Model Pembelajaran Problem Based Learning Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS MATERI INTERAKSI ANTARNEGARA ASEAN
BAGI PESERTA DIDIK KELAS VIII C SMP NEGERI 1 KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN SEMESTER GASAL
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Tuah Ardian Norva Ma’aris
Guru SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS pada materi interaksi antarnegara-negara ASEAN dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning bagi peserta didik kelas VIII C semester gasal SMP Negeri 1 Karangmalang Tahun 2018/2019. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan di SMP Negeri 1 Karangmalang pada semester gasal tahun pelajaran 2018/2019, dengan subyek peserta didik kelas VIII C yang berjumlah 32 peserta didik. Proses penelitian dilakukan dalam dua siklus dengan empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi serta analisis dan refleksi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar IPS materi interaksi antarnegara-negara ASEAN. Peningkatan motivasi ini terlihat dari hasil rata-rata klasikal motivasi peserta didik yang pada kondisi awal sebesar 59,38% menjadi 68,75% pada siklus I dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 81,25%. Sehingga terjadi peningkatan motivasi dari awal hingga siklus II sebesar 21,87%. Peningkatan hasil belajar ditandai dengan dua hal, yaitu peningkatan rata-rata klasikal penilaian pengetahuan dan peningkatan prosentase ketuntasan belajar. Rata-rata klasikal penilaian pengetahuan pada kondisi awal adalah 65, pada siklus I menjadi 74, dan pada siklus II meningkat menjadi 79. Berdasarkan data tersebut telah terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar sebesar 14 point atau 21.54%. Sedangkan prosentase ketuntasan belajar dari kondisi awal 56,25%, siklus I menjadi 68,75%, dan pada siklus II meningkat menjadi 90,62%. Berdasarkan data tersebut, telah terjadi peningkatan 34,37%.
Kata Kunci: metode problem based learning, motivasi belajar, hasil belajar, IPS, interaksi antarnegara-negara ASEAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
IPS mempunyai peranan penting dalam memberikan pemahaman yang luas dan mendalam terhadap konsep-konsep yang berkaitan dengan lingkungan kehidupan bermasyarakat. IPS sebagai ilmu yang memadukan berbagai disiplin seperti ekonomi, geografi, sejarah dan sosiologi dapat digunakan untuk membekali kemampuan dasar berfikir logis, kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan ketrampilan dalam kehidupan sosial. Oleh karenanya keberhasilan belajar IPS sangat dibutuhkan dalam pendidikan.
Keberhasilan suatu pendidikan ini tidak hanya bergantung pada sistem yang dibangun, tetapi perlu ketersediaan sumber-sumber belajar dan sarana prasarana yang memadai. Tidak kalah pentingnya adalah kualitas guru yang harus mampu menjadi fasilitator dalam proses pembelajaran. Guru sebaiknya memiliki kemampuan untuk mengemas proses pembelajaran menjadi lebih menarik, menyenangkan, dan menumbuhkan peran aktif peserta didik. Sehingga peserta didik memiliki motivasi untuk belajar dan berhasil memahami materi yang disampaikan.
Pada proses pembelajaran, peneliti menemukan beberapa masalah pada saat menyampaikan materi IPS Interaksi Antarnegara-negara ASEAN di kelas VIII C SMP Negeri 1 Karangmalang. Permasalahan tersebut antara lain: peserta didik cenderung pasif dan kurang memiliki keinginan untuk belajar IPS, peserta didik cenderung menerima apa adanya yang disampaikan guru tanpa berusaha mencari tahu dari sumber yang lain. Guru terlalu mendominasi dalam proses belajar mengajar, sehingga prosesnya cenderung monoton. Permasalahan ini menunjukkan bahwa motivasi belajar peserta didik masih rendah, sehingga berpengaruh juga pada rendahnya hasil belajar IPS. Rata-rata ketuntasan belajarnya kurang dari 85%.
