Model NHT Berbantuan Lembar Kerja Siswa Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
KEEFEKTIFAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) BERBANTUAN
LEMBAR KERJA SISWA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOMPETENSI DASAR HIMPUNAN BAGI SISWA KELAS VII-G
SEMESTER II SMP NEGERI 1 TAYU KABUPATEN PATI
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Abdul Rokhim
Guru Matematika SMP Negeri 1 Tayu Kabupaten Pati
ABSTRAK
Kata Kunci: Pembelajaran kooperatif, tipe Numbered Head Together
PENDAHULUAN
Penguasaan pemahaman peserta didik terhadap konsep-konsep matematika sangat lemah dan tidak mendalam, akibatnya prestasi belajar matematika rendah, belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Pandangan siswa terhadap pelajaran matematika sebagai momok mengakibatkan siswa kurang aktif pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Pembelajaran yang selama ini diterapkan hanya sekedar monoton, kurang menarik, apalagi ditambah konsentrasi siswa yang kurang optimal. Begitu pula dengan kondisi siswa kelas VII-G SMP Negeri 1 Tayu Pati. Di kelas tersebut terdiri dari 34 siswa dengan 10 siswa perempuan dan 24 siswa laki laki bahwa pencapaian nilai rata-rata materi himpunan di kelas VII-G hanya mencapai 50% dari jumlah peserta didik dikelas tersebut dengan batas ketuntasan yaitu 65.
Untuk dapat mencapai kecakapan dan kemahiran matematika sangat diperlukan model pembelajaran matematika yang baik inovatif, efektif dan menyenangkan, sehingga hasil yang diperoleh dari pembelajaran matematika dapat menjadi baik. Berangkat dari paparan tersebut, peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Keefektifan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Berbantuan Lembar Kerja Siswa Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kompetensi Dasar Himpunan Siswa Kelas VII-G Semester II SMP Negeri 1 Tayu Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2017/2018â€.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar, keaktifan, motivasi belajar, minat, dan kerjasama siswa jika pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered head together) berbantuan LKS kompetensi dasar Himpunan siswa kelas VII-G semester II SMP Negeri 1 Tayu Kabupaten Pati tahun ajaran 2017/2018.
Manfaat Penelitian bagi siswa adalah 1). Siswa akan semakin meningkatkan kemampuan berfikirnya dalam menyelesaikan masalah serta mempunyai keberanian dalam mengemukakan pendapat di kelas. 2). Meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah himpunan. Bagi guru, penelitian ini manfaatnya adalah 1). Guru dapat lebih mengetahui potensi-potensi yang dimiliki oleh siswanya sehingga dapat mengoptimalkan proses kegiatan belajar mengajar. 2). Menumbuhkan semangat baru akibat terciptanya proses belajar yang aktif baik antara siswa dengan siswa maupun antara siswa dengan guru sehingga proses belajar mengajar yang lebih menyenangkan. Manfaat bagi sekolah adalah untuk mendapatkan kontribusi guna memperbaiki model pembelajaran demi meningkatkan kualitas siswa dan bagi peneliti ialah menambah pengetahuan dalam disiplin ilmu pendidikan khususnya dalam mengajar matematika.
KAJIAN PUSTAKA
Belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berfikir, bersikap, dan berbuat. Mengajar adalah usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar secara optimal. Sistem lingkungan ini terdiri atas beberapa komponen, termasuk guru, yang saling berinteraksi dalam menciptakan proses belajar yang terarah pada tujuan tertentu (Gulo,2002:7-8). Pendapat itu menunjukan bahwa belajar adalah proses perubahan. Perubahan-perubahan itu tidak hanya perubahan lahir tetapi juga perubahan batin, tidak hanya perubahan tingkah laku yang tampak, tetapi dapat juga perubahan-perubahan yang tidak dapat diamati. Perubahan-perubahan yang dimaksud bukan perubahan negatif tetapi perubahan yang positif, yaitu perubahan yang menuju ke arah kemajuan atau perbaikan.
Slameto (1992) dalam Djamarah (2002: 13) merumuskan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkunganya. pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Pembelajaran adalah usaha guru untuk menciptakan suasana yang menyenangkan untuk belajar, yang membuat siswa terpanggil untuk belajar, kegiatan belajar yang dilakukan siswa dirasakan dan disadari sebagai kebutuhan sendiri bukan suatu paksaan dari orang lain.
Darsono (2000: 25) memberikan kesimpulan ciri-ciri pembelajaran, di antaranya pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis; pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar; pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa; pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik; dan pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa. Oleh karena itu, perlu diterapkan teori belajar secara tepat.
Teori belajar yang dapat menjadi landasan bagi penerapan model kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) adalah teori aliran behavioristik. Karena teori behavioristik dapat mengakibatkan perubahan tingkah laku siswa menjadi lebih baik terutama diarahkan kepada tingkah laku siswa menjadi lebih baik terutama diarahkan kepada tingkah laku kerja sama sehingga tercipta kebersamaan antar siswa untuk memperoleh tujuan bersama. Hal ini dicoba diterapkan dalam pelajaran matematika.
Matematika berkenaan dengan ide-ide (gagasan–gagasan) struktur-struktur dan hubungan-hubunganya yang diatur secara logis, sehingga matematika itu sangat berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Bahasa yang ada dalam matematika menjadi jelas, spesifik, dan informatik tanpa menimbulkan korelasi yang bersifat emosional.
Ada beberapa kiat belajar matematika, di antaranya menanamkan kepada anak bahwa matematika itu penting; mengajak anak untuk mempelajari hal menarik dan menggelitik rasa ingin tahu tentang matematika; melatih daya tahan anak menyelesaikan soal matematika; mengajari anak mengotak-atik soal; mencanangkan dua wajib yaitu wajib mempelajari yang sudah dijelaskan dan wajib mempelajari yang hendak dijelaskan; melibatkan anak dalam proses belajar mengajar di sekolah; dan mengarahkan anak untuk membuat cacatan lengkap dan rapi, ringkasan konsep dan rumus penting.
Menurut Dalyono (2005), berhasil tidaknya seseorang dalam belajar dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri orang yang belajar dan faktor luar dirinya. Model pembelajaran kooperatif adalah model yang terfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Nurhadi, 2004: 112). Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.
Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.
Terdapat empat pendekatan yang seharusnya merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam menerapkan model pemberikan kooperatif, yaitu STAD, JIGSAW, Investigasi Kelompok (Teams Games Tournaments atau TGT), dan Pendekatan Struktural yang meliputi Think Pair Shair (TPS) dan Numbered Head Together (NHT). Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berfikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Numbered Head Together (NHT) pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993) dalam buku Trianto (2007) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu hasil belajar akademik stuktural bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik; pengakuan adanya keragaman bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temanya yang mempunyai berbagai latar belakang; dan pengembangan keterampilan sosial bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen (1993) dengan tiga langkah yaitu pembentukan kelompok, diskusi masalah dan tukar jawaban antar kelompok.
Manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Linda Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah rasa harga diri menjadi lebih tinggi; memperbaiki kehadiran; penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar; perilaku mengganggu menjadi lebih kecil; konflik antara pribadi berkurang; pemahaman yang lebih mendalam; meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi; dan hasil belajar lebih tinggi.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah setiap siswa menjadi siap semua; dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh; dan siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Kelemahannya adalah kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru; tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru; dan kendala teknis, misalnya masalah tempat duduk kadang sulit atau kurang mendukung diatur kegiatan kelompok.
Hipotesis dari penelitian ini adalah “Melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan Lembar Kerja Siswa dapat meningkatkan hasil belajar, keaktifan siswa dan kerjasama siswa kelas VII-G semester II SMP Negeri 1 Tayu Kabupaten Pati, tahun ajaran 2017/2018â€.
METODE PENELITIAN
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Tayu Kabupaten Pati. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-G semester II SMP Negeri 1 Tayu Kabupaten Pati Tahun ajaran 2017/2018 dengan jumlah siswa 34 siswa terdiri dari 10 siswa perempuan dan 24 siswa laki-laki. Untuk melaksanakan penelitian maka dibualah skema penelitian.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti melaksanakan dalam dua siklus. Hal ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan model kooperatif tipe Numbered Head Together dan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar Himpunan. Sehingga apabila dalam pelaksanaan siklus I kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran tidak dapat meningkat, maka akan dilakukan perbaikan. Perbaikan ini akan dilaksanakan pada siklus II. Dalam penelitian ini setiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu tahap perencanaan, tindakan, pengamatan dan tahap refleksi.
