UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI DAN AKTIVITAS BELAJAR BIDANG BIMBINGAN PRIBADI DAN SOSIAL

MATERI MENGATASI STRES DAN DEPRESI

MELALUI LAYANAN KELOMPOK

DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW PADA SISWA KELAS XI APH SMKN 3 SUKOHARJO SEMESTER GENAP

TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016

 

Etik Edi Purnami

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Sukoharjo

 

ABSTRAK

Pada kondisi awal saat pembelajaran BP/BK materi stres dan depresi karena pembelajaran di SMK Negeri 3 Sukoharjo dari hasil prestasi siswa dalam materi Mengatasi Stress dan Depresi diperoleh hasil dari 34 siswa hanya 14 siswa atau 41% yang dianggap mampu menguasai materi stres dan depresi yang ditandai siswa tersebut telah mampu mencapai KKM yang ditentukan yaitu nilai 75. Sedangkan dari hasil isian angket mengenai aktivitas belajar diperoleh hasil sebanyak hanya 10 siswa atau 29% telah memiliki aktivitas yang baik dan sangat baik. Agar proses belajar mengajar berjalan dan berhasil dengan baik perlu mengadakan bimbingan belajar dan motivasi agar siswa terdorong untuk melakukan kegiatan belajar dan penyesuaian diri terhadap lingkungan dimana siswa berada, guru harus memahami semua siswa dalam satu kelas yang menjadi tanggung jawabnya. Dengan memahami ciri, sifat dan kemampuan masing-masing individu memudahkan guru dalam memberikan layanan kelompok belajar. Perlu dipahami bahwa masing-masing individu memiliki karakter yang berbeda-beda ada yang memiliki daya serap yang cepat ada yang sedang ada yang rendah. Karena berbedaan inilah yang dapat menimbulkan masalah kesulitan belajar sedang siswa yang pandai akan jenuh apabila proses pembelajaran disamakan dengan yang lambat belajar atau mengalami kesulitan belajar. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: “Upaya Meningkatkan Prestasi dan Aktivitas Belajar Bidang Bimbingan Pribadi dan Sosial Materi Mengatasi Stres dan Depresi Melalui Layanan Kelompok dengan Metode Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw pada Siswa Kelas XI APh di SMK Negeri 3 Sukoharjo Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016”. Hasil penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: Pada Siklus I: Ketuntasan siswa dalam belajar adalah sebanyak 21 siswa atau 62%. Ketuntasan sebesar 62% belum memenuhi indikator keberhasilan yaitu 85%. Aktivitas siswa dengan kriteria tinggi dan sangat tinggi sebesar 76%. Ketuntasan sebesar 76% belum memenuhi indikator keberhasilan yaitu 85%, sehingga siklus I dianggap gagal. Pada siklus II: Ketuntasan siswa dalam belajar adalah sebanyak 32 siswa 94% siswa telah tuntas dalam pembelajaran. Aktivitas yang dicapai adalah sebesar 94% siswa mempunyai aktivitas belajar yang tinggi dan sangat tinggi. Peningkatan aktivitas belajar sebesar 94% yang berada di atas 85% ini menandakan bahwa perbaikan pembelajaran pada siklus II telah berhasil. Berdasarkan hasil penelitian, maka Melalui metode pembelajaran kooperatif model Jigsaw dapat meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar bidang bimbingan pribadi dan sosial materi Mengatasi Stres dan Depresi pada Siswa Kelas XI APh di SMK Negeri 3 Sukoharjo Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016, terbukti kebenarannya.

Kata kunci: prestasi dan aktivitas belajar, layanan kelompok

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pada kondisi awal saat pembelajaran BP/BK materi stres dan depresi karena pembelajaran di SMK Negeri 3 Sukoharjo dari hasil prestasi siswa dalam materi Mengatasi Stress dan Depresi diperoleh hasil dari 34 siswa hanya 14 siswa atau 41% yang dianggap mampu menguasai materi stres dan depresi yang ditandai siswa tersebut telah mampu mencapai KKM yang ditentukan yaitu nilai 75. Sedangkan dari hasil isian angket mengenai aktivitas belajar diperoleh hasil sebanyak hanya 10 siswa atau 29% telah memiliki aktivitas yang baik dan sangat baik.

Agar proses belajar mengajar berjalan dan berhasil dengan baik perlu mengadakan bimbingan belajar dan motivasi agar siswa terdorong untuk melakukan kegiatan belajar dan penyesuaian diri terhadap lingkungan dimana siswa berada, guru harus memahami semua siswa dalam satu kelas yang menjadi tanggung jawabnya. Dengan memahami ciri, sifat dan kemampuan masing-masing individu memudahkan guru dalam memberikan layanan kelompok belajar.

Layanan kelompok belajar ini diberikan secara khusus oleh guru baik kepada siswa sudah dapat belajar dengan baik maupun bagi siswa yang masih mengalami kesulitan dalam belajar. Tujuannya adalah agar mereka dapat mandiri, memiliki kepercayaan diri, sehingga lama kelamaan mereka akan dapat memecahkan masalahnya sendiri dan secara sosial dalam bekerja sama dalam memecahkan permasalahan.

Bimbingan pribadi dan sosial berfungsi untuk mengembangkan potensi manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda. Potensi tersebut berkembang menjadi suatu kemampuan tertentu dalam sifat-sifat yang nampak pada diri seseorang tidak ada yang persis sama, itulah keunikan seseorang.

Perlu dipahami bahwa masing-masing individu memiliki karakter yang berbeda-beda ada yang memiliki daya serap yang cepat ada yang sedang ada yang rendah. Karena berbedaan inilah yang dapat menimbulkan masalah kesulitan belajar sedang siswa yang pandai akan jenuh apabila proses pembelajaran disamakan dengan yang lambat belajar atau mengalami kesulitan belajar.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: “Upaya Meningkatkan Prestasi dan Aktivitas Belajar Bidang Bimbingan Pribadi dan Sosial Materi Mengatasi Stres dan Depresi Melalui Layanan Kelompok dengan Metode Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw pada Siswa Kelas XI APh di SMK Negeri 3 Sukoharjo Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016”.

Rumusan Permasalahan

1.     Apakah melalui metode pembelajaran kooperatif model Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar bidang bimbingan pribadi dan sosial materi Mengatasi Stres dan Depresi pada Siswa Kelas XI APh di SMK Negeri 3 Sukoharjo Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016?

2.     Apakah melalui metode pembelajaran kooperatif model Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar bidang bimbingan pribadi dan sosial materi Mengatasi Stres dan Depresi pada Siswa Kelas XI APh di SMK Negeri 3 Sukoharjo Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016?

3.     Apakah melalui metode pembelajaran kooperatif model Jigsaw dapat meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar bidang bimbingan pribadi dan sosial materi Mengatasi Stres dan Depresi pada Siswa Kelas XI APh di SMK Negeri 3 Sukoharjo Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016?

Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian tindakan kelas ini adalah:

1.     Untuk mengetahui pemberian layanan bimbingan kelompok dengan pendekatan kooperatif model Jigsaw dalam meningkatkan prestasi belajar bidang bimbingan pribadi dan sosial materi Mengatasi Stress dan Depresi pada siswa Kelas XI APh di SMK Negeri 3 Sukoharjo Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016.

2.     Untuk mengetahui layanan bimbingan kelompok dengan pendekatan kooperatif model Jigsaw dalam meningkatkan aktivitas belajar bidang bimbingan pribadi dan sosial materi Mengatasi Stress dan Depresi pada siswa Kelas XI APh SMK Negeri 3 Sukoharjo Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016.

3.     Untuk mengetahui layanan bimbingan kelompok dengan pendekatan kooperatif model Jigsaw dalam meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar bidang bimbingan pribadi dan sosial materi Mengatasi Stres dan Depresi pada siswa Kelas XI APh SMK Negeri 3 Sukoharjo Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016.

Kajian Teori

Pengertian Bimbingan

Menurut Achmad Juntika Nurihsan (2007: 7), pada dasarnya bimbingan merupakan upaya untuk membantu mengoptimalkan individu. Sedangkan konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yagn diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya.

Bimbingan sebagai proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu baik anak, remaja, maupun orang dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri. Dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma yang berlaku.

Dapat diambil kesimpulan bahwa bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada seseorang agar orang tersebut dapat memahami segala potensi yang ada pada dirinya termasuk kekurangan dan kelemahannya, sehingga dapat menyelesaikan segala hambatan ataupun persoalan yang melanda dirinya. Sedangkan konseling dapat diartikan sebagai sebagai suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli yang disebut konselor kepada individu (klien) yang memiliki masalah yang dilakukan melalui wawancara sehingga individu menyelesaikannya permasalahannya sendiri.

