USAHA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR REDUKSI OKSIDASI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STAD

PADA SISWA X MIA 4 SMA NEGERI 2 TAMBUN UTARA TAHUN 2017

 

Sri Untari Kristiyani

SMA Negeri 2 Tambun Utara

 

ABSTRAK

Salah satu tindakan yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan melakukan perubahan orientasi pembelajaran menjadi berpusat pada peserta didik. Dalam pembelajaran ini, guru menjadi fasilitator bagi peserta didik dalam belajar, sehingga dan peserta didik harus aktif belajar dari berbagai sumber belajar dan bekerjasama dengan temannya. Namun pada kenyataannya dilapangan tidaklah begitu, pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga siswa lain kurangnya motivasi, siswa cenderung pasif, dan keterlibatan siswa rendah sehingga mengakibatkan hasil pembelajaran kurang optimal Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengatasinya adalah model pembelajaran kooperatif tipe  STAD (Student Team Acheivmen Division). Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah penggunaan metode STAD dalam pembelajaran mata plajaran kimia materi reduksi oksidasi dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X MIA 4 SMA Negeri 2 Tambun Utara, kecamatan Tambun Utara, kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil pembelajaran reduksi oksidasi siswa kelas X MIA 4 SMA Negeri 2 Tambun Utara, kecamatan Tambun Utara. Hal ini ditunjukan dari meningkatnya jumlah  siswa yang tuntas belajar dari 17 siswa atau 42,50 % pada pra siklus menjadi 20 siswa atau 50,00 % pada siklus I dan 37 siswa atau 92,50 % pada siklus II.

Kata kunci : metode pembelajaran STAD,

 

Latar Belakang

Standar Proses Pendidikan Indonesia yang tertuang dalam Permendiknas No. 22 tahun 2016 menyatakan bahwa proses embelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,  memotivasi  peserta  didik  untuk  berpartisipasi  aktif,  dan  memberikan  ruang  yang  cukup  bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ranah sikap/afektif, pengetahuan/kognitif dan ketrampilan/psikomotorik secara menyeluruh, artinya pengembangan ranah yang satu tidak bisa dipisahkan dengan ranah lainnya. Sehingga diharapkan dapat melahirkan kualitas pribadi yang sempurna.

Berbagai upaya dilakukan untuk melaksanakan hal tersebut, salah satu tindakan yang dilakukan pemerintah adalah dengan melakukan perubahan orientasi menjadi berorientasi pada peserta didik. Dalam pembelajaran ini, guru diharapkan menjadi fasilitator peserta didik dalam belajar, sehingga peserta didik yang harus aktif belajar dari berbagai sumber belajar yang ada, sprit Guru, teman, buku dan sumber lainnya.

Upaya yang dilakukan pemerintah tidaklah serta merta dapat mengubah proses pembelajaran di sekolah karena selama ini biasanya Guru mengajar dengan menggunakan metode ceramah/ekspositori yakni secara singkat sambil menulis di papan tulis kemudian diakhir pertemuan siswa diberi soal untuk dikerjakan, walaupun hasil evaluasi belajarnya masih kurang optimal. Sehingga, seperti yang peneliti alami selama ini, pada pembelajaran kimia di kelas X MIA 4SMA Negeri 2 Tambun Utara khususnya, masih mengalami beberapa permasalahan. Permasalahannya antara lain kurangnya motivasi, siswa cenderung pasif, dan keterlibatan siswa rendah sehingga mengakibatkan hasil pembelajaran kurang optimal.

Siswa  menganggap  mata  pelajaran  kimia  sulit  dipahami,  siswa  masih  malu  bertanya,  dan  hanya  mau menjawab pertanyaan jika ditunjuk guru. Guru hanya menyampaikan materi dengan menggunakan metode ceramah dan jarang mengkaitkan materi dengan fenomena yang ada disekitar siswa sehingga siswa kurang berminat mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini menyebabkan kegiatan pembelajaran dikelas kurang efektif. Hal ini dapat terlihat dari hasil belajar siswa masih banyak yang dibawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah sebesar 75. Dari data hasil belajar siswa pokok bahasan sebelumnya didapat bahwa 57,50% ( 23 dari 40 siswa) masih dibawah nilai KKM.

Melihat hasil tersebut, maka perlu dilakukan suatu pembaharuan dalam pembelajaran kimia yang bertujuan agar kualitas pembelajaran dan hasil pembelajaran kimia pokok bahasan reduksi oksidasi meningkat. Salah satu metode pembelajaran yang dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan dengan produktif dan bermakna bagi siswa adalah model kooperatif dengan berbagai variasinya, yaitu: jig saw, student team achievement division (STAD), group investigation (GI), think pair share (TPS) maupun NHT (Number HeadTogether).

Peneliti merencanakan perbaikan pembelajaran untuk mengatasi permasalahan dengan menerapkan metode kooperatif tipe STAD pada pembelajaran kimia pokok bahasan reduksi oksidasi. Diterapkannya metode ini karena akan menuntut siswa berkerja sama dengan teman lainnya dalam kelompok untuk bekerja sama sehingga dapat terlibat total dalam pembelajaan serta mendiskusikan materi untuk mempertimbangkan jawaban yang paling tepat (Lie, 2004:59).merupakan metode pembelajaran yang paling sederhana. Siswa dibentuk dalam kelompok heterogen yang terdiri dari 46 siswa dan bersama–sama menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru (Majoka et al., 2010).

Metode ini dilaksanakan dengan cara guru menyajikan materi dilanjutkan dengan membentuk kelompok heterogen,  pemberian  tugas  kelompok,  pemberian  kuis  individu,  pemberian  evaluasi,  dan  diakhiri dengan pemberian penghargaan individu atau kelompok, serta kesimpulan (Adesoji & Ibrahim, 2009). Melalui metode ini,  diharapkan  setiap  anggota kelompok  siap  untuk  mengemukakan  solusi dari setiap  permasalahan  yang diberikan guru.

Pemberian tugas kelompok diharapkan agar siswa saling membantu menyelesaikan soal/permasalah dalam kelompok, sehingga siswa dapat berbaur dan berbagi. Bagi yang sudah mampu mengerjakan memberi solusi, pada yang belum tahu, begitu pula sebaliknya sehingga yang sudah paham menjadi lebih paham dan yang belum paham menjadi paham. Adanya evaluasi individu, dan pemberian penghargaan ke individu maupun kelompok menjadikan  siswa  lebih  giat  berinteraksi  agar  kelompok  beserta  angotanya  dapat  menjawab  semua  tugas maupun evaluasi yang diberikan oleh guru dengan baik dan benar. Dengan demikian diharapkan penerapan metode STAD dapat mengatasi permasalahan di kelas X MIA 4 SMA Negeri 2 Tambun Utara, kecamatan Tambun Utara, kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Berdasarkan uraian di atas, maka akan dikaji peningkatan hasil belajar kimia pada pokok bahasan reduksi oksidasi dengan menggunakan model pembelajaran STAD pada siswa X MIA 4 SMA Negeri 2 Tambun Utara, kecamatan Tambun Utara, kabupaten Bekasi, provinsi Jawa Barat.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). karena Penulis ingin meningkatkan kemampuan pembelajaran secara khusus dalam hal peningkatan hasil kimia materi reduksi dengan Subjek sekaligus objek penelitian ini adalah siswa kelas X MIA 4 SMA Negeri 2 Tambun Utara sejumlah 40 siswa yang terdiri dari 25 siswa perempuan dan 15 siswa laki–laki

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan saat proses pembelajaran proses pembelajaran reduksi oksidasi bulan di

bulan Maret 2017.

1.  Rancangan Siklus 1

a.  Refleksi Awal : Pada tahap ini peneliti mengidentifikasi permasalahan dan menganalisis masalah dalam pembelajaran kimia.

b.  Merumuskan  permasalahan  secara  operasional  dengan  hipotesis  “Penggunaan  model  pembelajaran STAD di kelas X MIA 4 SMA Negeri 2 Tambun Utara, kecamatan Tambun Utara dapat meningkatkan minat, motivasi, aktivitas, dan hasil belajar siswa”

c.  Menyusun Rancangan Tindakan

Rancangan Tindakan yang diajukan sebagai berikut :

1)  Menentukan pokok bahasan yang akan diajarkan

2)  Membuat persiapan mengajar dengan langkah–langkah sebagai berikut :

a)  Menyusun tujuan pembelajaran yang didasarkan pada kurikulum.

b)  Menentukan materi pelajaran yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai.

c)  Merumuskan materi pelajaran yang akan diajarkan yang diambil dari buku paket Sejarah XI dan buku penunjang yang lain.

d)  Merumuskan kegiatan belajar mengajar

d.  Pelaksanaan Tindakan dengan langkah–langkah sebagai berikut :

1)  Pendahuluan/Apersepsi Apersepsi yang mengarah ke materi pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan metode pembelajaran STAD pada mata pelajaran kimia materi reduksi oksidasi yang telah disiapkan oleh guru.

2)  Inti Pembelajaran dengan langkah–langkah sebagai berikut:

a)  Guru memberikan menerangkan materi reduksi oksidasi,

b)  Guru meranking siswa dari yang terpandai sampai dengan yang kurang pandai,

c)  Guru membagi jumlah siswa dalam 8 kelompok homogen yang terdiri dari 5 siswa heterogen,

d)  Guru membagikan LKS kepada tiap kelompok,

e)  Dengan   bimbingan   Guru,   anggota   kelompok   mendiskusikan   tugas   yang   diberikan   dan memastikan setiap anggota memahami tugas dan mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut,

f)   Guru memanggil secara acak salah satu anggota kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya,g)  Anggota  kelompok  memberikan  tanggapan  terhadap  presentasi  hasil  kerja  kelompok  yang presentasi.

h)  Guru memberikan evaluasi kelompok dan individu

i)   Guru memberi umpan balik dan penghargaan atas kerja kelompok yang telah dilakukan oleh siswa.

3)  Kegiatan PenutupGuru bersama siswa melakukan klarifikasi, umpan balik dan penghargaan atas kerja kelompok yang telah dilakukan oleh siswa. Kemudian melaksanakan evaluasi hasil belajar.

e.  Pengamatan

Pengumpulan data penelitian tindakan kelas dilaksanakan selama proses pembelajaran yang meliputi minat, motivasi, dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran kimia materi reduksi oksidasi pengukuran yang dilanjutkan dengan analisis dokumen sebagai peneliaian. Pengumpulan data dilaksanakan oleh Guru dibantu teman sejawat.

f.   Refleksi

Analisis data dan refleksi dilakukan peneliti dalam kegiatan tersendiri dengan observer. Hasil refleksi dicatat dan menghasilkan rancangan tindakan pada siklus kedua dan rancangan tindakan lanjutan (perancanaan ulang). Peneliti melakukan analisis, sintesis, pemaknaan, penjelasan dan penyimpulan data yang  telah dianalisis.  Hasil  berupa temuan–temuan di  lapangan.  Daftar  permasalahan  yang  muncul dilapangan yang selanjutnya dipakai sebagai dasar untuk melakukan perancangan ulang untuk siklus kedua.

2.  Rancangan Siklus II dan seterusnya dibuat setelah dilaksanakan siklus sebelumnya dan mengacu pada hasil refleksi.

Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan observasi yang dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung.Tes dianalisa dengan menggunakan nilai individu, nilai rata–rata siswa, dan kriteria ketuntasan belajar berdasarkan penilaian pada acuan dan patokan Sedangkan data observasi digunakan untuk merefleksikan siklus yang telah dilakukan.

Penelitian tindakan kelas ini berhasil jika aktivitas siswa dalam pembelajaran masuk dalam kategori baik, nilai rata–rata hasil belajar siswa > 74 dan persentase ketuntasan siswa > 75 %.

Hasil dan Pembahasan

1.  Perencanaan

Pokok bahasan yang diajarkan pada penelitian ini adalah reduksi Oksidasi.Persiapan mengajar pertemuan I dan II dituangkan dalam RPP begitu pula dengan lembar observasi dan alat evaluasinya yang berupa tes.

Lembar observasi digunakan untuk  mengamati jalannya proses pembelajaran dari aspek afektif dan psikomotorik. Sedangkan alat evaluasi berguna untuk memantau kemajuan hasil belajar siswa dalam aspek kognitif dengan berbagaimacam indikatornya sebagaimana terlampir dalam lampiran sedangkan evaluasi untuk memantau aspek kognitif menggunakan evaluasi individu di akhir tiap siklus. Sedangkan skor kelompok diperoleh dengan cara mencari nilai rata–rata skor perkembangan yang diperoleh oleh masing– masing anggota.

2.  Pelaksanaan

Pembagian kelas menjadi delapan kelompok menggunakan metode teknik acak berstrata, yaitu kelas dibagi secara heterogen berdasarkan kepandaian, jenis kelamin, suku, agama dan lain–lain kemudian secara acak siswa diambil untuk membentuk kelompok (Nurhadi, 2004 : 69). Pengelompokan seperti ini dimaksudkan agar kelas terbagi secara homogen yang secara kualitatif dan kuantitatif kemampuan kelompok tersebut sama. Penjelasan mengenai materi dilakukan guru dengan metode ceramah, dan contoh di papan tulis serta meminta keterlibatan siswa. Hal ini dilakukan oleh guru, agar siswa lebih siap untuk memulai dan memasuki tahapan selanjutnya, walaupun penguatan dan pendahuluan telah dilakukan sebelumnya.

Perbedaan antara siklus I dan II yaitu, pada siklus I guru sekaligus peneliti masih ragu untuk melaksanakan langkah ini karena langkah ini merupakan langkah inti awal memasuki model pembelajaran STAD. Namun pada siklus II sudah lancer, begitu juga dengan siswa yang telah lebih siap dibanding dengan siklus I.

Pemberian LKS bertujuan agar siswa lebih terfokus dalam pembelajaran, sedangkan guru membimbing kelompok untuk menyelesaikan tugasnya. Apabila kelompok telah selesai menyelesaikan tugasnya, maka guru akan menanyakan tugas tersebut kepada anggota, apakah penyelesaian itu sudah dapat dipahami oleh semua anggota atau belum. Pada siklus I belum semua anggota mengerti dan mau berpartisipasi sehingga proses pembelajaran tidaklah cukup berhasil, namun pada siklus II sudah.

Klarifikasi terhadap paparan presenter dan tanggapan kelompok lain dilakukan agar masalah (soal yang ada di LKS) dapat terselesaikan dengan baik dan benar bukan sebagai ajang saling menyalahkan. Klarifikasi dilakukan oleh guru bersama seluruh siswa agar proses pembelajaran dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan baik dan benar. Kemudian siswa melaksanakan evaluasi hasil belajar.

Dari grafik diatas terlihat bahwa individu mengalami perkembangan yang positif dari siklus I ke siklus II. Hal ini mengindikasikan model pembelajaran ini dapat menciptakan simbiosis mutalisme karena skor perkembangannya tidak stagnan atau mungkin perkembangan di siklus I belum optimal Kenaikan peringkat ini juga mengindikasikan bahwa dinamika kelompok yang terjadi menunjukan simbiosis mutualisme.

3.  Pengamatan

Menurut teori behavioris pembelajaran yang dilakukan pasif apabila diberikan stimulasi yang tepat dapat meningkatkan pembelajaran (Yulaelawati, E:2007:70).Pada pembelajaran ini, stimulasi atau pemberian rangsang dalam pembelajaran tidak hanya diberikan guru, tetapi diberikan juga oleh teman sekelompok dan teman sekelas.teman sekelompok mengajari hal – hal yang belum diketahui oleh siswa secara personal, artinya pembelajaran dilakukan secara spesifik terhadap siswa yang belum tahu sesuai dengan caranya.hal ini tentu tidak mungkin dilaksanakan oleh guru secara klasikal.

Menurut teori kognitiv, pembelajar memproses, menyimpan dan menarik informasi untuk dipergunakan dengan implikasi pembelajara akan menyiapkan konsep pembelajaran, dan membiasakan pola belajar (Yulaelawati, E:2007:70). Pada siswa yang memiliki kecerdasan lebih tinggi dibanding siswa yang lain dalam kelompoknya. Pembelajar ini memanfaatkan informasi yang didapat dari guru kemudian mengkomnikasikan dengan caranya dalam berdiskusi dan mengajari dengan teman sekelompok agar semuanya tahu dan dapat menyelesaikan tugas dari guru. Kenaikan seluruh aspek observasi menandakan bahwa siswa sudah mempersiapkan dan terbasa dengan model pembelajaran ini.

Menurut  teori  konstruktif pembelajar  berperan  menciptakan  pendidikan  sendiri  sebab  pembelajaran berdasarkan pengetahuan yang ada. Pendidikan mandiri yang diciptakan menurut teori ini adalah pengolaha informasi yang dibangun berdasarkan pengetahuan yang telah ada. Implikasinya adalah pembelajar mempunyai minat yang setara dalam belajar pengetahuan, dan Guru bukan satu-satunya pemilik informasi tetapi penyanding belajar dan pembimbing (Yulaelawati, E:2007:70).

4.  Refleksi

Apabila  dilihat  dari  indicator  tersebut,  maka  penelitian  ini  dapat  dikatakan  berhasil  karena  semua indicator terpenuhi yaitu aktifitas siswa berkatagori sangat  baik, nilai rata–rata belajar  mencapai 81,50 dengan presentase ketuntasan siswa mencapai 92,50% maka siklus II dihentikan atau dengan kata lain penelitian dianggap selesai.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimmpulkan bahwa model pembelajaran STAD dapat meningkatkan minat, motivasi, aktivitas dan hasil belajar  siswa kelas X 4 SMA Negeri 2 Tambun Utara, kecamatan Tambun Utara, kabupaten Bekasi, Jawa Barat

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S, 2006. Prosedur penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.

Arikunto, S, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,  neke Cipta, Jakarta. Depdiknas, 2006. Model Pembelajaran Tematik, Puskur, Jakarta.

Dimyati & Mudjiono, 2006. Belajar Dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta. Djamarah, S.B & Aswan Z, 2007. Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Hamdani, 2011. Strategi Belajar Mengajar. Pusaka Setia. Bandung.

Jumadi, D. 2008. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Berbantuan CD Interaktif dalam Pembelajaran Matematika Materi Ruang Dimensi Tiga SMA Kelas X. Tesis. Unnes. Semarang.

Lie, A, 2004. Cooperative Learning; Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang–Ruang Kelas, Grasindo, Jakarta.

Nurhadi, Yasin B & Senduk, A.G, 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning /CTL) dan Penerapannya dalam KBK. UMPRESS ; Malang.

Rusman.  2012. Model–model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Raja Grafindo Persada ; Jakarta.

Sudjana, N,  2005. Metode Statistik, Bandung : Tarrito, Bandung.

Sudjana, N, 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosda Karya, Bandung.

Sukayati,  2008.  Penelitian  Tindakan  Kelas  di  SD.  Pusat  Pengembangan  dan Pemberdayaan Pendidik  dan Tenaga Kependidikan Reduksi Oksidasi, Yogyakarta

Trianto, 2011. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik (Bagi Anak Usia Dini & Anak Usia Kelas Awal SD/MI), Kencana, Jakarta.

Wahid. 2010. Keterampilan Dasar Mengajar. Universitas terbuka : Jogjakarta.

Yulaelawati E 2007 Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi Teori dan Aplikasi Cetakan kedua Pakar Raya Jakarta