Data yang diperoleh berupa; (1) data hasil belajar siswa seperti data hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran dari siswa dan guru, data tanggapan siswa selama pembelajaran, dan data hasil pengamatan kinerja guru; dan (2) data tentang proses belajar mengajar pada saat dilakukan tindakan kelas diambil dengan lembar pengamatan (Lembar observasi siswa dan lembar observasi guru).
Untuk mengetahui meningkatnya hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dalam mempelajari kompetensi dasar Himpunan, maka ditetapkan indikator keberhasilan sebagai berikut:
1. Kinerja guru tinggi jika mencapai prosentase > 75%
2. Prestasi belajar
a. Siswa dikatakan tuntas belajar secara individu jika mencapai prosentase > 65%
b. Siswa dikatakan tuntas belajar secara klasikal jika dalam satu kelas siswa yang tuntas belajar secara individu mencapai prosentase > 75%
3. Aktivitas belajar siswa tinggi jika mencapai prosentase > 75%
4. Kerja sama siswa tinggi jika mencapai prosentase > 75%
HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Peneliti mengamati keaktifan guru dalam pembelajaran, kemudian menganalis sehingga diperoleh data bahwa keaktifan guru pada proses pembelajaran Siklus I dengan prosentase 66,3% sehingga pada Siklus I keaktifan guru dikategorikan baik. Peneliti mengamati keaktifan siswa dalam pembelajaran yang disajikan dalam tabel berikut.
No |
Aspek |
Jumlah skor |
% |
1 |
Diskusi kelompok |
64 |
62,7 |
2 |
Mengemukakan pendapat |
82 |
80,4 |
3 |
Bertanya |
70 |
68,6 |
4 |
Presentasi |
85 |
83,3 |
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa diskusi kelompok termasuk dalam kategori sedang dengan prosentase 62,7%. Berpendapat termasuk dalam kategori tinggi dengan prosentase 80,4%. Bertanya termasuk dalam kategori sedang dengan prosentase 68,6% dan presentasi termasuk dalam kategori tinggi dengan prosentase 83,3%. Hasil perhitungan prosentase keaktifan siswa pada siklus I rata-rata 73,7% termasuk kategori sedang. Peneliti mengamati kerjasama siswa dalam pembelajaran, kemudian menganalisa sesuai lampiran 31, diperoleh bahwa:
No |
Aspek |
Jumlah skor |
% |
1 |
Berkelompok |
80 |
78,4 |
2 |
Saling membantu |
67 |
65,7 |
3 |
Menjawab tugas kelompok |
68 |
66, 7 |
4 |
Menjawab pertanyaan |
83 |
81,4 |
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa berkelompok termasuk dalam kategori tinggi dengan prosentase 78,4%. Saling membantu termasuk dalam kategori sedang dengan prosentase 65,7%. Mengerjakan tugas kelompok termasuk dalam kategori sedang dengan prosentase 66,7% dan menjawab pertanyaan termasuk dalam kategori tinggi dengan prosentase 81,4%. Hasil perhitungan prosentase kerja sama siswa rata- rata pada siklus I adalah 72,8% termasuk kategori sedang. Peneliti mengamati hasil tes akhir Siklus I kemudian menganalisa sesuai lampiran 26 diperoleh rata-rata nilai 75,25 dengan prosentase ketuntasan klasikal 88,2%.
Refleksi merupakan analisis hasil pengamatan, hasil lembar kerja dan evaluasi dari tahap-tahap pada siklus I, berdasarkan atas tindakan pembelajaran di dalam kelas, selanjutnya diadakan refleksi atas segala kegiatan yang telah dilaksanakan. Dalam kegiatan pada siklus I didapatkan hasil refleksi sebagai berikut:
Keaktifan guru dalam pembelajaran dikategorikan sedang karena berdasarkan analisis Siklus I diperoleh bahwa keaktifan guru mencapai 66,3%. Dalam penyampaian materi dengan menggunakan model kooperatif tipe Numbered Head Together masih tergolong baik. Oleh karena itu, guru perlu memperbaiki tindakan yang akan dilakukan pada Siklus II yaitu meningkatkan kembali penguasaan dalam penyampaian materi dengan menggunakan model kooperatif tipe Numbered Head Together.
