EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

MODEL PICTURE AND PICTURE DALAM MENINGKATKAN

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS III

SD NEGERI 2 PURWODADI KECAMATAN KARANGKOBAR

SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015/2016

 

Dwi Sulistyawati

Guru SD Negeri 2 Purwodadi Kecamatan Karangkobar

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan aktivitas belajar dan hasil belajar Matematika siswa kelas III SD N 2 Purwodadi kecamatan Karangkobar semester II Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian dilakukan selama 2 siklus dengan prosedur umum meliputi tahapan planning, acting, observing, dan reflecting. Teknik pengumpulan data melalui metode observasi dan tes. Hasil penelitian tindakan kelas didapatkan hasil penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Model Picture and Picture dapat meningkatkan kemampuan aktivitas belajar dari pra siklus 3 siswa atau 18,75% menjadi 13 siswa atau 81,25% pada akhir siklus II. Selain itu juga terjadi peningkatan hasil belajar dari nilai rerata 58,8 menjadi 76,8.pada akhir siklus II dan ketuntasan belajar dari 25% menjadi 87.5%pada akhir siklus II. Dengan demikian penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Model Picture and Picture membawa peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas III SD N 2 Purwodadi pada mata pelajaran Matematika Semester II tahun pelajaran 2015/2016.

 Kata kunci:   Aktivitas Belajar, Hasil belajar, Model Pembelajaran Kooperatif Model Picture and Picture,

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

SD Negeri 2 Purwodadi terletak di wilayah di Desa Purwodadi Kecamatan Karangkobar Kabupaten Banjarnegara. Akses menuju sekolah tersebut cukup mudah dijangkau, kareana dekat dengan ibu kota kecamatan. Kelas yang ada di SD Negeri 2 Purwodadi terdiri dari 6 kelas, yaitu dari kelas I sampai kelas VI . Jumlah peserta didiknya berjumlah 195 anak dengan 101 laki-laki dan 94 anak perempuan.

Berdasakan hasil identifikasi masalah terkait dengan proses belajar, siswa kelas III pada mata pelajaran matemetika menunjukan hasil yang memprihatinkan. Pada kemampuan aktivitas belajar dari 16 peserta didik yang menunjukan memiliki kemampuan aktivitas belajar tingkat tinggi baru mencapai 3 siswa atau 18.75%, sementara termasuk kategori sedang mencapai 5 atau 31,25% dan selebihnyakategori rendah 16 siswa atau 50 %. Sementara Sementara dari aspek kognitif ketuntasan belajar baru mencapai 25 % dan nilai rata-rata 58,8 dengan KKM 70.

Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis pada kelas III SD Negeri 2 Purwodadi pada mata pelajaran matematika masih menunjukan aktivitas dan hasil belajar masih dibawah KKM adapun permasalahan yang timbul antara lain: 1) Rendahnya kemampuan aktivitas belajar peserta didik dalam pembelajaran matematika masih rendah. 2) Hasil belajar peserta didik relative rendah dan jauh dari harapan 3) Kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk mengalami sendiri proses penemuan matematika. 4) Banyak siswa yang kurang menyukai matematika karena peserta didik kurang menguasai konsep perkalian dan pembagian.

Keadaan yang memprihatinkan tersebut menjadi perhatian yang serius dan harus segera perlu diatasi dengan inovasi pembelajaran yang mampu meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik. Dengan keterbatasan pengetahuan, penulis berusaha untuk menciptakan proses pembelajaran yang aktif dan kreatif. Hamdani (2010;89) mengatakan bahwa Model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis. Sehingga siswa yang cepat mengurutkan gambar jawaban atau soal yang benar, Oleh karena itu pembelajaran matematika materi pecahan sederhan semester II 2016, penulis mengemas proses pembelajaran dengan menggunakan Kooperatif Model Picture and Picture. Model pembelajaran picture and picture merupakan sebuah model dimana guru menggunakan alat bantu atau media gambar untuk menerangkan sebuah materi atau memfasilitasi siswa untuk aktif belajar Berdasar latar belakang tersebut, maka untuk meningkatkan kemampuan aktivitas belajar dan hasil belajar, maka penulis melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul: “Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif Model Picture and Picture dalam Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Kelas III SD Negeri 2 Purwodadi Kecamatan Karangkobar Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016”. Penelitian ini diharapkan dapat mengatasi masalah rendahnya kemampuan aktivitas dan hasil belajar, serta memberi kontribusi pada guru sehingga dapat meningkatkan kinerjanya profesionalitasnya.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah dalam penelitian ini, maka perlu mempertegas permasalahan yang akan dikaji. Perumusan masalah merupakan bagian terpenting yang menjadi titik pusat kajian dalam penelitian. Dalam hal ini perumusan permasalah yang akan dikaji adalah sebagai berikut:

1.     Apakah Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif Model Picture and Picture dapat meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Kelas III SD Negeri 2 Purwodadi Kecamatan Karangkobar Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016?

2.     Apakah Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif Model Picture and Picture dapat meningkatkan Hasil Belajar Matematika Kelas III SD Negeri 2 Purwodadi Kecamatan Karangkobar Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah suatu yang menjadi target atau diharapkan sebuah tindakan sebagai bentuk keberhasilan sebuah penelitian. Terkait dengan hal tersebut tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.     Tujuan Umum

Meningkatkan kemampuan aktivitas belajar dan hasil belajar mata pelajaran Matematika

 

 

2.     Tujuan Khusus

a.    Meningkatkan aktivitas belajar mata pelajaran matematika dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Model Picture and Picture pada Siswa kelas III SD Negeri 2 Purwodadi Kecamatan Karangkobar Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016.

b.    Meningkatkan hasil belajar mata pelajaran matematika dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Model Picture and Picture.pada Siswa kelas III SD Negeri 2 Purwodadi Kecamatan Karangkobar Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016.

LANDASAN TEORI

Aktivitas Belajar

Hamalik (2009:36) mengatakan, “Belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan”. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami.

Berdasarkan pengertian aktivitas dan belajar yang telah dikemukakan para ahli, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah serangkaian kegiatan-kegiatan yang dilakukan seseorang dalam proses usahanya memperoleh suatu bentuk peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain yang akan menghasilkan suatu perubahan tingkah laku.

Indikator Aktivitas

Sementara itu, menurut Sanjaya (2007:142) kadar PBAS dilihat dari proses pembelajaran meliputi berikut:

1.     Adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosional maupun intelektual dalam setiap proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari tingginya perhatian serta motivasi siswa untuk menyelesaikan setiap tugas yang diberikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

2.     Siswa belajar secara langsung (experimental learning). Pengalamannyata, seperti merasakan, meraba, mengoperasikan, melakukan sendiri, dan lain sebagainya bisa dilakukan dalam bentuk kerja sama dan interaksi dalam kelompok.

3.     Adanya keinginan siswa untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif.

4.     Keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan setiap sumber belajar yang tersedia yang dianggap relevan dengan tujuan pembelajaran.

5.     Adanya keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa seperti menjawab dan mengajukan pertanyaan, berusaha memecahkan masalah yang diajukan atau yang timbul selama proses pembelajaran berlangsung.

6.     Terjadinya interaksi yang multi arah, baik antara siswa dengan siswa atau antara guru dengan siswa. Interaksi ini juga ditandai dengan keterlibatan semua siswa secara merata, artinya pembelajaran atau proses tanya jawab tidak didominasi oleh siswa-siswa tertentu.

 

Mengukur Aktifitas Siswa Dalam Pembelajaran

Dengan demikian yang dimaksud dengan aktivitas belajar, adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Dengan mengacu pada karakteristik aktivitas belajar, yaitu respon atau keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosional, maupun intelektual dalam setiap proses pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui aktivitas belajar siswa, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran di kelas. Identifikasi tersebut dapat dilakukan dengan melihat dimensi-dimensi yang merupakan indikator dari aktivitas belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran di kelas, yaitu keterampilan berpikir kompleks, memproses informasi, berkomunikasi efektif, bekerja sama, berkolaborasi, dan berdaya nalar yang efektif.

Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan output dari kegiatan belajar. Bloom (Susilana, 2006), mengemukakan tiga ranah hasil belajar yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Untuk aspek kognitif, Bloom, menyebutkan ada 6 tingkatan, yaitu 1) Pengetahuan, 2) Pemahaman, 3) Pengertian, 4) Aplikasi, 5) Analisis, 6) Sintensis, dan 7) Evaluasi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya proses belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik yang menyangkut segi kognitif, afektif, maupun psikomotor. Proses perubahan dapat terjadi dari yang paling sederhana sampai pada yang paling kompleks yang bersifat pemecahan masalah, dan pentingnya peranan kepribadian dalam proses serta hasil belajar.

Menurut Nana Sudjana (2006), “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.”

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan, hasil belajar merupakan suatu perubahan yang dimiliki oleh peserta didik yang terjadi akibat kegiatan belajar. Perubahan tersebut menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik dan dapat bertahan selama beberapa periode waktu.

Menurut Muhibin Syah (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut ini:

1)    Faktor Internal (faktor yang berasal dari dalam diri siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa.

2)    Faktor Eksternal (Faktor yang berasal dari luar diri siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. Faktor eksternal siswa terdiri atas dua macam, yaitu: lingkungan sosial, dan lingkungan non sosial.

3)    Faktor Pendekatan Belajar (Approach to Learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode pembelajaran yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran pada materi-materi pokok pembelajaran tertentu di dalam suatu mata pelajaran.

Model Pembelajaran Picture And Picture

Teknik dan taktik mengajar merupakan penjabaran dari metode pengajaran. teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Untuk itu Rostiyah NK (2008;1) mengatakan teknik adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh suatu instruktur. Sedangkan taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Misalnya walaupun dua orang guru sama-sama menggunakan metode ceramah dalam situasi dan kondisi yang sama, sudah pasti mereka akan melakukannya secara berbeda-beda.

Model Pembelajaran Picture and Picture adalah suatu model pembelajaran dengan menggunaan media gambar. Dalam oprasionalnya gambar-gambar dipasangkan satu sama lain atau bisa jadi di urutkan menjadi urutan yang logis. Prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and picture adalah sebagai berikut: Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Menurut Istarani (2011:8) kelebihan dan kekurangan Picture And Picture adalah:Kelebihan Model Pembelajaran Picture And Picture:Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dan materi secara singkat terlebih dahulu. Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan gambar-gambar mengenai materi yang dipelajari.Dapat meningkat daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa disuruh guru untuk menganalisa gambar yang ada. Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab guru menanyakan alasan siswa mengurutkan gambar. Pembelajaran lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamati langsung gambar yang telah dipersiapkan oleh guru. Kelemahan Model Pembelajaran Picture And Picture: Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkulitas serta sesuai dengan materi pelajaran. Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau kompetensi siswa yang dimiliki.baik guru ataupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar sebagai bahan utama dalam membahas suatu materi pelajaran.Tidak tersedianya dana khusus untuk menemukan atau mengadakan gambar-gambar yang diingnkan.

METODE PENELITIAN

Seting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 2 Purwodadi, Kecamatan Karangkobar Kabupaten, Banjarnegara. penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran matematika. selama 2 siklus.

Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri 2 Purwodadi berjumlah 16 siswa, terdiri dari 8 siswa perempuan dan 8 siswa laki-laki dengan karakteristik siswa memiliki potensi dan kompetensi yang heterogen. SD Negeri 2 Purwodadi tersebut tempat peneliti melaksanakan tugas mengajar sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar

Sumber Data

Sumber data pada penelitian tindakan kelas ini yang digunakan adalah:

1.     Sumber data siswa meliputi: data tentang kemampuan aktivitas belajar, data tentang hasil belajar pada mata pelajaran Matematika dan data tentang Model Pembelajaran Kooperatif Model Picture and Picture.

2.     Sumber data guru meliputi data keterampilan guru merencanakan perbaikan pembelajaran dan ketrampilan proses pembelajaran seperti interaksi pembelajaran, implementasi penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Model Picture and Picture.

3.     Sumber data kolabolator meliputi pengamatan penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Model Picture and Picture dan hasil refleksi bersama guru peneliti.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Pada penelitian ini teknik dan alat pengumpulan data menggunakan:

1.     Teknik Tes

Instrumen yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar mata pelajaran Matematika lembar tes hasil yang terdiri dari 20 soal tes pilihan ganda, 10 soal isian singkat dan 5 soal uraian.

2.     Teknik Pengamatan

Pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pengamatan tentang kemampuan aktivitas belajar, pengamatan tentang Model Pembelajaran Kooperatif Model Picture and Picture dalam proses pembelajaran dan pengamatan perilaku peserta didik.

Prosedur Pelaksanaan.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas terdiri dari 2 siklus. Prosedur umum penelitian melalui tahapan planning, acting, observing, dan reflecting.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Pada kondisi awal siswa kelas III SD N 2 Purwodadi di semester 1 tahun 2016 menunjukan adanya ketidakpuasan pada proses dan hasil pembelajaran. Pembelajaran mata pelajaran Matematika yang dilakukan peneliti pada umumnya guru belum maksimal menerapkan model pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, kondisi proses pembelajaran seperti ini menjadikan aktivitas belajar siswa sangat rendah. Hal ini ditunjukan hasil pengamatan 16 siswa hanya 3 siswa atau 18,75 % yang mencapai kemampuan aktivitas belajar kategori tinggi pada pra siklus.

