SUPERVISI TEKNIK PERCAKAPAN PRIBADI

MODEL CAUSAL CONFERENCE TERENCANA

SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN GURU

DALAM MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN

DI SD NEGERI 3 KLAMBU UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN KLAMBU KABUPATEN GROBOGAN SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Edy Munanto

Kepala Sekolah SD Negeri 3 Klambu UPTD Pendidikan Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan guru dalam membuka dan menutup pelajaran bagi guru SD Negeri 3 Klambu UPTD Pendidikan Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017 setelah dilakukan pembinaan teknik percakapan pribadi model causal conference terencana.Subjek penelitian ini adalah 7 guru di SD Negeri 3 Klambu UPTD Pendidikan Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan. Penelitian ini dilakukan pada semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017 selama 4 bulan. Analisis data menggunakan analisis deskriptif komparatif. Langkah-langkah penelitian dilakukan dari siklus dengan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Keberhasilan tindakan ditentukan apabila semua guru telah memiliki kategori baik dengan nilai rata-rata minimal lebih dari 3.5 (> 3.5), dengan prosentase penguasaan indikator telah mencapai lebih dari >85% (baik). Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran melalui supervisi teknik percakapan pribadi model causal conference di SD Negeri 3 Klambu UPTD Pendidikan Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan dapat meningkatkan dengan maksimal. Peningkatan nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus I meningkat dari 1.79 menjadi 2.46. Nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II meningkat dari 2.46 menjadi 3.25. Nilai rata-rata dari siklus II ke siklus III meningkat dari 3.25 menjadi 3.76. Nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus III meningkat secara keseluruhan dari 1.79 menjadi 3.76. Peningkatan prosentase ketercapaian indikator dari kegiatan prasiklus hingga siklus III mengalami peningkatan sebesar 49.21%. Kegiatan prasiklus prosentase ketercapaian indikator sebesar 44.84% meningkat menjadi 61.51% pada siklus I. Kegiatan siklus I prosentase ketercapaian indikator sebesar 61.51% meningkat menjadi 81.35% pada siklus II. Kegiatan siklus II prosentase ketercapaian indikator sebesar 81.35% meningkat menjadi 94.05% pada siklus III.

Kata kunci: pelaksanaan pembelajaran STAD, pembinaan, classroom conference

 

PENDAHULUAN

Guru mempunyai peran penting dalam kegiatan belajar mengajar. Guru merupakan tenaga pendidik yang mempunyai kesempatan paling besar untuk mempengaruhi siswa, baik pengaruh positif maupun negatif, karena sebagian besar waktu dalam kehidupan siswa bersama guru di sekolah. Untuk itu guru membutuhkan ketrampilan yang baik agar mampu melaksanakan tugras profesionalismenya dengan baik.

Salah satu ketrampilan guru yang harus dikuasai adalah ketrampilan membuka dan menutup pelajaran. Ketrampilan ini merupakan salah satu dari 8 (delapan) ketrampilan dasar mengajar yang harus dimiliki oleh seorang guru selain ketrampilan yang lainnya yaitu: Ketrampilan bertanya, Ketramilan memberi penguatan, Ketrampilan memberi variasi, Ketrampilan menjelaskan, ketrampilan memimpin diskusi kelompok kecil, ketrampilan mengelolah kelas, dan ketrampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.

Membuka dan menutup pelajaran merupakan salah bagian dari langkah pembelajaran yang perlu mendapat perhatian guru. Membuka pelajaran merupakan waktu yang tepat untuk menyiapkan kondisi siap mental siswa untuk mengikuti kegiatan inti pelajaran, membangkitkan motivasi dan perhatian siswa untuk mengikuti pelajaran, memberikan gambaran batasan-batasan tugas atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, menyadarkan siswa akan hubungan antara pengalaman/bahan yang sudah diketahui dengan yang akan dipelajari, dan memberikan gambaran tentang kegiatan yang akan dilalui siswa.

Menutup pelajaran juga kegiatan yang tidak kalah penting dengan membuka dan menyampaikan inti pembelajaran. Menutup pelajaran merupakan waktu yang tepat agar guru dapat memusatkan perhatian siswa pada akhir pelajaran, memberi pemahaman yang utuh dan mantap tentang materi yang baru dibahas, mengetahui tingkat pencapaian hasil pelajaran yang telah dilakukan (guru dan siswa), dan memberikan tindak lanjut yang diperlukan sesuai hasil pembelajaran yang dicapai.

Kenyataannya, dalam pelaksanaan pembelajaran khususnya di SD Negeri 3 Klambu, UPTD Pendidikan Kecamatan Klambu, Kabupaten Grobogan, kegiatan membuka dan menutup pelajaran tersebut kurang mendapat perhatian yang serius dari guru. Walaupun kegiatan tersebut dilakukan, namun hanya dilakukan secara sepintas, artinya kurang mendapat penekanan dan waktu yang cukup. Guru lebih mementingkan menyampaikan inti pokok materi daripada mengawali pembelajaran dengan melakukan aktivitas membuka pembelajaran dan menutup pembelajaran dengan proporsional.

Kondisi tersebut tentunya berdampak negatif terhadap perkembangan siswa dalam belajar, saat awal pembelajaran siswa kurang memiliki kesiapan yang baik untuk menerima materi pembelajaran. Pada akhir pembelajaran, siswa kurang memperoleh kesan yang mendalam dari apa yang dipelajarinya, sehingga dalam melaksanakan pembelajaran siswa tidak dapat belajar secara maksimal.

Berdasarkan data awal yang diperoleh dari informasi yang disampaikan oleh beberapa guru, diketahui bahwa tidak dilakukannya langkah membuka dan menutup pembelajaran, disebabkan oleh beberapa hal: (1) durasi waktu yang tersedia dengan materi pembelajaran kurang seimbang, (2) guru lebih mementingkan penyampaian meterei pembelajaraan dibanding dengan memperhatikan kesiapan siswa dan memberi penekanan pada pemahaman siswa. (3) Kurangnya pengawasan terhadap langkah pembelajaran.

Permasalahan tersebut menjadi perhatian Kepala Sekolah sebagai pembina guru di lingkungan SD Negeri 3 Klambu, setidaknya ketrampilan guru dalam membuka dan menutup pembelajaran harus ditingkatkan sehingga kegiatan membuka dan menutup pembelajaran tersebut dapat dilaksanakan dengan baik. Berbagai pembinaan telah dilakukan melalui rapat-rapat rutin, namun secara spesifik pembinaan untuk meningkatkan ketrampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran melalui tindakan nyata belum pernah dilakukan, untuk itu sebagai tindakan perbaikan dan sekaligus sebagai kegiatan pengembangan profesionalisme akan dilakukan pembinaan dengan teknik percakapan pribadi model causal conference terencana, yaitu suatu model pembinaan melalui percakapan, dialog, dan saling tukar pikiran antara supervisor dan guru secara kebetulan yang tidak diharapkan namun terencana, artinya pertemuan dengan guru dilakukan saat guru tidak sedang dalam melaksanakan tugas, di tempat yang tidak ditentukan yang secara kebetulan supervisor dan guru bertemu. Agar tindakan tersebut hasilnya lebih nyata, maka tindakan ini didesain dalam suatu penelitian tindakan sekolah dengan judul: “Supervisi Teknik Percakapan Pribadi Model Causal Conference Sebagai Upaya Peningkatan Keterampilan Guru Dalam Membuka dan Menutup Pelajaran di SD Negeri 3 Klambu UPTD Pendidikan Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apakah pembinaan teknik percakapan pribadi model causal conference terencana, dapat meningkatkan kemampuan guru dalam membuka dan menutup pelajaran di SD Negeri 3 Klambu UPTD Pendidikan Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah: untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan guru dalam membuka dan menutup pelajaran bagi guru SD Negeri 3 Klambu UPTD Pendidikan Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017 setelah dilakukan pembinaan teknik percakapan pribadi model causal conference terencana.

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Supervisi

Menurut Sukirman, dkk (2010: 105), supervisi sebagai suatu proses pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik, pada akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang lebih baik yang disebut dengan supervisi klinis. Terry mendefinisikan supervisi sebagai suatu usaha mencapai hasil yang diinginkan dengan mendayagunakan bakat/kemampuan alami manusia dan sumber-sumber yang memfasilitasi, yang ditekankan pada bakat/kemampuan alami manusia (Mulianto, 2006:3). Menurut Mulyasa (2003:155), supervisi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan yang ditujukan terutama untuk mengembangkan efektivitas kinerja personalia sekolah yang berhubungan tugas-tugas utama pendidikan.

Percakapan Pribadi Model Causal Conference

Menurut Sagala (2009: 217) percakapan pribadi adalah suatu teknik dalam pemberian layanan kepada guru latih dengan mengadakan pembicaraan tentang masalah yang dihadapi guru latih. Pertemuan pribadi antara supervisor dengan guru untuk membicarakan masalah-masalah khusus yang dihadapi guru. Individual-conference atau percakapan pribadi antara seorang supervisor dengan seorang guru. Dalam percakapan itu kedua-duanya berusaha berjumpa dalam pengertian tentang mengajar yang baik. (Sahertian, 2000: 73). Menurut Sahertian (2000: 75) causal conference yaitu percakapan yang dilaksanakan secara kebetulan, yang tidak diharapkan. Misalnya supervisor kebetulan bertemu dengan seorang guru yang baru selesai mengajar dan sambil berjalan, guru mengemukakan suatu problema yang dialami dan terjadilah percakapan sambil mereka berjalan menuju ke ruang kepada sekolah.

Keterampilan Guru

Keterampilan dasar mengajar (teaching skills) adalah kemampuan atau keterampilan yang bersifat khusus (most specific instructional behaviours) yang harus dimiliki oleh guru, dosen, instruktur, atau widyaiswara agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara efektif,efisien dan profesional (Suryobroto. 2008: 76). Keterampilan guru merupakan seperangkat perilaku nyata guru pada waktu memberikan pelajaran pada siswanya (Charles Jhonson, dalam Rochman Natawidjaya, 2000: 153). Myers dan Botti (2002) dalam penelitiannya tentang pembelajaran berbasis masalah, menyatakan bahwa keterampilan guru adalah komponen kunci dalam keberhasilan menerapkan dan mengimplementasikan suatu model pembelajaran.

Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Mulyasa (2008: 83) mengatakan membuka dan menutup pelajaran merupakan dua kegiatan rutin yang dilakukan guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran. Membuka dan menutup pelajaran yang dilakukan secara profesional akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan pembelajaran. Menutup pelajaran (closure) adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses pembelajaran.

KERANGKA PEMIKIRAN

Ketrampilan membuka dan menutup pelajaran merupakan salah satu ketrampilan dasar mengajar yang harus dimiliki oleh seorang guru. Selain sebagai ketrampilan dasar, membuka dan menutup pelajaran merupakan salah langkah pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru, agar dalam proses pembelajaran dapat memberi pemahaman yang mendalam kepada siswa tentang materi pembelajaran yang dipelajari.

Untuk meningkatkan ketrampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran, dapat dilakukan melalui pembinaan teknik percakapan privadi model cacusal conference terencana, yaitu model percakapan pribadi antara supervisor dengan guru di sela-sela guru melaksanakan tugasnya dengan tempat yang tidak ditentukan, artinya setiap ada kesempatan, supervisor berdialog dengan guru untuk bersama-sama memecahkan permasalahan terkait dengan membuka dan menutup pelajaran.

Melalui pembinaan teknik percakapan pribadi model causal conference terencana tersebut, akan tercipta suasana yang santai, dan secara pribadi supervisor dan guru dapat menyampaikan pendapatnya dengan leluasa. Sehingga kekurangan guru berdasarkan penilaian yang objektif guru secara sadar akan memperbaiki kekuranganya.

Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah melalui supervisi teknik causal conference terencana, dapat meningkatkan keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran di SD Negeri 3 Klambu UPTD Pendidikan Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017.

 

 

METODE PENELITIAN TINDAKAN

Desain Penelitian Tindakan

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan sekolah (PTS). PTS bertujuan untuk mencari pemecahan permasalahan di SD Negeri Klambu 3, yaitu rendahnya keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran. Dipilihnya desain ini karena peneliti sebagai kepala sekolah ingin ingin meningkatkan keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran dengan tindakan yang nyata yaitu berupa pembinaan teknik percakapan pribadi model causal conference.

Subjek dan Obyek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru SD Negeri 3 Klambu UPTD Pendidikan Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan sebanyak 7 guru, dari 8 guru yang ada, dimana 1 guru dijadikan sebagai kolaborator. Objek penelitian adalah variabel atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2010: 56). Dalam penelitian ini yang menjadi titik perhatian (objek penelitian) adalah peningkatan keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilaksanakan di SD Negeri 3 Klambu UPTD Pendidikan Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan. Penelitian ini dilaksanakan semester I tahun pelajaran 2016/2017, dimulai bulan September sampai dengan bulan Desember 2016.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model siklus yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart. Setiap siklus dilakukan dalam 4 (empat) langkah, yaitu (1) mengembangkan perencanaan awal, (2) pelaksanaan tindakan, (3) melakukan observasi terhadap tindakan dan (4) refleksi dan melakukan refleksi terhadap perencanaan kegiatan tindakan dan kesuksesan hasil yang diperoleh.

Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2000: 134), instrumen penelitian atau alat pengumpul data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.

Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif yaitu suatu teknik yang dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang diperoleh dari kegiatan prasiklus, siklus pertama, dan siklus kedua, dan seterusnya, sehingga akan diperoleh gambaran kemajuan keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran. Proses analisis dilakukan selama proses tindakan dan sesudah penelitian.

Indikator Kinerja

Indikator kinerja adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan tindakan. Hasil penelitian dikatakan berhasil apabila semua guru telah mencapai nilai kemampuan dengan kategori baik, dengan nilai rata-rata minimal lebih dari 3.5 (> 3.5), dengan prosentase penguasaan indikator telah mencapai lebih dari >85% (baik).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Prasiklus

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan sendiri, artinya tidak menyertakan guru sebagai kolaborator, karena pada tahap ini peneliti belum melakukan tindakan, dan semata-mata untuk mengetahui kondisi awal yang sebenarnya. Setelah dilakukan observasi dan dengan menilai keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran, hasilnya direkap, dihitung skor rata-rata dan dibuat kategori nilai. Hasil penilaian prasiklus, tentang keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran skor rata-rata sebesar 1.79 (kategori kurang) Berdasarkan kategorisasi penilaian yang telah ditentukan dari tujuh guru, dimana semua guru masih tergolong kurang.

Untuk mengetahui sejauh mana guru menguasai komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran, maka berdasarkan penilaian dilakukan perhitungan prosentase ketercapaian komponen/indikator. Dari hasil penilaian yang terdiri dari 9 komponen, hasilnya menunjukan bahwa rata-rata prosentase ketercapaian yang diperoleh guru adalah 44.84%. Dalam kegiatan prasiklus ini guru belum mampu melaksanakan semua indikator keterampilan membuka dan menutup pelajaran dengan maksimal. Sehingga perlu dilakukan tindakan dengan menerapkan supervisi teknik causal conference terencana. Berdasarkan hasil penilaian dan capaian indikator kinerja guru, maka perlu dilakukan tindakan pembinaan, seperti yang telah direncanakan bahwa tindakan pembinaan yang akan dilakukan adalah menerapkan teknik percakapan pribadi model causal conference terencana. Kegiatan guru dalam membuka dan menutup pelajaran dan aktivitas peneliti dalam melakukan pengamatan awal, terekam seperti dokumentasi foto terlampir. Hasil tindakan pada siklus penelitian adalah sebagai berikut.

Siklus I

Aktivitas peneliti dan kolaborator pada saat melakukan observasi seperti terlihat pada dokumentasi foto terlampir. Hasil penilaian terhadap ketrampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran dapat diketahui bahwa dibandingkan dengan prasiklus terjadi peningkatan, dengan skor rata-rata sebesar 2.46 (kategori cukup). Prosentase Ketercapaian komponen/indikator penilaian yang terdiri dari 9 komponen, dari ke 7 guru, hasilnya dapat diketahui skor rata-rata prosentase ketercapaian indikator sebesar 61.51%, dengan skor tertinggi sebesar 67.86%, sedangkan skor terendah sebesar 57.14%, dari prosentase ketercapaian indikator dan skor rata-rata yang dicapai oleh guru, menunjukan bahwa sudah terjadi peningkatan keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran yang cukup signifikan.

Berdasarkan hasil penilian, diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 2.46 (kategori cukup), dengan prosentasi penguasaan indikator rata-rata sebesar 61.51%. Hal ini berarti keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran telah mengalami peningkatan namum belum maksimal. Maka perlu adanya tindakan lanjutan pada siklus II.

 

 

Siklus II

Pelaksanaan kegiatan siklus II, mulai tanggal 24 sampai dengan 29 Oktober 2016. Pelaksanan pembinaan teknik percakapan pribadi dengan model causal conference terencana dilakukan setiap hari. Observasi dijadwalkan secara bergiliran mulai tanggal 31 Oktober sampai dengan tanggal 5 Nopember 2016. Observasi didampingi oleh kolaborator yang telah ditentukan yaitu Ibu Tutik Ulfah (Guru PAI). Sehingga dalam melaksanakan penilaian, peneliti dan kolaborator mendiskusikan nilai yang sesuai untuk subjek penelitian. Pelaksanaan observasi pada siklus II ini dapat terlaksana sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

Rekapitulasi nilai keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran pada siklus II dapat diketahui bahwa dari tujuh guru yang dijadikan subjek penelitian, skor rata-rata sebesar 3.25 (kategori baik). Berdasarkan kategori penilaian yang telah ditentukan dari tujuh guru, kesemuanya tergolong baik. prosentase ketercapaian indikator pada siklus II menunjukkan bahwa keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran telah meningkat dibanding tindakan pada siklus I. Guru sudah memahami dan dapat menerapkan langkah-langkah dalam membuka dan menutup pelajaran dengan baik. Dengan pencapaian nilai rata-rata sebesar 3.25, dengan prosentasi penguasaan indikator mencapai 81.35%.

Berdasarkan hasil penilian terhadap guru, diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 3.25 (kategori baik), dengan prosentasi ketercapaian indikator rata-rata sebesar 81.35%. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun nilai keterampilan guru rata-rata telah mencapai kategori baik (3.25), namun masih berada di bawah nilai ketercapaian yaitu <3.5. Hal ini menunjukkan bahwa indikator keberhasilan tindakan perlu ditingkatkan lagi, hingga dapat mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.

Siklus III

Pelaksanaan kegiatan siklus III, yaitu pembinaan teknik percakapan pribadi mulai tanggal 21 sampai dengan tanggal 26 Nopember 2016. Pelaksanan pembinaan teknik percakapan pribadi dengan model causal conference terencana, dilakukan setiap hari.

Observasi siklus III dijadwalkan mulai tanggal 28 Nopember sampai dengan 3 Desember 2016, dilakukan pelaksanaan observasi sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Aktivitas peneliti dan kolaborator pada saat melakukan observasi seperti terlihat pada dokumentasi foto terlampir. Hasil penilaian terhadap ketrampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran dapat diketahui bahwa dari tujuh guru yang dijadikan subjek penelitian, skor rata-rata sebesar 3.76 (baik). Berdasarkan kategori penilaian yang telah ditentukan dari tujuh guru, semuanya telah dapat mencapai kategori baik.

Adapun prosentase ketercapaian indikator menunjukkan bahwa keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran mencapai nilai rata-rata sebesar 94.05%, skor tertinggi mencapai 96.43%, sedangkan nilai terendah sebesar 89.29%. Berdasarkan hasil penilian terhadap guru, diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 3.76 (kategori baik), dengan prosentasi ketercapaian indikator rata-rata sebesar 94.05%. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun nilai keterampilan guru rata-rata telah mencapai kategori baik (3.76). Hal ini menunjukkan bahwa indikator keberhasilan tindakan perlu ditingkatkan lagi, hingga dapat mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.

 

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian seperti yang diuraikan di atas, maka dapat diketahui perbandingan hasil penilaian keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran dan perbandingan prosentasi penguasaan indikator keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran seperti di bawah ini.

Perbandingan Hasil Penilaian Keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran Prasiklus dengan Siklus I

Perbandingan nilai keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran prasiklus dengan siklus I, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 0.67. Peningkatan terjadi pada semua guru.

Perbandingan Hasil Penilaian Keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran Siklus I dengan Siklus II

Perbandingan nilai keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran siklus I dengan siklus II, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 0,79. Peningkatan terjadi pada semua guru.

Perbandingan Hasil Penilaian Keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran Siklus II dengan Siklus III

Perbandingan nilai keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran siklus II dengan siklus III, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari siklus II ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 0.51. Peningkatan terjadi pada semua guru.

Perbandingan Hasil Penilaian keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran Prasiklus dengan Siklus III

Perbandingan nilai keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran prasiklus dengan siklus III, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 1.97. Peningkatan terjadi pada semua guru.

Perbandingan Prosentase Ketercapaian Indikator Prasiklus dengan Siklus I

Perbandingan prosentase ketercapaian indikator keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran prasiklus dengan siklus I, menunjukkan bahwa prosentase ketercapaian indikator keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran prasiklus ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 16.67%.

Perbandingan Prosentase Ketercapaian Indikator siklus I dengan Siklus II

Perbandingan prosentase ketercapaian indikator keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran siklus I dengan siklus II, menunjukkan bahwa prosentase penguasaan indikator keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 19.84%. Peningkatan terjadi pada sebagian indikator.

Perbandingan Prosentase Penguasaan Indikator keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran Siklus II dengan Siklus III

Perbandingan prosentase ketercapaian indikator keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran siklus II dengan siklus III, menunjukkan bahwa prosentase penguasaan indikator keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran dari siklus II ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 12.70%. Peningkatan terjadi pada semua indikator.

Perbandingan Prosentase Ketercapaian Indikator keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran Prasiklus dengan Siklus III

Perbandingan prosentase ketercapaian indikator keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran prasiklus dengan siklus III, menunjukkan bahwa prosentase penguasaan indikator keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran dari prasiklus ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 49.21%. Peningkatan terjadi pada sebagian indikator.

Berdasarkan perbandingan yang disajikan dalam bentuk tabel maupun grafik seperti tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa melalui supervisi teknik percakapan pribadi model causal conference dapat meningkatkan keterampilan guru secara perorangan, kelompok. Peningkatan terjadi pada seluruh aspek penilaian. Hal ini menunjukkan bahwa dengan tindakan berupa supervisi teknik percakapan pribadi model causal conference mampu meningkatkan pemahaman guru terhadap komponen/aspek-aspek penilaian keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran melalui supervisi teknik percakapan pribadi model causal conference di SD Negeri 3 Klambu UPTD Pendidikan Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan dapat meningkatkan dengan maksimal. Peningkatan terjadi baik dari nilai rata-rata maupun dari prosentase ketercapaian indikator.

Peningkatan nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus I meningkat dari 1.79 menjadi 2.46 (peningkatan sebesar 0.67). Nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II meningkat dari 2.46 menjadi 3.25 (peningkatan sebesar 0.79). Nilai rata-rata dari siklus II ke siklus III meningkat dari 3.25 menjadi 3.76 (peningkatan sebesar 0.51). Nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus III meningkat secara keseluruhan dari 1.79 menjadi 3.76 (peningkatan sebesar 1.97).

Peningkatan prosentase ketercapaian indikator dari kegiatan prasiklus hingga siklus III mengalami peningkatan sebesar 49.21%. Kegiatan prasiklus prosentase ketercapaian indikator sebesar 44.84% meningkat menjadi 61.51% pada siklus I (meningkat sebesar 16.67%). Kegiatan siklus I prosentase ketercapaian indikator sebesar 61.51% meningkat menjadi 81.35% pada siklus II (meningkat sebesar 19.84%). Kegiatan siklus II prosentase ketercapaian indikator sebesar 81.35% meningkat menjadi 94.05% pada siklus III (meningkat sebesar 12.70%). Hal ini membuktikan bahwa dengan menerapkan supervisi teknik percakapan pribadi model causal conference, keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran dapat meningkat dengan maksimal.

Implikasi

Pembinaan teknik percakapan pribadi model causal conference terencana merupakan teknik pembinaan yang menekankan pada dialog terbuka dengan guru dengan waktu dan tempat yang yang disesuaikan dengan tugas guru, melalui teknik pembinaan ini terbukti mampu meningkatkan ketrampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran. Dengan demikian jika pembinaan dilakukan dengan suasana yang santai dan dengan menerapkan komunikasi yang terbuka, maka akan mampu mengatasi permasalahan terkait dengan kinerja guru.

Saran

Peneliti menyarankan kepada UPTD Pendidikan Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan untuk menciptakan suasana yang rilek, kegiatan supervisi dapat dilakukan dengan menerapkan teknik percakapan privadi model causal conference. Sehingga aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran tidak merasa diawasi, dan tidak terganggu oleh kegiatan supervisi. Saran untuk kepala sekolah lain, sebaiknya pembinaan teknik percakapan pribadi dengan model causal conference ini dilakukan sesering mungkin, artinya setiap ketemu dengan guru kepala sekolah mencoba untuk melakukan dialog terkait dengan kinerja guru. Saran untuk guru, sebaiknya guru bersikap terbuka dengan kepala sekolah, terutama dalam pemecahan masalah pembelajaran, dan pengembangan profesionalisme guru.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2006. Metode dan Teknik Supervisi. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan, Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan.

Depdiknas. 2006. Supervisi Akademik dalam peningkatan profesionalisme guru. Direktorat Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK Depdiknas.

Kemdikbud. 2013. Pedoman Kegiatan Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013 oleh Pengawas Sekolah. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemdiknas. 2009. Dimensi Kompetensi Supervisi Manajerial. Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.

Mantja, W. 2001, Profesionalisasi Tenaga Kependidikan: Manajemen Pendidikan dan Supervisi Pengajaran. Malang: Elang Mas

Surat Keputusan Menpan Nomor 091 tahun 2001 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya

Surat Keputusan Menpan Nomor 118 tahun 1996 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya.

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional