PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUESTIONING

UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn MATERI PERUMUSAN PANCASILA

BAGI SISWA KELAS VI SDN SAMBIROTO TAHUN 2017/2018

 

Dami

SDN 3 Kunduran Kecamatan Kunduran

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn tentang perumusan Pancasila melalui penerapan model pembelajaran Questioning pada siswa kelas VI SDN Sambiroto tahun pelajaran 2017/2018. Subjek penelitian adalah siswa kelas VI SDN Sambiroto Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora dengan jumlah siswa 17 anak dengan rincian 9 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan nontes. Pengumpulan data dengan teknik tes diambil dari hasil ulangan harian yang dilakukan pada akhir siklus. Adapun teknik nontes datanya diambil dari lembar observasi. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan pelaksanaan tindakan sebanyak 2 siklus. Pelaksanaan tindakan pada setiap siklus dibagi dalam empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data hasil penelitian yang diperoleh pada pembelajaran pra siklus, aktivitas belajar siswa “kurang aktif” yaitu dengan skor 1,68. Jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 7 siswa (41,18%). Rata-rata nilai ulangan harian pra siklus adalah 60,59. Pada siklus I, aktivitas belajar siswa meningkat menjadi “cukup aktif” dengan skor 2,14. Jumlah siswa yang tuntas belajar meningkat menjadi 11 siswa (64,71%). Rata-rata nilai ulangan harian pada siklus I adalah 70,00. Pembelajaran siklus II kembali menunjukkan peningkatan. Aktivitas belajar siswa meningkat menjadi “aktif” dengan skor 3,02. Jumlah siswa yang tuntas belajar meningkat manjadi 14 siswa (82,35%). Rata-rata nilai ulangan harian siklus II adalah 76,47.

Kata Kunci: aktivitas belajar, hasil belajar, pembelajaran PKn, model pembelajaran Questioning

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam membangun peradaban bangsa. Pendidikan adalah satu-satunya aset untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui pendidikan bermutu, bangsa dan negara akan terjunjung tinggi martabatnya di mata dunia, sehingga diperlukan strategi bagaimana pendidikan bisa menjadi sarana untuk membuka pola pikir siswa bahwa ilmu yang mereka pelajari memiliki kebermaknaan untuk hidup sehingga ilmu tersebut mampu mengubah sikap, pengetahuan, dan keterampilan menjadi lebih baik.

Salah satu langkah untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan inovatif yaitu model pembelajaran yang diterapkan harus di sesuaikan dengan materi yang diajarkan. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran harus direncanakan dengan baik. Akibat dari penggunaan model pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi yang diajarkan, akan berdampak pada kurangnya rangsangan yang ditimbulkan oleh siswa sehingga pembelajaran tidak maksimal. Rendahnya minat, partisipasi, dan keaktifan siswa dalam pembelajaran yang mana akan berdampak pada hasil belajar. Kurangnya dorongan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, dan terlalu menjejali mereka dengan bahan ajar yang harus dihafal serta tidak adanya pengarahan dan pengembangan potensi yang dimiliki oleh siswa akan berakibat pada banyaknya siswa yang pandai dalam teori namun lemah dalam aplikasi.

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis dokumen daftar nilai, pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada standar kompetensi “Menghargai nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara”, kegiatan siswa selama pembelajaran masih sangat pasif. Aktivitas siswa “kurang aktif”. Siswa tidak berperan sebagai subjek pembelajaran tetapi sebagai objek pembelajaran. Penggalian gagasan dan ide dari siswa belum muncul saat pembelajaran. Siswa hanya menerima materi yang diberikan guru. Kegiatan ceramah yang dilakukan guru sangat dominan. Setelah melakukan pembelajaran dengan cara ceramah, guru selanjutnya memberikan soal – soal yang harus dikerjakan siswa.

Kegiatan pembelajaran yang mengakibatkan aktivitas siswa kurang aktif seperti yang dijabarkan di atas berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Ketika dilakukan ulangan harian, hasil belajar yang diraih siswa sangat jauh dari yang diharapkan. Jumlah siswa kelas VI SDN Sambiroto adalah 17 siswa. Setelah dilakukan ulangan harian Pendidikan Kewarganegaraan pada standar kompetensi “Menghargai nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara” yang tuntas belajar dengan KKM 70 adalah 7 siswa (41,18%), sementara 10 siswa (58,82%) tidak tuntas belajar. Rata – rata nilai ulangan hariannya adalah 60,59.

Dengan keadaan di atas, guru sebagai peneliti merasa perlu mengambil sebuah tindakan untuk mengatasi rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa. Ada berbagai model pembelajaran yang dikaji untuk dipilih sebagai alternatif pemecahan masalah. Salah satu model pembelajaran yang dirasa mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran Questioning. Model pembelajaran ini merupakan modifikasi dari model pembelajaran tanya jawab. Pada model pembelajaran Questioning, pertanyaan dan jawaban pada sesion tanya jawab dibuat oleh siswa. Dengan demikian siswa dirangsang untuk lebih aktif dalam mendalami materi pelajaran. Siswa dituntut secara mandiri untuk mendalami materi sehingga dalam pembuatan pertanyaan dan menyiapkan kunci jawaban tidak menemui kendala.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dapat diungkapkan sebagai berikut:

1.   Bagaimana model pembelajaran Questioning dapat meningkatkan aktivitas belajar Pendidikan Kewarganegaraan tentang perumusan Pancasila bagi siswa kelas VI SDN Sambiroto Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2017/2018?

2.   Bagaimana model pembelajaran Questioning dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan tentang perumusan Pancasila bagi siswa kelas VI SDN Sambiroto Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2017/2018?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan khusus dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah sebagai berikut:

1.   Meningkatkan aktivitas belajar Pendidikan Kewarganegaraan tentang perumusan Pancasila melalui penerapan model pembelajaran Questioning bagi siswa kelas VI SDN Sambiroto Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2017/2018.

2.   Meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan tentang perumusan Pancasila melalui penerapan model pembelajaran Questioning bagi siswa kelas VI SDN Sambiroto Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2017/2018.

Manfaat Penelitian

1.   Bagi Siswa

a.     Membantu siswa dalam proses belajar mengajar, meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa sehingga memudahkan siswa memahami materi pelajaran, memecahkan masalah dan menumbuhkan keaktifan dalam pembelajaran.

b.     Meningkatnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan materi perumusan Pancasila.

2.   Bagi Guru

a.     Memotivasi guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas dalam mengatasi masalah pembelajaran di dalam kelas.

b.     Memperoleh gambaran efektifitas penerapan model pembelajara Questioning.

3.   Bagi Sekolah

a.     Meningkatnya mutu pembelajaran di sekolah yang akhirnya meningkatkan kualitas SDN Sambiroto melalui penigkatan hasil belajar siswa.

b.     Menambah buku referensi untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan kasus yang serupa.

LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Kajian Pustaka

Pengertian Pembelajaran

            Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku yaitu proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari (Purwanto, 1997: 85).

            Istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction”, yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan. Pengajaran mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif-wholistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu pembelajaran juga dapat diartikan proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar (Wina, 2006: 78).

            Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik kepada peserta didik agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan budi pekerti, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada siswa (Heri Rahyubi, 2012: 6).

Menurut Syaiful Sagala (2009: 61), pembelajaran diartikan sebagai konsep dari dua arah kegiatan (belajar dan mengajar) yang harus direncanakan dan diaktualisasikan, serta diarahkan pada pencapaian tujuan atau penguasaan sejumlah indikator yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Jadi, pembelajaran adalah suatu kegiatan terencana di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan seseorang bisa belajar dengan baik demi tercapainya tujuan dari pembelajaran.

Huda (2013: 25) menyatakan pembelajaran bisa terjadi di mana saja dan pada level yang berbeda-beda, secara individual, kolegtif, ataupun sosial. Salah satu bentuk pembelajaran adalah pemrosesan informasi. Hal ini bisa dianalogikan dengan pikiran atau otak manusia yang berperan layaknya komputer di mana ada input dan penyimpanan informasi di dalamnya. Yang dilakukan oleh otak adalah bagaimana memperoleh kembali materi informasi tersebut, baik yang merupa gambar maupun tulisan. Dengan demikian, dalam pembelajaran, seseorang perlu terlibat dalam refleksi dan penggunaan memori untuk melacak apa saja yang harus ia serap, apa saja yang harus ia simpan dalam memorinya, dan bagaimana ia menilai informasi yang telah diperoleh.

Pembelajaran PKn di SD

PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk diajarkan pada jenjang sekolah dasar. Ruminiati (2007:1.15) menyatakan bahwa pelajaran PKn merupakan salah satu pelajaran yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Tetapi di dalam pelaksanaan pembelajaran, tidak sedikit yang salah menafsirkan bahwa PKN dengan PKn merupakan hal yang sama. Padahal keduanya memiliki definisi dan fungsi yang berbeda dalam pembelajaran.

Hal ini sesuai dengan pendapat Soemantri dalam Ruminiati (2007:1 – 25) bahwa PKN adalah pendidikan kewargaan negara, yang merupakan mata pelajaran sosial yang bertujuan membentuk warganegara yang baik yaitu warga negara yang tahu, mau, dan mampu berbuat baik, sedangkan PKn adalah pendidikan kewarganegaraan, pendidikan yang menyangkut status formal warganegara yang berisi tentang diri kewarganegaraan, peraturan naturalisasi atau pemerolehan status sebagai WNI.

Pengertian PKn juga dijelaskan di dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi. Di dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi tertulis bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. PKn merupakan pendidikan untuk memberikan bekal awal dalam bela negara yang dilandasi oleh rasa cinta kepada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, berkeyakinan atas kebenaran idiologi pancasila dan UUD 1945 serta kerelaan berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara (Ittihad, 2007: 1.37).

 

Pengertian Aktivitas Siswa

            Menurut Djamarah (2008:82) aktivitas siswa adalah suatu kegiatan dilakukan oleh siswa bersifat fisik maupun mental. Kadar daya serap anak didik terhadap materi pelajaran bervariasi sesuai tingkat keberhasilannya. Ada beberapa aspek untuk membedakan peserta didik, yaitu: perbedaan biologis (ciri-ciri individu anak didik yang dibawa sejak lahir), intelektual (kemampuan yang bersifat bawaan), dan psikologis (perbedaan karakteristik yang dipengaruhi oleh bawaan dan lingkungan).

Aktivitas siswa adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa, bersifat fisik maupun mental dalam proses belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Belajar memerlukan keaktifan, senada pendapat Djamarah (2008:38), menjelaskan aktivitas-aktivitas siswa: (a) Mendengarkan; (b) Memandang; (c) Meraba, membau, dan mengecap; (d) Menulis dan Mencatat; (e) Membaca; (f) Membuat ikhtisar atau ringkasan dan mengaris bawahi; (g) Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan bagan-bagan; (h) Mengingat; (i) Berfikir; dan (j) Latihan atau Praktik

Indikator aktivitas siswa yang akan digunakan dalam pembelajaran PKn melalui penerapan model pembelajaran Questioning adalah: (a) kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran (Emotional activities); (b) menanggapi apersepsi dengan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru (Mental activities, oral activities); (c) memperhatikan penjelasan guru tentang materi yang diberikan (Listening activities, Visual activities); (d) memperhatikan media pembelajaran berupa gambar (Visual activities); (e) keaktifan siswa dalam pembelajaran (Motor activities); (f) mengikuti permainan kuis (Motor activities, oral activities); (g) melaksanakan kerja kelompok yaitu berdiskusi dengan pasangannya (Motor activities); dan (h) mengerjakan tugas/ evaluasi (Writing activities, Drawing activities).

Pengertian Hasil Belajar

Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa prestasi merupakan hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Apabila dikaitkan dengan belajar, maka pengertian prestasi akan mengarah pada hasil belajar yang telah dicapai. Hasil belajar merupakan suatu proses mental yang mengarah pada penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebiasaan, atau sikap yang diperoleh, disimpan, dan dilaksanakan dengan menimbulkan tingkah laku menetap.

Hasil belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses belajar. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari dalam diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti dikemukakan oleh Clark dalam Nana Sudjana (2009: 40) bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungannya. Selain faktor kemampuan siswa terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi, seperti motivasi, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Salah satu lingkungan belajar yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa adalah kualitas pengajaran.

Benyamin Bloom dalam Nana Sudjana (2009: 22) secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.

Model Pembelajaran Quistioning

            Model pembelajaran Questioning sebenarnya merupakan pengembangan dari metode pembelajaran tanya jawab. Adapaun yang dimaskud metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, siswa kepada guru, atau dari siswa kepada siswa.

Hal ini sejalan dengan pendapat Sudirman (1987:120) yang mengartikan bahwa metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Lebih lanjut dijelaskan pula oleh Sudirman (1987:119) menyatakan bahwa metode tanya jawab ini dapat dijadikan sebagai pendorong dan pembuka jalan bagi siswa untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut (dalam rangka belajar) kepada berbagai sumber belajar seperti buku, majalah, surat kabar, kamus, ensiklopedia, laboratorium, video, masyarakat, alam, dan sebagainya.

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Questioning adalah suatu model pembelajaran yang dilakukan dengan mengedepankan pertanyaan-pertanyaan baik yang dibuat oleh siswa sendiri maupun oleh guru yang bertujuan mengarahkan siswa untuk memahami materi pelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Kerangka Berpikir

Pembelajaran pra siklus, guru belum menerapkan model pembelajaran Questioning. Aktivitas dan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan materi perumusan Pancasila pada siswa kelas VI SDN Sambiroto Tahun Pelajaran 2017/2018 masih “rendah”.

 Pada siklus I dan siklus II, guru sebagai peneliti menerapkan model pembelajaran Questioning. Aktivitas belajar siswa meningkat. Dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa ketika dilakukan ulangan harian di akhir siklus juga mengalami peningkatan.

Berdasarkan kerangka berpikir diatas diduga bahwa dengan menerapkan model pembelajaran Questioning dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan tentang perumusan Pancasila bagi siswa kelas VI SDN Sambiroto Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2017/2018.

Hipotesis Tindakan                                                              

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka peneliti menetapkan hipotesis dari penelitian adalah:

1.   Melalui penerapan model pembelajaran Questioning dapat meningkatkan aktivitas belajar Pendidikan Kewarganegaraan tentang perumusan Pancasila bagi siswa kelas VI SDN Sambiroto Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2017/2018..

2.   Melalui penerapan model pembelajaran Questioning dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan tentang perumusan Pancasila bagi siswa kelas VI SDN Sambiroto Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2017/2018.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2017/2018 tepatnya pada bulan Juli sampai dengan bulan Oktober 2017. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Sambiroto Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora. Subjek dalam penelitian ini adalah peningkatan aktivitas dan hasil belajar PKn materi perumusan Pancasila bagi siswa kelas VI SDN Sambiroto Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2017/2018 dengan jumlah siswa 17 anak yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.

Teknik pengumpulan data adalah teknik yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data tentang aktivitas dan hasil belajar siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan pada penelitian ini terdiri dari empat cara yaitu observasi, wawancara, tes dan dokumentasi.

Data hasil belajar pada Siklus I dan Siklus II dikumpulkan dengan melaksanakan ulangan harian di akhir setiap siklus. Agar data yang diperoleh mempunyai tingkat validitas tinggi, sebelum menyusun butir soal untuk ulangan harian Siklus I dan Siklus II perlu disusun kisi-kisi soal. Kisi-kisi soal disusun sesuai dengan materi yang disampaikan dalam pembelajaran Siklus I dan Siklus II. Data aktivitas belajar divalidasi dengan membuat lembar pengamatan sebelum pengamatan dilakukan agar data yang diamati jelas. Dalam menganalisis data penelitian ini, peneliti menggunakan teknik deskriptif komparatif, yaitu membandingkan data yang diperoleh selama penelitian.

Indikator kinerja adalah suatu kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan dari penelitian ini. Adapun indikator kinerja yang ditetapkan oleh peneliti yaitu: 1) Tingkat aktivitas belajar siswa yang pada kondisi awal kurang aktif ditargetkan menjadi aktif pada kondisi akhir; 2) Hasil belajar PKn materi persiapan kemerdekaan Indonesia pada kondisi awal tingkat ketuntasan belajar 41,18% ditargetkan minimal 80% tuntas belajar pada kondisi akhir.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Kondisi Awal / Pra Siklus

            Data aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PKn materi perumusan Pancasila di kelas VI SDN Sambiroto Kecamatan Kunduran pada pembelajaran pra siklus ADALAH 1,68. Berdasarkan kriteria aktivitas belajar siswa, skor tersebut masuk kategori “kurang aktif”.

Di akhir pembelajaran pra siklus dilakukan ulangan harian. Hasil ulangan harian yang dicapai siswa disajikan dalam tabel berikut ini:

 

 

 

 

 

Tabel 4.2. Daftar Hasil Belajar Pra Siklus

Nilai

Jumlah

Persen

Kategori

30

1

5,88%

Tidak Tuntas

40

1

5,88%

Tidak Tuntas

50

3

17,65%

Tidak Tuntas

60

5

29,41%

Tidak Tuntas

70

5

29,41%

Tuntas

80

2

11,76%

Tuntas

Jumlah

17

100%

 

Rata-rata = 60,59

 

            tabel di atas menunjukkan Jumlah siswa yang meraih nilai 30 sebanyak 1 anak, nilai 40 sebanyak 1 anak, nilai 50 sebanyak 3 anak, nilai 60 sebanyak 5 anak, nilai 70 sebanyak 5 anak dan nilai 80 sebanyak 2 anak. Nilai rata-rata ulangan harian adalah 60,59. Pada pembelajaran pra siklus jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 7 anak (41,18%) dan yang tidak tuntas belajar adalah 10 anak (58,82%).

Siklus I

            Siklus I dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama pada hari Selasa tanggal 1 Agustus 2017. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 8 Agustus 2017 dan pertemuan ketiga pada hari Selasa tanggal 15 Agustus 2017.

            Selama proses pembelajaran, peneliti dan teman sejawat melakukan kegiatan pengamatan dengan menggunakan alat berupa lembar observasi. Hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus I menunjukkan bahwa skor rata-rata aktivitas belajar pada pembelajaran siklus I adalah 2,14. Berdasarkan kriteria aktivitas belajar siswa, skor tersebut masuk kategori “cukup aktif”.

            Setelah dilakukan ulangan harian pada akhir siklus I, hasil ulangan harian siswa dapat disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.6.Daftar Hasil Belajar Siklus I

Nilai

Jumlah

Persen

Kategori

50

2

11,76%

Tidak Tuntas

60

4

23,53%

Tidak Tuntas

70

5

29,41%

Tuntas

80

4

23,53%

Tuntas

90

2

11,76%

Tuntas

Jumlah

17

100%

 

Rata-rata = 70,00

 

            Tabel di atas menunjukkan jumlah siswa yang meraih nilai 50 sebanyak 2 anak, nilai 60 sebanyak 4 anak, nilai 70 sebanyak 5 anak, nilai 80 sebanyak 4 anak dan nilai 90 sebanyak 2 anak. Nilai rata-rata ulangan harian adalah 70,00. Pada pembelajaran siklus I jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 11 anak (64,71%) dan yang tidak tuntas belajar adalah 6 anak (35,29%).

Siklus II

            Siklus II dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama pada hari Selasa tanggal 5 September 2017. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 12 September 2017 dan pertemuan ketiga pada hari Selasa tanggal 19 September 2017.

            Selama proses pembelajaran, peneliti dan teman sejawat melakukan kegiatan pengamatan. Hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus II menunjukkan bahwa skor rata-rata aktivitas belajar pada pembelajaran siklus II adalah 3,02. Berdasarkan kriteria aktivitas belajar siswa, skor tersebut masuk kategori “Aktif”.

            Setelah dilakukan ulangan harian pada akhir siklus II, hasil ulangan harian siswa dapat disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.10. Daftar Hasil Belajar Siklus II

Nilai

Jumlah

Persen

Kategori

50

1

5,88%

Tidak Tuntas

60

2

11,76%

Tidak Tuntas

70

6

35,29%

Tuntas

80

3

17,65%

Tuntas

90

3

17,65%

Tuntas

100

2

11,76%

Tuntas

Jumlah

17

100%

 

Rata-rata = 76,47

 

            Tabel di atas menunjukkan jumlah siswa yang meraih nilai 50 sebanyak 1 anak, nilai 60 sebanyak 2 anak, nilai 70 sebanyak 6 anak, nilai 80 sebanyak 3 anak, nilai 90 sebanyak 3 anak dan nilai 100 sebanyak 2 anak. Nilai rata-rata ulangan harian adalah 76,47. Pada pembelajaran siklus II jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 14 anak (82,35%) dan yang tidak tuntas belajar adalah 3 anak (17,65%).

Pembahasan

1.   Aktivitas Siswa

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dari Pra Siklus yang skornya 1,68 (kurang aktif) menjadi 2,14 (cukup aktif) pada Siklus I, meningkat 0,45. Pada Siklus II juga terjadi peningkatan menjadi 3,02 (aktif), meningkat 0,89. Jadi peningkatan aktivitas belajar dari kondisi awal ke kondisi akhir adalah 1,34.

2.   Hasil Belajar Siswa

Dari data hasil belajar yang dikumpulkan dapat dibuat tabel peningkatan ketuntasan belajar dari pembelajaran pra siklus, siklus I dan siklus II sebagai berikut:

Tabel 4.14. Perbandingan Tingkat Ketuntasan Belajar

Tingkat Ketuntasan

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

Tuntas

7 (41,18%)

11 (64,71%)

14 (82,35%)

Tidak Tuntas

10 (58,82%)

6 (35,29%)

3 (17,65%)

 

Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan tingkat ketuntasan belajar. Pada Pra Siklus, siswa yang tuntas belajar adalah 7 anak (41,18%) sedangkan pada Siklus I adalah 11 anak (64,71%), terjadi peningkatan sebesar 23,53%. Pada Siklus II kembali meningkat menjadi 14 anak (82,35%), terjadi peningkatan sebesar 17,65%. Jadi total peningkatan ketuntasan belajar dari kondisi awal ke kondisi akhir adalah 41,18%.

 

 

PENUTUP

Simpulan

            Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas VI SDN Sambiroto Kecamatan Kunduran pada pembelajaran pra siklus, siklus I, dan siklus II dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1.   Penerapan model pembelajaran Questioning dapat meningkatkan aktivitas belajar Pendidikan Kewarganegaraan tentang perumusan Pancasila pada siswa kelas VI SDN Sambiroto Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2017/2018.

2.   Penerapan model pembelajaran Questioning dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan tentang perumusan Pancasila pada siswa kelas VI SDN Sambiroto Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2017/2018.

Saran

1.   Pelaksanaan model pembelajaran Questioning, sebagai salah satu bagian dari Contextual Teacher Learning dalam pembelajaran PKn khususnya dan mata pelajaran lainya perlu terus ditingkatkan mengingat cukup signifikan dampak postitif penerapannya terhadap peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa;

2.   Guru-guru harus dapat mengenali dan menggunakan berbagai metode, strategi dan/atau model pembelajaran; sehingga mempunyai banyak pilihan untuk diterapkan sesuai dengan materi dan/atau kompetensi dasar, karakteristik siswa serta ketersediaan sarana dan prasarana.

3.   Selain keterampilan memilih model pembelajaran, guru yang professional juga hendaknya dapat memilih media yang tepat untuk menyampaikan materi pembelajaran. Oleh karena itu, guru juga dituntut memliki kreativitas dan keterampilan memilih media pembelajaran yang tepat.

4.   Pelatihan pengembangan model pembelajaran perlu diberikan oleh lembaga-lembaga terkait agar kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran di dalam kelas dengan menggunakan berbagai model pembelajaran dapat ditngkatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Zainul Ittihad. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: UT Press

Depdiknas.2006. Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Huda, M. 2013. Model-model pengajaran dan pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Purwanto, M. Ngalim. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Jakarta: Dirjendikti

Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta

Sanjaya, Wina. 2006. Pembelajran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sudirman, dkk. 1987. Ilmu Pendidikan. Bandung: CV Remadja Karya