Secara lengkap disajikan berikut: jumlah siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah ada 8 siswa atau 50%, aktivitas belajar sedang ada 5 siswa atau 31,25%, aktivitas belajar tinggi ada 3 siswa atau 18,75%. Secara umum aktivitas belajar dalam proses pembelajaran matematika di SD Negeri 2 Purwodadi kelas III kategori rendah. Kondisi rendahnya kemampuan aktivitas berdampak juga pada rendahnya hasil belajar. Hal ini ditunjukan hasil tes hasil matematika pada KD 2.3. Menghitung hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang dan antar satuan berat semester 1 nilai rata-rata yaitu 58,75 dari KKM 70 Secara lengkap disajikan dalam tabel berikut:

Dari nilai tes hasil belajar prasiklus menunjukan banyaknya siswa yang belum tuntas atau yang mendapatkan nilai lebih kecil dari KKM = 70 ada 21 siswa dengan kentuntasan dengan 22,2 %. Nilai tertinggi 80, nilai terendah 40 dengan rentang nilai 40 – 80 dengan nilai rata-rata 58,5.

Kondisi lain pada pra siklus, dalam proses belajar mengajar siswa hanya sebagai pendengar, hal ini berakibat siswa kurang konsentrasi, kurang bersemangat, kurang aktif, kurang memahami masalah, serta kurang dalam menyelasaikan masalah dan menafsirkan solusi.

Siklus I

Sebelum dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode Demonstrasi Aktivitas Belajar hanya 18,75% atau 3 siswa dari 16 siswa. Situasi pembelajaran monoton, siswa tidak aktif, tidak antusias dalam pembelajaran, guru kurang inovatif, situasi kelas kurang konduksif.

Berdasarkan data ada kenaikan Aktivitas Belajar yang tinggi dari 3 siswa menjadi 9 siswa. Pada siklus I diperoleh hasil, siswa yang memiliki Aktivitas Belajar tinggi ada 8 atau 50%, siswa yang memiliki Aktivitas Belajar sedang ada 3 atau 18,75% dan siswa yang memiliki Aktivitas Belajar rendah ada 5 atau 31,25%. Ini berarti terjadi kenaikan Aktivitas Belajar sebanyak 6 siswa dari pra siklus hanya 3 siswa menjadi 9 siswa pada siklus I.

Selain hal tersebut hasil belajar matematika masih rendah, nilai rata-rata pada pra siklus baru mencapai 58,8. Kondisi ini memprihatinkan dalam proses pembelajaran yang berakibat sangatlah sulit dalam pengelolaan belajar mengajar. Melalui diskusi awal, perlu dilakukan perbaikan pembelajaran melalui penerapan Model Pembelajaran Picture and Picture.

Pada siklus I hasil nilai tertinggi 92 nilai terendah 56 nilai rata-rata 65,00. Pada kondisi awal niali rata-rata 58,8 sehingga ada kenaikan 6,20 meskipun siswa yang mencapai ketuntasan belajar baru mencapai 56,25 %..

Akhir siklus I menunjukan bahwa hasil penelitian Aktivitas Belajar baru mencapai 56,25%, sehingga dinyatakan belum berhasil. Hasil tes prestasi belajar baru mencapai ketuntasan belajar 56.25% sehingga juga dinyatakan belum berhasil. Berdasarkan diskusi refleksi maka penelitian dilanjutkan pada siklus II dengan menambah kegiatan pemberian tugas berupa pekerjaan rumah, hal ini sesuai pendapat Suherman dan Winataputra (2002:86) Tugas dan resitasi merangsang siswa untuk aktif belajar baik secara individu maupun kelompok. “Metode pemberian tugas sebagai suatu bentuk usaha yang dilakukan guru dengan memberi sejumlah tugas kepada siswa, baik berupa soal pekerjaan rumah secara individual maupun secara kelompok, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif siswa”.

Siklus II

Setelah dilakukan pembelajaran pada siklus I dengan menggunakan Model Pembelajaran Picture and Picture Aktivitas Belajar baru mencapai 56,25% atau 9 siswa dari 16 siswa yang ada. Akan tetapi situasi pembelajaran lebih konduksif, lebih menyenangkan, lebih bermakna, siswa lebih aktif, lebih antusias dalam pembelajaran dan guru lebih inovatif.

Pada siklus II diperoleh hasil, siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi ada 13 atau 81,25%, siswa yang memiliki akktivitas belajar sedang ada 1 atau 6,25% dan siswa yang memiliki akktivitas belajar rendah 2 atau 12,5%. Ini berarti terjadi kenaikan Aktivitas Belajar pada kategori tinggi dari siklus I yang berjumlah 9 siswa menjadi 13 siswa pada siklus II.

Prestasi belajar Matematika juga mengalami peningkatan pada siklus II. Nilai rata-rata sudah mencapai 76.8 dengan ketuntasan belajar 87,5%. Kondisi proses pembelajaran pada siklus I sudah konduksif sehingga mempermudah dalam pengelolaan belajar mengajar namun melalui diskusi masih perlu dilakukan perbaikan pembelajaran melalui Model Pembelajaran Picture and Picture dengan menambah pemberian tugas untuk lebih meningkatkan aktifitas dan hasil belajar.

 Pada siklus II hasil nilai tertinggi adalah 98, nilai terendah 65 dan nilai rata-rata 76,8. Pada siklus I nilai rata-rata masih 65,0 sehingga ada kenaikan sebanyak 11,8 pada siklus II dan siswa yang mencapai ketuntasan belajar sudah mencapai 87,5%.

Berdasarkan diskusi refleksi maka penelitian sudah diakhiri pada siklus II, karena indikator aktivitas belajar sudah tercapai yaitu 81,25% melebihi indikator keberhasilan 75% dan kriteria keberhasilan prestasi belajar sudah mencapai 87,5% melebihi kriteria yang ditentukan yaitu 75% dan rerata 76,8 lebih dari 70.

Pembahasan Antar Siklus

Pada pengamatan pra siklus aktivitas belajar tinggi hanya 18,75% atau 3 siswa dari 16 siswa, aktivitas belajar sedang hanya 31,25% atau 4 siswa dari 16 siswa, aktivitas belajar rendah mendominasi sebanyak 50% atau 8 siswa dari 16 siswa. Jadi aktivitas belajar berkategori tinggi pada pra siklus adalah 3 siswa atau hanya 18,75%, setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Picture and Picture aktivitas belajar mengalami peningkatan. aktivitas belajar tinggi menjadi 56,25% atau 9 siswa dari 16 siswa, aktivitas belajar sedang 18,75% atau 3 siswa dari 16 siswa, aktivitas belajar rendah hanya tersisa 25% atau 4 siswa dari 16 siswa. Aktivitas belajar berkategori tinggi pada siklus I adalah 56,25% atau 9 siswa. Hal ini terjadi disebabkan karena situasi pembelajaran lebih bermakna, aktif dan kreatif, siswa tidak lagi pasif sebagai pendengar, guru hanya berperan sebagai fasilitator, dan situasi kelas lebih menyenangkan. Namun sayangnya aktivitas belajar belum mencapai indikator keberhasilan yaitu 75% sehingga penelitian dilanjutkan pada siklus II dengan perbaikan.

Pada siklus II penerapan Model Pembelajaran Picture and Picture mengalami perbaikan dengan pemberian tugas berupa pekerjaan rumah untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan. Hasil pengamatan pada siklus II adalah sebagai berikut, aktivitas belajar tinggi 81,25% atau 13 siswa dari 16 siswa, aktivitas belajar sedang 6,25% atau 1 siswa dari 16 siswa, aktivitas belajar rendah 12,5 % atau 2 siswa dari 16 siswa. Jadi aktivitas belajar pada siklus II adalah 13 siswa atau 81,25%.

Perbandingan hasil penelitian pra siklus, siklus I dan siklus II setelah dilakukan pengamatan pada saat pembelajaran diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.1 Perbandingan Aktivitas Belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

No

Aktivitas Belajar

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

1

Tinggi

3

9

13

2

Sedang

5

3

1

3

Rendah

8

4

2

 

Berdasarkan data di atas pada siklus I ada kenaikan aktivitas belajar dari 3 siswa atau 18,75% menjadi 9 siswa atau 56,25%. Pada siklus II ada kenaikan aktivitas belajar dari 9 siswa atau 56,25%. menjadi 13 siswa atau 81,25%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Picture and Picture. dapat meningkatkan aktivitas belajar dari 3 siswa (18,75%) menjadi 13 siswa (81,25%).

Prestasi belajar mata pelajaran matematika yang diukur melalui tes menunjukan hasil pada pra siklus rerata 58.8 dengan ketuntasan belajar 25 %. Setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model Picture and Picture.mengalami peningkatan. Pada siklus I rerata menjadi 65,0 dan ketuntasan belajar 56,25% dari hasil refleksi, hasil tersebut masih belum mencapai indikator keberhasilan. Dengan memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I yaitu dengan pemberian tugas, hasil tes prestasi pada siklus II rerata menjadi 76,8 dan ketuntasan belajar 87,5%. Perbandingan hasil tes prestasi belajar pra siklus, siklus I dan siklus II setelah dilakukan evaluasi pada akhir siklus diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.16 Perbandingan Hasil Belajar Pra Siklus, siklus I dan Siklus II

No

Hasil Belajar Matematika

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

1

Nilai Tertinggi

85

92

98

2

Nilai Terendah

40

56

64

3

Nilai Rata-rata

58.8

65

76.8

4

Ketuntasan Bealajar

25%

56.25%

87.5%

 

Pada tabel di atas terlihat pra siklus nilai rata-rata 58,8, pada siklus I rata-rata 65,0 dan siklus II rata-rata 76,8. Dengan demikian pembelajaran dengan model Picture and Picture, dapat meningkatkan rerata prestasi belajar pada siklus I dari 58,8 menjadi 65,0 dan siklus II dari 65,0 menjadi 76,8. Ketuntasan belajar pada pra siklus sebanyak 25%, pada siklus I sebanyak 56,25% dan siklus II sebanyak 87,5%. Ini berarti pada siklus I ada peningkatan sebanyak 31,25% dari 25% menjadi 56,25% sedangkan pada siklus II meningkat sebanyak 31,25% dari 56,25% menjadi 87,5%. Pembelajaran dengan menerapkan model Picture and Picture dapat meningkatkan ketuntasan belajar sebanyak 62,5% dari 25% menjadi 87,5%.

Penerapan Model Pembelajaran Picture and Picture berdampak pada perubahan situasi kelas dan siswa. Perubahan kondisi siswa antara lain sangat aktif, sangat antusias dan sangat bersemangat. Kondisi kelas sangat menyenangkan, sangat konduksif dan sangat bermakna. Hal ini menyebabkan aktivitas belajar dan hasil belajar menjadi meningkat.

Dari uraian di atas maka dapat diperoleh hasil bahwa Model Pembelajaran Picture And Picture dapat meningkatkan aktivitas belajar dari 3 siswa atau 18,17% menjadi 13 siswa atau 81,25% dapat meningkatkan hasil belajar rata-rata 58,8 menjadi 76,8.

 

 

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.     Penerapan Model Pembelajaran Picture and Picture, dapat meningkatkan aktivitas, mata pelajaran matematika siswa kelas III SD Negeri 2 Purwodadi semester II tahun pelajaran 2015/2016 dari pra siklus 3 siswa atau 18,75% menjadi 13 siswa atau 81,25% pada akhir siklus II.

2.   Penerapan Model Pembelajaran Picture And Picture dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas III SD Negeri 2 Purwodadi semester II tahun pelajaran 2015/2016 nilai rerata dari pra siklus 58,8 menjadi 76,8.pada akhir siklus II.

Saran

Mengingat penerapan model pembelajaran Picture and Picture dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mata pelajaran matematika, maka guru perlu menerapkan model pembelajaran Picture and Picture di sekolahnya. Sekolah perlu memberikan fasilitas guru untuk dapat menerapkan model pembelajaran Picture and Picture sehingga aktivitas belajar dan hasil belajar siswa dapat meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamdani, M 2010.Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.

Istarani 2011, 58 Model Pembelajaran Inovatif ( Referensi Guru Dalam Menentukan Model Pembelajaran). Medan: Media Persada

Prihandoko, Antonius Cahya. 2006. Pemahaman dan Penyajian Konsep Matematika Secara Benar dan Menarik. Jakarta: Depdiknas.

Ramayulis. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Rostiyah, 2008. Stategi Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: Renika Cipta

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Subarinah, Sri. 2006. Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Sudjana, Nana. 2006. Penilain Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Susilana, R. 2006. Kurikulun dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UPI.

Syah, Muhibbin. 2005.Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Thursan, Hakim. 2005. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara.

Wakiman, T. 2001. Alat Peraga Pendidikan Matematika I. Yogyakarta: FIP UNY.