Meningkatkan Prestasi Belajar Melalui Penerapan Metode Kunjungan Belajar dan Wawancara
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI PENERAPAN METODE KUNJUNGAN BELAJAR DAN WAWANCARA PADA SISWA KELAS V
SEMESTER 2 DI SDN CUKIL 01 KECAMATAN TENGARAN
KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Bagus Sutejo
SDN Cukil 01 Kec. Tengaran, Kab. Semarang
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa melalui penggunaan metode Kunjungan Belajar dan wawancara pada siswa kelas V semester 2 di SD Negeri Cukilm01. Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan dilakukan melalui 2 siklus, tiap siklus dilaksanakan dengan empat tahap yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Teknik analisis data menggunakan analisis ketuntasan dan analisis deskrepsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan dari kegiatan Pra Siklus ke Siklus 1 dan Siklus 1 ke Siklus 2. Hasil perbandingan antar Siklus yakni rerata pra siklus 58,3 naik menjadi 63,3 pada siklus 1 dan naik 72,6 pada siklus 2. Berakhirnya Siklus II ini dapat disimpulkan bahwa perbaikan pembelajaran dengan menerapkan metode Kunjungan Belajar dan wawancara dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada matapelajaran Pendidikan Kewarganegaraan KelasV semester 2 di SD Negeri Cukil 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2013/2014.
Kata kunci: Prestasi Belajar Siswa, Metode Kunjungan Belajar dan Wawancara.
PENDAHULUAN
Pendidikan dapat berfungsi sebagai sarana untuk mempermudah integrasi generasi muda ke dalam logika sistem yang sedang berlaku dan menghasilkan kesesuaian terhadapnya atau berfungsi sebagai praktek pembebasan, yakni sarana manusia untuk bersikap kritis dankreatif terhadap realitas serta menemukan cara untuk ikut mengubah dunia. Upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar para siswa disetiap jenjang dan tingkat pendidikan perlu diwujudkan agar diperoleh kualitas sumberdaya manusia Indonesia yang dapat menunjang pembangunan nasional. Dalam proses pembelajaran guru ditutut untuk mampu menggunakan media dan alat peraga yang ada di sekolah masing-masing dan metode pembelajaran yang bervariasi. Model pembelajaran yang kurang sesuai dapat menyebabkan adanya permasalahan pada hasil pembelajaran. Hasil pembelajaran salah satunya tampak dalam prestasi belajar siswa atau nilai siswa.
Nilai hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) di SD Negeri Cukil 01 Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang khususnya kelas V belum memuaskan. Dengan KKM 70, dari 30 siswa, 10 siswa (33%) memperoleh nilai di bawah KKM dan 20 siswa (67%) memperoleh nilai di atas KKM. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan prestasi belajar siswa rendah pada Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan khususnya materi memahami definisi dan bentuk-bentuk keputusan bersama serta musyawarah dan mufakat.
Dari hasil refleksi dan menganalisis tes formatif yang diperoleh siswa, teridentfikasi sumber permasalahan adalah Pemilihan metode kurang bervariasi, Kurang optimal dalam menggunakan sarana dan media pembelajaran, Media pembelajaran yang digunakan kurang menarik. Berdasarkan identifikasi masalah dan analisis masalah yang telah diuraikan, maka melalui penelitian tindakan kelas ini peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:â€Apakah penerapan metode Kunjungan Belajar dan Wawancarapada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraanmateri Memahami definisi dan bentuk-bentuk keputusan bersama serta musyawarah dan mufakat dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VSD Negeri Cukil 01 Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014?â€
Tujuan penelitian tindakan ini adalah: Mendeskripsikan upaya penerapan metode pembelajaran yang bervariasi (ceramah, tanya jawab, wawancara, diskusi, penugasan, demonstrasi) untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran; Mendeskripsikan dampak penggunaan media nyataberupa gedung balai desa dan perangkat desa sebagai obyek wawancara untuk meningkatkan motiasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan memperjelas materi yang diajarkan.
KAJIAN PUSTAKA
Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan adalah pengetahuan alam yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamat an dan deduksi (Fowler, 2011). Nash (1993) menjelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam.
Pendidikan Kewarganegaraan mengamati dunia ini bersifat analisis, cermat, serta menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya. Sedangkan Agus S. (2003) menyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. Depdiknas (2006:484), menyebutkan bahwa, Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga Pendidikan Kewarganegaraan bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses pengalama langsung. Dari definisi-definisi yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu ilmu pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan yang berhubungan dengan segala permasalahan melalui pengamatan dan pengalaman langsung yang merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan untuk menentukan sikap yang berkaitan dengan kehidupan.
Prestasi Belajar
Istilah hasil belajar berasal dari bahasa Belanda “prestatie,†dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Robert M. Gagne dalam Abu Muhammad Ibnu Abdullah (2008) bahwa dalam setiap proses akan selalu terdapat hasil nyata yang dapat diukur dan dinyatakan sebagai hasil belajar (achievement) seseorang. Winkel dalam Sunarto (2009) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Muhibbin Syah (Ibnu Abdullah, 2008) menjelaskan bahwa prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan murid atau santri dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah atau pondok pesantren dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Sejalan dengan pengertian diatas maka fungsi penilaian prestasi belajar menurut Nana Sudjana (1990:2) adalah: Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar.
Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orangtuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya.
Metode Pembelajaran
Menurut S. Ulih Bukit Karo-karo (1975:7) metoda berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Cara atau jalan yang harus dilalui dalam dunia pendidikan dan pengajaran dinamakan metode mengajar. Esti Ismawati (204:68) mengatakan bahwa metode adalah rencana yang menyeluruh tentang penyajian bahan yang dilakukan dengan urutan yang baik. Metode meliputi pemilihan bahan, penentuan urutan, cara penyajian dan cara evaluasi. Dalam pembelajaran diperlukan variasi metode. Variasi adalah keanekaragaman yang membuat sesuatu tidak monoton, juga meningkatkan kreatifitas siswa dalam pembelajaran (Udin.S. Winata Putra, 2004:746).
1. Metode Kunjungan Belajar. Dalam metode ini guru mengajak kepada semua siswa secara klasikal. Model Kunjungan Belajar pada hakikatnya memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk mengamati, menanya, menyimpulkan. Cara ini juga memberi suasana baru bagi siswa dalam proses pembelajaran sehingga menambah motivasi dan menghilangkan kejenuhan.
2. Metode tanya jawab. Metode tanya jawab adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan mengahasilkan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa memahami materi tersebut. Metoda Tanya Jawab akan menjadi efektif bila materi yang menjadi topik bahasan menarik, menantang dan memiliki nilai aplikasi tinggi.
3. Metode Diskusi. Diskusi adalah aktifitas siswa, berbicara saling pendapat tentang sebuah topik atau masalah untuk mencari penyelesaiannya. Metode diskusi adalah suatu cara enyampaikan pelajaran melalui sarana tukar untuk memecahkan persoalan yang dihadai. (Semiawan C, dkk 1992:76).
4. Metode penugasan. Metode penugasan atau pemberian tugas adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.Tugas yang diberikan siswa dapat dilakukan di dalam kelas, di halaman sekolah, di laboratorium, di perpustakaan, di rumah atau dimana saja asal tugas itu dikerjakan.
5. Wawancara. Menurut Subarjo dkk (1990: 141) wawancara adalah “Suatu cara berbicara atau bercakap-cakap dengan aturan dalam suasana tertentuâ€. Yang dibicarakan dapat berupa satu rangkaian berita, masalah atau harapan. Dalam metode ini siswa dituntut untuk memperhatikan sikap dan pembicaraan audien.
METODE PENELITIAN
Subjek penelitian dalam penelitian adalah siswa kelas VSD Negeri Cukil 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014 pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang terdiri dari 26 orang siswa, yaitu 12 orang siswa laki –laki dan 14 orang siswa perempuan. PenelitianTindakan Kelas (PTK) dalam bentuk perbaikan pembelajaran dilaksanakan di kelas VSD Negeri Cukil 01, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan disain penelitian tindakan (action research) yang dirancang melalui dua siklus melalui prosedur: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan tindakan (action), (3) pengamatan (observation), (4) refleksi (reflecsion) dalam tiap-tiap siklus.
Penelitian dilaksanakan pada semester gasal tahun pelajaran 2015/2016. Siklus I dilaksanakan pada 14 April 2014, sedangkan siklus II dilaksanakan pada 22 April 2014.
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri Cukil 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2013/2014Data yang digunakan peneliti dalam penelitian berasal dari instrumen kinerja, antara lain data hasil belajar siswa. Adapun tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini yang dilaksanakan dengan dua siklus dengan tahapan yang sama adalah seperti diuraikan berikut ini:
1. Perencanaan (Planning): Dalam tahap perencanaan disiapkan hal-hal sebagai berikut: (a)Menyiapkan bahan, inventarisasi kebutuhan dan inventarisasi masalah/kesulitan guru dalam mengelola pembelajaran, (b)Berdiskusi dengan guru (Focus Group Discussion) tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk peningkatan kualitas pembelajaran PKn, (c)Menyiapkan jadwal pelaksanaan pendampingan pada setiap guru disesuaikan dengan kesiapan setiap guru, dan (d)Menyiapkan bahan dan alat yang dibutuhkan dalam pendampingan.
2. Pelaksanaan Tindakan (Action): Pada tahap ini dilaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan, yaitu: (a)Perencanaan pembelajaran: mulai dari menyusun rencana pengajaran: menyiapkan metode, membuat media belajar, menyiapkan sumber belajar, dan menyiapkan alat evaluasi. (b)Melaksanakan kegiatan belajar mengajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas, sesuai dengan pokok bahasan dan materi yang akan diajarkan. (c)Mengevaluasi hasil belajar terhadap siswa.
3. Pengamatan (Observation): Pengamatan dilakukan pada setiap tahap penelitian, mulai dari tahap perencaaan dan pelaksanaan tindakan, kejadian dan hal-hal yang terjadi direkam dalam bentuk catatan-catatan hasil observasi, dan didokumentasikan sebagai data-data penelitian.
4. Refleksi (Reflection): Pada akhir tiap siklus diadakan refleksi berdasarkan data observasi, dengan Refleksi ini dimaksudkan agar peneliti dapat melihat apakah tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat meningkatkan kinerja guru dan hasil belajar siswa, kendala-kendala apa yang menghambat, faktor apa saja yang menjadi pendorong, dan alternatif apa sebagai solusinya.
Teknik yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data dilakukan dalam dua cara, yaitu teknik tes dan teknik non tes. Alat pengumpul data penelitian difokuskan pada perangkat pengumpulan data yang berdasarkan kriteria keberhasilan pendidikan, yaitu; rekam jejak pelaksanaan pembelajaran melalui lembar observasi pembelajaran masing-masing siklus. Analisis data penelitian dilakukan dengan cara trianggulasi data, yaitu dengan menggunakan berbagai data perolehan baik melalui angket, hasil tes, hasil rekaman, dan hasil pengamatan. Berbagai data yang diperoleh tersebut kemudian diolah dengan statistic deskriptif. Indikator keberhasilan dalam penelitian yang ditetapkan peneliti dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sekurang-kurangnya 80% subjek penelitian memperoleh nilai hasil tes formatif sesuai atau melebihi nilai KKM yang telah ditentukan. Terjadinya perubahan perilaku dalam proses pembelajaran yang mengedepankan aktifitas siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Pra Siklus
Pada pembelajaran Pra Siklus diperoleh data bahwa siswa yang mendapat nilai 40-49 ada 1 siswa, nilai 50-59 ada 2 siswa, nilai 60-69 ada 5 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 70-79 ada 13 orang, nilai 80-89 ada 5 siswa. Dari hasil pembelajaran ini diperlukan adanya penelitian tindakan.
Hasil Pembelajaran Siklus I
Kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan dalam empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Siswa yang tuntas sebesar 77%, sedang yang belum tuntas sebanyak 23%, oleh karena itu diperlukan tindakan Siklus 2.
Hasil Pembelajaran Siklus II
Kegiatan perbaikan pembelajaran Siklus II seperti halnya pembelajaran Siklus I dilaksanakan dalam empat tahap yakni perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
Dapat dijelaskan bahwa tidak ada siswa yang memperoleh nilai pada rentang 40-69, nilai 70-79 diperoleh 2 orang siswa, nilai 80-89 diperoleh 15 siswa dan nilai 90-100 diperoleh 9 orang siswa. Dari hasil ini dapat dinyatakan bahwa kegiatan perbaikan pembelajaran siklus II telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal.
SIMPULAN
Berdasarkan penerapan Siklus 1 dan Siklus 2, Penerapan Metode Kunjungan Belajar dan Wawancara dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Cukil 01 Kec. Tengaran, Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2013/2014. Peningkatan hasil belajar melalui penerapan metode Kunjungan Belajar dan Wawancara dapat dilihat dari hasil pelaksanaan penelitian yaitu persentase ketuntasan pada pembelajaran pra siklus hanya 18 (69,23%) siswa, dengan capaian rata-rata klasikal hanya 67,31. Pada siklus 1 pertemuan 1 meningkat dimana capaian rata-rata klasikal mencapai 58 dengan tingkat ketuntasan 36%. Pada siklus 1 pertemuan 2 meningkat dimana rata-rata klasikal mencapai 72,3 dengan tingkat ketuntasan 77%, pada siklus 2 pertemuan 1 rata-rata klasikal mencapai 83,85 dengan tingkat ketuntasan 50%. Sedangkan pada siklus 2 pertemuan 2 rata-rata klasikal mencapai 81 dengan tingkat ketuntasan klasikal 100%, dimana dari 26 siswa, sebanyak 26 siswa mampu mendapatkan nilai melebihi KKM yang telah ditetapkan yaitu 70.
DAFTAR PUSTAKA
Coany R. Semiawan, 1999, Perkembangan dan Belajar Peserta Didik.Jakarta: Proyek PGSD Depdikbud.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
Djamarah, Syaiful Bahri, 2000, Metode Pembelajaran Jakarta Universitas Terbuka.
Gerlac and Ely, 1980, Teaching &media: A Systematic Aprroach, Pretice Hall
Hisyam Zaeni, 2006, Panduan Buku Widyaswara. LMP Jawa Tengah
H.W. Fowler, 2011, A Dictionary of Modern English Usage¸ Oxford University
Karo-karo, S. Ulihbukit,dkk (1975). Metodologi Pengajaran. Salatiga: CV Saudara.
Nash, 1993, The Nature of Sci ences, Boston: McGraw- Hill
MuhibbinSyah. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sudjana N. dan Rivai, A 1990 Media Pengajaran. Bandung Sinar Baru Bandung
Winataputra S Udin, dkk (1998). Stategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Winkel 1996, Oxford Advanced Learner’s Dictionary Of Current English, Oxford UnVercity Press (1993). Statistik Penelitian. Bandung; CV. Permadi.