MODEL KONSTRUKTIVISME
PENERAPAN MODEL KONSTRUKTIVISME
DALAM PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 TONDANO
Like Suoth
Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Halmahera Tobelo
ABSTRAK
Pembelajaran apresiasi puisi di sekolah perlu dikelola dengan baik supaya mencapai tujuan seperti yang dituangkan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Agar tujuan pembelajaran apresiasi puisi tercapai, guru perlu menerapkan model pembelajaran yang sesuai. Salah satu model pembelajaran apresiasi puisi adalah konstruktivisme. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan penerapan model konstruktivisme dalam pembelajaran apresiasi puisi, dan menggambarkan implikasi penggunaan penerapan model konstruktivisme dalam pembelajaran apresiasi puisi. Maka metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci. Untuk memperoleh data mengenai penerapan model konstruktivisme dalam pembelajaran apresiasi puisi, maka digunakan langkah-langkah konstruktivisme, tes, dan wawancara. Sumber data dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII A SMP Negri 3 Tondano yang berjumlah 30 orang. Penelitian ini mempunyai manfaat secara teoretis dan praktis. Seara teoretis, penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu kebahasaan dalam pengajaran sastra khususnya pengajaran apresiasi puisi. Secara praktis, bagi siswa adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam mengapresiasi puisi. Bagi guru, untuk mengembangkan potensi dalam pembelajaran apresiasi puisi dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme. Bagi sekolah, untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dari hasil analisis data, maka penerapan model konstruktivisme dalam pembelajaran apresiasi puisi siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Tondano berada pada rentang nilai 71,1% cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan penerapan model konstruktivisme sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa, dan ditandai dengan antusiasnya siswa dalam proses pembelajaran.
Kata Kunci: model konstruktivisme dan apresiasi puisi.
PENDAHULUAN
Sastra merupakan ungkapan batin seseorang melalui bahasa dengan cara penggambaran. Pada dasarnya definisi tersebut mempunyai pengertian yang sama, meskipun diuraikan dengan kalimat dan bahasa yang berbeda. Menurut Teeuw (1984:23) sastra berasal dari bahasa sansekerta dari kata sas yang berarti mengarahkan, memberi petunjuk, atau instruksi, sedangkan tra berarti alat atau sarana.
Di dalam sastra terdapat pembelajaran apresiasi puisi. Apresiasi puisi merupakan salah satu materi yang ada dalam sastra. Puisi adalah cerita tentang manusia yang di dalamnya berbicara tentang strata, tempat, waktu, dan suasana. Apresiasi puisi adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra (Efendi 1973:73). Dengan apresiasi puisi kita dapat mengungkapkan perasaan yang sedang kita alami, baik itu perasaan senang, sedih, bangga dan sebagainya.
Salah satu strategi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran sastra khususnya apresiasi puisi, yaitu strategi kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL ). CTL merupakan suatu konsep yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan dalam pengetahuan. Menurut Wardhani (2004:5) pembelajaran kontekstual (CTL) memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (refleksion), penilaian sebenarnya (authentic assessment).
Salah satu landasan teoretik pendidikan modern termasuk CTL adalah teori pembelajaran konstruktivisme. Pendekatan ini pada dasarnya menerapkan siswalah yang belajar membangun pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar yang bersifat student centered daripada teacher centered. Sebagian besar waktu belajar mengajar berlansung dengan berbasis pada aktivitas siswa. Dengan dasar itu pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan ‘menerima’ pengetahuan.
Implementasi pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran diwujudkan dalam bentuk pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center). Guru dituntut untuk menciptakan suasana belajar sedemikian rupa, sehingga siswa bekerja sama secara gotong royong (cooperative learning).
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di SMP Negeri 3 Tondano, bahwa hasil belajar bahasa Indonesia khususnya dalam materi sastra pada dasarnya belum memuaskan, karena guru kurang memotivasi siswa di dalam belajar, model pembelajaran yang digunakan guru tidak disukai oleh siswa, pada proses pembelajaran, guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat mereka, terlebih khusus dalam pembelajaran apresiasi puisi. Para siswa belum mampu menentukan unsur-unsur intrinsik seperti tema, nada, rasa, dan amanat puisi, siswa tidak diajarkan oleh guru bagaimana ara membaca puisi dengan baik. Hal ini disebabkan oleh kurangnya keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar. Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang: “Penerapan model konstruktivisme dalam pembelajaran apresiasi puisi siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Tondano”.
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, metode kualitatif deskriptif. Metode kualitatif digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, Dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci (Sugiyono, 2010:15).
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data secara langsung tentang penerapan model konstruktivisme dalam apresiasi puisi. Sugiyono (2011:145) mengemukakan bahwa teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenan dengan perilaku manusia, proses kerja, dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Dalam penelitian ini sifatnya kolaboratif antara peneliti dengan guru bahasa Indonesia di sekolah, guru bertindak sebagai pelaksana pembelajaran dan penelti melakukan pengamatan. Tes sebagai instrument pengumpul data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Dalam penelitian ini dengan jalan menyebarkan tes tertulis dan tes lisan kepada siswa kelas VIII yang berjumlah 30 orang. Tes dilaksanakan di dalam kelas sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan waktu pelaksanaannya selama 4 jam dua kali.
Peneliti kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Analisis data selama di lapangan model Miles dan Huberman. Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Komponen dalam analisis data yaitu:
a. Data reduction (reduksi data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama peneliti di lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit.
b. Data display (penyajian data)
Setelah data direduksi, maka selanjutnya adalah mendisplaykan data. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Data disajikan dengan teks yang bersifat naratif.
c. Conclusion drawing/ verification
Data yang disajikan kemudian diadakan penarikan kesimpulan, apakah data cocok atau tidak. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin tidak.
HASIL PENELITIAN
Penelitian dilakukan di ruangan kelas, di dalam ruangan kelas ada siswa sebagai subjek penelitian, peneliti dan satu orang guru mata pelajaran bahasa Indonesia, untuk mengobservasi apakah guru dalam kegiatan pembelajaran dan melaksanakan sesuai dengan langkah-langkah konstruktivisme.
Guru mata pelajaran bahasa Indonesia melaksanakan pembelajaran dan peneliti mengobservasi pelaksanaan pembelajaran dengan lembar observasi yang berbentuk ceklist yang di dalamnya tercantum langkah-langkah konstruktivisme.
Penerapan model konstruktivisme diawali guru dengan menciptakan suasana belajar agar siswa bebas berpikir sehingga berani bereksplorasi dalam penemuan dan pemecahan masalah, namun sebelumnya guru menciptakan suasana kelas menjadi menyenangkan mengontrol siswa agar situasi belajar berjalan dengan lancar.
Selanjutnya, guru menyediakan sumber belajar bagi siswa untuk masuk dalam proses pembelajaran.
ANALISIS DATA
Setelah diperiksa hasil tes tertulis yang diperoleh setiap siswa, diketahui beberapa siswa yang tergolong sangat mampu, cukup mampu, dan kurang mampu. Berdasarkan data yang diperoleh terdapat empat orang siswa yang berada pada rentang nilai 90%-100%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat empat siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Tondano tergolong sangat mampu. Empat orang siswa berada pada rentang nilai 80%-89% baik, tujuh belas siswa berada pada rentang nilai 70%-79% cukup, dan lima siswa berada pada rentang nilai 0%-69% kurang baik.
Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode konstruktivisme dalam pembelajaran apresiasi puisi siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Tondano sangat berdampak positif, karena berdasarkan pengolahan data yang rata-rata kemampuan siswa 71,1%.
Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan medel konstruktivisme sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa, dan ini ditandai pula dengan antusiasnya siswa dalam proses pembelajaran dengan kata lain telah berhasil berperan sebagai pembimbing dan fasilitator dalam kegiatan belajar-mengajar.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan model konstruktivisme dalam pembelajaran apresiasi puisi siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Tondano dapat mendorong siswa terlibat siswa dalam pembelajaran peuh. Lewat pembelajaran puisi dengan model konstruktivisme, siswa dapat memahami unsur-unsur yang terdapat di dalam sebuah puisi, seperti tema, nada, rasa, dan amanat yang terkandung di dalamnya. Menurut Aminudin (1987:151) tema adalah dasar dari suatu puisi yang menjadi inti keseluruhan makna dalam puisi. Setelah siswa membaca puisi, ia dapat menentukan tema dalam puisi, misalnya puisi “pahlawan tak dikenal”. Tema puisi tersebut adalah kepahlawanan dari sorang pahlawan yang rela berkorban demi bangsanya.
Nada dalam puisi “tanpa salam” menurut Aminudin (1987;151) menjelaskan sikap penyair terhadap pembaca sejalan dengan pokok pikiran yang ditampilkannya. Jika dikaitkan dengan hasil penemuan siswa ada yang dapat menjawab dengan baik, meskipun ada juga siswa yang belum menjawab sempurnah. Nada dari puisi “tanpa salam” adalah menyinggung kepada keadilan yang tidak sesuai.
Rasa dalam puisi ‘karangan bunga” menurut Aminudin (1987:151) sikap atau pokok pikiran yang ditampilkan. Dalam puisi akan nampak berbagai perbedaan sikap penyair yang menyebabkan perbedaan perasaan, misalnya sikap simpati akan menimbulkan rasa senang, gembira dan sebagainya. Sebagaian siswa dapat menentukan rasa yang terdapat dalam puisi, yaitu mengungkapkan rasa cinta kasih dan pemujaan yang tulus dari tiga orang anak kecil.
Amanat dalam puisi “kemerdekaan semu”, Tarigan (1986:21) mengemukakan jika seorang penyair itu adalah guru, maka melalui puisinya tersirat amanat untuk mendidik dan tujuannya adalah untuk kependidikan. Siswa dapat menentukan amanat puisi, yaitu marilah kita raih kemerdekaan itu dengan keadilan bukan dengan ketidak adilan.
Setelah siswa selesai menentukan unsur instrinsik, dilanjutkan dengan apresiasi puisi berkelompok dan kelompok ini membacakan puisi sesuai dengan pilihan puisi yang diberikan oleh guru. Terdapat langkah-langkah apresiasi puisi menurut Richard (Djojosuroto, 2009:71), yaitu: (a) Keterlibatan jiwa, yaitu peristiwa ketika pembaca atau pendengar memikirkan, merasa dan membayangkan kembali apa yang pernah ia pikirkan, (b) ketika pembaca mulai melihat hubungan pikiran-pikiran, perasaan dan khayalan dengan unsur bahasa, yaitu citra lambang, dan bunyi, serta kalimat yang merangkumkan semua itu, (c) ketika pembaca dan pendengar menemukan atau tidak menemukan relevansi dengan pengalaman pribadi dengan kehidupan.
Jadi, pada saat setiap kelompok membacakan puisi, tampak tergambar langkah-langkah tersebut. Setelah membaca puisi dapat diketahui kemampuan membaca puisi siswa. Ada siswa yang membaca dengan baik sesuai dengan langkah-langkah, penilaian dan kekompakan kelompok untuk berpuisi, ada kelompok yang sangat antusias dalam membaca puisi, tetapi ada juga kelompok yang hanya sekedar membaca puisi tanpa menggunakan langkah-langkah yang ada.
Dikaitkan dengan model konstruktivisme, dapat diketahui kemampuan siswa memahami puisi. Menurut Suprijono (2009:85) anak adalah pembangun aktif pengetahuannya sendiri. Melalui proses aktif pelajar dapat mengkonstruksikan arti atau makna sebuah puisi. Bell dalam Susan dan Tony, (1995:222) mengemukakan pengetahuan adalah secara aktif diterima dan dikonstruksikan seseorang melalui komunikasi atau pengalaman. Orang menginterpretasi dan mengkonstruksikan realitas berbasis pengalaman dan interaksinya dengan lingkungannya.
Jadi, dapat dikatakan bahwa, setiap siswa itu membangun aktif pengetahuannya. Lewat model konstruktivisme siswa dapat berpikir kritis dan logis, sesuai apa yang ia ketahui dan dapatkan. Menurut Slavin (Baharudin 2008:116) bahwa dalam proses belajar dan pembelajaran siswa harus aktif dan siswa menjadi pusat kegiatan belajar dan pembelajaran di kelas. Muhith (2008:72) mengemukakan bahwa peran guru dalam pembelajaran menurut teori konstruktivisme adalah sebagai fasilitator atau moderator. Setelah guru memberikan fasilitas dengan mengajar menggunakan cara-cara yang membuat sebuah informasi bermakna dan relefan bagi siswa. Guru memberikan tes kepada siswa, guru ingin menilai sampai dimana cara berpikir siswa, apakah ia berpikir secara aktif atau tidak sesuai dengan pengetahuan, pengalaman yang ia dapat dari lingkungan dimana ia berada. Dengan demikian, tugas dari pembelajar konstruktivisme adalah menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi peserta didik, dan guru memberikan kesempatan bagi peserta didik menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan menyadarkan peserta didik agar menerapkan strategi mereka dalam belajar (Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama,2003:11)
Dalam model konstruktivisme, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat mereka sendiri dan memecahkan masalah yang ia hadapi terkait dengan apa yang dipelajari. Siswa juga berhak mengeluarkan pendapat sesuai dengan jawaban mereka, apabila terdapat kesalahan, maka gurulah yang harus menjelaskan kembali.
IMPLIKASI HASIL PENGGUNAAN MODEL KONSTRUKTIVISME
Implikasi penggunaan model konstruktivisme dalam pembelajaran apresiasi puisi, sebagai berikut.
Proses
a. Minat siswa dalam belajar semakin meningkat.
b. Siswa berani bertanya dan mengeluarkan pendapat.
c. Siswa dapat belajar dan berperan aktif dan mandiri.
d. Siswa dapat mengaitkan pengalaman dengan hasil temuannya.
e. Siswa dapat mendorong dan mengajarkan teman-temannya yang belum mengerti.
Hasil
a. Model konstruktivisme berdampak positif bagi keberhasilan siswa.
b. Siswa mampu berapresiasi puisi.
c. Siswa bangga dengan hasil yang ia capai.
d. Siswa merasa senang, karena dari tidak tahu membaca puisi, lewat model ini ia dapat membaca dengan baik.
e. Siswa mampu memecahkan masalah.
Dari hasil wawancara ditemukan beberapa hal yang kurang mendukung dalam pembelajaran bahasa Indonesia yaitu:
1. Siswa tidak tertarik dengan materi yang diberikan karena tidak menggunakan model pembelajaran.
2. Siswa yang terlalu banyak bermain, dan kurang serius dalam belajar.
3. Kondisi perpustakan tidak memadai.
4. Guru kurang memotivasi untuk belajar.
5. Tingkat kenakalan siswa yang tinggi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa penerapan model konstruktivisme dalam pembelajaran apresiasi puisi siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Tondano, ternyata sangat berdampak positif terhadap keberhasilan siswa, dengan menggunakan langkah-langkah konstruktivisme, sebagai berikut:
Pertama Apersepsi, pada tahap ini dilakukan kegiatan menghubungkan konsepsi awal, mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan dari materi sebelumnya yang merupakan konsep prasyarat. Kedua Eksplorasi, pada tahap ini siswa mengungkapkan dugaan sementara terhadap konsep yang mau dipelajari. Ketiga Diskusi/individual dan penjelasan konsep, pada tahap ini siswa mengkomunikasikan hasil penyelidikan dan temuannya. Keempat Pengembangan evaluasi, guru memberikan tes kepada siswa sesuai dengan materi yang diberikan. Kelima Pengembangan aplikasi dan kesimpulan, pada tahap ini guru memberikan penekanan terhadap konsep-konsep esensial, kemudian siswa membuat kesimpulan melalui bimbingan guru.
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin. 1987. Apresiasi Karya Sastra. Bandung: CV Sinar Baru.
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Baharuddin,.2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media.
Bell. 1991. Belajar dan membelajarkan (terjemahan). Jakarta PT Rajawali Pers.
Budianta, Melani. 2002. Membaca Sastra. Jakarta: Indonesiatera.
Direktorat. 2010. Pembelajaran Kontekstual Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Pustaka.
Direktorat. 2003. Pendidikan Lanjutan Pertama, Pendekatan Kontekstual. Dediknas. Jakarta.
Donal. R. 2006. The Act Of Teaching, Fourth Edision. New York: Mcraw-Hill
Djojosuroto, Kinayati dan Sumaryati. 2010. Prinsip-Prinsip Penelitian Bahasa dan Sastra. Bandung: Nuansa.
Djojosuroto, Kinayati. 2009.Teori dan Pemahaman Apresiasi Puisi. Yogyakarta: Pustaka.
Effendi. S. 1973. Bimbingan Apresiasi Puisi. Eden Flores: Nusa Indah.
Lintong. 2010. Gagasan-gagasan Pendidikan Kontemporer Pemberdayaan Mutu Pendidikan Indonesia. Yogyakarta: Cahaya Pineleng.
Muhtih. 2008. Pembelajaran Kontekstual. Semarang: Rasail Media Group.
Nani Tuloli. 2000. Kajian sastra. Gorontalo: Nurul Jannah.
Piaget. J. 1970. Theory Dalam P.H. Musen (ed) Harmihel’s Manual Of Psykology. New York: Wiley.
Pusat Bahasa. 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Kemdiknas
Ratumanan, Tanwey Geson. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: Unesa University Press.
Riduwan,. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfa Beta.
Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:Kenana Predana Media Group
Sastrowardhoyo, Subagio. 1999. Sekilas Social Sastra dan Budaya. Jakarta: Balai Pustaka. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabet.
Suparno. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Suprijono. 2009. Cooperative Learning. Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tarigan, Hendry Guntur. 1984. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
Teeuw, 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
Tirtawirya, Putu Arya. 1983. Apresiasi Puisi dan Prosa. Ende Flores: Nusa Indah.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka Publiser.
Waluyo, Herman. 1984. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia.
Yamin Martinis. 2011. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Gaun Persada(GP).
(Konstryuktisme.http://209.85.175.132/search?q=cache:57Ip5H6).