Keaktifan siswa dalam pembelajaran dikategorikan sedang karena berdasarkan analisis Siklus I diperoleh bahwa keaktifan siswa mencapai 73,7%. Hal ini dikarenakan guru kurang memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan dan berpendapat. Oleh karena itu, guru perlu memperbaiki tindakan yang akan dilakukan pada Siklus II yaitu memotivasi siswa agar lebih berani bertanya dan berpendapat.
Kerjasama siswa dalam pembelajaran dikategorikan sedang karena berdasarkan analisis Siklus I diperoleh bahwa kerjasama siswa mencapai 72,8%. Hal ini dikarenakan siswa kurang termotivasi dan bertanggung jawab terhadap kelompoknya. Oleh karena itu, guru perlu memperbaiki tindakan yang akan dilakukan pada Siklus II yaitu memotivasi siswa agar lebih bertanggung jawab terhadap tugas kelompoknya.
Dari hasil pengamatan tes akhir Siklus I (lampiran 31) terdapat 30 siswa yang tuntas belajar dan 4 siswa yang belum tuntas belajar. Jadi siswa yang tuntas belajar secara klasikal adalah 88,2% dengan rata-rata nilai 75,25. Secara garis besar, pelaksanaan pada Siklus I sudah berhasil. tetapi masih perlu peningkatan , sehingga kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah pada kompetensi dasar Himpunan dapat ditingkatkan menjadi lebih baik.
Siklus II
Pembelajaran dilaksanakan selama 3 kali pertemuan. Petemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 21 Mei 2018 pukul 07.00-08.20 WIB membahas tentang mengenal diagram venn, menentukan irisan dan gabungan dari dua himpunan serta menentukan irisan dan gabungan dalam diagram venn. Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2018 pukul 08.20-09.40 WIB membahas tentang menyelesaikan masalah dengan menggunakan konsep diagram venn. Selanjutnya pada pertemuan ketiga yaitu pada tanggal 26 Mei 2018 pukul 07.00-07.40 WIB dilaksanakan tes akhir Siklus II yang berisi 6 soal uraian.
Pengamatan dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran berlangsung dengan rincian sebagai berikut. Peneliti mengamati keaktifan guru dalam pembelajaran, kemudian menganalisa sesuai lampiran 34 diperoleh bahwa keaktifan guru pada proses pembelajaran Siklus II dengan prosentase 81,3% sehingga pada Siklus II keaktifan guru dikategorikan sangat baik. Peneliti mengamati keaktifan siswa dalam pembelajaran, kemudian menganalisa sesuai lampiran 32 diperoleh bahwa:
No |
Aspek |
Jumlah skor |
% |
1 |
Diskusi kelompok |
75 |
73,5 |
2 |
Mengemukakan pendapat |
84 |
82,4 |
3 |
Bertanya |
73 |
71,6 |
4 |
Presentasi |
86 |
83,33 |
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa diskusi kelompok termasuk dalam kategori Sedang dengan prosentase 75%. Berpendapat termasuk dalam kategori tinggi dengan prosentase 83,33%. Bertanya termasuk dalam kategori sedang dengan prosentase 73,33% dan presentasi termasuk dalam kategori tinggi dengan prosentase 83,33%. Jadi, dapat diketahui bahwa keaktifan siswa pada Siklus II dengan prosentase 77,9% dan dikategorikan keaktifan tinggi. Peneliti mengamati kerjasama siswa dalam pembelajaran, kemudian menganalisa sesuai lampiran 33 diperoleh bahwa:
No |
Aspek |
Jumlah skor |
% |
1 |
Berkelompok |
74 |
72,5 |
2 |
Saling membantu |
82 |
80,4 |
3 |
Menjawab tugas kelompok |
74 |
72,5 |
4 |
Menjawab pertanyaan |
83 |
81,4 |
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa berkelompok termasuk dalam kategori Sedang dengan prosentase 72,5%. Saling membantu termasuk dalam kategori tinggi dengan prosentase 81,67%. Mengerjakan tugas kelompok termasuk dalam kategori sedang dengan prosentase 72,5% dan menjawab pertanyaan termasuk dalam kategori tinggi dengan prosentase 81,4%. Jadi dapat diketahui bahwa kerja sama siswa pada Siklus II dengan prosentase 76,7% dan dikategorikan kerjasama tinggi. Peneliti mengamati hasil tes akhir Siklus II kemudian menganalisa sesuai lampiran 27 diperoleh rata-rata nilai 76,34 dengan prosentase ketuntasan klasikal 85,3%.Secara keseluruhan termasuk kategori baik.
Refleksi merupakan analisis hasil pengamatan, hasil lembar aktifitas, kerja sama dan evaluasi dari tahap-tahap pada siklus II, berdasarkan atas tindakan pembelajaran di dalam kelas, selanjutnya diadakan refleksi atas segala kegiatan yang telah dilaksanakan. Dalam kegiatan pada siklus II didapatkan hasil refleksi sebagai berikut: Keaktifan guru dalam pembelajaran dikategorikan baik karena berdasarkan analisis Siklus II diperoleh bahwa keaktifan guru mencapai 81,3% dan telah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan dalam penyampaian materi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together sudah baik.
Keaktifan siswa dalam pembelajaran dikategorikan tinggi karena berdasarkan analisis Siklus II diperoleh bahwa keaktifan siswa mencapai 77,9% dan telah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Peningkatan ini disebabkan karena kemampuan guru dalam memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan dan berpendapat lebih baik dari Siklus I. Selain itu siswa mulai terbiasa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together.
Kerjasama siswa dalam pembelajaran dikategorikan tinggi karena berdasarkan analisis Siklus II diperoleh bahwa keaktifan siswa mencapai 76,7% dan telah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Peningkatan ini disebabkan karena kemampuan guru dalam memotivasi siswa untuk bertanggung jawab dalam menyeleseaikan tugas kelompoknya lebih baik dari Siklus I. Selain itu siswa mulai terbiasa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together.
Dari hasil pengamatan tes akhir Siklus II (lampiran 32) terdapat 29 siswa yang tuntas belajar dan 5 siswa yang belum tuntas belajar. Jadi siswa yang tuntas belajar secara klasikal adalah 95% dengan rata-rata nilai 85,3. Secara garis besar, pelaksanaan pada Siklus II sudah berhasil dan pembelajaran tidak perlu diulang.
PEMBAHASAN
Berdasarkan temuan hasil penelitian di setiap siklus, secara keseluruhan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dikatakan berhasil. Hal ini bisa dilihat dalan tabel di bawah ini:
No |
Yang dinilai |
Siklus I |
Siklus II |
% kenaikan |
1 |
Keaktifan Guru |
66,3% |
81,3% |
15% |
2 |
Keaktifan Siswa |
73,7% |
77,9% |
4,2% |
3 |
Kerjasama Siswa |
72,8% |
76,7% |
3,9% |
4 |
Hasil Belajar |
88,2% |
95% |
6,8% |
Berdasarkan tabel hasil penelitian di atas, di peroleh hasil keaktifan guru meningkat paling tinggi dengan tingkat kenaikan mencapai 15%. Hal ini karena di siklus 1 pada awal proses pembelajaran guru kurang menjelaskan langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan siswa, sehingga terlihat siswa masih bingung dan kesulitan dalam menyelesaiakn soal. Sedangkan di siklus II guru sudah dapat menjalankan keenam tahap dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan sangat baik. Selain itu keaktifan siswa meningkat 4,2% dan kerjasama siswa juga meningkat 3,9%.
Hal ini karena pada siklus I siswa belum berani mengajukan pertanyaan kepada guru atau menanggapi hasil presentasi teman-temannya. Beberapa siswa masih belum mengetahui tugas mereka dalam diskusi kelompok sehingga dianjurkan guru memberikan penjelasan akan tugas masing-masing kelompok karena kemampuan siswa yang beragam, maka siswa yang kemampuannya kurang masih menggantungkan diri pada siswa yang mempunyai kemampuan tinggi. Sehingga masih terlihat siswa dengan kemampuan tinggi masih mendominasi kelompoknya.
Ada beberapa siswa yang tidak aktif sama sekali dalam diskusi, akibatnya diskusi menjadi pasif dan tidak hidup. Sedangkan pada siklus II siswa mampu mempergunakan waktu yang diberikan oleh guru untuk bertanya, dan berani mengemukakan pendapat. Siswa sudah berinteraksi satu sama lain dan melakukan refleksi dengan sangat baik. Siswa dengan kemampuan kurang sudah tidak menggantungkan diri pada siswa lain.Sehingga di peroleh hasil belajar siswa juga meningkat dengan tinggi yaitu 6,8%. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa kemampuan kognitif siswa dalam memecahkan masalah sudah memenuhi indikator keberhasilan.
Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, sejak lahir manusia telah mulai melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan dan sekaligus mengembangkan dirinya. Arti belajar menurut Herman Hudoyo (1981: 2) adalah suatu proses untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman sehingga mengubah tingkah laku manusia menjadi tetap tidak berubah lagi dengan modifikasi yang sama. Dalam pelaksanaan pendidikan, belajar dan pembelajaran merupakan proses kegiatan yang tidak dapat dipisahkan. Di dalam proses mengajar dan belajar selalu ditandai oleh adanya sejumlah unsur, yakni tujuan yang ingin dicapai, adanya guru dan peserta didik sebagai individu yang terlibat dalam interaksi tersebut, adanya bahan pelajaran, dan adanya metode sebagai alat untuk menciptakan situasi belajar mengajar.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian dari Surya Ruri pada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap prestasi belajar siswa, dalam skripnya menyatakan bahwa model pembelajaran yang dianggap unggul dalam membantu siswa adalah model pembelajaran kooperatif. Sebagai salah satu pendekatannya adalah pendekatan struktural tipe NHT. Serta dapat meningkatkan daya ingat siswa terhadap penguasaan materi sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pengajaran Ruang Sisi Lengkung, dan akan sangat efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang tergolong kelompok rendah. Sehingga penerapan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal kompetensi dasar Himpunan semester II kelas VII – G SMP N 1 Tayu, Pati tahun pelajaran 2017/2018.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa:
1. Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together pada kompetensi dasar Himpunan dapat meningkatkan keaktifan guru VII-G SMP Negeri 1 Tayu Pati Tahun Pelajaran 2017/2018. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan prosentase keaktifan guru yang semula 66,3% menjadi 81,3%.
2. Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together pada kompetensi dasar Himpunan dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas VII-G SMP Negeri 1 Tayu Pati Tahun Pelajaran 2017/2018. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan prosentase keaktifan siswa yang semula 73,7% menjadi 77,9%
3. Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together pada kompetensi dasar Himpunan dapat meningkatkan kerjasama siswa kelas VII-G SMP Negeri 1 Tayu Pati Tahun Pelajaran 2017/2018. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan prosentase kerja sama siswa yang semula 72,8% menjadi 76,7%
4. Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together pada kompetensi dasar Himpunan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII-G SMP Negeri 1 Tayu Pati Tahun Pelajaran 2017/2018. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan prosentase hasil belajar siswa yang semula 88,2% menjadi 95%
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:
1. Guru sebaiknya dalam pembelajaran matematika pada kompetensi dasar Himpunan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together pada karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Dalam penerapan pembelajaran demgan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together siswa harus didorong untuk memperkaya pengalaman langsung melalui unjuk kerja atau praktek.
DAFTAR PUSTAKA
Adinawan, M. Cholik dan Sugijono. 2007. Matematika IB untuk SMP Kelas VII Semester 2. Jakarta: Erlangga.
Ali, Muhammad.1984. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa.
Anonym. 2005. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Arifin, Z. 1991. Evaluasi Instruksional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto,S. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
_________ 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Dalyono. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Darsono Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia Widyasarana, Indonesia.
Hudoyo, Herman. 1981. Interaksi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: P2LPTK
______________. 1994. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: IKIP.
Ibrahim,dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Nurhadi,dkk.2004.Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannyadalam KBK. Malang: UM Press
Sudiyono, dkk. 2010. LKS Matematika SMP dan MTs. Untuk Kelas VII. Pati: MGMP Matematika .
Sudjana,Nana.2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito