PEMBACAAN PUISI ANAK-ANAK SECARA LISAN

Supriyono

Lektor Kepala FKIP Universitas Terbuka UPBJJ Purwokerto

ABSTRAK

Puisi merupakan hasil karya sastra yang digemari oleh masyarakat karena digali dari kehidupan. Pembacaan puisi yang baik dan menarik memerlukan pengetahuan, pemahaman dan penghayatan yang memadai. Puisi untuk anak sekolah dasar tentunya berupa puisi yang sesuai untuk anak adalah puisi yang bahasanya sederhana, mudah dipahami kata-katanya, sajak dan iramanya tidak harus terikat, dan menceritakan kejadian sehari-hari sesuai pengalaman anak. Dengan kata lain, secara garis besar unsur-unsur pembentuk puisi seperti struktur fisik puisi, struktur batin puisi, dan karakteristik puisi anak-anak sebagai rujukan atau pendukung dalam membaca puisi secara lisan. Dengan demikian, harapan keberhasilan dalam praktik dan hasil pembacaan puisi anak-anak dapat terwujud secara optimal.

Latar Belakang Masalah

Puisi merupakan sebuah karya sastra yang cukup digemari oleh anak-anak. Keterampilan membaca puisi akan tercapai melalui latihan-latihan secara serius dan dilandasi adanya rasa senang. Oleh karena itu, rasa bosan dan jenuh dapat terhindarkan dari diri anak.

Kegiatan membaca puisi sangat bermanfaat bagi anak untuk meningkatkan kepekaan sosial dan kecerdasan emosi. Perjuangan ini mendorong pembentukan kepribadian anak. Tentu saja, bukan sesuatu yang dicapai dengan mudah. Akan tetapi, hal tersebut perlu ditanamkan oleh guru sesuai dengan perkembangan psikologis dan karakter anak. Dalam hal ini, guru harus jeli dalam mengawal pelatihan dan memilih bahan puisi untuk anak. Pemilihan bahan tersebut harus sesuai dengan kriteria keterbacaan dan kriteria kesesuaian.

PEMBAHASAN

Pengertian Puisi

Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poeima yang berarti “membuat” atau poesis yang ber­arti “pembuatan” atau poetis yang berarti pembuat, pembangun atau pembentuk, dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poetry. Puisi diartikan “membuat” dan “pembuatan” karena lewat puisi pada dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah. (Aminuddin, 1987:134).

Menurut istilah puisi diartikan ragam sastra yang ba­hasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. (KBBI, 1989:706). Puisi adalah irama yang diulang, kata-kata yang padu, dan menimbulkan kesan yang tidak terbayangkan sebelumnya. (Eve Merriam dalam Cullinan, Bernice E, 1989:339). Cullinan (1989) menyatakan “Puisi berurusan dengan kebenaran esensi kehidupan dan pengalaman. Sedangkan Greogory Corso dalam Cullinan menyatakan “Puisi berlawanan dengan kemunafikan”.

Sebuah puisi diawali dengan kesenangan dan diakhiri dengan kebijaksanaan. (Robert Frots dalam Ahmad Badrun, 1989:1). Akan tetapi belajar membaca puisi akan merupakan suatu pengalaman yang mula-mula menjengkelkan dan berakhiri dengan kebingungan. Hal ini disebabkan oleh susunan puisi yang berbeda dengan tulisan atau cara berbicara sehari-hari dan juga sering tidak memperlihatkan tema dan makna. (Bourdettle, Ir, 1963 dalam Ahmad Badrun, 1989:1).

Banyak pendapat tentang puisi yang didasarkan pada struktur luar atau makna yang terkandung dalam puisi, yang penting bagi kita adalah pemahaman kita tentang puisi yang sesuai atau cocok untuk anak SD. Puisi yang sesuai untuk anak adalah puisi yang bahasanya sederhana, mudah dipahami kata-katanya, sajak dan iramanya tidak harus terikat, dan menceritakan kejadian sehari-hari sesuai pengalaman anak.

Struktur Fisik Puisi

Struktur fisik puisi merupakan unsur-unsur pembentuk puisi yang dapat diamati secara visual. Yang termasuk unsur-unsur lahiriah puisi ialah bunyi, kata, larik, bait dan tipografi.

Bunyi dalam Puisi

Sebelum adanya tulisan, puisi biasanya dinyanyikan atau dilagukan. Hal ini menunjukkan bahwa puisi sangat erat hubungannya dengan musik. Perlu diketahui bahwa puisi meliputi rima dan irama. Rima adalah bunyi yang berselang-seling (berulang), baik di dalam larik maupun pada akhir larik puisi. Dalam puisi, irama tercapai dengan variasi secara sis­tematik pada arus bunyi, yang disebabkan oleh pergantian te­kanan yang panjang-pendek, kuat lemah, dan tinggi-rendah. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan bunyi dan irama sangat lah erat.

Kata Dalam Puisi

Menurut bentuk dan isi, kata-kata dalam puisi dapat dibedakan menjadi (1) lambang, (2) utterance, dan (3) simbol. Sejalan dengan itu S. Effendi dalam T. Dermawan mengemukakan istilah pengimajian, yaitu penataan kata yang menyebabkan makna-makna abstrak menjadi konkret dan cermat. Dengan demikian, pembaca diharapkan mampu mengembangkan da­ya kritisnya dalam proses memahami totalitas makna puisi.

Larik dalam Puisi

Istilah larik atau baris dalam puisi pada dasarnya sama dengan istilah kalimat dalam prosa. Akan tetapi wujud, ciri, dan peranan larik dalam puisi tidak begitu raja dapat disamarkan dengan kalimat dalam prosa naratif.

Hal ini disebabkan pola kalimat dalam prosa naratif mempu­nyai fungsi semantik yang jelas, misalnya kalimat selalu di­awali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda-tanda baca. Larik-larik dalam puisi tidak selalu demikian. Larik dalam puisi acapkali mengalami elipsis, yaitu peng­hilangan salah satu atau beberapa kata dalam suatu larik untuk mencapai kepadatan bentuk dan efektivitas bahasa.

Bait dalam Puisi

Bait merupakan satuan yang lebih besar dari larik. Bait adalah kesatuan larik yang berada dalam satu kelompok dalam rangka mendukung satu kesatuan pokok pikiran, terpisah dari kelompok larik lainnya. Bait juga dapat menunjukkan adanya gagasan yang lebih dipentingkan dari yang lain serta menunjukkan adanya loncatan-loncatan gagasan yang dituangkan penyairnya. Apabila dicermati, bait dalam puisi tak ubahnya seperti paragraf dalam suatu prosa naratif.

Tipografi dalam Puisi

Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Peranan tipografi dalam puisi adalah untuk membedakannya dengan prosa. Tipografi juga dimaksudkan untuk menampilkan aspek artistik visual, menciptakan nuansa makna dan suasana tertentu serta memperjelas adanya satuan-satuan makna yang dikembangkan penyairnya.

Struktur Batin Puisi

Menurut I.A. Richard mengemukakan bahwa struktur batin puisi disebut hakekat puisi. Ada enam unsur hakekat puisi, yaitu sense, subject matter, feeling, tone, total of meaning, dan tema. Keenam unsur tersebut menyatu dalam wujud penyampaian bahasa si penyair.

Sense dalam Puisi

Sense adalah sesuatu yang diciptakan atau digambarkan oleh penyair. Sense itu biasanya berhubungan dengan gambar­an dunia atau makna puisi secara umum. Dalam analisis puisi, pemahaman terhadap sense dapat diwujudkan melalui pertanya­an “Apa yang hendak diungkapkan penyair lewat puisi yang diciptakannya?” Pertanyaan seperti itu merupakan langkah awal untuk memperoleh gambaran dasar atau makna umum suatu puisi.

Subject Matter

Subject matter adalah pokok pikiran yang hendak dikemu­kakan penyair lewat puisi ciptaannya. Apabila sense baru ber­hubungan dengan gambaran makna puisi secara umum, maka sub­ject matter berkaitan dengan satuan-satuan pokok pikiran. Sebuah puisi tidak hanya mengandung satu pokok pikiran.

Feeling dalam Puisi

Feeling adalah sikap penyair terhadap pokok pikiran yang dikemukakannya. Setiap orang mempunyai perasaan, sikap, dan pandangan tertentu dalam menghadapi sesuatu. Perasaan, sikap, dan pandangan orang berbeda meskipun menghadapi objek yang sama, karena latar belakang pengalaman hidup masing­-masing orang tidak sama.

Nada dan Suasana dalam Puisi

Dalam puisi, penyair mempunyai sikap tertentu kepada pembaca. Sikap mereka bermacam-macam, apakah ingin menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, atau masa bodoh bergantung pada anggapan mereka tentang pembaca.

Total of Meaning

Total of meaning atau totalitas makna adalah keseluruh­an dan keutuhan makna suatu Puisi. Penentuan totalitas makna puisi didasarkan pada pokok-pokok pikiran yang disajikan penyair, sikap penyair terhadap pokok pikiran, dan sikap penyair terhadap pembaca.

Tema dan Amanat Puisi

Tema adalah ide dasar suatu puisi yang menjadi anti dari keseluruhan makna puisi. Bidang cakupan tema lebih luas daripada amanat. Tema hanya dapat ditentukan dengan menyimpulkan inti yang terdapat dalam totalitas makna puisi.

Apabila tema merupakan inti sari dari keseluruhan mak­na puisi, maka amanat atau pesan adalah tujuan yang mendo­rong penyair menciptakan puisi. Amanat puisi tersirat di balik kata-kata yang disusun, atau dapat saja berada di balik pokok pikiran yang disajikan.

Karakteristik Puisi Anak-Anak

Keterikatan anak-anak pada masa kini mengakibatkan respons-respon emosional dan psikologis tertentu seakan-­akan berada di laur jangkauan mereka. Puisi anak-anak memi­liki ciri-ciri yang berbeda dengan puisi orang dewasa dalam hal bentuk, isi maupun nilai literenya. Bentuk puisi anak-­anak umumnya lebih sederhana. Kesederhanaan bentuk itu anta­ra lain ditandai oleh sederhananya variasi bunyi dan per­sajakan, sederhananya pilihan dan penataan kata, sederhana­nya penulisan tanda-tanda baca, sederhananya variasi pola kalimat, panjang pendeknya larik dan bait. Gaya penyampaian lebih lugas, lebih langsung, tanpa manipulasi.

Masalah-masalah yang dikemukakan adalah masalah anak-­anak yang konkret dan terjadi pada masa kini. Puisi yang berisi nostalgia bukanlah puisi anak-anak karena perasaan nostalgia hanya dimiliki orang dewasa. Demikian pula puisi yang bernada murung, sinis, putus asa, menggurui, atau pro­tes hanya ada pada puisi-puisi orang dewasa.

Ada dua kriteria yang dapat digunakan sebagai patokan dalam pemilihan puisi untuk anak-anak yaitu: (1) kriteria keterbacaan di dalam puisi; dan (2) kriteria kesesuaian.

Kriteria Keterbacaan (Kejelasan Bahasa dan Pesan)

Kriteria keterbacaan dalam puisi menyangkut kejelasan bahasa dan pesan. Maksudnya, bahasa dalam puisi harus ada pada taraf kemampuan bahasa murid atau pada taraf sedikit lebih tinggi. (Rusyana, 1982:31). Dengan demikian bahasa puisi hendaknya sudah dikenal oleh anak dengan sedikit tam­bahan kata-kata baru. Hindarilah kata-kata abstrak, susunan kalimat yang panjang, pesan yang rumit, serta masalah yang sukar dipahami.

Pesan-pesan yang disampaikan dalam puisi yang hendak­nya sudah pernah dialami anak, karena pemilihan puisi yang dapat mengembangkan intelektual anak ukurannya adalah penga­laman anak (Cullinan, Bernice E, 1989:349).

Kriteria Kesesuaian dengan Kelompok Usia Anak dan Lingkungan

Pemilihan bahan pengajaran puisi hendaknya mempertimbang­kan kelompok usia anak. Anak-anak usia sekolah dasar menyukai puisi yang mengandung kemeduan bunyi. Hal ini da­pat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari mereka senang menyanyikan lagu yang berisikan permainan bunyi. Misal­nya bernyanyi seperti ini :

ham pila hom pimpah

ala ihim gambreng !

Anak-anak senang, dan bergembira menyanyikan lagu-lagu se­macam itu tanpa peduli maksud bunyi itu. Kesenangan akan bunyi-bunyi itu dapat disalurkan melalui pengajaran puisi.

Membaca Puisi Secara Lisan

Sebelum kegiatan membaca puisi secara lisan dilakukan oleh pembaca, langkah yang perlu diperhatikan adalah proses pemaknaan puisi. Proses pemaknaan puisi dapat ditempuh mela­lui tahap penghadiran, pengkhayalan, dan penemuan (Aminuddin dan Utari Probowati, 1997:3). Fokus dalam pengajaran membaca puisi adalah kenikmatan yang diperoleh. Siswa membaca puisi yang mereka sukai, dan berbagi puisi kesukaannya dengan teman sekelas. Setelah membaca puisi, siswa merespon puisi yang telah mereka baca atau dibacakan orang lain. Kadang-kadang respon itu cukup singkat, menghubungkan dengan kehi­dupannya, atau mengungkapkan apapun yang mereka sukai.

Membaca nyaring adalah membaca puisi yang lengkap. Dikatakan demikian, karena di dalam membaca nyaring, segala kekuatan puisi itu disajikan. Tema, nada dan suasana, pesan, kemerduan bunyi hendaknya diupayakan tersampaikan dalam mem­baca nyaring. Siswa perlu dilatih kemampuan membaca nyaring­nya, karena dengan terlatih membaca nyaring, mereka akan terlatih pula dalam memahami puisi itu sendiri.

Pembacaan puisi secara lisan (nyaring) bukan berarti berbuat aneh-aneh seperti anggapan keliru sebagian prang sehingga anak pemalu tak mungkin membaca lisan (nyaring). Sebenarnya tidaklah demikian, semua anak akan mampu membaca lisan (nyaring) dengan baik, asal ia memahami puisi yang akan dibacakan dan berlatih menyuarakan.

Pelibatan emosi merupakan teknik menikmati dan memahami puisi. Penikmatan dan pemahaman puisi merupakan hal penting dalam pengajaran puisi, karena dapat melandasi kegiatan-kegiatan lain dalam pengajaran puisi.

Teknik pelibatan emosi adalah mengajarkan apresiasi puisi dengan merangsang perasaan, penglihatan, pendengaran dan pengucapan siswa, sehingga mereka seolah-olah berada di dalam atau di lingkungan yang diceritakan puisi tersebut. Dengan demikian mereka dapat merasakan sedih, gembira, su­sah dan sebagainya, sesuai dengan yang digambarkan puisi. Untuk sampai pada kondisi tersebut siswa-siswa perlu bantuan guru. Bantuan itu dapat berupa pertanyaan yang mengarahkan emosi anak, dapat juga dengan mempertajam suasana.

Seperti contoh seorang guru mengajarkan puisi pada anak-anak, puisi “Bunga Tanjungku” karya Ibu Sud (puisi terlampir). Cara guru dalam hal ini seorang ibu guru yakni Ibu Min meng­ajarkan puisi pada anak-anak adalah sebagai berikut. Anak-anak bacalah puisi “Bungs Tanjungku” karya Ibu Sud ini di dalam hati !

Ibu Min memberi kesempatan beberapa menit bagi murid­-murid untuk membaca puisi. Setelah itu ia menyuruh seorang murid bernama Danny untuk membacakan puisi tersebut di depan kelas. Selanjutnya ia bertanya “Pohon apa yang diceritakan dalam puisi tadi, anak-anak? Ya! Pohon Tanjung, Berbunga, tidak, pohon itu? Ya! Bunganya harum? Sekarang bayangkan anak-anak sedang duduk di bawah pohon tanjung tersebut ! Begitulah, bu Min mengarahkan keterlibatan emosi siswanya, sampai seluruh “mister” di dalam puisi tersebut tersibak semua.

Pembacaan puisi merupakan satu kenikmatan bagi seseorang apabila, ia mampu memahami isi puisi dengan melibatkan emosi­nya dalam pengajaran puisi. Teknik melibatkan emosi ini adalah mengajarkan apresiasi puisi dengan merangsang pera­saan, penglihatan, pendengaran dan pengucapan lebih khusus bagi para siswa.

BUNGA TANJUNGKU

karya: Ibu Sud

Kembang tanjung, kembang tanjung yang harum

Jatuh, Jatuhlah ke pangkuanku

Kutusukkan, kurangkaikan bungamu

Untuk mengharumkan konde Ibuku

Angin sejuk, angin sejuk tiuplah

Tabur, tabur bunga ke bawah

Trima kasih sang anginku yang lucu

Segera kupungut hiasan ibu

IBU KARTINIKU

Karya: Lily Cahyapratiwi

Bayang jiwa dan senyum Ibu Kartini.

ada kulihat pada mama

yang mengharap, mendorong, mendoakan aku

agar citaku yang tinggi tercapai

oleh tanganku tangan wanita

yang tegar, kokoh, kuat

Bagiku, mama adalah juga Kartini

DOA BUAT KARTINI

Karya: Hana Chandradinata

Tuhan,

adalah suatu anugrah

Kau ciptakan Kartini bagi kami

Ia adalah mutiara kami

dan cahaya HIM di larut malam

Tuhan,

PadaMu Kartini telah kembali

kami percaya ia damai di sisiMu.

Kemerdekaan Indonesia

Aku bisa tertawa

Aku bisa bergaya

Aku bisa berpesta

Aku bisa tamasya

Karena Indonesia telah merdeka

Kemerdekaan yang mahal harganya

yang tak dapat diukur dengan harta

sekalipun segunung, sepulau bahkan sebenua

Kini kewajibanku sebagai anak bangsa

Belajar tekun untuk membangun bangsa

Agar nanti menjadi negara yang kaya raya

Aku ingin….

Pahlawan yang telah gugur dahulu

dapat tertawa lega melihat anak cucunya bahagia

Mereka dapat tidur nyenyak di sisi-Nya

Aku Sayang Tuhan

Aku Hanya seorang manusia lemah.

Kalau saja kasihMu tak ada bagiku ini.

Tak terkecuali aku, juga milikMu.

Jika orang mengira kasihMu hanya satu.

Tapi bagiku KasihMu berjuta warna.

Di dlm haruku, Kaulah kasih terbesar buat hidupku.

Oh, Tuhan…

Tuhan, aku sayang padaMu

Sungguh aku menyesal saat dosa aku lakukan.

Aku hanya manusia lemah.

Yang tentunya tak sebanding dengan kebesaranMu.

Entah bagaimana aku hares bertahan hidup?

Engkau yang memiliki cakrawala & semua isi bumi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kegiatan membaca puisi oleh anak Sekolah Dasar perlu dibudayakan. Kegiatan itu banyak memberikan manfaat kepada mereka, bukan saja manfaat psikologis, tetapi juga manfaat meningkatkan kecerdasan emosi anak.

Pembentukan karakter melalui latihan membaca puisi anak, membutuhkan pengetahuan dan pemahaman terhadap ilmu tentang puisi serta teknik membacanya.

Saran

Hendaknya para guru SD memandang hal yang penting terhadap pembudayaan kegiatan membaca puisi, baik dalam konteks pembelajaran di kelas maupun kegiatan ekstra kurikuler. Kegiatan tersebut dirasa banyak manfaatnya terhadap perkembangan jiwa anak.

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1997. Pengantar Apresiasi Karya Sastra: FPBS ISIP Malang.

Aminuddin dan Utari Praba Astuti. 1997. Proses Berpikir dalam Apresiasi Sastra. Bahan Perkuliahan Sastra Anak-­anak Program S2 Pendidikan Dasar: IKIP Malang.

Ahmad Badrun. 1989. Teori Puisi. FKIP Universitas Mataram.

Cullinan, Bernice R. 1989. Literature and The Child. San Diego, Harcourt Brace Javanovicch.

Supriyadi, 1993. Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Peningkatan Mutu Guru SD Setara D-II dan Pendidikan Kependudukan: Jakarta.

Taufik Dermawan. 1994. Apresiasi Puisi. FPBS IKIP Malang.

www.ahewa.wordpress.com/2008/12/16/puisi-anak-sd

www.mazinubersahabat.blogspot.co.id/2013/07/puisi-untuk-anak-anak.html

Â