajar peserta didik merupakan satu penggerak dari dalam hati peserta didik untuk melakukan atau mencapai tujuan belajar. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar peserta didik (dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh peserta didik sebagai subjek belajar itu dapat tercapai.

Media Pembelajaran

Karena hasil belajar juga dipengaruhi oleh motivasi peserta didik, maka kita juga perlu meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam proses pembelajaran. Salah satu caranya adalah penggunaan media pembelajaran, karena media pembelajaran diyakini dapat menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik dengan baik. Menurut Hariyanto (2012), Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Jenis media pembelajaran antara lain, media visual, media audial, projected still media, projected motion

Haryanto (2012) juga menyatakan bahwa gambar termasuk media pembelajaran berbasis visual. Media gambar dapat menyuguhkan elaborasi yang menarik tentang struktur atau organisasi suatu hal, sehingga juga memperkuat ingatan. Media gambar dapat menumbuhkan minat peserta didik dan memperjelas hubungan antara isi materi pembelajaran dengan dunia nyata.

Penggunaan media gambar dalam pembelajarn merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang memungkinkan peserta didik menjadi lebih tertarik belajar atau termotivasi dalam proses pembelajaran. Pembelajaran kooperatif juga merupakan salah satu model pembelajaran yang meungkinkan peserta didik berinteraksi aktif dengan lingkungan atau peserta didik lainnya, sehingga tercipta suasana pembelajaran yang hidup. Trianto (2007:42) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisMIPAsi siswa dalam pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belkangnya.

METODE CIRC

Belajar kelompok, merupakan model pembelajaran yang kooperatif, karena dalam kelompok, peserta didik bisa mengembangkan diri sebagai makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial untuk berinteraksi dan kerjasama dengan anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Jadi pola belajar kelompok dengan cara kerjasama antar peserta didik secara alamiah dapat mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan meningkatkan kreativitas dan motivasi peserta didik, pembelajaran juga dapat mengembangkan karakter dan kepribadian peserta didik dan nilai soaial bangsa Indonesia yang perlu dipertahankan. Ketergantungan timbal balik antar peserta didik memotivasi mereka untuk dapat bekerja lebih keras untuk keberhasilan peserta didik. Hubungan kooperatif juga mendorong peserta didik untuk menghargai gagasan temannya bukan sebaliknya. Jadi, dengan ini pembelajaran juga bisa mengembangkan nilai kepribadian untuk menghargai orang lain.

Salah satu model pembelajaran koopertaif adalam model pembelajaran dengan metode CIRC. CIRC singkatan dari Cooperative Integrated Reading and Compotition, termasuk salah satu model pembelajaran cooperative learning yang pada mulanya merupakan pengajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis yaitu sebuah program komprehensif atau luas dan lengkap untuk pengajaran membaca dan menulis untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Namun, CIRC telah berkembang bukan hanya dMIPAkai pada pokok bahasan di atas tetapi juga pokok bahasan lain seperti kompetensi dasar speaking. Djamarah (2012:1), menyatakan bahwa metode CIRC (Cooperative Integrated Reading And Composition /Kooperatif Terpadu Membaca Dan Menulis) merupakan salah satu dari metode pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan secara efektif pada setiap kelas dan untuk mengajarkan berbagai macam mata pelajaran.

Pada penelitian ini, peneliti mengembangkan model pembelajaran kelompok dengan metode CIRC. Prinsip yang peneliti ambil dalam metode pembelajaran CIRC ini adalah adanya kerja kelompok (cooperative), membaca gambar secara seksama bersama kelompok (integrated reading), dan menyusun text lisan (integrated composition). Melalui pengamatan gambar secara berkelompok, kemudian menyusun kosa kata atau vocabs yang diperoleh dari gambar tersebut, dan akhirnya menyusunnya dalam bentuk komposisi karangan. Dari sinilah akhirnya peserta didik memperoleh bekal untuk mengikuti tes speaking di kelasnya dengan penuh percaya diri.

Kerangka Berpikir

Pembelajaran bahasa Inggris merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan empat ketrampilan berbahasa, yaitu Listening, Speaking, Reading, dan Writing. Sebagai dasar tujuan penggunaan bahasa adalah sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Dalam ketrampilan bahasa lisan, kita mengembangkan Listening dan Speaking, sedangkan bahsa tertulis, dalam pembelajaran dikembangkan melalui Reading dan Writing.

Metode Cooperatitive Intergrated Reading and Composition (CIRC) merupakan pilihan yang sesuai untuk mengembangkan ketrampilan berbahasa, dalam hal ini adalah ketrampilan speaking. Sedangkan untuk memacu motivasi peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran speaking, peneliti menggunakan media gambar dalam kelompok pembelajaran. Sehingga, peserta didik dapat mengembangkan potensi yang ada pada masing-masing individu dalam kelompok agar tercapai tujuan pembelajaran tercapai.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir tersebut di atas, peneliti berasumsi bahwa pembelajaran dengan menggunakan media gamnbar melalaui metode CIRC dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar berbicara (Speaking) peserta didik kelas XI MIPA 1 SMA 3 PATI semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017”

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan oleh peneliti selama 6 (enam) bulan, dimulai pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2013. Lokasi penelitian di SMA 3 Pati dengan subjek penelitian adalah peserta didik kelas XI MIPA 1 semester 2 tahun 2016/2017 yang berjumlah 32 orang.

Dalam penelitian ini, peneliti memecahkan masalah rendahnya motivasi dan hasil belajar speaking peserta didik kelas XI semester 2 tahun 2016/2017 melalui penggunaan media gambar dan metode CIRC agar hasil belajar dan motivasi peserta didik menjadi meningkat. Variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah: (1) Motivasi belajar speaking peserta didik kelas rendah, (2) Hasil belajar speaking peserta didik rendah, dan (3) penggunaan media gambar pada pembelajaran speaking peserta didik kelas.

Penelitian ini dilakukan dengan 2 (dua) siklus tindakan yakni siklus I dan siklus II. Adapun langkah – langkah yang dilakukan dalam setiap siklus terdiri dari: (1) perencanaan (Planning), (2) Pelaksanaan (Acting), (3) pengamatan (Observing) dan (4) refleksi (Reflecting).

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Deskripsi Kondisi Awal

Jumlah peserta didik kelas XI MIPA 1 adalah 32 (tiga puluh dua) orang yang terdiri atas 8 (delapan) orang peserta didik putra dan 24 (dua puluh empat) orang peserta didik putri. Pelajaran bahasa Inggris dilakukan 4 jam per minggu, yakni 2 jam pelajaran pada hari Senin dan 2 jam pelajaran pada hari Rabu.

Berdasarkan pengamatan awal yang diadakan sebelum penelitian diperoleh hasil bahwa sebagaian besar peserta didik tidak bersemangat dalam mengikuti pelajaran speaking. Hanya 1 dari 7 peserta didik putra (14%), yang berani mengungkapkan makna lisan dalam konteks atau pokok bahasan dalam proses pembelajaran di kelas. Dari jumlah peserta didik putri yang berjumlah 24 orang, hanya 2 orang saja atau 8%, yang berani mengungkapkan makna lisan dalam pokok bahasan yang menjadi topik dalam proses pembelajaran speaking

Deskripsi Hasil Siklus I

Deskripsi kondisi pada siklus I, sekenario pembelajaran dilaksanakan untuk menerapkan metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dengan menggunakan media gambar pada pelajaran speaking. Peneliti melakukan pembelajaran pada hari dan jam yang telah direncanakan dan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Guru membentuk lima kelompok peserta didik dari jumlah 32 peserta didik. Setiap kelompok peserta didik diberikan satu set gambar sesuai dengan genre yang telah disediakan (narrative), dengan ketentuan setiap kelompok memperoleh gambar yang berbeda. Secara berkelompok, peserta didik memperbanyak vocabulary yang sesuai dengan genre narrative berdasar gambar yang diterima. Guru meberikan bimbangan kelompok dan menilai ke setiap kelompok seberapa jauh aktifitas peserta didik (penilaian proses), dan dilanjutkan pemberian tes performance lisan.

Dari hasil penilaian pasca siklus I dapat diketahui bahwa peserta didik pada saat mengikuti tes speaking pasca tindakan siklus I, peserta didik yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah (75) atau lebih, sebanyak 20 peserta didik (64%) sedangkan yang belum mencapai batas ketuntasan sebanyak 12 peserta didik (35%). Nilai rata-rata kelas adalah 72 (tujuh puluh dua).

Pada saat proses pembelajaran berlangsung, kolaborator atau observer melakuakan pengamatan tentang motivasi atau antusias peserta didik pada kelompok masing-masing menunjukan suasana pembelajaran yang kooperative.

Dengan tindakan yang dilakuan pada siklus I, kita bisa mengetahui bahwa peserta didik yang kurang aktif atau motivasinya kurang, sebanyak 11 peserta didik dan yang mengikuti proses pembelajaran dengan motivasi cukup, sebanyak 10 orang, motivasi baik sebanyak 9 orang, dan motivasi amat baik sebanyak 1 orang peserta didik. Jadi jumlah peserta didik yang mempunyai motivasi dalam pembelajaran sepaking pada siklus I sebanyak 20 orang.

Pada kondisi awal sebelum tindakan, hasil belajar speaking rendah, yaitu rata-rata 59. Demikian juga, pada saat proses embelajaran, banyak peserta didik yang mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi, sehingga tidak fokus dalam mengikuti proses pembelajaran.

Sebaliknya pada siklus I, peneliti sudah menggunakan media gambar dalam pembelajaran speaking dengan metode CIRC, diperoleh hasil belajar rata-rata 72 atau meningkat 13 point. Pada saat proses pembelajaran sebagian peserta didik dapat berkonsentrasi dalam mengikuti pembelajaran, meskipun kemampuan tersebut tidak dapat merata pada semua anggota kelompok, disebabkan mereka mengikuti pembelajaran pada kelompok besar yang mana kesempatan mengungkapkan pendapat atau gagasan masih sedikit.

Melihat kenyataan yang ada pada siklus I, maka sebagai peneliti yang ingin agar peserta didik mencapai hasil belajar dan motivasi yang tinggi, maka peneliti perlu melanjutkan ke tindakan pada siklus II, yaitu pembelajaran dengan menggunakan media gambar melalui metode yang sama, namun peserta didik dibagi menjadi kelompok yang lebih kecil atau lebih sdikit anggotanya, sehingga setiap peserta didik memperoleh kesempatan yang semakin besar dalam mengembnagkan motivasi dan meningkatkat hasil belajar mereka.

Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II

Dalam tahap ini penulis melakukan serangkaian kegiatan persiapan yaitu menyiapkan media dan rubrik penilaian siklus II. Untuk penilaian pada siklus ke-2, peneliti mempersiapakan dua rubrik penilaian hasil dan penilaian proses.

Peneliti melakukan pembelajaran pada hari dan jam yang telah direncanakan dan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Kegiatan pembelajaran seperti pada siklus I hanya berbeda pada pembagian kelompok peserta didik. Kalau pada siklus I peserta didik dibagai menjadi 5 (lima) kelompok, pada siklus II, peserta didik dibagi menjadi 10 kelompok sehingga anggota kelompok menjadi lebih kecil, yaitu rata-rata 3 orang.

Hasil tes speaking yang diadakan sesudah pelaksanaan tindakan siklus II menunjukan hasil bahwa terdapat 25 peserta didik dari 31 peserta didik kelas tersebut (81%) yang mencapai nilai di atas KKM Sekolah (75). Sedangkan 6 peserta didik lainnya (19%) memperoleh nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Jumlah 25 peserta didik yang mencapai nilai di atas KKM itu terdiri dari peserta didik yang mencapai rentang nilai 75-80 sebanyak 8 orang, rentang nilai 81-90 sebanyak 12 orang, dan rentang nilai 91-100 sebanyak 6 orang peserta didik.. Ini berarti bahwa peserta didik yang mencapai nilai di atas KKM sebanyak 25 orang atau 81%.

Catatan pengamatan terhadap jalannya proses pembelajaran pada pelaksanaan tindakan siklus II ini memperlihatkan bahwa jumlah peserta didik yang mengalami kesulitan berkonsentrasi saat pelajaran speaking tinggal beberapa peserta didik. Begitu juga jumlah peserta didik yang cenderung panik ketika memperoleh kesempatan untuk maju di depan kelas menyampaikan text lisan atau speaking, berkurang drastis dari kondisi awal, hanya menyisakan beberapa orang saja.

Dalam siklus I, diperoleh hasil belajar rata-rata 72 atau meningkat 13 point. Pada saat proses pembelajaran sebagian peserta didik dapat berkonsentrasi dalam mengikuti pembelajaran, meskipun kemampuan tersebut tidak dapat merata pada semua anggota kelompok, disebabkan mereka mengikuti pembelajaran pada kelompok besar yang mana kesempatan mengungkapkan pendapat atau gagasan masih sedikit.

Pada test pasca siklus II diperoleh bahwa jumlah peserta didik yang mencapai nilai di atas KKM sebanyak 25 peserta didik dari 31 peserta didik (81%). Sedangkan 6 peserta didik lainnya (19%) memperoleh nilai dibawah KKM. Jumlah 26 peserta didik yang mencapai nilai di atas KKM itu terdiri dari peserta didik yang mencapai rentang nilai 75-80 sebanyak 8 orang, rentang nilai 81-90 sebanyak 12 orang, dan rentang nilai 91-100 sebanyak 6 orang peserta didik. Rata-rata hasil belajar peserta didik meningkat 9 point atau 12% dari siklus I yang hanya 72 menjadi 81 pada akhir siklus II. Hal ini disebabkan karena para peserta didik bisa mempertahankan kosentrasi belajarnya hingga akhir pelajaran selesai. Sebagai gambaran yang lebih lengkap mengenai hasil belajar, kita lihat rekapitulasi hasil belajar dari kondisi awal hingga pada kondisi akhir pasca tindakan siklus II.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Belajar Pada Setiap Siklus

NO

TAHAPAN

NILAI RERATA HASIL BELAJAR

 

NILAI RERATA MOTIVASI

1

Kondisi Awal

59

8

2

Siklus I

72

20

3

Siklus II

81

25

 

Pembahasan Hasil Penelitian

Pada kondisi awal sebelum tindakan, peneliti belum menggunakan media gambar dengan metode CIRC dalam proses pembelajaran speaking dari tes yang diberikan, hasil belajar speaking masih rendah, yaitu rata-rata 59. Demikian juga, pada saat proses pembelajaran, banyak peserta didik yang mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi, sehingga tidak fokus dalam mengikuti proses pembelajaran karena motivasi belajar mereka juga rendah.

Pada siklus I, peneliti sudah menggunakan media gambar dalam pembelajaran speaking dengan metode CIRC pada kelompok besar. Setelah diadakan penilaian, diperoleh hasil belajar rata-rata 72 atau meningkat 13 point. Pada saat proses pembelajaran sebagian peserta didik dapat berkonsentrasi dalam mengikuti pembelajaran, meskipun kemampuan tersebut tidak dapat merata pada semua anggota kelompok, disebabkan mereka mengikuti pembelajaran pada kelompok besar yang mana kesempatan mengungkapkan pendapat atau gagasan masih sedikit. Dengan demikian, penggunaan media gambar melalui metode CIRC dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar spekaing. Dengan pembelajaran melalui metode CIRC pada kelaompok kecil, ternyata mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar speaking peserta didik. Hal ini ditandai dengan jumlah peserta didik yang mencapai nilai di atas KKM sebanyak 25 peserta didik dari 31 peserta didik kelas tersebut (81%). Sedangkan 6 peserta didik lainnya (19%) memperoleh nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah. Jumlah 25 peserta didik yang mencapai nilai di atas KKM itu terdiri dari peserta didik yang mencapai rentang nilai 75-80 sebanyak 8 orang, rentang nilai 81-90 sebanyak 11 orang, dan rentang nilai 91-100 sebanyak 6 orang peserta didik. Rata-rata hasil belajar peserta didik meningkat 9 point atau 12% dari siklus I yang hanya 72 menjadi 81 pada akhir siklus II. Hal ini disebabkan karena para peserta didik bisa mempertahankan kosentrasi belajarnya hingga akhir pelajaran selesai.

Dari pembahasan hasil penelitian di atas dapat ditarik benang merah bahwa tindakan siklus I dan siklus II mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik dari kondisi awal yang hanya 8 orang yang aktif atau 26% meningkat pada kondisi akhir pasca siklus II menjadi 25 orang atau 81%. Demikian juga, penggunaan media gambar melalui metode CIRC mampu meningkatkan hasil belajar speaking yang semula rata-rata hanya 59 meningkat pada kondisi akhir pasca siklus II menjadi 81 atau meningkat 22 point.

Dari nilai hasil belajar peserta didik pada siklus II dapat diketahui bahwa penggunaan media gambar dalam proses pembelajaran speaking terbukti dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Nilai hasil belajar peserta didik pada siklus II meningkat, baik dibandingkan dengan nilai hasil belajar pada siklu I maupun nilai hasil belajar pada kondisi awal.

Berdasarkan hasil pengamatan juga terbukti bahwa penggunaan media gambar melalui metode CIRC dapat membantu peserta didik untuk berkonsentrasi dalam mengikuti pembelajaran speaking. Penggunaan media gambar juga membantu peserta didik bersikap antusias dalam merangkai dan menyusun kalimat untuk persiapan speaking, tidak panik, suatu kondisi atau sikap yang dibutuhkan dalam pembelajaran bahasa Inggris, khususnya speaking. Jadi, dengan kata lain, penggunaan media gambar yang dikombinasikan dengan metode CIRC, dapat meningkatkan motivasi gairah belajar peserta didik.

Simpulan

Berdasarkan analisis deskriptif komparatif hasil pengamatan dalam pembahasan, melalui penggunaan media gambar dengan metode CIRC dapat meningkatkan hasil belajar speaking. Nilai rata-rata hasil belajar pada kondisi awal 59 meningkat sebesar 23% menjadi 72 pada siklus I. Kemudian pada siklus II terjadi peningkatan hasil penilaian dari rata-rata 72 meningkat 12% menjadi 81. Jumlah kenaikan rata-rata nilai dari kondisi awal sampai siklus II adalah 35% atau 22 point.

Disamping meningkatkan hasil belajar, penggunaan media gambar melalui metode CIRC pada pembelajaran speaking kelas XI MIPA1 semester 2 tahun pelajaran 2016/2017 dapat meningkatkan motivasi peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Dari catatan pengamatan, terjadi peningkatan motivasi dari 8 menjadi 20 peserta didik yang aktif mengikuti pembelajaran (26% menjadi 65%) pada siklus I. Pada siklus II, hampir seluruh peserta didik aktif mengikuti pembelajaran speaking, yaitu tercatat ada 25 peserta didik atau 81%.

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa, baik secara teoritik maupun empirik, melalui penggunaan media gambar dengan metode CIRC dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar bagi peserta didik kelas XI MIPA1 SMA Negeri 3 Pati semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017.

Saran

Bagi Peserta didik untuk memanfaatkan waktu dengan efektif dan efisien dalam belajar bahasa Inggris, khususnya speaking. Bagi Guru untuk emanfaatkan media dan metode yang tepat dalam mengajarkan bahasa Inggris, khususnya speaking. Penggunaan media gambar dengan metode CIRC adalah salah satu pilihan. Bagi Sekolah untuk memberi fasilitas yang mendukung penggunaan media pembelajaran dan metode yang sesuai dalam pembelajaran di kelas khususnya dalam pembelajaran speaking.

 

DAFTAR PUSTAKA

Brown, Douglas H. 2008. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa; edisi kelima. Jakarta. Pearson Eduction, Inc..

Brown, Douglas H. 2001. Teaching by principles: an interactive approach to language pedagogy; second edition. New York. Longman.

Badan Standar Nasional Pendidikan Kurikulum 2013. 2015. Standar isi Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk SMA/MA. Jakarta.

Depdikbud. 1984/1985. Pendidikan Keterampilan Berbahasa: Buku Materi Pokok Berbicara. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Hymes, D. (1972). On communicative competence. In J. B. Pride and J. Holmes (eds.): Sociolinguictics. Harmondsworth: Penguin.

Muryati, Sri, 2006, English Communication Competency Improvement On Spoken And Written Narrative Text Through “Vcd Cutting” Media In Semarang 7 Senior High School, SMA N 7 Semarang.

Suprihatin. 1994. Hand Out Media Instruksional. Semarang: IKIP Semarang.

Tarigan, heny Guntur. 1983. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.