METODE MIND MAPPING DAN ALAT PERAGA PETA
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS
MATERI NEGARA MAJU DAN BERKEMBANG
MELALUI PENERAPAN METODE MIND MAPPING DAN ALAT PERAGA PETA PADA SISWA KELAS IX B SEMESTER GANJIL
SMP NEGERI 1 POLOKARTO TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Rukidi
SMP Negeri 1 Polokarto
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar IPS materi potensi lokasi Indonesia pada siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Polokarto semester ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016 melalui penerapan metode mind mapping dan penggunaan alat peraga peta. Pelaksanaan penelitian ini menggunakan bentuk Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus, dilaksanakan di SMP Negeri 1 Polokarto dengan subjek penelitian seluruh siswa kelas IX I SMP Negeri 1 Polokarto semester ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 32 siswa. Metode penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, dokumentasi dan tes. Analisis data dilakukan dengan 3 (tiga) tahapan meliputi: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hipotesis menyatakan melalui penerapan metode mind mapping dan penggunaan alat peraga peta dapat meningkatkan prestasi belajar IPS materi potensi lokasi Indonesia pada siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Polokarto semester ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016. Data empirik menyatakan bahwa melalui penerapan metode mind mapping dan penggunaan alat peraga peta dapat meningkatkan prestasi belajar IPS materi potensi lokasi Indonesia pada siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Polokarto semester ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016. Peningkatan terjadi dari kondisi awal nilai rata-rata prestasi belajar IPS siswa hanya 66 (jauh di bawah nilai KKM) dan ketuntasan hanya 17 siswa (53.1%), meningkat ke kondisi akhir siklus II nilai rata-rata prestasi belajar IPS siswa menjadi 72.4 (di atas nilai KKM) dan jumlah siswa kelas IX B yang mencapai nilai ketuntasan KKM sebanyak 28 siswa (87.5%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan metode mind mapping dan penggunaan alat peraga peta dapat meningkatkan prestasi belajar IPS materi potensi lokasi Indonesia pada siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Polokarto semester ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016.
Kata kunci: prestasi belajar, metode mind mapping, alat peraga peta.
PENDAHULUAN
Pendidikan sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa diharapkan mampu memberikan peran dan andilnya dalam meningkatkan pembangunan. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi seseorang, karena dengan pendidikan yang lebih baik seseorang akan dapat menentukan masa depannya. Oleh karena itu, untuk menunjang pendidikan, Pemerintah membentuk suatu lembaga pendidikan yaitu sekolah sebagai lembaga formal yang menyelenggarakan pendidikan secara berencana, terorganisir, terarah dan sistematis. Tetapi sejauh mana efektifitas dalam mewujudkan masa depan, sangatlah ditentukan oleh komponen–komponen yang terlibat dalam pendidikan yang salah satu diantaranya adalah guru.
Guru merupakan komponen yang penting peranannya dalam kegiatan pembelajaran, yang mengendalikan susasana belajar di kelas. Oleh karena itu, sedini mungkin guru haruslah mampu berperan sebagai pelaku proses dan juga sekaligus sebagai evaluator terhadap proses pembelajaran yang diberikan kepada siswa. Sebagai pelaku, guru merupakan orang yang bertindak sebagai sumber belajar yang menyimpan atau menyalurkan pesan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi dinyatakan bahwa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan bekerjasama, besosialisasi, berempati dan mampu menyelesaikan terkait masalah sosial dengan baik. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) didominasi oleh aspek kognitif yang bersifat deskriptif menimbulkan kesulitan tersendiri dalam proses belajar mengajar baik itu dialami oleh guru yang menyampaikan materi atau siswa sebagai subjek penerima materi pelajaran. Permasalahan tersebut juga terjadi pada siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Polokarto semester ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016, khususnya pada materi potensi lokasi Indonesia. Secara umum materi tersebut disampaikan dengan metode ceramah. Hal ini menimbulkan kejenuhan dan kebosanan pada diri siswa, untuk menghindari proses yang membosankan maka, perlu dicarikan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi tersebut.
Dari hasil pengamatan dan evaluasi peneliti sebagai guru kelas IX B SMP Negeri 1 Polokarto semester ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran IPS masih banyak permasalahan yang dialami siswa maupun guru, antara lain:
1. Para siswa kurang bersemangat dalam mempelajari materi ini dan beberapa siswa menyatakan bahwa pokok bahasan ini dirasa membosankan dan banyak hafalan.
2. Nilai rata-rata prestasi belajar IPS siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Polokarto hanya 66, masih di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan dalam pembelajaran IPS, yaitu 75.
3. Jumlah siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Polokarto yang berhasil mencapai nilai KKM hanya 17 siswa (53.1%) dari total 32 siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Polokarto semester ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016.
4. Siswa banyak yang tidak mengerjakan tugas guru.
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa dalam pembelajaran IPS siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Polokarto semester ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016 mengalami kesulitan belajar sehingga prestasi belajar IPS siswa rendah. Berdasarkan analisis peneliti yang menjadi faktor penyebabnya adalah sebagai berikut:
1. Guru dalam menjelaskan materi pelajaran kurang menarik karena tidak menggunakan alat peraga dan metode mengajar yang digunakan kurang kreatif.
2. Guru tidak menggunakan media pembelajaran yang berkaitan dengan materi pelajaran.
3. Selama menjelaskan materi pelajaran guru tidak pernah bertanya pada siswa.
Berdasarkan fakta tersebut perlu diterapkan metode dan strategi pembelajaran yang tepat yang mampu menjelaskan, memotivasi anak untuk belajar sungguh-sungguh bahkan mampu menarik hati dan menyenangkan anak sehingga siswa paham betul tentang pokok bahasan ini. Dengan kata lain perlu diterapkan metode yang lebih baik yang dapat mempermudah siswa untuk memahami dan menguasai pembelajaran pokok bahasan potensi lokasi Indonesia.
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni “prestasi” dan “belajar”. Antara kata “prestasi” dan “belajar” mempunyai arti yang berbeda. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan atau diciptakan baik secara individual maupun kelompok (Djamarah, 1994: 19). Sedangkan menurut Mas’ud Khasan Abdul Qohar (dalam Djamarah, 1994: 19), prestasi adalah hasil pekerjaan ataupun hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dari keuletan kerja. Sementara menurut Nasrun Harahap, prestasi adalah penilaian yang diberikan kepada siswa dilihat dari kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaraan yang telah dipelajari.
Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan siswa untuk memperoleh ilmu pengetahuan dari bahan yang telah dipelajari (Djamarah, 1994: 21). Belajar merupakan proses berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara bereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Syaiful Sagala, 2007: 13).
Teori belajar kognitivisme menyatakan bahwa belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman (Uno, dkk., 2008: 56 & 59). Untuk teori belajar konstruktivisme dan teori belajar modern tidak diraikan dalam tulisan demi menghindari kebingunan dalam penafsiran pempaca.
Slameto (2003: 12) juga menjelaskan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya.
Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Kemudian Witherington (dalam Usman dan Setiawati, 2001: 5) menyatakan bahwa “Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian atau suatu pengertian”. Selanjutnya, Gagne (dalam Slameto, 2003: 13) memberikan dua definisi belajar, yakni: (1) belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku; dan (2) belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.
Sedangkan menurut Slameto (dalam Djamarah, 1994: 22) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingakah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sementara dalam perspektif kenabian, belajar adalah proses memperoleh ilmu pengetahuan dengan kemampuan manusia yang telah diberikan oleh Tuhan yaitu dengan menggunakan hati, inderawi, akal piker, jiwa dan alat geraknya sehingga dapat menghasilkan sesuatu. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh dari kegiatan belajar yang dilakukan siswa.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dikenal juga dengan sebutan social studies adalah kajian mengenai manusia dengan segala aspeknya dalam sistem kehidupan bermasyarakat. IPS mengkaji bagaimana hubungan manusia dengan sesamanya di lingkungan sendiri, dengan tetangga yang dekat sampai jauh. IPS juga mengkaji bagaimana manusia bergerak dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian, IPS mengkaji tentang keseluruhan kegiatan manusia.
Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai mata pelajaran dalam dunia pendidikan dasar dan menengah di negara kita, secara historis muncul bersamaan dengan diberlakukannya Kurikulum SD, SMP, dan SMA tahun 1975. IPS memiliki kekhasan dibandingkan dengan mata pelajaran lain sebagai pendidikan disiplin ilmu, yakni kajian yang bersifat terpadu (integrated), interdisipliner, multidimensional bahkan cross-diciplinary (Somantri, 2001: 101).
Mata pelajaran IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SMP, mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik disiapkan dan diarahkan agar mampu menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
Mata pelajaran IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SMP, mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik disiapkan dan diarahkan agar mampu menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
Metode pembelajaran mind mapping merupakan metode pembelajaran yang mampu meningkatkan pemahaman siswa karena model pembelajaran ini memuat siswa lebih mandiri dalam memahami konsep dalam suatu kegiatan pembelajaran. Mind map adalah cara mencatat yang kreatif dan efektif, cara mudah memasukkan dan mengeluarkan informasi dalam otak, mind map menggunakan warna, simbol, kata, garis lengkung dan gambar yang sesuai dengan cara kerja otak (Buzan, 2004: 6-7).
Mind Mapping yang diterapkan dalam pembelajaran didasarkan pada: (1) informasi bisa diorganisir di sekitar tema/topik utama dan pokok-pokok kaitan, (2) informasi yang terkait lebih baik diringkas dan dipadatkan untuk bisa disajikan atau diingat kembali dengan mudah. Berpijak pada pemikiran di atas, otak manusia berfungsi untuk mengatur dan menyimpan informasi. Otak kita sering kali mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, suara, bentuk-bentuk dan perasaan. Mind Mapping menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan dan merencanakan. Mind Mapping ini dapat membangkitkan ide-ide orisinal dan memicu ingatan yang mudah (De Porter, 2002: 155).
Adapun prosedur yang dapat diikuti dalam pembelajaran dengan mind mapping adalah: (1) sediakan selembar kertas putih kosong dan letakkan mendatar, (2) siapkan juga spidol atau pensil warna (krayon) dan materi yang akan dibahas, (3) tuliskan judul bacaan atau topik yang sedang dipelajari di tengah kertas, (4) siswa mulai mind mapping atau peta pikiran dengan membuat sentra gambar, yang menggunakan topik atau gagasan utamanya di tengah kertas, (5) siswa memecah topik menjadi unsur-unsur dan menarik garis yang menggunaan spidol warna untuk tiap sub topik, (6) sediakan waktu yang cukup bagi siswa untuk menyusun mind mapping dan mereka bisa melihat karya siswa yang lain guna mendapatkan gagasan yang baru dan selanjutnya bias dipakai untuk bahan masukan guna menyelesaikan peta pikirannya, (7) sebagai kegiatan akhir, guru memberi waktu pada siswa untuk saling bercerita tentang peta pikiran mereka (Silberman, 2004: 216).
Alat peraga pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan / pengajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan meragakan sesuatu dalam proses pendidikan pengajaran.
Sudjana (2009) menyatakan pengertian alat peraga pendidikan adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien. Sedangkan Sulaiman (1981) menyatakan bahwa alat peraga pendidikan adalah adalah alat-alat yang dapat dilihat dan didengar untuk membuat cara berkomunikasi menjadi efektif”. Sedangkan yang dimaksud dengan alat peraga menurut Nasution (1985: 95) adalah “alat bantu dalam mengajar lebih efektif”.
Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian / pengetahuan yang diperoleh. Dengan perkataan lain, alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu objek sehingga mempermudah persepsi.
Berdasarkan uraian di atas, maka guru peneliri tertarik untuk melaksanakan suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul: ”UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI POTENSI LOKASI INDONESIA MELALUI PENERAPAN METODE MIND MAPPING DAN ALAT PERAGA PETA PADA SISWA KELAS IX B SEMESTER GANJIL SMP NEGRI 1 POLOKARTO TAHUN PELAJARAN 2015/2016”.
METODE PENELITIAN
Penelitian tentang upaya peningkatan prestasi belajar IPS materi potensi lokasi Indonesia melalui penerapan metode mind mapping dan penggunaan alat peraga peta pada siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Polokarto ini merupakan bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Kemmis dan Taggart, terdiri dari empat tahapan, yaitu: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi. Dengan demikian prosedur penelitian ini memiliki siklus, rencana tujuan yang diinginkan dengan tindakan yang paling efektif.
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah seluruh siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Polokarto semester ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 32 siswa. Sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah rendahnya prestasi belajar IPS siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Polokarto semester ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016 serta penerapan metode mind mapping dan penggunaan alat peraga peta.
Validasi data pada penelitian ini menggunakan dua validasi data yaitu validasi data prestasi belajar siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Polokarto semester ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016 baik data prestasi belajar siswa setelah pelaksanaan siklus I maupun data prestasi belajar siswa setelah pelaksanaan siklus II diperoleh dengan teknik tes. Supaya data yang diperoleh valid perlu dilakukan validasi isi.
Selain itu peneliti juga melakukan validitas data dengan teknik observasi. Supaya data tersebut valid, peneliti membandingkan hasil observasinya dengan hasil observasi teman sejawat.
Dalam penelitian ini ada 3 data, yaitu data prestasi belajar siswa yaitu data prestasi belajar siswa kondisi awal sebelum pelaksanaan PTK, data prestasi belajar siswa setelah pelaksanaan siklus I, dan prestasi belajar siswa setelah pelaksanaan siklus II. Ketiga data tersebut dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif komparatif dan dilanjutkan dengan reflektif yang dilakukan pada akhir siklus I dan siklus II.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Setelah peneliti melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) melalui penerapan metode mind mapping dan penggunaan alat peraga peta, maka diperoleh data empiris peningkatan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Polokarto semester ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016 sebagai berikut.
Data empiris hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi awal guru masih menggunakan metode ceramah, belum menerapkan metode mind mapping dan menggunakan alat peraga dalam pembelajaran IPS di kelas IX B. Nilai rata-rata prestasi belajar IPS siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Polokarto adalah 66 (jauh dibawah KKM), nilai tertinggi siswa adalah 80 dan nilai terendah adalah 50. Jumlah siswa yang mencapai KKM hanya 17 siswa (53.1%) dari total 32 siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Polokarto, artinya masih ada 15 siswa lain yang nilainya di bawah KKM.
Pada siklus I peneliti sudah menerapkan metode mind mapping dan penggunaan alat peraga peta dalam pembelajarn IPS di kelas IX B SMP Negeri 1 Polokarto. Dari data pada siklus I di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata prestasi belajar IPS adalah 73 (di bawah nilai KKM), nilai tertinggi siswa adalah 85 dan nilai terendah adalah 55. Sedangkan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan adalah 23 siswa (71.9%).
Pada siklus II guru peneliti juga menerapkan metode mind mapping dan penggunaan alat peraga peta dalam pembelajaran IPS di kelas IX B SMP Negeri 1 Polokarto. Dari data prestasi belajar IPS pada siklus II menunjukkan bahwa nilai rata-rata prestasi belajar IPS adalah 80 (di atas nilai KKM), nilai tertinggi siswa adalah 90 dan nilai terendah adalah 65. Jumlah siswa kelas IX B yang mencapai nilai ketuntasan KKM sebanyak 28 siswa (87.5%).
PENUTUP
Simpulan
Kesimpulan dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Hipotesis menyatakan melalui penerapan metode mind mapping dan penggunaan alat peraga peta dapat meningkatkan prestasi belajar IPS materi potensi lokasi Indonesia pada siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Polokarto semester ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016.
Data empirik menyatakan bahwa melalui penerapan metode mind mapping dan penggunaan alat peraga peta dapat meningkatkan prestasi belajar IPS materi potensi lokasi Indonesia pada siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Polokarto semester ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016. Peningkatan terjadi dari kondisi awal nilai rata-rata prestasi belajar IPS siswa hanya 66 (jauh di bawah nilai KKM) dan ketuntasan hanya 17 siswa (53.1%), meningkat ke kondisi akhir siklus II nilai rata-rata prestasi belajar IPS siswa menjadi 72.4 (di atas nilai KKM) dan jumlah siswa kelas IX B yang mencapai nilai ketuntasan KKM sebanyak 28 siswa (87.5%).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan metode mind mapping dan penggunaan alat peraga peta dapat meningkatkan prestasi belajar IPS materi potensi lokasi Indonesia pada siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Polokarto semester ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016.
Saran
Berdasarkan penelitian ini, ada beberapa saran yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
1. Bagi Guru
a. Untuk memanfaatkan metode mind mapping dan penggunaan alat peraga peta sebagai alternatif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Dengan adanya peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan penggunaan alat peraga peta dan metode mind mapping, maka dapat memberi motivasi pad aguru lain untuk implementasi metode mind mapping dan penggunaan alat peraga peta.
2. Bagi siswa
a. Dengan pembelajaran dengan penggunaan alat peraga peta dan metode mind mapping hendaknya siswa dapat memanfaatkannya dengan baik sehingga kemampuan belajar siswa dapat meningkat.
b. Dalam menggunakan alat peraga peta dan metode mind mapping hendaknya siswa lebih aktif sendiri dan berusaha menemukan konsep pembelajaran.
Daftar Pustaka
Buzan, Tony. 2004. Mind map untuk Meningkatkan Kreativitas. Jakarta: Gramedia
Buzan, Tony. 2007. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: Gramedia
De Porter, Bobbi. 2002. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa
Depdiknas. 2003. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional
Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
Djamarah, Syaiful bahri. 1994. Prestasi Belajar Dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.
Nana Sudjana. 2009. Dasar-dasar proses belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Pusat Kurikulum. 2006. Model pengembangan silabus mata pelajaran dan rencana pelaksanaan pembelajaran IPS terpadu. Jakarta.
Sagala, Syaiful. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Silberman, Mel. 2004. Active Learning. 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Yappendis
Slameto. 2003. Belajar dan faktor – faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka cipta
Somantri, Numan. 2001. Menggagas pembaharuan pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sundawa, D. 2006. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. Bandung: UPI Press
Uno, Hamzah. 2008. Teori Motivasi Belajar dan Pengukurannya, Jakarta: Bumi. Aksara
Usman, Uzer dan Lilis Setiawati. 2001. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar. Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya