PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING

TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VI SDN 02 PASEBAN KECAMATAN JUMAPOLO KABUPATEN KARANGANYAR SEMESTER II TAHUN 2016/2017

 

Suparjo
Sekolah Dasar Negeri 02 Paseban Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar

 

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui peningkatan hasil belajar Matematika melalui penerapan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD kelas VI Sekolah Dasar Negeri 02 Paseban Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri 02 Paseban Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan selama 3 bulan dengan menggunakan 3 siklus. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data adalah teknik deskriptif kualitatif dari tiap siklus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar Matematika yang diperoleh sebelumnya dengan rata- rata nilai 67,2 sedangkan nilai hasil belajar Matematika pada siklus I adalah 73,6, pada siklus II adalah 80,4 dan pada siklus III adalah 83,3. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD kelas VI Sekolah Dasar Negeri 02 Paseban Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD, Hasi Belajar Matematika

                                                    

PENDAHULUAN

Permendiknas RI No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi menjelaskan bahwa matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya mewujudkan tujuan Pendidikan yang telah ditetapkan. Permendiknas RI No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (Depdiknas, 2006: 7) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar adalah:

a.   Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

c.    Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang. metode matematika, menyelesaikan metode dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

d.   Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Matapelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari Sekolah Dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Cokroft 1999 dalam (Hamzah B. Uno, 2009: 108) mengemukakan bahwa matematika perlu diajarkan karena matematika sangat dibutuhkan dan berguna dalam kehidupan sehari-hari, bagi sains, perdagangan dan industri. Matematika menyediakan suatu daya, alat komunikasi yang singkat dan tidak ambigius serta berfungsi sebagai alat untuk mendeskripsikan dan memprediksi.

Hasil diskusi awal antara peneliti dan observer kondisi pembelajaran matematika kelas VI di SD Negeri 02 Paseban menunjukkan bahwa (1) Pembelajaran matematika masih berpusat pada guru (teacher centered). (2) Guru kurang mendorong siswa untuk menyelesaikan suatu masalah, mengungkapkan gagasannya, danmelibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan kelas yang kondusif dan kompetitif. (3) Guru kurang mengembangkan bahan pembelajaran yang mengangkat permasalahan keseharian. (4) Guru hanya mengembangkan pembelajaran individual, siswa bekerja sendirisendiri dalam menyelesaikan tugas-tugas belajarnya. (5) Guru kurang mengembangkan metode pembelajaran kooperatif.

Dalam pembelajaran matematika yang masih berpusat pada guru sebagian besar siswa tidak merasa tertarik dengan materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Siswa tidak memperhatikan penjelasan guru, di antara mereka banyak yang berbicara tanpa arah, bermain-main, suasana belajarnya gaduh tidak terkendali. Siswa yang bertanya dan menjawab pertanyaan guru hanya sebagian kecil saja. Mereka cepat merasa bosan dan takut dengan pembelajaran matematika.

Di dalam mempelajari operasi perkalian pecahan walaupun siswa sudah dijelaskan ternyata masih banyak yang belum memahami dengan benar konsep operasi perkalian pecahan. Kesulitan yang dihadapi siswa dalam memahami konsep operasi perkalian pecahan diduga disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama ada kemungkinan metode pembelajaran yang digunakan guru belum tepat. Kedua dari factor murid, bahwa siswa kelas VI Sekolah Dasar masih belum dapat berpikir abstrak sehingga belajar operasi perkalian pecahan tanpa alat peraga atau media manipulative akan mengalami kesulitan, hal ini berkaitan dengan tingkat perkembangan kognitif siswa kelas VI. Anak pada usia itu masih belum dapat berpikir abstrak. Oleh karena itu dalam pembelajaran operasi perkalian pecahan guru harus menggunakan benda-bendakongkrit.

Kesulitan siswa dalam mempelajari operasi perkalian pecahan jika dibiarkan berlarut-larut akan berdampak buruk bagi pembelajaran selanjutnya. Pembelajaran operasi pembagian pecahan mempersyaratkan pesrtadidik untuk mengusai operasi perkalian pecahan.

Demikian halnya dalam pembelajaran statistik, hitung keuangan, geometri, dan pengukuran (pengukuran panjang, pengukuran luas, pengukuran isi, pengukuran berat, pengukuran waktu, pengukuran jarak, dan pengukuran berskala) yang ada hubungan dengan operasi perkalian pecahan akan lebih mudah bila siswa menguasai konsep operasi perkalian pecahan.

Untuk mengatasi kesulitan siswa dalam operasi perkalian pecahan, diperlukan adanya upaya guru dalam menggunakan metode dan media pembelajaran yang dapat memberdayakan siswa. Guru dituntut untuk menggunakan metode yang bervariasi tidak hanya ceramah saja, tetapi juga menggunakan metodemetode lainnya seperti metode pembelajaran yang lebih menekankan pada pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Selain itu juga guru dituntut untuk menggunakan media pembelajaran yang kongkrit.

Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk pembelajaran operasi perkalian pecahan adalah dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD. Pembelajaran cooperative learning tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin. STAD merupakan pembelajaran cooperative learning tipe yang paling sederhana. Esensial dari cooperative learning tipe STAD adalah adanya kerjasama anggota kelompok dan kompetisi antar kelompok.

Dengan cooperative learning tipe STAD di antara teman satu kelompok ada usaha untuk meningkatkan pemahaman materi yang telah disampaikan guru melalui kerja sama kelompok, adanya usaha saling membantu, membentuk keterampilan sosial, pencapaian tujuan bersama, dan ada kompetisi antar kelompok. Jadi model pembelajaran ini merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan guru di kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

KAJIAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA

Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD

Menurut Suprijono (2009: 54) pembelajaran koperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran koperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu siswa menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.

Isjoni (2009: 14) mengemukakan bahwa pembelajaran koperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda, dalam pembelajaran koperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Sedangkan menurut Hamdani (2011: 30) pembelajaran koperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Dalam pembelajaran koperatif diterapkan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu dan memahami materi pelajaran.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran koperatif adalah suatu rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam pembelajaran koperatif diterapkan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.

Menurut Slavin (2005: 143) STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen,terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

Menurut Hamdayama (2014: 117) gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa saling memberi semangat dan membantu dalam menuntaskan keterampilan-keterampilan yang dipresentasikan oleh guru. Apabila siswa menginginkan tim mereka mendapatkan penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu tim dalam mempelajari bahan ajar yang disampaikan oleh guru.

Sedangkan menurut Huda (2011: 116) siswa dikelompokkan secara beragam berdasarkan kemampuan, gender, ras dan etnis. Pertama, siswa mempelajari materi bersama dengan teman satu kelompoknya, kemudian mereka diuji secara individual melalui kuis-kuis.

Dapat disimpulkan bahwa Student Teams Achievement Divison merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana,untuk memotivasi siswa saling memberi semangat dan membantu dalam menuntaskan keterampilan-keterampilan yang dipresentasikan oleh guru. Kemudian mereka diuji secara individual melalui kuis-kuis sehingga dapat dilihat aspek kognitif siswa.

Metode Penelitian

Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah SD Negeri 02 Paseban Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017 sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas VI Sekolah Dasar tersebut yang berjumlah 15 siswa.Waktu penelitian ini dilalukan selama 3 bulan yaitu dari bulan Januari sampai Maret 2016 Jangka waktu tersebut dibagi dalam tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap finalisasi dan penyusunan laporan hasil penelitian.

Subjek dalam penelitian ini diambil dari seluruh siswa kelas VI SD Negeri 02 Paseban Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017 yangberjumlah 15 siswa. Sedangkan objek penelitian ini adalah hasil belajar Matematika materi Operasi PerkalianPecahan pada siswa kelasVI melalui penerapan model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Kondisi hasil pembelajaran seblum dlaksanakan tindakan adalah sebagai berikut:

 

Tabel 4.1 Hasil Belajar Matematika Prasiklus

 

Kondisi

Nilai

Tuntas

Tidak Tuntas

Ketuntasan

 

6

9

Presentase Ketuntasan

 

40%

60%

Nilai Tertinggi

77

 

 

Nilai Terendah

60

 

 

 

 

 

 

Dengan kondisi tersebut di atas, maka peneliti berinisiatif untuk memperbaikinya. Dipilihlah model pembelajaran STAD sebagai solusi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

Siklus I

Pelaksanaan Tindakan

Tindakan yang akan dilakukan peneliti mengacu pada rencana pembelajaran yang telah dibuat, yaitu pembelajaran Operasi Perkalian Pecahan melalui Cooperative Learningtipe STAD. Tindakan pada siklus 1 dilakukan dalam 2 pertemuan yaitu pertemuan pertama dan kedua. Setiap pertemuan terdiri atas tiga tahap, yaitu pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Kegiatan inti terdiri atas eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

Hasil belajar siswa pada siklus I tergolong masih rendah, nilai rata-rata kelas baru mencapai 73,6. Sedangkan ketuntasan belajar siswa baru mencapai 66,7% atau masih ada 33,3% siswa dengan nilai hasil belajar di bawah KKM. Hasil pembelajaran siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.2 Hasil Belajar Matematika Siklus 1

Uraian

Nilai

Tuntas

Tidak Tuntas

Jumlah

1105

10

5

Rata-rata

73,6

 

 

Presentase Ketuntasan

 

66,7%

33,3%

Nilai Tertinggi

85

 

 

Nilai Terendah

65

 

 

 

Siklus II

Tindakan yang akan dilakukan peneliti mengacu pada rencana pembelajaran yang telah dibuat, yaitu pembelajaran operasi perkalian pecahan dengan melalui Cooperative Learning tipe STAD. Tindakan pada siklus 2 dilakukan dalam 2 pertemuan yaitu pertemuan pertama dan kedua. Setiap pertemuan terdiri atas tiga tahap, yaitu pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Kegiatan inti terdiri atas eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

Hasil belajar siswa pada siklus II tergolong sudah baik, nilai rata-rata meningkat dari siklus sebelumnya yaitu 73,6 menjadi 80,4. Sedangkan ketuntasan belajar siswa juga meningkat dari 66,7% menjadi 80%.

 

 

 

 

 

Tabel 4.3 Hasil Belajar Matematika Siklus 2

Uraian

Nilai

Tuntas

Tidak Tuntas

Jumlah

1206

12

3

Rata-rata

80,4

 

 

Presentase Ketuntasan

 

80%

20%

Nilai Tertinggi

95

 

 

Nilai Terendah

65

 

 

 

Siklus III

Perencanaan Tindakan

Hasil belajar siswa pada siklus III tergolong sudah baik, nilai rata-rata meningkat dari siklus sebelumnya yaitu 80,4 menjadi 83,3. Sedangkan ketuntasan belajar siswa juga meningkat dari 66,7% menjadi 80%.

Tabel 4.3 Hasil Belajar Matematika Siklus 3

Uraian

Nilai

Tuntas

Tidak Tuntas

Jumlah

1250

15

Rata-rata

83,3

 

 

Presentase Ketuntasan

 

100%

 

Nilai Tertinggi

95

 

 

Nilai Terendah

70

 

 

 

Pembahasan

Hasil pembelajaran siklus I, II, dan III dapat digambarkan dalam table sebagai berikut:

Uraian

Nilai Rata-rata

Tuntas

Tidak Tuntas

N Tertinggi

N Terendah

Prasiklus

64,5

40%

60%

77

60

Siklus I

73,6

66,7%

33,3%

85

65

Siklus II

80,4

80%

20%

95

65

Siklus III

83,3

100%

0

95

70

 

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari siklus I, siklus II dan siklus III dengan model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika siswa kelas VI SD Negeri 02 Paseban Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar. Hal tersebut ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa mencapai 66,7% dan masih ada 33,3% yang belum tuntas atau nilai di bawah KKM dan pada siklus II menunjukkan bahwa hasil belajar siswa meningkat menjadi 80%, sedangkan pada siklus III menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa mencapai 100% dan telah memenuhi indikator keberhasilan penelitian.

Dari keseluruhan hasil penelitian di atas maka hipotesis yang berbunyi “Penerapan model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi Operasi Perkalian Pecahan pada siswa kelas VI SD Negeri 02 Paseban Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2016/2017” telah terbukti kebenarannya.

DAFTAR PUSTAKA

Isjoni, H. 2010 Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Hudoyo, Herman. 1990. Mengajar Belajar Matematika. Surabaya: Usaha Nasional

Hudojo, H. 1998. Mengajar B Matematika. Jakarata: Depdikbud.

________. 2009. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD N Dukuh Tengah 04.

Sukayati, Marfuah. 2009. Pembelajaran Operasi Hitung Perkalian dan Pembagian Pecahan di SD. (http://www.p4tk.org. Diakses tanggal 20 Juni 2017)

Nyimas, Aisyah, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Depdiknas.

_______, 2009. Pedagogik Jurnal Pendidikan Dasar dan Menengah. Semarang: Laboratorium Baca Tulis Universitas Negeri Semarang.

­­­_______, 1995. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.

Permendikna RI Nomor 22 Tahun 2006. Tentang Standar Isi untuk setaun Pendidikan Dasar dan Menengah.

Permendiknas RI Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi. Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Permendiknas RI Nomor 41 tahun 2007. Tentang Standar Proses.

Nur Akhsin, dkk. 2006. Matematika Untuk Kelas VI SD/MI. Klaten: Cempaka Putih.

Sudjana. 1999. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda

Sukayati. Marfuah. 2009. Pembelajaran Operasi Hitung Perkalian dan pembagian Pecahan di SD.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta

Hamalik. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Heller, P. 1992. Teaching problem solving through coperative gruoping part , group and individual problem solving. American Journal of Physics. July 1992

Koentjoroningrat. 1993. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Mulyasa. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Neolaka, Amos. 2014. Metode Penelitian Dan Statistik. Bandung: Rosdakarya.

Poerwodarminto. 1998. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Purwanto, Ngalim. 2003. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis Edisi kedua. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Riduwan. 2009. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Ruseffendi. 1998. Statiska Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Sudjana, Nana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sutopo, HB. 1996. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.

Suyitno. 2004. Pemilihan Metode-metode Pembelajaran dan Penerapan di Sekolah. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Usman, Uzer. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya