Pembelajaran Team Assisted Individualization Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI
(TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI KONDUKTOR
DAN ISOLATOR PANAS DI KELAS VI SD NEGERI 014 SUNGAI DUSUN TAHUN PELAJARAN 2016/ 2017
Marhadi
Sekolah Dasar Negeri 014 Sungai Dusun Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir
ABSTRAK
Proses pembelajaran IPA yang diterapkan di Sekolah Dasar siswa cenderung hanya mendengarkan penjelasan dari gurunya yang harus dihafalkan, sehingga siswa menjadi malas dan bosan, menyebabkan motivasi belajar rendah yang berujung kepada hasil belajar yang rendah terlihat melalui hasil ketuntasan klasikal bagi kelas VI mata pelajaran IPA untuk materi konduktor dan isolator panas yang dilanjutkan dengan evaluasi, tetapi hasilnya tidak memuaskan, maka penulis sebagai guru kelas menyadari bahwa kesalahan berada pada guru bukan pada siswa, antara lain pembelajaran berpusat pada guru, keterlibatan siswa dalam pembelajaran kurang ada kesempatan untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran yang mengakibatkan siswa pasif dan hasil evaluasi. Dari 17 siswa hanya 5 orang yang tuntas belajar. Dengan KKM Mata pelajaran IPA 60. Berkenaan dengan hal tersebut di atas, model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dalam pembelajaran akan lebih bermakna, sebab dengan menggunakan model Pembelajaran kooperatif Tipe TAI siswa akan terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran. Kehadiran medel Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dalam pembelajaran IPA akan lebih mempermudah bagi guru dalam menyampaikan materi yang akan diajarkan kepada siswa.Setelah diadakan tindakan kelas baik tindakan pada siklus I maupun pada siklus II diperoleh data hasil pengamatan yaitu adanya peningkatan hasil belajar IPA materi konduktor dan isolator panas bagi siswa kelas VI SD Negeri 014 Sungai Dusun Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir pada semester I Tahun 2016/ 2017. Pada siklus I hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Dari 17 siswa, sebanyak 10 siswa tuntas (58,82%) dan 7 siswa belum tuntas (41,17%) dengan nilai rata-rata 67,64. Pada Siklus II dari 17 siswa sebanyak 15 siswa tuntas (88,23%) dan 2 siswa belum tuntas (11,76%) dengan nilai rata-rata 81,48. Maka dapat kita simpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan prestasi belajar IPA materi konduktor dan isolator panas.
Kata Kunci: Model pembelajaran tipe TAI (Team Assisted Individualization), prestasi belajar siswa
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Kualitas pendidikan meliputi diberbagai sektor dan jenjang pendidikan, termasuk jenjang pendidikan dasar. Keberhasilan pendidikan banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk guru. Guru yang profesional akan selalu berupaya untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.
Dalam upaya meningkatkan proses belajar, guru harus berupaya menciptakan strategi yang cocok, sebab dalam proses belajar mengajar yang bermakna, keterlibatan siswa sangatlah penting, hal ini sesuai dengan pendapat Muhamad Ali, (1983: 12) yang menyebutkan bahwa kadar pembelajaran akan bermakna apabila adanya keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar,adanya keterlibatan intelektual-emosional siswa baik melalui kegiatan menganalisa, berbuat dan pembentukan sikap, dan adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam menciptakan situasi yang cocok untuk berlangsungnya proses belajar mengajar.
Dari 17 siswa kelas VI SDN 014 Sungai Dusun Tahun Ajaran 2016/2017 yaitu 12 laki-laki dan 5 perempuan. Hanya 5 orang yang tuntas belajar, hal ini mendorong kami untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas ini.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dalam pembelajaran akan lebih bermakna, sebab dengan menggunakan model Pembelajaran kooperatif Tipe TAI siswa akan terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran.
Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar, dan merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan. Kehadiran medel Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dalam pembelajaran IPA akan lebih mempermudah bagi guru dalam menyampaikan materi yang akan diajarkan kepada siswa.
Berdasarkan hasil renungan yang penulis lakukan setelah melaksanakan pembelajaran IPA tentang konduktor dan isolator panas, yang dilanjutkan dengan evaluasi, tetapi hasilnya tidak memuaskan, maka penulis sebagai guru kelas menyadari bahwa kesalahan berada pada guru bukan pada siswa, antara lain pembelajaran berpusat pada guru, keterlibatan siswa dalam pembelajaran kurang ada kesempatan untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran yang mengakibatkan siswa pasif dan hasil evaluasi. Dari 17 siswa hanya 5 orang yang tuntas belajar. Dengan KKM Mata pelajaran IPA 60, berlatar belakang dari permasalahan tersebut, dipandang perlu melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas, sebab Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran yang bersifat individual dan luwes. (Kasihani Kasbolah, 1998:22).
Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang dijadikan fokus penelitian adalah meningkatkan pemahaman siswa tentang konduktor dan isolator panas yang selama ini dianggap sulit oleh siswa.
Untuk memudahkan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan masalah diperinci sebagai berikut:
1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe TAI untuk meningkatkan kemampuan siswa tentang Konduktor dan Isolator Panas?
2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe TAI dalam meningkatkan kemampuan siswa tentang Konduktor dan Isolator Panas?
3. Bagaimanakah kemampuan siswa dalam Pembelajaran Konduktor dan Isolator Panas dapat di tingkatkan dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe TAI?
Tujuan Penelitian
1. Ingin mengetahui dan memahami rencana pembelajaran IPA tentang Konduktor dan Isolator Panas dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI di Kelas VI SD Negeri 014 Sungai Dusun.
2. Ingin mengetahui dan memahami proses berlangsungnya pembelajaran IPA dalam materi Konduktor Dan Isolator Panas di Kelas VI SDN 014 Sungai Dusun dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI.
3. Ingin mengetahui kemampuan dan kelemahan siswa di Kelas VI SD Negeri 014 Sungai Dusun dalam materi konduktor dan Isolator Panas setelah pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara umum: penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pada dunia pendidikan dalam pengajaran matematika dalam peningkatan keaktifan dan hasil belajar melalui pendekatan Kooperatif Tipe TAI.
Secara khusus: diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada strategi pembelajaran disekolah serta dapat mengoptimalkan kemampuan peserta didik.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1.) Dapat menguasai konsep yang dipelajari.
2.) Dapat menumbuhkan motivasi untuk mempelajari IPA.
3.) Dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap mata pelajaran IPA.
b. Bagi Guru
1.) Dapat memberikan pengalaman yang sangat berharga dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran IPA.
2.) Dapat memberikan gambaran kemampuan siswa dalam memahami bahan ajar/materi tentang materi Konduktor dan Isolator Panas dengan mempergunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI.
Kajian Pustaka
Pengertian Belajar
Untuk mencapai tujuan agar siswa dapat meningkatkan hasil belajar yang baik, terlebih dahulu siswa memahami pengertian dari belajar. Belajar adalah suatu kegiatan yang membawa perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, dan pengahargaan, minat, pendeknya mengenai segala aspek atau pribadi seseorang. (Nasution, 1995:35).
Menurut pengertian secara psikologis belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya (Slamito, 2002: 2). Winkel (1989: 15) mengemukakan bahwa proses belajar pada manusia merupakan proses siklus yang berlangsung dalam mengaktifkan subjek dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan.
Dari uraian di atas dirumuskan definisi bahwa mengajar adalah suatu kegiatan membimbing dan mengorganisasikan lingkungan sekitar anak didik agar tercipta lingkungan belajar yang konduktif. Setelah siswa mengerti definisi belajar, seorang gurupun mengerti pengertian mengajar. Guru didalam menyampaikan proses pembelajaran harus dapat menemukan dan menggunakan metode yang cepat dan aktif.
Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Slavin dalam Isjoni (2009: 15) pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009: 15) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Selanjutnya Stahl dalam Isjoni (2009: 15) menyatakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap saling tolong-menolong dalam perilaku sosial.
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2010: 37). Anita Lie (2007: 29) mengungkapkan bahwa model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada lima unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan benar akan menunjukkan pendidik mengelola kelas lebih efektif.
Cooperative learning menurut Slavin (2005: 4-8) merujuk pada berbagai macam model pembelajaran di mana para siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari berbagai tingkat prestasi, jenis kelamin, dan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan, dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Cooperative learning lebih dari sekedar belajar kelompok karena dalam model pembelajaran ini harus ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadi interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi efektif antara anggota kelompok.
Agus Suprijono (2009: 54) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaanpertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu siswa menyelesaikan masalah yang dimaksudkan. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya bersifat heterogen, terdiri dari siswa dengan prestasi tinggi, sedang, dan rendah, perempuan dan laki-laki dengan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu dan bekerja sama mempelajari materi pelajaran agar belajar semua anggota maksimal.
Slavin (2005) mengemukakan tujuan yang paling penting dari model pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi.
Wisenbaken (Slavin, 2005) mengemukakan bahwa tujuan model pembelajaran kooperatif adalah menciptakan norma-norma yang proakademik di antara para siswa, dan norma-norma pro-akademik memiliki pengaruh yang amat penting bagi pencapaian siswa.
Isjoni (2009: 17) menguraikan bahwa pada pembelajaran kooperatif yang diajarkan adalah keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangkan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model pembelajaran kooperatif menuntut kerja sama dan interdependensi siswa dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward-nya. Struktur tugas berhubungan bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan dan reward mengacu pada derajat kerja sama atau kompetisi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan maupun reward.
Salah satu aksentuasi model pembelajaran kooperatif adalah interaksi kelompok. Interaksi kelompok merupakan interaksi interpersonal (interaksi antaranggota). Interaksi kelompok dalam pembelajaran kooperatif bertujuan mengembangkan inteligensi interpersonal. Inteligensi ini berupa kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, sifat, temperamen orang lain. Kepekaan akan ekspresi wajah, suara, isyarat dari orang lain juga termasuk dalam inteligensi ini. Secara umum inteligensi interpersonal berkaitan dengan kemampuan seseorang menjalin relasi dan komunikasi dengan berbagai orang. Interaksi kelompok dalam interaksi pembelajaran kooperatif dengan kata lain bertujuan mengembangkan keterampilan sosial (social skill). Beberapa komponen keterampilan sosial adalah kecakapan berkomunikasi, kecakapan bekerja kooperatif dan kolaboratif, serta solidaritas.
Pengertian Model Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization)
Model Pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization) ini dikembangkan oleh Slavin. Menurut Slavin (2005) tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah, ciri khas pada model pembelajaran TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
Model pembelajaran TAI dimana siswa dikelompokkan ke dalam kelompok kecil (5 siswa) secara heterogen yang dipimpin oleh seorang ketua kelompok yang mempunyai lebih dibandingkan anggotanya. Selain itu guru mempunyai fleksibilitas untuk berpindah dari kelompok ke kelompok atau dari individu ke individu, kemudian para siswa dapat saling memeriksa hasil kerja mereka, mengidentifikasi masalah-masalah yang muncul dalam kelompok dapat ditangani sendiri maupun dengan bantuan guru apabila diperlukan.
Miftahul (2011) mengemukakan bahwa dalam model pembelajaran TAI, siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuannya yang beragam. Masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa dan ditugaskan untuk menyelesaikan materi pembelajaran atau PR. Dalam model pembelajaran TAI, setiap kelompok diberikan serangkaian tugas tertentu untuk dikerjakan bersama-sama. Poin-poin dalam tugas dibagikan secara berurutan kepada setiap anggota (misalnya, untuk materi IPA yang terdiri dari 8 soal, berarti empat anggota dalam setiap kelompok harus saling bergantian menjawab soal-soal tersebut). Semua anggota harus saling mengecek jawaban temanteman satu kelompoknya dan saling memberi bantuan jika memang dibutuhkan. Setiap kelompok harus memastikan bahwa semua anggotanya paham dengan materi yang telah didiskusikan.
Masing-masing anggota diberi tes individu tanpa bantuan dari anggota yang lain. Selama menjalani tes individu ini, guru harus memperhatikan setiap siswa. Skor tidak hanya dinilai oleh sejauh mana siswa mampu menjalani tes itu, tetapi juga sejauh mana mereka mampu bekerja secara mandiri (tidak mencontek).
Penghargaan (reward) diberikan kepada kelompok yang mampu menjawab soal-soal dengan benar lebih banyak dan mampu menyelesaikan PR dengan baik. Guru memberikan poin tambahan (extra point) kepada siswa yang mampu memperoleh nilai rata-rata yang melebihi KKM pada ujian final. Karena dalam model pembelajaran TAI siswa harus saling mengecek pekerjaannya satu sama lain dan mengerjakan tugas berdasarkan rangkaian soal tertentu, guru sambil lalu bisa memberi penjelasan seputar soal-soal yang kebanyakan dianggap rumit oleh siswa. Pada model pembelajaran TAI ini, akuntabilitas individu, kesempatan yang sama untuk sukses, dan dinamika motivasional menjadi unsur-unsur utama yang harus ditekankan oleh guru.
Nur asma (2006) mengemukakan bahwa kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran TAI tidak sama dengan kegiatan pembelajaran pada model pembelajaran STAD dan TGT, TAI terikat pada serangkaian materi pelajaran yang khas dan memiliki petunjuk pelaksanaan sendiri. Menurut Slavin (Nur Asma, 2006: 56) model pembelajaran TAI terdiri dari delapan komponen, yaitu:
1. Tahap 1:Mempelajari Materi Pelajaran Siswa mempelajari materi pelajaran yang telah disiapkan oleh guru.
2. Tahap 2:Tes Penempatan (Placement test)
Pada awal program pembelajaran diberikan pretest, dimaksudkan untuk menempatkan siswa pada program individual yang didasarkan pada hasil tes mereka.
3. Tahap 3:Membagi Siswa ke dalam Kelompok Siswa dalam model pembelajaran TAI ditempatkan dalam kelompok-kelompok heterogen terdiri dari 4 sampai 5 siswa.
4. Tahap 4:Belajar Kelompok (study teams)
Setelah ujian penempatan, masing-masing individu menempatkan diri sesuai dengan kelompoknya. Setiap kelompok mendiskusikan materi yang sudah dipelajari oleh masing-masing individu. Setiap kelompok harus memastikan bahwa setiap anggotanya paham tentang materi yang sudah dipelajari.
5. Tahap 5:Skor dan Penghargaan kelompok
Guru memberikan skor dan penghargaan terhadap kelompok yang hasil dari diskusi kelompoknya bagus. Skor ini didasarkan pada jumlah rata-rata unit yang tercakup oleh anggota kelompok dan akurasi dari tes-tes unit. Kriteria ditetapkan untuk penampilan (hasil) kelompok.
6. Tahap 6:Refleksi
Guru menberikan penegasan terhadap materi yang sudah dipelajari. Guru menerangkan materi yang sudah dipelajari agar siswa lebih yakin dan mantap terhadap materi yang dipelajari, sehingga jika mendapatkan soal siswa bisa menyelesaikannya.
7. Tahap 7:Tes Akhir
Pada akhir pembelajaran guru memberikan posttest yang dikerjakan secara individu untuk mengukur seberapa pemahaman siswa terhadap materi yang sudah dipelajari.
8. Tahap 8:Unit Keseluruhan
Setiap akhir pembelajaran guru mengevaluasi pembelajaran yang dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa.
Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization)
1. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.
2. Guru memberikan kuis (pretest) secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal.
3. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4–5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan (tinggi, sedang dan rendah) Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender.
4. Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok;
5. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari;
6. Guru memberikan kuis (posttest) kepada siswa secara individual;
7. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
Konduktor Dan Isolator Panas
Konduktor panas adalah benda-enda yang mudah dan cepat dalam menghantarkan panas. Benda yang bersifat konduktor dapat menghantarkan panas dengan baik. Oleh karena itu, benda bersifat konduktor dapat dimanfaatkan untuk menghantarkan panas ke benda lain. Hal ini berarti juga bahwa benda ini sengaja dibuat menjadi panas, kemudian sifat panas ini digunakan untuk tujuan tertentu. Misalnya panas yang diterima setrika digunakan untuk menghaluskan baju.
Isolator panas adalah benda-benda yang tidak mudah dan lambat dalam menghantarkan panas. Benda yang bersifat Isolator tidak dapat menghantarkan panas. Misalnya sejenis plastik tahan panas.
Hipotesis Tindakan
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Konduktor Dan Isolator Panas Di Kelas VI SD Negeri 014 Sungai Dusun Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau Tahun 2016/ 2017.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting dan Subjek Penelitian
Penelitian dilakukan pada hari Kamis tanggal 20 Oktober 2016 untuk siklus 1 dan siklus 2 pada hari Senin tanggal 7 November 2016. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri 014 Sungai Dusun Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Kabupaten Indragiri Hilir sebanyak 17 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 12 orang dan perempuan sebanyak 5 orang.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi untuk mengumpulkan data kondisi awal, teknik observasi untuk data kreativitas belajar, dan teknik tes tertulis untuk mengumpulkan data hasil belajar. Sedangkan alat pengumpulan data yang digunakan adalah dokumen daftar nilai, lembar observasi kreativitas belajar dan butir soal tes tertulis.
Validasi Data dan Analisis Data
Validasi data dilakkan agar memperoleh data yang valid. Data kreativitas yang diperoleh melalui observasi divalidasi dengan melibatkan observer teman sejawat yang dikenal dengan berkolaborasi, sedangkan data yang diperoleh melalui tes divalidasi dengan menyusun kisi-kisi sebelum butir soal dibuat. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif dilanjutkan dengan refleksi.
Prosedur Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan. Tahap pertama membuat perencanaan tindakan, tahap kedua melakukan tindakan sesuai yang direncanakan, tahap ketiga melakukan pengamatan terhadap tindakan yang dilakukan, tahap keempat melakukan analisis deskriptif komparatif dan refleksi terhadap hasil pengamatan tindakan.
Hasil Tindakan
Pada awal pembelajaran sebelum diadakan tindakan diketahui hasil ulangan tentang konduktor dan isolator panas masih banyak siswa yang hasil belajarnya belum tuntas dan belum sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Nilai yang diperoleh siswa hanya mencapai rata-rata 51,76 yaitu sebanyak 5 siswa tuntas dan 12 siswa belum tuntas.
Setelah diadakan tindakan kelas baik tindakan pada siklus I maupun pada siklus II diperoleh data hasil pengamatan yaitu adanya peningkatan hasil belajar IPA materi konduktor dan isolator panas bagi siswa kelas VI SD Negeri 014 Sungai Dusun Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir pada semester I Tahun 2016/ 2017. Pada siklus I hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Dari 17 siswa, sebanyak 10 siswa tuntas (58,82%) dan 7 siswa belum tuntas (41,17%) dengan nilai rata-rata 67,64. Pada Siklus II dari 17 siswa sebanyak 15 siswa tuntas (88,23%) dan 2 siswa belum tuntas (11,76%) dengan nilai rata-rata 81,48.
PENUTUP
Simpulan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang Konduktor dan isolator panas dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dalam pembelajaran IPA di kelas VI SD Negeri 014 Sungai Dusun Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir, berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Langkah-langkah persiapan yang telah direncanakan untuk pelaksanaan penelitian berjalan sesuai dengan rencana, dari mulai pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sampai pembuatan instrumen yaitu lembar observasi untuk rencana pelajaran, lembar observasi untuk aktivitas guru dalam mengajar dan lembar observasi untuk kegiatan siswa dalam belajar, telah berhasil menjaring data sebagai hasil penelitian.
2. Pelaksanaan pembelajaran tentang konduktor dan isolator panas dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperati Tipe TAI, berjalan sesuai dengan skenario yang ada pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan telah berhasil menciptakan situasi belajar yang kondusif yakni siswa terlibat secara langsung pada proses pembelajaran, juga dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar IPA yang semula dianggap sulit.
3. Tingkat pemahaman siswa tentang Konduktor dan Isolator Panas setelah pembelajaran menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dapat meningkat dengan baik, ini dapat dilihat dari hasil evaluasi yaitu pada siklus 1 memperoleh nilai rata-rata 67,64 dan pada siklus ke 2 memperoleh nilai rata-rata 81,48.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, dalam upaya perbaikan Proses Belajar Mengajar (PBM), serta meningkatkan pemahaman siswa terhadap pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang Konduktor dan Isolator panas, ada beberapa hal yang perlu disampaikan antara lain:
1. Guru hendaknya dapat mengembangkan Model-model pembelajaran yang menarik dan memancing minat siswa dalam pembelajaran, Disamping model-model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi guru juga harus menggunakan alat peraga, karena alat peraga mampu menjembatani pemahaman siswa.
2. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang Konduktor Dan Isolator Panas yang telah dilaksanakan selama kegiatan penelitian sangat baik, hal ini terbukti dari hasil evaluasi dari siklus ke 1 dan siklus ke 2 terjadi peningkatan yang cukup tinggi, disamping situasi belajar sangat kondusif, karena pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tie TAI dapat melibatkan siswa secara utuh, artinya terlibat dari awal sampai akhir pembelajaran.
3. Disamping media pembelajaran yang harus dikuasai, juga alat peraga yang diperlukan perlu dipersiapkan, karena alat peraga mampu menjembatani pemahaman siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.
Depdiknas, (2004). Kurikulum Pendidikan Dasar, Dirjen Dikdasmen.
Depdikbud, (1998). Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Kelas VI Sekolah Dasar. Jakarta Dirjen Dikdasmen.
Depdikbud, (1997). Ilmu Pengetahuan Alam Petunjuk Guru Sekolah Dasar Kelas 6. Jakarta Dirjen Dikdasmen.
Kasihani Kasbolah, (1998). Penelitian Tindakan Kelas Dirjen Pendidikan. Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Nana Sujana, (1991). Media Pengajaran. Pusat Penelitian dan Pembidangan Ilmu Lembaga Penelitian IKIP Bandung. Sinar Baru.
Ngalimun Purwanto, (1997). Psikologi Pendidikan. Bandung Remaja Rosda Karya.
Tim Bina Karya Guru, (2008). IPA SD untuk Sekolah Dasar Kelas VI. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Winataputra, U. (2001). Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Dapdiknas
Haryanto, (2016), Pengertian Belajar Menurut Para Ahli. http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/, Diakses pada tanggal 20 Oktober 2016 jam 16:20 WIB.
Erlangga Ferdian, (2016), Strategi Pembelajaran, http://erlanggaferdian41.wordpress.com/belajar-dan-pembelajaran/strategi-pembelajaran/, Diakses pada tanggal 20 Oktober 2016 jam 16:35 WIB
_________, (2016), Pengertian Mengajar (Pengertian Lama dan Pengertian Baru), http://www.referensimakalah.com/2012/07/pengertian-mengajar-pengertian-lama-dan.html, Diakses pada tanggal 20 Oktober 2016 jam 16:28 WIB.
__________, (2016), Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI, http://mey20.wordpress.com/edocation/pembelajaran-kooperatif-tipe-tai/, diakses pada tanggal 20 Oktober 2016 jam 16:45 WIB.