Model Pembelajaran Explicit Instruction Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
MODEL PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS
TENTANG PERKEMBANGAN WILAYAH INDONESIA
BAGI SISWA KELAS VI SD NEGERI 2 WULUNG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Darmini
SD Negeri 2 Wulung Kecamatan Randublatung
ABSTRAK
Tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi Perkembangan Wilayah Indonesia bagi siswa kelas VI SD Negeri 2 Wulung tahun 2017/2018 melalui model pembelajaran Explicit Instruction. Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas sebanyak dua siklus dengan subjek penelitian siswa kelas VI SD Negeri 2 Wulung Kecamatan Randublatung tahun pelajaran 2017/2018 sejumlah 24 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik tes dan nontes. Data nontes diperoleh dari observasi dan dokumentasi foto sedangkan teknik tes dengan butir soal. Analisis data meliputi data kuantitatif dan kualitatif. Dari hasil analisis data didapatkan bahwa hasil ketuntasan minimal belajar siswa mengalami peningkatan dari kondisi awal sebesar 54,17%, siklus I 70,83%, dan siklus II 83,33%. Rata-rata nilai ulangan harian siswa juga mengalami peningkatan pada setiap sikluzs. Pada pembelajaran pra siklus rata-rata nilai ulangan harian siswa adalah 65,83. Pada siklus I menjadi 71,25 dan pada siklus II menjadi 75,83. Dari hasil penelitian yang diperoleh dan hasil pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran Explicit Instruction dapat meningkatkan hasil belajar IPS tentang Perkembangan Wilayah Indonesia bagi siswa kelas VI SD Negeri 2 Wulung tahun 2017/2018
Kata kunci: hasil belajar, pembelajaran IPS, pembelajaran Explicit Instruction
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu indikator pendidikan berkualitas adalah perolehan nilai hasil belajar siswa. Nilai hasil belajar siswa dapat lebih ditingkatkan apabila pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien dengan ditunjang oleh tersedianya sarana dan prasarana pendukung serta kecakapan guru dalam pengelolaan kelas dan pengusaan materi yang pelajaran yang disampaikan.
Hasil belajar IPS di kelas VI semester II di SD Negeri 2 Wulung untuk beberapa kompetensi dasar umumnya menunjukkan nilai yang rendah. Jika dilihat dari hasil ulangan harian sebagian besar masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu sebesar 70. Dari 24 siswa SD Negeri 2 Wulung setelah dilakukan ulangan harian IPS materi Perkembangan Wilayah Indonesia hanya 13 siswa (54,17%) yang tuntas belajar. Rata-rata ulangan hariannya adalah 65,83 dengan rentang nilai 40 – 90.
Rendahnya hasil belajar IPS di kelas VI semester II di SD Negeri 2 Wulung karena guru belum menggunakan metode atau pun media pembelajaran serta mendesain skenario pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik materi maupun kondisi siswa sehingga memungkinkan siswa aktif dan kreatif. Namun sebaliknya kecenderungan guru menggunakan model pembelajaran konvensional yang bersifat satu arah. Kegiatan pembelajaran masih didominasi guru.
Bertumpu pada kenyataan tersebut untuk merangsang dan meningkatkan peran aktif siswa baik secara individual dan kelompok terhadap proses pembelajaran IPS, maka masalah ini harus ditangani dengan mencari model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan. Guru sebagai pengajar dan fasilitator harus mampu melakukan pembelajaran yang menyenangkan sehingga akan diperoleh hasil yang maksimal.
Salah satu model pembelajaran yang diharapkan mampu membuat siswa lebih kreatif dalam pembelajaran adalah model pembelajaran Explicit Instruction. Dengan penerapan Pembelajaran Explicit Instruction diharapkan dapat membantu para guru untuk mengembangkan gagasan tentang strategi kegiatan pembelajaran yang efektif dan inovatif serta mengacu pada pencapaian kompetensi individual masing-masing siswa.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut di atas maka peneliti menyusun rumusan masalah “Apakah model pembelajaran Explicit Instruction dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi Perkembangan Wilayah Indonesia bagi siswa kelas VI SD Negeri 2 Wulung tahun pelajaran 2017/2018?â€
Tujuan Penelitian
Tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi Perkembangan Wilayah Indonesia bagi siswa kelas VI SD Negeri 2 Wulung tahun pelajaran 2017/2018 melalui model pembelajaran Explicit Instruction.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini antara lain:
1. Bagi Peneliti:
a. Meningkatnya keterampilan guru dalam menerapkan suatu model pembelajaran.
b. Meningkatnya keprofesionalan guru sebagai seorang pendidik.
c. Terselesaikannya masalah yang timbul dalam pembelajaran.
2. Bagi siswa
a. Meningkatnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi Perkembangan Wilayah Indonesia.
b. Meningkatnya kemampuan siswa dalam aspek sosial terutama dengan teman dalam satu kelas.
3. Bagi sekolah
a. Meningkatnya kwalitas pendidikan di SD Negeri 2 Wulung.
b. Menambah jumlah buku referensi tentang PTK di perpustakaan sekolah.
KAJIAN PUSTAKA
Hasil Belajar
Belajar merupakan usaha yang dilakukan setiap manusia dalam rangka untuk mencapai sesuatu yang ingin dicapai. Menurut Suryabrata (2002;232) menyimpulkan tentang belajar yaitu: (1) belajar itu membawa perubahan; (2) perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru; (3) perubahan itu terjadi karena usaha dengan sengaja.Belajar adalah suatu proses di mana suatu tindakan muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi (Sukmadinata, 2007:15). Hal ini yang juga terkait dengan belajar adalah pengalaman, pengetahuan yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungannya.
Hasil belajar siswa dalam hal ini meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif,aspek afektif dan aspek psikomotorik. (1) aspek kognitif, kemampuan kognitif yang meliputi: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi; (2) Aspek afektif, kemampuan afektif meliputi penerimaan, partisipasi, penilaian, dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup; (3) Aspek psikomotorik, kemampuan psikomorik meliputi: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, gerakan penyesuaian dan kreativitas (Hamalik, 2003:160)
Pembelajaran IPS
Dalam pembelajaran IPS selalu berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala macam tingkah laku dan kebutuhannya. Ilmu Pengetahuan Sosial selalu melibatkan manusia untuk berusaha memenuhi kebutuhan materinya, memenuhi kebutuhan budayanya, kebutuhan kejiwaan, pemanfaatan sumber daya yang ada dan terbatas untuk bisa mengatur kesejahteraan hidupnya. Sehingga dapat dikatakan yang menjadi ruang lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial adalah manusia pada konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat.
Mengingat manusia dalam konteks sosial itu demikian luasnya maka pada pembelajaran IPS di tiap jenjang pendidikan harus melakukan pembatasan-pembatasan sesuai dengan kemampuan pada tingkat masing-masing. Ruang ligkup IPS pada sekolah dasar dibatasi sampai gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi, sejarah dan ekonomi atau pengetahuan sosial dan sejarah. Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang terdapat dalam lingkungan hidup siswa-siswa Sekolah Dasar tersebut yaitu mulai dari ruang lingkup gejala dan masalah kehidupan yang ada disekitar tempat tinggal dan ligkungan sekolah, kemudian tingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, negara dan akhirnya negara-negara tetangga.
Berdasarkan kurikulum 1994 (suplemen GBPP 1999), bahwa ilmu pengetahuan sosial yang diajarkan di sekolah dasar terdiri atas dua bahan kajian pokok: pengetahuan sosial dan sejarah. Pengajaran pengetahuan sosial pada siswa sekolah dasar berfungsi mengembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan dasar untuk memahami kenyataan sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan untuk pengajaran sejarah, untuk menumbuhkan rasa kebangsaan dan bangga terhadap perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lampau hingga masa kini.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ilmu pengetahuan sosial di sekolah dasar dibagi dalam dua kajian pokok yang digabung menjadi satu kajian yaitu IPS terpadu. Pembelajaran IPS bukan hanya sekedar menyajikan materi-materi yang akan memenuhi ingatan siswa, melainkan lebih jauh kebutuhannya sendiri dan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Oleh karena itu pembelajaran IPS harus pula menggali materi-materi yang bersumber kepada masyarakat. Gejala dan masalah yang ada di lingkungan sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal peserta didik dijadikan perangsang untuk menarik perhatian siswa materi tersebut dijadikan bahan pembahasan di dalam kelas dalam rangka pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Model Pembelajaran Explicit Intruction
Explicit Intruction (pengajaran langsung) merupakan suatu pendekatan yang dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedur dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah (Suyatno, 2009:127).
Selain itu, Rosenhina, dkk (dikutip Yasa, 2010) mengemukakan bahwa Explicit Intruction merupakan suatu model pembelajaran secara langsung agar siswa dapat memahami serta benar-benar mengetahui pengetahuan secara menyeluruh dan aktif dalam suatu pembelajaran.
Arend dalam Trianto (2010:41) menjelaskan bahwa model Explicit Intruction disebut juga dengan direct instruction merupakan salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan procedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.
Kemudian Anurrahman (2009:169) mengemukakan bahwa Explicit Intruction atau yang dikenal sebagai pengajaran langsung merupakan suatu model dimana kegiatan terfokus pada aktivitas-aktivitas akademik sehingga di dalam implementasi kegiatan pembelajaran guru melakukan kontrol yang ketat terhadap kemajuan siswa, pendayagunaan waktu serta iklim kelas yang dikontrol secara ketat pula.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model Explicit Intruction merupakan suatu pendekatan atau model pembelajaran yang dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedur dan pengetahuan deklaratif sehingga agar siswa dapat memahami serta benar-benar mengetahui pengetahuan secara menyeluruh dan aktif dalam suatu pembelajaran dengan pola selangkah demi selangkah.
Kardi, dkk dikutip Uno, dkk (2007:117) ada beberapa ciri-ciri model Explicit Intruction (pengajaran langsung), yaitu sebagai berikut: (a) Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian belajar; (b) Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran dan; (c) Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.
Selain itu, Weil dan Calhoun (dikutip Anurrahman, 2009:169), mengemukakan bahwa tujuan utama dari penggunaan model tersebut, yaitu untuk memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa, sedangkan dampak pengajarannya adalah tercapainya ketuntasan muatan akademik dan keterampilan, meningkatnya motivasi belajar siswa serta meningkatkan kemampuan siswa. (Weil dan Calhoun, dalam Anurrahman, 2009:169).
Pada pelaksanaan model Explicit Intruction (EI) dapat berbentuk ceramah, demontrasi, pelatihan atau praktik, dan kerja kelompok. Hal ini digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa (Kardi dikutip Uno, dkk, 2007:118). Tekait hal tersebut, maka dalam penerapannya penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan tepat, waktu yang digunakan. Dari uraian tersebut, maka seorang guru harus memahami langkah-langkah atau sintaks dari model tersebut.
Suprijono (2010:130) menyatakan bahwa ada beberapa tahapan atau langkah dalam pengajaran langsung (Explicit Intruction), meliputi: (1) menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, (2) mendemontrasikan pengeatahuan dan keterampilan, (3) membimbing pelatihan, (4) mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, dan (5) memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan.
Selain itu, Qirana, dkk (2008:2) mengemukakan bahwa ada beberapa langkah-langkah pembelajaran model Explicit Instruction adalah (1) guru menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa; (2) guru mendemonstrasikan materi; (3) guru membimbing murid dalam pelatihan; (4) guru memberikan umpan balik; serta (5) pelatihan mandiri.
Kerangka Berpikir
Pada awal pembelajaran siswa belum dapat memahami materi Perkembangan Wilayah Indonesia, terbukti dengan hasil ketuntasan belajar masih banyak yang belum mencapai KKM yang ditentukan. Penerapan model pembelajaran Explicit Intruction bertujuan untuk membuat siswa lebih aktif dan merasa nyaman dalam pembelajaran. Penulis berharap dalam pembelajaran IPS materi Perkembangan Wilayah Indonesia dengan menerapkan model pembelajaran Explicit Intruction akan membantu kemampuan siswa dalam memahami konsep sehingga hasil belajar meningkat.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teoritis dan kerangka berpikir, hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah “Melalui penerapan model pembelajaran Explicit Intruction dapat meningkatkan hasil belajar IPS tentang Perkembangan Wilayah Indonesia pada siswa kelas VI SD Negeri 2 Wulung tahun pelajara 2017/2018.
METODOLOGI PENELITIAN
Seting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Wulung Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan pada semester II tahun pelajaran 2017/2018 mulai bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2018.
Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri 2 Wulung pada tahun pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 32 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan tes tertulis. Adapun alat untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa adalah butir soal tes, kunci jawaban, dan pedoman penilaian.
Validitas Data
Adapun teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas dalam penelitian ini adalah triangulasi dan reviu informan. Moleong (2004:330) mengemukakan bahwa “Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data ituâ€. Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi metode dan triangulasi data. Adapun definisi triangulasi metode menurut Sutopo (2006: 80) adalah “mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbedaâ€.
Analisis Data
Prosedur analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan model alur dari Kemmis dan Taggart yang intinya mengidentifikasi perkembangan dan perubahan subjek setelah subjek sampel diberi perlakuan khusus atau dikondisikan pada situasi tertentu dengan pembelajaran tindakan dalam kurun waktu tertentu dan berulang-ulang sampai program dinyatakan berhasil.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan mengunakan metode penelitian tindakan kelas atau sering disebut dengan PTK. Untuk mengatasi permasalahan yang dijadikan objek penelitian, peneliti menetapkan pelaksanaan tindakan sebanyak dua tindakan dalam dua siklus. Adapun langkah-langkah dalam setiap siklus tindakan adalah perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
Indikator Kinerja Penelitian
Indikator kinerja keberhasilan dalam proses pembelajaran yang dilakukan adalah meningkatnya dampak proses pembelajaran dan dampak produk pembelajaran yang dilakukan. Untuk itu indikator keberhasilan dalam penelitian ini dapat dipaparkan sebagai berikut:
1. Siswa dianggap telah mencapai ketuntasan belajar apabila sudah memperoleh nilai > 70.00.
2. Tindakan dinyatakan berhasil apabila jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 sudah mencapai > 80.00% dari jumlah siswa.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Pra Siklus
Data hasil belajar pra siklus diambil dari daftar nilai siswa. Dari sumber data tersebiut diketahui bahwa nilai rata-rata ulangan harian siswa setelah dilakukan ulangan harian adalah 65,83. Tingkat ketuntasan belajar dari 24 siswa adalah 54,17% atau 13 siswa tuntas belajar dengan KKM 70. Sementara 11 siswa atau 45,83% masih belum tuntas belajar. Nilai terendah ulangan harian siswa adalah 40 sementara nilai teringginya adalah 90. Berikut ini tabel perolehan hasil belajar pada pembelajaran pra siklus.
Tabel Hasil Belajar Pra Siklus
Nilai |
Jumlah |
Persen |
Keterangan |
40 |
2 |
8,33% |
TT |
50 |
3 |
12,50% |
TT |
60 |
6 |
25,00% |
TT |
70 |
7 |
29,17% |
T |
80 |
4 |
16,67% |
T |
90 |
2 |
8,33% |
T |
Rata-rata |
65,83 |
Berdasarkan hal tersebut, maka secara klasikal siswa kelas VI semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 SD Negeri 2 Wulung belum mencapai ketuntasan belajar dalam pembelajaran IPS materi “Perkembangan Wilayah Indonesiaâ€. Data tingkat ketuntasan siswa pada kondisi awal dapat disajikan ke dalam tabel berikut:
Tabel Ketuntasan Belajar Pra Siklus
Kategori |
Jumlah |
Persen |
Tuntas |
13 |
54,17% |
Tidak Tuntas |
12 |
45,83% |
Hasil Siklus I
Siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Pada pertemuan ketiga dilakukan ulangan harian. Hasil yang diperoleh pada ulangan harian siklus I, rata-rata nilai ulangan harian siswa adalah 71,25 dengan tingkat ketuntasan belajar 70,83% atau 17 siswa tuntas belajar. Masih ada 7 siswa atau 29,17% yang belum tuntas belajar. Perolehan nilai ulangan harian terendah dan tertinggi adalah 50 dan 90. Berikut ini tabel perolehan hasil belajar pada pembelajaran siklus I.
Tabel Hasil Belajar Siklus I
Nilai |
Jumlah |
Persen |
Keterangan |
50 |
2 |
8,33% |
TT |
60 |
5 |
20,83% |
TT |
70 |
8 |
33,33% |
T |
80 |
6 |
25,00% |
T |
90 |
3 |
12,50% |
T |
Rata-rata |
71,35 |
Hasil tersebut mengindikasikan bahwa meskipun secara klasikal siswa kelas VI SD Negeri 2 Wulung sudah mencapai ketuntasan belajar, yaitu dengan nilai rata-rata kelas > 70, namun indikator kinerja berupa > 80% siswa sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70 belum terpenuhi. Data tingkat ketuntasan siswa pada siklus I dapat disajikan ke dalam tabel berikut:
Tabel Ketuntasan Belajar Siklus I
Kategori |
Jumlah |
Persen |
Tuntas |
17 |
70,83% |
Tidak Tuntas |
7 |
29,17% |
Hasil Siklus II
Pembelajaran pada siklus II juga dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Pada pertemuan ketiga, seperti halnya pada Sklus I, juga dilakukan ulangan harian. Berdasarkan hasil belajar pada siklus II, siswa yang berhasil dalam ulangan harian dengan perolehan nilai ulangan harian 70 atau lebih adalah 20 siswa atau sebesar 83,33% dari 24 siswa. Sisanya, 4 siswa atau 16,67% masih belum tuntas belajar. Rata-rata nilai ulangan harian siswa adalah 75,83 dengan perolehan niai terendah 50 dan nilai tertinggi 100. Berikut ini tabel perolehan hasil belajar pada pembelajaran siklus II.
Tabel Hasil Belajar Siklus II
Nilai |
Jumlah |
Persen |
Keterangan |
50 |
1 |
4,17% |
TT |
60 |
3 |
12,50% |
TT |
70 |
8 |
33,33% |
T |
80 |
7 |
29,17% |
T |
90 |
3 |
12,50% |
T |
100 |
2 |
8,33% |
T |
Rata-rata |
75,83 |
Hasil tersebut mengindikasikan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 2 Wulung sudah melampaui ketuntasan belajar dengan KKM > 70. Ditinjau dari penguasaan penuh secara klasikal, tingkat ketuntasan belajar siswa sudah mencapa1 80%. Hal ini diartikan bahwa indikator kinerja berupa > 80% siswa sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70 sudah tercapai. Data tingkat ketuntasan siswa pada siklus II dapat disajikan ke dalam tabel berikut:
Tabel Ketuntasan Belajar Siklus II
Kategori |
Jumlah |
Persen |
Tuntas |
20 |
83,33% |
Tidak Tuntas |
4 |
16,67% |
Atas dasar hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Explicit Instruction berhasil meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS materi †Perkembangan Wilayah Indonesiaâ€.
Pembahasan
Dari deskripsi hasil penelitian di atas, dapat dibuat perbandingan peningkatan hasil belajar IPS materi Perkembangan Wilayah Indonesia pada siswa kelas VI. Perbandingan rata-rata nilai ulangan harian dari pembelajaran pra siklus, siklus I dan siklus II adalah 65,83: 71,25: 75,83. Terjadi peningkatan secara keseluruhan sebesar 10,00 poin. Pada tingkat ketuntasan belajar terjadi peningkatan pada setiap siklus. Pada pembelajaran pra siklus tingkat ketuntasan belajar siswa adalah 54,17%, pada siklus I menjadi 70,83% dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 83,33%. Terjadi peningkatan ketuntasan belajar sebesar 29,16%.
PENUTUP
Simpulan
Dari hasil penelitian yang diperoleh dan hasil pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran Explicit Intruction dapat meningkatkan hasil belajar IPS tentang Perkembangan Wilayah Indonesia bagi siswa kelas VI SD Negeri 2 Wulung tahun pelajaran 2017/2018.
Saran
Disarankan kepada siswa untuk turut aktif dalam pembelajaran, terutama ketika guru sedang menerapkan model pembelajaran yang inovatif dengan harapan hasil belajar yang diraih dapat meningkat. Dengan berhasilnya penelitian ini, disarankan kepada teman-teman guru untuk turut serta menggunakan model pembelajaran yang disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Pihak sekolah diharapkan selalu membantu apabila ada guru yang berinisiatif melakukan penelitian tindakan kelas serta memberikan apresiasi positif demi meningkatnya kwalitas pendidikan di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
B. Uno, Hamzah. 2007. Model Pembelajaran (Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif). Jakarta: PT. Bumi Aksara
Moleong. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya.
Oemar Hamalik. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakata: PT Raja Grafindo
Sutopo. 2006. Kebijakan Pendidikan. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Group