 

Bimbingan Kelompok

Menurut Kumasna (2009: 223), metode kelompok belajar adalah suatu metode pengajaran yang menitikberatkan kepada interaksi antara anggota yang satu dengan anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan tugas-tugas belajar secara bersama-sama. Tohirin (2007: 170) menyebutkan bahwa definisi bimbingan kelompok adalah suatu cara memberikan bantuan kepada individu (siswa) melalui kegiatan kelompok.

Layanan konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok, masalah yang dibahas itu adalah masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok.

Prestasi Belajar

Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan diciptakan baik secara individu atau kelompok. Prestasi dapat diperoleh melalui perjuangan W.J.S. Poerwadarminta, (2013) berpendapat bahwa “prestasi” adalah hasil yang telah dicapai.

Sedangkan belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Belajar dapat dikatakan sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga dan psikopisik menuju perkembangan pribadi.

Aktivitas Belajar

Menurut Agus Sulistyo dan Adhi Mulyono (2009: 25), “Aktivitas artinya kegiatan, kesibukan, keaktifan, kerja atau suatu kegiatan kerja”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktivitas.

Belajar menurut Winkel (2009: 36) mengatakan bahwa, “Belajar adalah suatu aktifitas mental/psikis yang berlangsung dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat konstan dan berbekas”.

Sedangkan belajar menurut Oemar Hamalik (2009: 2008) adalah “Suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. Jika seseorang telah belajar maka akan terlihat terjadinya perubahan pada salah satu atau beberapa aspek tingkah laku tersebut.

Berdasarkan pengertian tersebut maka aktivitas belajar dalam penelitian ini adalah adanya perubahan tingkah laku siswa setelah mendapatkan perbaikan pembelajaran melalui bimbingan secara kelompok dengan menggunakan pendekatan kooperatif yang dilakukan oleh guru Bimbingan Konseling. Perubahan tingkah laku ini terlihat dari aktivitas siswa yang pada kondisi awal tidak aktif dalam belajar berubah menjadi aktif dalam belajar, baik di rumah maupun di sekolah.

Belajar Kelompok

Teknik pembelajaran kelompok adalah salah satu strategi belajar mengajar, dimana siswa di dalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok terdiri dari 3 sampai 5 siswa, mereka bekerja bersama dalam memecahkan masalah, atau melaksanakan tugas tertentu, dan berusaha mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan oleh guru.

Dapat disimpulkan bahwa kerja kelompok berarti “kerja kepemimpinan dan keterpimpinan, kedua keterampilan tersebut, memimpin dan terpimpin, perlu dipelajari oleh setiap siswa”. Dalam masyarakat modern keterampilan memimpin dan terpimpin diperlukan dalam kehidupan.

Pembelajaran Kooperatif

Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa adalah pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan pada kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Esensi pembelajaran kooperatif itu adalah tanggung jawab individu sekaligus tanggung jawab kelompok, sehingga dalam diri siswa terdapat sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok optimal.

Pada pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif antar anggota kelompok. Siswa saling bekerja sama untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Keberhasilan kelompok dalam mencapai tujuan tergantung pada kerja sama yang kompak dan serasi dalam kelompok itu.

Dengan memperhatikan pengertian dari pembelajaran kooperatif di atas, peneliti berpendapat bahwa model pembelajaran ini sangat baik untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa, sebab semua siswa dituntut untuk bekerja dan bertanggung jawab sehingga di dalam kerja kelompok tidak ada anggota kelompok yang asal namanya saja tercantum sebagai anggota kelompok, tetapi semua harus aktif.

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdapat 3 karakteristik yaitu:

a. Kelompok kecil,

b. Belajar bersama, dan

c. Pengalaman belajar.

Esensi kooperatif learning adalah tanggung jawab individu sekaligus tanggung jawab kelompok, sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok optimal. Keadaan ini mendukung siswa dalam kelompoknya belajar bekerja sama dan tanggung jawab dengan sungguh-sungguh sampai suksesnya tugas-tugas dalam kelompok.

Pengajaran Bidang Bimbingan Pribadi dan Sosial

Pengajaran bidang Bimbingan Pribadi dan Sosialmerupakan salah satu bidang bimbingan dalam Bimbingan dan Konseling (BK) yang terbagi lagi menjadi 4 model bimbingan yaitu: bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karir.

Dalam kaitannya dengan belajar bidang bimbingan pribadi dan sosial dapat dikatakan kesulitan belajar bidang bimbingan pribadi dan sosial yang dihadapi siswa, sehingga mereka tidak dapat memanfaatkan siswa, sehingga mereka tidak dapat memanfaatkan kemampuan dirinya secara optimal untuk menguasai materi pembelajaran bidang bimbingan pribadi. oleh sebab itu guru seharusnya memandang kesulitan belajar bidang bimbingan pribadi dan sosial itu merupakan sebagian dari proses pembelajaran bidang bimbingan pribadi dan sosial di kelas.

Stres dan Depresi dalam Belajar

Stres dalam belajar adalah perasaan yang dihadapi oleh seseorang ketika terdapat tekanan-tekanan. Tekanan-tekanan tersebut berhubungan dengan belajar dan kegiatan sekolah, contohnya tenggat waktu PR, saat menjelang ujian, dan hal-hal yang lain. Stres yang terjadi di lingkungan sekolah yang terjadi dalam aktivitas belajar juga bisa disebut dengan stres dalam belajar. Jadi stres dalam belajar adalah suatu respon atau perasaan yang tidak mengenakkan yang dialami oleh seseorang yang dipengaruhi oleh individu dan situasi eksternal sehingga menimbulkan akibat-akibat khusus secara psikologis maupun fisiologis terhadap seseorang.

Sedangkan depresi menurut Agus Sulistyo dan Adi Mulyono (2009: 118) berpendapat bahwa “Depresi adalah keadaan mundur atau sepi, guncangan mental atau tekanan”. Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa depresi dapat terjadi akibat guncangan mental atau tekanan yang menimpa seseorang sehingga menjadikan dirinya menjadi mundur atau terpuruk. Depresi di dalam pembelajaran ini dapat terjadi karena seorang siswa tidak dapat mengelola stres akibat beban belajar yang berat terhadapnya.

Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang diajukan adalah:

1.       Melalui metode pembelajaran kooperatif model Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar bidang bimbingan pribadi dan sosial materi Mengatasi Stres dan Depresi pada Siswa Kelas XI APh di SMK Negeri 3 Sukoharjo Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016.

2.       Melalui metode pembelajaran kooperatif model Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar bidang bimbingan pribadi dan sosial materi Mengatasi Stres dan Depresi pada Siswa Kelas XI APh di SMK Negeri 3 Sukoharjo Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016.

3.       Melalui metode pembelajaran kooperatif model Jigsaw dapat meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar bidang bimbingan pribadi dan sosial materi Mengatasi Stres dan Depresi pada Siswa Kelas XI APh di SMK Negeri 3 Sukoharjo Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI Aph SMK Negeri 3 Sukoharjo selama 4 bulan yaitu mulai bulan Pebruari s/d Mei 2016.

 

Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswa kelas XI Aph Semester 2 tahun pelajaran 2015/2016. Jumlah siswa di kelas ini adalah 34 siswa. Sementara itu guru yang dijadikan subjek penelitian adalah peneliti sendiri dengan dibantu teman sejawat yang juga guru bidang studi BP/BK yaitu Ibu Setyo Utami, S.Pd.

Data dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa Kelas XI APh SMK Negeri 3 Sukoharjo dalam layanan kelompok untuk peningkatan prestasi dan aktivitas belajar siswa.

Sumber data yang berkaitan dengan prestasi dan aktivitas belajar siswa diperoleh dari hasil tes dan isian angket pada prasiklus, siklus I dan siklus II.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data dengan menggunakan:

a.     Observasi, yaitu pengamatan terhadap subyek penelitian, dimana penulis mencatatnya dalam lembar observasi hasil pengamatan tersebut.

b.     Dokumentasi, yaitu pengumpulan data berupa catatan-catatan mengenai pokok-pokok permasalahan yang diteliti, seperti: data siswa dan daftar nilai siswa.

c.     Catatan lapangan, Hasil dan Siklus I dilakukan refleksi dan rekomendasi hasil temuan untuk dijadikan bahan penyempurnaan pada penerapan Siklus II dan seterusnya sampai hasil belajar dan proses pembelajaran mencapai sesuatu dengan tujuan.

d.     Metode Interview, yaitu wawancara atau kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.

e.     Metode Angket, adalah sejumlah pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi dari responden tentang hal-hal yang ia ketahui.

Validitas Data

Data kualitatif yang berupa observasi terhadap siswa dalam proses pembelajaran, observasi teman sejawat, divalidasi melalui trianggulasi:

1.       Trianggulasi sumber: data yang berasal dari beberapa sumber melalui kolaborasi dengan teman sejawat.

2.       Trianggulasi metode data: data yang berasal dari berbagai metode yaitu dengan menggunakan beberapa teknik dan atau alat pengumpulan data antara lain dengan pengecekan silang antara sesama guru bimbingan konseling atau dengan guru yang lain agar diperoleh data yang akurat.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah metode analisis kualitatif dengan metode Induktif dan metode deduktif. Sedangkan metode analisa kuantitatif digunakan untuk menganalisa daya yang berupa angka-angka, dengan menggunakan rumus statistik sederhana dalam bentuk tabel distribusi frekwensi (persentase)

Indikator Kinerja / Keberhasilan

Penelitian ini dianggap berhasil apabila:

1.     Meningkatnya prestasi belajar dengan rata-rata tingkat keberhasilan siswa mencapai KKM sebesar 75 minimal 85%.

2.     Aktivitas belajar siswa mencapai kriteria tinggi (B) dan sangat tinggi (A) mencapai 85% dari jumlah siswa.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus)

Kriteria Ketuntasan Siswa Minimal adalah 75. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 45 dan nilai tertinggi adalah 85.

Dari hasil angket pra siklus dapat dijelaskan aktivitas belajar siswa Kelas XI APh SMK Negeri 3 Sukoharjo sebagai berikut:

1.   Siswa yang mendapatkan nilai A (sangat tinggi) dengan nilai 81-100 sebanyak 5 anak atau 15%.

2.   Siswa yang mendapatkan nilai B (tinggi) dengan nilai 61-80 sebanyak 5 anak atau 15%.

3.   Siswa yang mendapatkan nilai C (cukup) dengan nilai 41-60 sebanyak 12 anak atau 35%.

4.   Siswa yang mendapatkan nilai D (rendah) dengan nilai 21-40 sebanyak 6 anak atau 18%.

5.   Siswa yang mendapatkan nilai E (Sangat rendah) dengan nilai 0-20 sebanyak 6 anak atau 18%.

Berdasarkan aktivitas belajar yang rendah dalam pembelajaran pra siklus tersebut, timbul keprihatinan dari guru dan pihak sekolah akan perkembangan pribadi siswa ke arah depannya. Sebagai guru yang mengajar BK maka menjadi kewajiban untuk mengadakan perbaikan agar siswa dapat menerima kamajuan teknologi dan informasi ke arah yang positif yaitu siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Pertama-tama guru merefleksikan diri saat guru memberikan materi pembelajaran. Selama ini guru menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi. Hal ini yang diduga sebagai penyebab siswa menjadi jenuh saat pembelajaran. Untuk itulah dalam perbaikan pembelajaran akan digunakan metode layanan konseling dengan membentuk kelompok belajar dengan harapan akan ditemukan perubahan siswa dari malas belajar menjadi aktif dalam pembelajaran.

Siklus I

Kriteria Ketuntasan Siswa Minimal (KKM) pada materi “Mengatasi Stres dan Depresi” adalah 75. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 55 dan nilai tertinggi adalah 90.

Dari hasil angket siklus I dapat dijelaskan aktivitas belajar siswa Kelas XI APh SMK Negeri 3 Sukoharjo sebagai berikut:

1)   Siswa yang mendapatkan nilai A (Sangat Tinggi) dengan nilai 81-100 sebanyak 18 anak atau 53%.

2)   Siswa yang mendapatkan nilai B (Tinggi) dengan nilai 61-80 sebanyak 8 anak atau 24%.

3)   Siswa yang mendapatkan nilai C (Cukup) dengan nilai 41-60 sebanyak 8 anak atau 24%.

4)   Siswa yang mendapatkan nilai D (Rendah) dengan nilai 21-40 tidak ada atau 0%.

5)   Siswa yang mendapatkan nilai E (Sangat Rendah) tidak ada atau 0%.

Keadaan belajar siswa yang menunjukkan kurang berprestasinya siswa belajar di kelas pada siklus I sudah berkurang, dimana hanya ditemukan 13 siswa atau 39% yang tidak tuntas karena nilainya kurang dari 75, sedangkan 21 anak atau 62% sudah menunjukkan ketuntasan dalam belajar. Karena tingkat keberhasilan perbaikan baru mencapai 62% dan masih belum mencapai 85% sebagaimana ditetapkan dalam indikator keberhasilan, maka perbaikan siklus I dianggap belum berhasil.

Sedangkan pada aktivitas belajar siswa melalui pemberian angket yang dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 2016 diperoleh hasil siswa yang mendapatkan nilai A (sangat tinggi) sebanyak 18 anak atau 53% dan siswa yang mendapatkan nilai B (tinggi) sebanyak 8 anak atau 24% sehingga jumlahnya adalah 26 anak atau 77%. Hasil aktivitas belajar sebanyak 26 anak atau 77% masih belum mencapai 85% sebagaimana ditetapkan dalam indikator keberhasilan sehingga dilihat dari aktivitas belajar perbaikan siklus I belum berhasil.

Pada siklus I dilakukan perbaikan dengan melakukan bimbingan kepada siswa untuk membentuk kelompok belajar. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan stres dan depresi pada anak dalam menghadapi materi pembelajaran di sekolah. Pada siklus I ini perbaikan belum berhasil. Hal ini karena adanya faktor-faktor penghambat dalam upaya penanggulangan kurang berprestasinya siswa dalam belajar antara lain adalah:

a.     Adanya siswa yang belum memahami pentingnya arti belajar kelompok sehingga pada saat belajar kelompok masih ada siswa yang tergantung pada teman yang pandai.

b.    Kurangnya meratanya bimbingan dari guru saat pembelajaran kelompok.

c.     Kurangnya penghargaan yang diberikan oleh guru terhadap peningkatan belajar siswa.

Dikarenakan permasalahan-permasalahan tersebut, maka perbaikan pembelajaran dengan belajar kelompok kooperatif belajar masih belum menemukan hasil yang diharapkan. Untuk itu diperlukan perbaikan pembelajaran siklus II agar prestasi dan keaktivan belajar meningkat sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu mencapai 85%.

Siklus II

Kriteria Ketuntasan Siswa Minimal (KKM) pada materi “Mengatasi Stres dan Depresi” adalah 75. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 65 dan nilai tertinggi adalah 95.

Dari hasil angket siklus II dapat dijelaskan aktivitas belajar siswa Kelas XI APh SMK Negeri 3 Sukoharjo sebagai berikut:

1)   Siswa yang mendapatkan nilai A (sangat tinggi) dengan nilai 81-100 sebanyak 25 anak atau 74%.

2)   Siswa yang mendapatkan nilai B (tinggi) dengan nilai 61-80 sebanyak 7 anak atau 21%.

3)   Siswa yang mendapatkan nilai C (cukup) dengan nilai 41-60 sebanyak 2 anak atau 6%.

4)   Siswa yang mendapatkan nilai D (rendah) dengan nilai 21-40 tidak ada atau 0%.

Siswa yang mendapatkan nilai E (Sangat rendah) tidak ada atau 0%.

Pada siklus II dilakukan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model Jigsaw dengan memperbaiki perbaikan siklus I yang masih dianggap gagal karena prestasi dan aktivitas belajar masih di bawah indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu kurang dari 85%. Adapun perbaikan yang dilakukan pada siklus II yaitu dengan memberikan bimbingan secara merata kepada seluruh kelompok, memberi bimbingan pada siswa yang sulit aktif dalam belajar, dan memberikan penghargaan kepada peningkatan keaktivan belajar siswa.

Pada siklus II hasil yang dicapai adalah prestasi belajar Kelas XI APh SMK Negeri 3 Sukoharjo sebanyak 33 siswa atau 94% telah tuntas dalam pembelajaran sedangkan 2 siswa atau 6% tidak tuntas. Karena tingkat keberhasilan sudah mencapai 94% lebih besar dari 85% sebagaimana ditetapkan dalam indikator keberhasilan, maka dilihat dari prestasi belajar siswa di kelas perbaikan pembelajaran sudah berhasil. Sedangkan pada aktivitas belajar siswa melalui pemberian angket yang dilaksanakan pada tanggal 20 Pebruari 2016 diperoleh hasil dari 34 siswa sebanyak 25 siswa atau 74% mendapatkan nilai A (sangat tinggi) dan 7 siswa atau 20% mendapatkan nilai B (tinggi), sehingga siswa yang mendapatkan nilai A dan B sebanyak 32 siswa atau 94%. Karena tingkat keberhasilan keaktivan belajar siswa yang mendapatkan nilai A dan B dalam kategori sangat tinggi dan tinggi sudah mencapai 94% dan telah melebihi 85% sebagaimana ditetapkan dalam indikator keberhasilan maka perbaikan siklus II dianggap berhasil.

Adapun keberhasilan ini dikarenakan adanya langkah-langkah perbaikan antara lain adalah:

a.     Keberhasilan layanan bimbingan belajar secara kooperatif dimana siswa yang kesulitan dalam belajar sehingga menjadi stres dan depresi menghadapi pembelajaran menjadi aktif dengan belajar bersama-sama. Bimbingan belajar merupakan suatu layanan yang diberikan kepada siswa agar dapat meningkatkan motivasi belajar, kemampuan belajar, serta mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik.

b.     Pembentukan bimbingan kelompok belajar dengan pendekatan kooperatif pada siklus II dengan jumlah 5 siswa setiap kelompoknya memberikan peran yang besar agar setiap siswa aktif dalam pembelajaran sehingga semua anggota kelompok menjadi aktif dalam belajar.

c.     Bimbingan guru secara menyeluruh dan merata kepada semua kelompok menjadikan setiap siswa merasa diperhatikan sehingga menumbuhkan kemauan untuk aktif dalam kelompok.

d.     Adanya reward atau penghargaan yang dapat menumbuhkan motivasi dalam belajar.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.     Salah satu permasalahan yang terjadi di Kelas XI APh SMK Negeri 3 Sukoharjo adalah adanya prestasi dan aktivitas belajar yang rendah siswa yang rendah saat belajar di kelas. Rendahnya prestasi belajar pada bidang studi Bimbingan Konseling adalah tingkat ketuntasan belajar siswa pada pra siklus sangat rendah yaitu hanya 14 siswa atau 41% tuntas dalam pembelajaran sedangkan sebanyak 20 siswa atau 59% siswa belum tuntas. Sedangkan aktivitas siswa belajar dengan kriteria aktivitas Baik dan Sangat Baik hanya 29%. Bentuk aktivitas belajar yang rendah antara lain: tidak memperhatikan saat guru menerangkan, mengerjakan kegiatan lain dan tidak mau mengerjakan tugas-tugas sekolah. Untuk menyikapi permasalahan tersebut maka peneliti selaku guru BK pada kelas XI APh melakukan perbaikan dengan tindakan Bimbingan Konseling kelompok dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model jigsaw yaitu melakukan pembelajaran kelompok dengan terlebih dahulu membagi kelompok dengan kemampuan siswa yang heterogen, memberikan pembekalan pada tim ahli, melakukan diskusi kelompok dan melakukan presentasi serta pembimbingan kepada seluruh kelompok.

2.     Hasil penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: Pada Siklus I: Ketuntasan siswa dalam belajar adalah sebanyak 21 siswa atau 62%. Ketuntasan sebesar 62% belum memenuhi indikator keberhasilan yaitu 85%. Aktivitas siswa dengan kriteria tinggi dan sangat tinggi sebesar 76%. Ketuntasan sebesar 76% belum memenuhi indikator keberhasilan yaitu 85%, sehingga siklus I dianggap gagal. Pada siklus II: Ketuntasan siswa dalam belajar adalah sebanyak 32 siswa 94% siswa telah tuntas dalam pembelajaran. Aktivitas yang dicapai adalah sebesar 94% siswa mempunyai aktivitas belajar yang tinggi dan sangat tinggi. Peningkatan aktivitas belajar sebesar 94% yang berada di atas 85% ini menandakan bahwa perbaikan pembelajaran pada siklus II telah berhasil. Berdasarkan hasil penelitian, maka Melalui metode pembelajaran kooperatif model Jigsaw dapat meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar bidang bimbingan pribadi dan sosial materi Mengatasi Stres dan Depresi pada Siswa Kelas XI APh di SMK Negeri 3 Sukoharjo Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016, terbukti kebenarannya.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Juntika Nurihsan. 2007. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.

Agus Sulistyo dan Adi Mulyono. 2004. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surakarta: CV. Ita.

Kumasna Pachrudin, E. 2009, Proses Belajar Mengajar: Azas, Strategi, Metode, Jurusan Pendidikan Dunia Usaha, FPIPS IKIP Bandung.

Hamalik, Omar. 2009. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Purwodaarminto, WS. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Winkel WS. 2009. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Winkel dan Sri Hastuti. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.