Tes awal yang dilakukan menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik masih rendah, karena dari 32 peserta didik hanya 56,25% yang tuntas belajar dengan nilai rata-rata 65, nilai tertinggi 85, dan nilai terendah 40. Hasil ini belum mencapai standar ketuntasan belajar minimal di SMP Negeri 1 Karangmalang, yaitu 71.
Hasil refleksi diketahui bahwa rendahnya hasil belajar tersebut salah satunya karena kurangnya motivasi belajar peserta didik. Proses pembelajaran masih menerapkan metode diskusi konvensional yaitu diskusi tanpa menggunakan model pembelajaran yang menarik dan bervariasi, sehingga menyebabkan lingkungan belajar kurang kodusif. Oleh karenanya, guru perlu menindaklanjuti dengan menggunakan metode pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan. Metode yang digunakan sebaiknya dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik untuk senang belajar dan mudah memahami materi. Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode pembelajaran problem based learning.
Penggunaan metode problem based learning ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik dan nantinya juga dapat meningkatkan hasil belajarnya, sehingga visi SMP Negeri 1 Karangmalang yaitu unggul dalam prestasi, trampil dalam berkarya, santun dalam budi pekerti dan peduli lingkungan dapat tercapai. Sehingga dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional secara umum.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan masalah: Bagaimanakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS materi Interaksi Antarnegara-Negara ASEAN di Kelas VIII C SMP Negeri 1 Karangmalang Kabupaten Sragen Semester Gasal Tahun Pelajaran 2018/2019?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS materi Interaksi Antarnegara ASEAN melalui penerapan metode problem based learning bagi peserta didik Kelas VIII C SMP Negeri 1 Karangmalang Kabupaten Sragen Semester Gasal Tahun Pelajaran 2018/2019.
KAJIAN TEORI
Motivasi
Menurut Mc. Donald dalam bukunya Hamalik (2013:158) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Uno (2013: 3) memberikan rumusan bahwa motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrensiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulan bahwa motivasi adalah dorongan yang timbul dari diri seseorang karena pengaruh dari dalam diri seseorang tersebut (faktor intrinsik) maupun pengaruh dari luar seseorang dimana orang tersebut melakukan tindakan kearah yang lebih baik (faktor ekstrensik).
Hakikat Hasil Belajar
Menurut pendapat Kennedy, dkk (2012: 5) bahwa “Learning outcomes are statements of what a learner is expected to know, understand and/or be able to demonstrate after completion of a process of learning”. Maksudnya, bahwa hasil belajar merupakan sesuatu yang diharapkan dari siswa untuk mengetahui, memahami dan menunjukkan kemampuan mereka setelah proses pembelajaran selesai dilaksanakan.
Sudjana (2014: 22), bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah mendapatkan pengalaman belajarnya. Hasil belajar adalah hasil usaha bekerja atau belajar yang menunjukkan ukuran kecakapan yang dicapai baik itu dalam ranah afektif, kognitif dan psikomotorik.
Dari konsep-konsep tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku akibat belajar yang disebabkan adanya keinginan menguasai materi dalam proses belajar mengajar. Hasil tersebut dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Hakikat Problem Based Learning
Model pembelajaran Problem Based Learning adalah metode mengajar dengan fokus pemecahan masalah yang nyata, kerja kelompok, umpan balik, diskusi, dan laporan akhir. (Hosnan: 2014).
