MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK-PAIR-SHARE

UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR TENTANG FPB DAN KPK BAGI SISWA KELAS IV-A SDN 5 CEPU TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Suci Indahyati

SDN 5 Cepu Kecamatan Cepu

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan motivasi dan hasil belajar Matematika tentang FPB dan KPK melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share pada siswa kelas IV-A SDN 5 Cepu tahun pelajaran 2018/2019. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV-A SDN 5 Cepu Kecamatan Cepu Kabupaten Blora dengan jumlah siswa 20 anak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan pelaksanaan tindakan sebanyak 2 siklus. Pelaksanaan tindakan pada setiap siklus dibagi dalam empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan nontes. Pengumpulan data dengan teknik tes diambil dari hasil ulangan harian yang dilakukan pada skhir siklus. Adapun teknik nontes datanya diambil dari observasi proses pembelajaran. Data hasil penelitian yang diperoleh pada pembelajaran pra siklus menu jukkan motivasi belajar siswa “rendah” dengan skor persentase 31,67% dan ketuntasan belajar siswa 45% (9 siswa). Pada siklus I, motivasi belajar siswa meningkat menjadi “sedang” dengan skor persentase 54,58% dan ketuntasan belajar siswa 70% (14 siswa). Pada Siklus II motivasi belajar siswa meningkat lagi menjadi “tinggi” dengan skor persentase 76,67% dan ketuntasan belajar siswa 85% (17 siswa).

Kata Kunci:    pembelajaran kooperatif, Think-Pair-Share, motivasi belajar, hasil belajar, FPB dan KPK

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Keberhasilan dalam pendidikan sering dikaitkan dengan perolehan hasil belajar dan prestasi belajar yang tinggi. Hal ini mendorong munculnya berbagai penelitian yang fokus mengungkap berbagai faktor yang memengaruhi hasil dan prestasi belajar tersebut. Di antara faktor tersebut adalah motivasi belajar. motivasi merupakan variabel yang sangat penting untuk menentukan keberhasilan dalam belajar. Seorang peserta didik yang gagal dalam tugas akademisnya disebabkan tidak termotivasi dengan memadai. Dengan demikian, setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan, pelaksanaan serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan, tak terkecuali aspek afektif yang diantaranya adalah motivasi. Oleh karena itu, pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi belajar siswa.

Data tentang motivasi belajar siswa kelas IV-A SDN 5 Cepu menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa masih rendah yaitu dengan skor motivasi 31,67%. Motivasi belajar siswa yang rendah berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah pula. Pada pembelajaran Matematika materi FPB dan KPK di kelas IV-A SDN 5 Cepu setelah dilakukan ulangan harian hasilnya masih jauh dari harapan. Dari 20 siswa kelas IV-A, yang mampu mencapai KKM yang ditentukan (70) pada saat dilakukan ulangan harian adalah 9 siswa (45%). Sisanya, sejumlah 11 siswa (55%), hasil ulangan hariannya masih di bawah KKM. Rata-rata nilai ulangan harian adalah 62,50.

Kondisi motivasi belajar siswa yang rendah perlu ditingkatkan agar memberikan dampak yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Diantara upaya meningkatkan motivasi belajar siswa tersebut adalah melalui penerapan model pembelajaran yang tepat.

Pembelajaran Matematika di sekolah masih cenderung teacher oriented dan dominan menggunakan metode ceramah. Banyaknya siswa dalam satu kelas yang cukup besar, yakni 20 siswa tentunya tidak memungkinkan untuk mengaktivasi semua siswa jika hanya mengandalkan guru sebagai sumber belajar melalui metode ceramah. Hal ini mengakibatkan siswa cenderung pasif dan merasa bosan selama pembelajaran.

Manajemen kelas perlu dikelola dengan baik agar mengoptimalkan proses pembelajaran yang memotivasi siswa. Salah satu manajemen kelas yang memotivasi adalah model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share). Pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan model pembelajaran yang memiliki tiga tahapan utama yaitu mengarahkan siswa untuk berpikir dalam menyelesaikan masalah (Think), kemudian mendiskusikan hasil pemikirannya secara berpasangan (Pair), dan akhirnya menyampaikan hasil diskusi untuk disepakati dalam forum kelas (Share).

Berdasarkan paparan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada pembelajaran Matematika materi FPB dan KPK bagi siswa kelas IV-A SDN 5 Cepu tahun pelajaran 2018/2019.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1.     Bagaimana model pembelajaran Think-Pair-Share dapat meningkatkan motivasi belajar Matematika materi FPB dan KPK pada siswa kelas IV-A SDN 5 Cepu tahun pelajaran 2018/2019?

2.     Bagaimana model pembelajaran Think-Pair-Share dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi FPB dan KPK pada siswa kelas IV-A SDN 5 Cepu tahun pelajaran 2018/2019?

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1.     Meningkatkan motivasi belajar Matematika materi FPB dan KPK pada siswa kelas IV-A SDN 5 Cepu tahun pelajaran 2018/2019 melalui penerapan model pembelajaran Think-Pair-Share.

2.     Meningkatkan hasil belajar Matematika materi FPB dan KPK pada siswa kelas IV-A SDN 5 Cepu tahun pelajaran 2018/2019 melalui penerapan model pembelajaran Think-Pair-Share.

 

Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis

Memberikan kontribusi dalam memperbaiki permasalahan-permasalahan terkait pembelajaran Matematika, khususnya mengenai peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika.

Manfaat Praktis

a.     Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman dalam menyusun penelitian tindakan kelas sekaligus menyelesaikan masalah pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran.

b.     Bagi Siswa

Membantu siswa dalam meningkatkn motivasi dan hasil belajarnya dalam pembelajaran Matematika.

c.     Bagi Sekolah

Meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas yang tentunya berdampak pada kualitas pembelajaran di sekolah.

KAJIAN PUSTAKA

Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS

            Pembelajaran kooperatif merujuk kepada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Menekankan pada pembentukan sistem sosial. Arra, D’Antonio, & D’Antonio (2011: 14) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu pendekatan yang mengorganisir aktivitas kelas ke dalam suasana akademis dan pengalaman belajar sosial. Sedangkan pembelajaran kooperatif menurut Trianto (2009: 42) lebih menekankan kepada peningkatan partisipasi siswa dalam pembelajaran dan pembentukan sikap kepemimpinan. Selanjutnya, partisipasi aktif itu dibentuk dalam model bekerja sama dalam belajar dan rasa tanggungjawab terhadap keberhasilan belajar temannya (Slavin, 2010: 215).

Roger dan David Johnson (Agus Suprijono, 2009: 58) menyatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah: a) Positive interdependence (saling ketergantungan positif); b) Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan); c) Face to face promotive interaction (komunikasi antar anggota); d) Interpersonal skill (kemampuan interpersonal); dan e) Group processing (pemrosesan kelompok).

Model pembelajaran TPS dikembangkan oleh Frank Lyman merupakan model pembelajaran kooperatif yang sederhana. Sebagaimana namanya, model pembelajaran kooperatif tipe TPS memiliki tiga tahapan utama yaitu mengarahkan siswa untuk berpikir dalam menyelesaikan masalah (Think), kemudian mendiskusikan hasil pemikirannya secara berpasangan (Pair), dan akhirnya menyampaikan hasil diskusi untuk disepakati dalam forum kelas (Share). Arends & Kilcher (2010) menyatakan bahwa dalam TPS, guru mengajukan sebuah pertanyaan, kemudian tiap siswa memikirkan dan merekam jawabannya, selanjutnya setiap siswa berpasangan dengan siswa lainnya untuk berbagi jawaban, dan terakhir guru menyebut salah satu siswa atau pasangan untuk berbagi jawaban dengan kelompok yang lebih besar. Secara detail, model pembelajaran kooperatif TPS dilaksanakan melalui tahapan berikut (Arends, 2008).

Motivasi Belajar

            Motivasi dikenal dengan beberapa istilah, yaitu desakan atau drive, motif atau motive, kebutuhan atau need dan keinginan atau wish. Sukmadinata (2009: 61) berpendapat bahwa kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu disebut motivasi, yang menunjukkan suatu kondisi dalam diri individu yang mendorong atau menggerakkan individu tersebut melakukan kegiatan mencapai sesuatu tujuan. Santrock (2010: 476) berpendapat bahwa motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. Djaali (2008: 109) berpendapat bahwa motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan).

Hudojo (1988: 157) menyatakan bahwa motivasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan timbulnya dan berlangsungnya motif. Motif adalah kekuatan pendorong yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan.

Purwanto (2004: 72) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan motif ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Motivasi juga dapat berfungsi mengaktifkan atau meningkatkan kegiatan. Kegiatan yang tidak bermotif atau motifnya sangat lemah, akan dikerjakan dengan tidak sungguh-sungguh dan sebaliknya jika motifnya kuat maka akan dilakukan dengan penuh semangat.

Hasil Belajar

            Menurut Hamalik (2007: 30) memberikan pengertian tentang hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dari sebelumnya dan yang tidak tahu menjadi tahu.

            Hasil belajar menunjukkan kemampuan siswa yang sebenarnya yang telah mengalami proses pengalihan ilmu pengetahuan dari seseorang yang dapat dikatakan dewasa atau memiliki pengetahuan kurang. Jadi dengan adanya hasil belajar, orang dapat mengetahui seberapa jauh siswa dapat menangkap, memahami, memiliki materi pelajaran tertentu. Atas dasar itu pendidik dapat menentukan strategi belajar mengajar yang lebih baik (Purwanto, 2010: 42).

            Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui garis besar indicator dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur. Indikator hasil belajar menurut Benjamin S. Bloom dengan Taxonomy of Education Objectives dalam Nurgiantoro (1988: 42) membagi tujuan pendidikan menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, psikomotorik.

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu factor intern yang berasal dari siswa tersebut, dan factor ekstern yang berasal dari luar diri siswa tersebut (Nana Sudjana, 2000: 39).

Pengertian Matematika

            Istilah matematika berasal dari bahasa yunani, mathein dan mathenem yang berarti mempelajari. Kata matematika diduga erat hubungannya dengan kata sansekerta, medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan atau intelegensi (Nasutioan, 1980: 82). Dari pendapat tersebut peneliti menyimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu yang mempelajari pola berfikir siswa harus cerdas menghubungkan antara pengetahuan tentang definisi-definisi dengan logika berfikir yang kreatif yang harus dibuktikan dengan jawaban yang tepat dan logis.

Pengertian FPB dan KPK

            Dalam matematika, Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) dari dua bilangan adalah bilangan bulat positif terbesar yang dapat membagi habis kedua bilangan itu. Dalam aritmetika dan teori bilangan, kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan adalah bilangan bulat positif terkecil yang dapat dibagi habis oleh kedua bilangan itu.

Faktor adalah suatu bilangan yang dapat tepat membagi (tanpa sisa) suatu bilangan lain (John Bird, 2004: 3). FPB adalah bilangan terbesar yang habis membagi dua bilangan atau lebih (Sipardja, 2004: 10). KPK adalah perkalian faktor-faktor prima yang bilangan pokoknya berbeda dan mempunyai pangkat terbesar (Jautar, 2003: 7).

Kerangka Berpikir

Motivasi memainkan peran yang besar bagi seseorang dalam mengembangkan kompetensi dan beradaptasi dengan lingkungan. Dalam konteks pembelajaran, motivasi merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam belajar. Pembelajaran Matematika di sekolah pun masih cenderung teacher oriented, dominan menggunakan metode ceramah dan tidak ada variasi model pembelajaran yang diterapkan di kelas. Hal ini mengakibatkan siswa merasa bosan dan kehilangan motivasi dalam belajar. Rendahnya motivasi belajar siswa berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa yang diukur dengan hasil ulangan harian.

Oleh karena itu, perlu diterapkan model atau pendekatan pembelajaran yang bersifat student oriented dan konstruktivistik serta mampu meningkatkan motivasi siswa. Diantara model pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi belajar siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah model pembelajaran yang terdiri dari tahapan berpikir, berpasangan dan berbagi. Dinamika kelas melalui pembelajaran kooperatif diyakini mampu meningkatkan motivasi belajar siswa yang akhirnya juga meningkatkan hasil belajar siswa.

Hipotesis Tindakan

Dari kerangka berpikir di atas dapat dibuat hipotesis tindakan sebagai berikut:

1.     Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share dapat meningkatkan motivas belajar Matematika materi FPB dan KPK pada siswa kelas IV-A SDN 5 Cepu tahun pelajaran 2018/2019.

2.     Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi FPB dan KPK pada siswa kelas IV-A SDN 5 Cepu tahun pelajaran 2018/2019.

METODE PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 5 Cepu Kecamatan Cepu Kabupaten Blora. Alasan mengambil SDN 5 Cepu sebagai tempat penelitian karena saat ini peneliti adalah guru di SDN 5 Cepu. Penelitian dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2018/2019 tepatnya mulai bulan Agustus sampai dengan bulan November 2018. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV-A SDN 5 Cepu Kecamatan Cepu tahun pelajaran 2018/2019 dengan jumlah siswa 20 yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan.

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan beberapa data yang bersumber dari dokumen daftar nilai, lembar observasi, dan hasil ulangan harian pada Siklus I dan Siklus II. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan non tes. Teknik tes digunakan untuk menilai ketuntasan belajar Matematika siswa dari segi kognitif pada setiap siklus. Instrumen yang digunakan pada teknik tes adalah tes ulangan harian. Teknik non tes digunakan untuk mengetahui motivasi siswa dan keterlaksanaan dalam proses dalam pembelajaran Matematika. Instrumen yang digunakan pada teknik non tes adalah lembar observasi dan dokumentasi. Dalam menganalisis data penelitian ini, peneliti menggunakan teknik deskriptif komparatif, yaitu membandingkan data yang diperoleh selama penelitian.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas mencakup dua siklus. Setiap siklus, terdiri atas empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pra Siklus

Data motivasi belajar pada pembelajaran pra siklus diketahui bahwa motivasi belajar siswa pada pembelajaran pra siklus masuk dalam kategori “rendah”. Perolehan hasil belajar Pra Siklus dapat dideskripsikan siswa yang mendapatkan skor 40 sebanyak 2 anak, skor 50 sebanyak 3 anak, skor 60 sebanyak 6 anak, skor 70 sebanyak 6 anak dan skor 80 sebanyak 3 anak. Rata-rata nilai ulangan harian pembelajaran Pra Siklus adalah 62,50. Hasil belajar siswa yang dicapai pada pembelajaran Pra Siklus dapat disajikan dalam tabel ketuntasan belajar berikut ini:

Tabel 4.3. Ketuntasan Belajar Pra Siklus

Tingkat Ketuntasan

Jumlah Siswa

Persentase

Tuntas

9

45%

Tidak Tuntas

11

55%

 

Data ketuntasan belajar menunjukkan dari 20 siswa, yang mampu meraih nilai KKM yang ditetapkan (70,00) adalah 9 anak (45%), sementara 11 anak (55%) perolehan nilai ulangan hariannya masih dibawah KKM.

Siklus I

Data hasil pengamatan pada Siklus I yang dikumpulkan oleh guru dan observer berupa data proses pembelajaran. Data dikumpulkan oleh guru dan teman sejawat menggunakan lembar observasi. Data motivasi belajar pada pembelajaran Siklus I sudah mengalami peningkatan menjadi kategori “sedang”.

Perolehan hasil belajar Siklus I dapat dideskripsikan siswa yang mendapatkan skor 50 sebanyak 2 anak, skor 60 sebanyak 4 anak, skor 70 sebanyak 6 anak, skor 80 sebanyak 6 anak dan skor 90 sebanyak 2 anak. Rata-rata nilai ulangan harian pembelajaran Siklus I adalah 70,00. Hasil belajar siswa yang dicapai pada pembelajaran Siklus I dapat disajikan dalam tabel ketuntasan belajar berikut ini:

Tabel 4.6. Ketuntasan Belajar Siklus I

Tingkat Ketuntasan

Jumlah Siswa

Persentase

Tuntas

14

70%

Tidak Tuntas

6

30%

 

Data ketuntasan belajar menunjukkan dari 20 siswa, yang mampu meraih nilai KKM yang ditetapkan (70,00) adalah 14 anak (70%), sementara 6 anak (30%) perolehan nilai ulangan hariannya masih dibawah KKM.

Siklus II

Data hasil pengamatan pada Siklus II yang dikumpulkan oleh guru dan observer berupa data proses pembelajaran. Data dikumpulkan oleh guru dan teman sejawat menggunakan lembar observasi. Data motivasi belajar pada pembelajaran Siklus II mengalami peningkatan menjadi kategori “tinggi”.

Perolehan hasil belajar Siklus II dapat dideskripsikan siswa yang mendapatkan skor 60 sebanyak 3 anak, skor 70 sebanyak 7 anak, skor 80 sebanyak 5 anak, skor 90 sebanyak 3 anak dan skor 100 sebanyak 2 anak. Rata-rata nilai ulangan harian pembelajaran Siklus II adalah 77,00. Hasil belajar siswa yang dicapai pada pembelajaran Siklus II dapat disajikan dalam tabel ketuntasan belajar berikut ini:

Tabel 4.9. Ketuntasan Belajar Siklus II

Tingkat Ketuntasan

Jumlah Siswa

Persentase

Tuntas

17

85%

Tidak Tuntas

3

15%

 

Data ketuntasan belajar menunjukkan dari 20 siswa, yang mampu meraih nilai KKM yang ditetapkan (70,00) adalah 17 anak (85%), sementara 3 anak (15%) perolehan nilai ulangan hariannya masih dibawah KKM.

Pembahasan

Dari data hasil penelitian pada pembelajaran pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dianalisis tentang peningkatan motivasi belajar belajar siswa. Pada pembelajaran Pra Siklus, motivasi belajar siswa masuk dalam kategori “rendah” dengan skor persentase 31,67%. Setelah dilakukan tindakan pada Siklus I dengan menerapkan pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share, motivasi belajar siswa meningkat menjadi kategori “sedang” dengan skor persentase 54,58%. Pada Siklus II, setelah dilakukan pembenahan dengan mengatur pasangan tempat duduk siswa, motivasi belajar siswa kembali mengalami peningkatan menjadi “tinggi” dengan skor persentase 76,67%.

Nilai rata-rata hasil ulangan siswa setelah dilakukan tes tertulis pada pembelajaran Pra Siklus adalah 62,50. Pada Siklus I nilai rata-rata ulangan harian siswa meningkat menjadi 70,00, terjadi peningkatan sebesar 7,50 point. Pada Siklus II nilai ulangan harian kembali meningkat menjadi 77,0, mengalami peningkatan sebesar 7,00 point. Jadi secara keseluruhan, hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 14,50 point.

Dari tabel perbandingan hasil belajar di atas dapat disajikan tabel perbandingan ketuntasan belajar dari pra siklus, siklus I dan siklus II.

Tabel 4.11. Perbandingan Tingkat Ketuntasan Belajar

Tingkat Ketuntasan

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

Tuntas

9 (45%)

14 (70%)

17 (85%)

Tidak Tuntas

11 (55%)

6 (30%)

3 (15%)

 

Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan tingkat ketuntasan belajar. Pada Pra Siklus, siswa yang tuntas belajar adalah 9 (45%) sedangkan pada Siklus I adalah 14 (70%), terjadi peningkatan sebesar 25%. Pada Siklus II kembali meningkat menjadi 17 (85%), terjadi peningkatan sebesar 15%. Jadi total peningkatan ketuntasan belajar dari kondisi awal ke kondisi akhir adalah 40%.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas IV-A SDN 5 Cepu Kecamatan Cepu Kabupaten Blora dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1.     Penerapan pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share dapat meningkatkan motivasi belajar Matematika materi FPB dan KPK pada siswa kelas IV-A SDN 5 Cepu tahun pelajaran 2018/2019 dari kondisi awal motivasi belajar siswa “rendah” menjadi “tinggi” pada kondisi akhir.

2.     Penerapan pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi FPB dan KPK pada siswa kelas IV-A SDN 5 Cepu tahun pelajaran 2018/2019 dari kondisi awal tingkat ketuntasan belajar siswa 45% menjadi 85% pada kondisi akhir.

Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

1.     Kepada Guru

Disarankan kepada guru untuk lebih pandai memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran yang disampaikan. Model pembelajaran yang bisa merangsang daya pikir siswa dan membuat siswa nyaman dalam pembelajaran akan mampu meningkatkan motivasi siswa dalam belajar sehingga hasil belajar siswa juga meningkat.

2.     Kepada Siswa

Siswa hendaknya mempersiapkan diri dalam mengikuti pelajaran sehingga kegiatan pembelajaran bisa kondusif. Di sisi lain siswa diharapkan selalu turut aktif dalam pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

3.     Kepada Sekolah

Kepala sekolah hendaknya mendukung guru-guru yang melakukan penelitian tidakan kelas untuk mengatasi masalah pembelajaran yang timbul di dalam kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Arra, T. C., D’Antonio, D. M., & D’Antonio M. 2011. Introduction to Research in Education. (Terjemahan Arif Furchan). New York, NY: Holt, Rinehart and Winston. (Buku asli diterbitkan tahun 2007).

Djaali. 2008. Psikologi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Eggen, P., & Kauchak, D. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran: Mengajar Konten Dan Keterampilan Berpikir.(Terjemahan Satrio Wahono).

Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Hollands, Roy, Nasution. 1980. Kamus Matematika. Jakarta: Erlangga

Hudojo, Herman. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan.

Jautar, M. 2003. Pembelajaran Matematika. Jakarta: Bumi Aksara

Jhon Bird. 2004. Pembelajaran Matematika. Jakarta: Bumi Aksara

Lie, A. 2002. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang Kelas. Jakarta: Gramedia.

Nurgiantoro, Burhan. 1988. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah. Yogyakarta: BPFE

Purwanto, Ngalim. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Purwanto, Ngalim. 2010. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Santrock, John W. 2010. Psikologi pendidikan edisi kedua. Jakarta: Kencana.

Slavin, Robert E. 2010. Cooperatif Learning: Teori, Riset, dan Praktik (Alih bahasa: Nurulita). Bandung: Nusa Media.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Landasan psikologi proses pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Supardja. 2004. Pembelajaran Matematika. Jakarta: Bumi Aksara

Suprijono, A. 2009. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada KTSP. Jakarta: Kencana.