Dalam buku Materi Penyegaran Instruktur Kurikulum 2013 SMP Mata Pelajaran IPS yang diterbitkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2018:43) dikatakan bahwa model pempelajaran Problem Based Learning adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari (otentik) yang bersifat terbuka (open ended) untuk diselesaikan oleh peserta didik guna mengembangkan ketrampilan berfikir, ketrampilan menyelesaikan masalah, ketrampilan sosial, ketrampilan untuk belajar mandiri, dan membangun untuk memperoleh pengetahuan baru. Langkah-langkah pembelajaran (sintak) Problem Based Learning adalah sebagai berikut: (1) Klarifikasi Permasalahan ; (2) Brainstorming ; (3) Pengumpulan Informasi dan Data ; (4) Berbagi Informasi dan Berdiskusi untuk Menemukan Solusi Penyelesaian Masalah ; (5) Presentasi Hasil Penyelesaian Masalah ; (6) Refleksi
KERANGKA BERPIKIR
Kondisi awal, motivasi dan hasil belajarnya masih rendah. Hal ini disebabkan guru masih menerapkan pembelajaran diskusi konvensional. Guru masih mendominasi (teacher centered) bukan model pembelajaran yang student centered. Peserta didik cenderung kurang mengembangkan ketrampilan berfikir, ketrampilan menyelesaikan masalah, ketrampilan sosial, ketrampilan untuk belajar mandiri, dan membangun untuk memperoleh pengetahuan baru. Hal ini menunjukkan peserta didik kurang termotivasi dan hasil belajarnya pun rendah.
Oleh karena itu, guru perlu melakukan tindak lanjut dalam proses pembelajaran yaitu dengan dengan menerapkan model pembelajaran yang banyak melibatkan siswa dalam pembelajaran (student centered) yaitu Problem Based Learning. Tindakan akan dilaksanakan dalam dua siklus dan setiap siklus dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dengan menerapkan metode yang sama. Siklus II nantinya merupakan hasil perbaikan dari tindakan siklus I yang sudah direfleksi, sehingga diprediksi akan ada peningkatan. Karena siklus II merupakan kondisi yang terakhir maka pada kondisi akhir ”Diduga melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS materi Interaksi Antarnegara ASEAN di Kelas VIII C SMP Negeri 1 Karangmalang Kabupaten Sragen Semester Gasal Tahun Pelajaran 2018/2019”.
METODOLOGI PENELITIAN
Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah kelas VIII C SMP Negeri 1 Karangmalang pada semester gasal tahun pelajaran 2018/2019. Peserta didik berjumlah 32 anak, terdiri dari 10 laki-laki dan 22 perempuan. Obyek dalam penelitian ini adalah motivasi belajar, hasil belajar, dan metode problem based learning.
Sumber Data
- Primer: diperoleh dari peserta didik melalui tes tertulis.
- Skunder: diperoleh dari hasil observasi, jurnal dan refleksi.
Teknik dan Alat Pengumpul Data
- Tes, digunakan untuk mendapatkan data hasil belajar peserta didik. Tes dilaksanakan pada akhir pertemuan siklus I dan siklus II.
- Observasi peserta didik, digunakan untuk mengumpulkan data motivasi peserta didik, aspek sikap dan keterampilan peserta didik selama mengikuti proses belajar mengajar.
- Observasi guru, digunakan untuk mengetahui pelaksanaan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru.
- Dokumentasi, digunakan untuk mendapatkan data berupa gambar yang diambil observer pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar.
Validasi Data dan Analisis Data
Validasi data dilakukan dengan teknik trianggulasi, yaitu data hasil belajar dengan validitas isi, dan validitas motivasi.
Analisis data motivasi terdiri dari tiga macam, yaitu data kondisi awal, data siklus I, dan data siklus II. Sedangkan analisis data hasil belajar berupa data kuantitatif yang diperoleh melalui tes tertulis kemudian diolah dengan mengggunakan deskripsi prosentase.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode problem based learning melalui dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.
Indikator Keberhasilan
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila:
- Prosentase penilaian motivasi pada akhir siklus II minimal mencapai 75%.
- Penilaian rata-rata pengetahuan pada akhir siklus minimal sesuai KKM sekolah (71).
- Ketuntasan belajar secara klasikal minimal mencapai 85% dari jumlah siswa dalam satu kelas.
HASIL TINDAKAN
Kondisi awal peneliti menerapkan metode diskusi konvensional yaitu diskusi tanpa menggunakan model pembelajaran. Pada saat proses pembelajaran berlangsung peserta didik kurang termotivasi untuk mengikuti proses belajar mengajar dengan baik. Peserta didik dalam pembahasan masalah hanya mengandalkan informasi yang diberikan oleh guru, tanpa ada keinginan untuk mencari sumber lain yang relevan.
Kondisi ini mengakibatkan proses belajar menjadi kurang komunikatif dan cenderung monoton. Tingkat motivasi belajar peserta didik hanya mencapai 59,38%. Hasil belajar pada kondisi awal diperoleh nilai terendah 40, nilai tertinggi 85 dan rata-rata nilai 65. Prosentase ketuntasan belajarnya 56,25%. Berdasarkan kondisi tersebut, dilakukan tindakan dengan siklus I dan II untuk mengumpulkan data sesuai indikator keberhasilan. Adapun uraian tiap tahapannya:
Perencanaan
Berdasarkan hasil kondisi awal, kemudian dilakukan perencanaan siklus I dan II diawali dengan menyusun instrumen penelitian menggunakan metode problem based learning meliputi: RPP, kisi-kisi dan instrumen soal tes pengetahuan, lembar observasi atau catatan observasi selama proses pembelajaran berlangsung. Perencanaan siklus II berdasarkan hasil analisis dan refleksi siklus I. Tes pengetahuan dilaksanakan pada akhir pertemuan siklus I dan siklus II.
Pelaksanaan
Pertemuan untuk melaksanakan tindakan pada masing-masing siklus sebanyak dua kali, dengan durasi masing-masing pertemuan 2 x 40 menit. Jadi semuanya 4 kali pertemuan.
Observasi
Observasi dilakukan bersama dengan mitrakolaborator untuk mencari data kinerja pelaksanaan pembelajaran guru, motivasi peserta didik, hasil belajar pengetahuan dan ketrampilan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terlihat hasilnya mengalami peningkatan. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Peningkatan Kinerja Guru
Tabel 1. Peningkatan kinerja pelaksanaan pembelajaran guru
No | Aspek Yang Diuji | Kondisi Awal | Siklus I | Siklus II | Keterangan | |||
Nilai | Kriteria | Nilai | Kriteria | Nilai | Kriteria | |||
1 | Kegiatan Awal | 2,25 | Cukup | 2,75 | Baik | 3,75 | Sangat Baik | Meningkat |
2 | Kegiatan Inti | 2,14 | Cukup | 3,00 | Baik | 3,86 | Sangat Baik | Meningkat |
3 | Kegiatan Penutup | 2,25 | Cukup | 3,00 | Baik | 3,75 | Sangat Baik | Meningkat |
Rata-rata | 2,21 | Cukup | 2,92 | Baik | 3,79 | Sangat Baik | Meningkat |
Peningkatan Motivasi Belajar
Tabel 2. Peningkatan motivasi belajar peserta didik dalam pembelajaran
NO | Aspek yang diuji | Kondisi awal | Siklus I | Meningkat% | Siklus II | Meningkat% | |||
∑ | % | ∑ | % | ∑ | % | ||||
1 | Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil | 18 | 56,25 | 24 | 75,00 | 18,75% | 28 | 87,50 | 12,50% |
2 | Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar | 16 | 50,00 | 21 | 65,63 | 15,63% | 27 | 84,38 | 18,75% |
3 | Adanya harapan dan cita-cita masa depan | 22 | 68,75 | 23 | 71,88 | 3,13% | 27 | 84,38 | 12,50% |
4 | Adanya penghargaan dalam belajar | 17 | 53,13 | 21 | 65,63 | 12,50% | 24 | 75,00 | 9,37% |
5 | Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar | 19 | 59,38 | 21 | 65,63 | 6,25% | 25 | 78,13 | 12,50% |
6 | Adanya lingkungan belajar yang kondusif | 20 | 62,50 | 21 | 65,63 | 3,13% | 26 | 81,25 | 15,62% |
Rata-rata | 19 | 59,38 | 22 | 68,75 | 9,37% | 26 | 81,25 | 12,50% |
Peningkatan Hasil Belajar Keterampilan
Tabel 3. Peningkatan hasil belajar keterampilan peserta didik dalam pembelajaran
URAIAN | Hasil Belajar Keterampilan | Ket | |||||
Kondisi Awal | Siklus I | Siklus II | |||||
∑ | % | ∑ | % | ∑ | % | ||
Rerata | 68 | 68% | 73 | 73% | 80 | 80% | Meningkat |
Ketuntasan Belajar | 17 | 53,13% | 22 | 68,75% | 29 | 93,75% | Meningkat |
Hasil Belajar Pengetahuan
Tabel 4. Peningkatan hasil belajar pengetahuan peserta didik dalam pembelajaran
Uraian | Hasil Belajar Pengetahuan | Ket | |||||
Kondisi Awal | Siklus I | Siklus II | |||||
∑ | % | ∑ | % | ∑ | % | ||
Rerata | 65 | 65% | 74 | 74% | 79 | 79% | Meningkat |
Ketuntasan Belajar | 18 | 56,25% | 22 | 68,75% | 29 | 90,63% | Meningkat |
Analisis dan Refleksi
Berdasarkan data-data yang diperoleh selama proses pembelajaran siklus I, maka dapat dilakukan analisis dan refleksi bahwa tindakan yang dilakukan guru dengan menerapkan metode problem based learning sudah dilaksanakan sesuai perencanaan. Hasil yang didapat telah terjadi peningkatan pada kinerja pelaksanaan pembelajaran guru, motivasi belajar, hasil belajar pengetahuan dan observasi keterampilan. Namun demikian peningkatan tersebut belum mencapai indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan, untuk itu perlu dilakukan tindakan berikutnya yaitu siklus II.
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi yang dilakukan pada siklus sebelumnya, guru mengadakan perbaikan pada proses pembelajaran siklus II sesuai metode problem based learning. Perbaikan tersebut sudah dilaksanakan sesuai perencanaan. Hasil yang didapat telah terjadi peningkatan yang signifikan pada kinerja pelaksanaan pembelajaran guru, motivasi belajar, hasil belajar pengetahuan dan observasi keterampilan. Peningkatan sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan.
PEMBAHASAN
Pada pengamatan pembelajaran kondisi awal, guru belum menerapkan model ataupun metode yang bervariasi. Pembelajaran dilakukan dengan metode diskusi konvensional. Peserta didik belum sepenuhnya dilibatkan secara langsung dalam menemukan konsep materi, sehingga kurang termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Hal tersebut berdampak negatif terhadap rendahnya hasil belajar sehingga peserta didik yang tuntas belajar hanya mencapai 56,25%.
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi pada kondisi awal, dilakukan perbaikan proses pembelajaran dengan melakukan penelitian tindakan kelas. Perbaikan dilakukan pada metode pembelajaran, yaitu dengan menerapkan metode Problem Based Learning dengan dua siklus agar lebih banyak memberikan pengalaman belajar bagi peserta didik.
Pada pelaksanaan siklus I masih terdapat kekurangan dan kelemahan, sehingga hasilnya belum dapat mencapai indikator keberhasilan tindakan. Oleh karena itu penelitian dilanjutkan pada siklus II dengan melakukan berbagai perbaikan sesuai analisis dan refleksi. Hasil yang didapat ternyata menggembirakan, yaitu semua indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini tercapai. Peningkatan tersebut meliputi:
Peningkatan Kinerja Guru
Dari data di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan dari kondisi awal dengan nilai rata-rata 2,21 dengan kriteria cukup, siklus I meningkat menjadi 2,92 dengan kriteria baik dan pada siklus II menjadi 3,79 dengan kriteria sangat baik. Hal itu menunjukkan indikator kinerja guru dalam pembelajaran sudah tercapai dengan kriteria sangat baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode problem based learning dapat meningkatkan kinerja guru
Peningkatan Motivasi Belajar Peserta Didik
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa rata-rata motivasi belajar pada kondisi awal sebesar 59,38% atau terdapat 19 peserta didik yang memiliki motivasi belajar sesuai indikator. Rata-rata motivasi tersebut meningkat sebesar 9,37% hingga menjadi 68,75% pada siklus I dan pada siklus II menjadi 81,25% atau mengalami peningkatan 12,50% dari siklus I. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode problem based learning dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik
Peningkatan Keterampilan Peserta Didik
Peningkatan hasil belajar keterampilan ini ditandai dengan meningkatnya rata-rata nilai keterampilan dan ketuntasan belajar keterampilan dari kondisi awal hingga siklus II seperti yang terlihat pada tabel di atas. Pada kondisi awal rata-rata nilai keterampilannya 68%, siklus I 73% dan siklus II meningkat menjadi 80%.
Ketuntasan belajar keterampilan pada kondisi awal 53,13%, siklus I 68,75% dan siklus II meningkat menjadi 93,75% peserta didik. Artinya penerapan metode problem based learning mampu meningkatkan nilai keterampilan peserta didik.
Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik
Peningkatan hasil belajar ditandai dengan meningkatnya rata-rata nilai dari kondisi awal 65, siklus I menjadi 74, dan akhir siklus II meningkat menjadi 79. Telah terjadi peningkatan sebesar 21,54%. Selain itu juga terjadi peningkatan prosentase ketuntasan belajar dari kondisi awal 56,25%, siklus I 68,75%, dan meningkat di siklus II menjadi 90,63%. Artinya telah terjadi peningkatan sebesar 34,38% sejak kondisi awal.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam proses pembelajaran IPS materi interaksi antarnegara-negara ASEAN dengan metode pembelajaran problem based learning maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik karena model ini mendorong peserta didik untuk berhasil menyelesaikan masalah dari berbagai sumber, peserta didik terlibat langsung dalam pembelajaran sehingga menarik dan menyenangkan untuk diikuti. Peserta didik menjadi lebih termotivasi untuk menyelesaikan berbagai tugas. Peningkatan hasil belajar ini dapat dilihat melalui dua hal, yaitu peningkatan rata-rata hasil penilaian pengetahuan dan peningkatan prosentase ketuntasan belajar.
- Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning mampu meningkatkan kinerja guru dan keterampilan peserta didik. Secara tidak langsung model ini menjadikan guru lebih baik dalam melaksanakan proses pembelajaran, baik pada kegiatan awal, kegiatan inti maupun penutup. Seiring dengan meningkatnya motivasi maka keterampilan peserta didik dalam proses belajar mengajar juga ikut meningkat.
Saran
Motivasi belajar sebaiknya terus ditingkatkan, agar proses belajar mengajar lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Penerapan model pembelajaran dapat dijadikan salah satu alternatif untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran, yang pada akhirnya mampu meningkatkan hasil belajar. Berdasarkan hal ini maka peneliti mengemuakan beberapa saran sebagai berikut:
Bagi guru atau rekan sejawat
Guru hendaknya mampu menerapkan model pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan karakteristik peserta didik dan materi saat proses pembelajaran.
Bagi peserta didik
Peserta didik hendaknya ikut berperan aktif dalam setiap tahapan pada proses pembelajaran, sehingga kegiatan belajar benar-benar menjadi sebuah kebutuhan sehari-hari bagi dan hasil belajarnya pun akan meningkat.
Bagi sekolah
Sarana dan prasarana belajar yang memadai di kelas perlu diupayakan, sehingga guru dan peserta didik lebih termotivasi dalam belajar dengan menggunakan model pembelajaran yang bervariasi. Sehingga hasil belajarnya pun akan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 2013. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia
Kennedy, D., Áine, H., & Norma, R. 2012.Writing and Using Learning Outcomes: a Practical Guide. Diambil pada tanggal 4 Agustus 2018 dari http://sss.dcu.ie/afi/docs/bologna/writing and_using_learning_outcomes.pdf
Kemendikbud. 2018 Materi Penyegaran Instruktur Kurikulum 2013 SMP Mata Pelajaran IPS. Jakarta: Kemendikbud
Sudjana, Nana. 2014. PenilaianHasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Uno, Hamzah B. 2013. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara