PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN

DENGAN PENDEKATAN SUGESTOPEDIA

 

Sunardi

Dosen FKIP UKSW Salatiga

 

ABSTRAK

Siswa dalam belajar membutuhkan suasana yang kondusif. Suasana belajar yang demikian harus diciptakan oleh guru. Suasana belajar yang diminati siswa dalam belajar adalah tenang, bebas dari tekanan, dan menyenangkan. Salah satu cara menciptakan suasana belajar yang dikehendaki adalah dengan pendekatan sugestopedia. Pembelajaran dengan pendekatan sugestopedia ini, menjadikan siswa di kelas akan merasa tenang, nyaman, menyenangkan, bermakna, bekerjasama, percaya diri, saling menghargai, saling mendorong, dan lebih bebas. Pembelajaran dengan situasi demikian yang diharapkan oleh siswa.

Kata kunci: Pembelajaran menyenangkan, Sugestopedia

 

Pendahuluan

Sunardi (2018) menyatakan bahwa suasana belajar yang tenang dan menyenangkan merupakan salah satu prasyarat proses pembelajaran. Suasana belajar yang demikian harus diciptakan. Pendekatan belajar yang apat digunakan untuk hal tersebut adalah menrapkan sugestopedia. Bancroft (2005) menyatakan bahwa menciptakan suasana pembelajaran yang membuat siswa merasa aman dan senang adalah hal yang penting dilakukan oleh guru. Hal ini senada dengan perspektif humanistik mengenai motivasi siswa yang menekankan pada kapasitas siswa untuk mencapai pertumbuhan pribadi, kebebasan untuk menentukan jalan hidup mereka dan menunjukkan kualitas positif mereka (Sunardi, 2018: 65). Siswa dapat belajar dengan senang dan bermakna apabila lingkungan belajar mendukung.

Lingkungan belajar yang kondusif harus diciptakan. Cara yang dapat dilakukan untuk menciptakan lingkungan belajar, misalnya: tempat duduk berkelompok, bentuk meja yang beragam (bundar, persegi, persegi panjang, jajar genjang), pemutaran latar musik yang teduh, dapat membantu menghilangkan tekanan dan lebih membuat lingkungan manusiawi. Kelas bisa disusun seperti ruang teater untuk menyampaikan materi, meja bundar untuk tugas kelompok, membacakan cerita di awal pembelajaran, dan sebagainya (Sunardi, 2018: 65).

Dalam kaitannya dengan pembelajaran di sekolah dasar, prinsip-prinsip sugestopedia perlu diterapkan. Siswa SD akan patuh dengan gurunya. Oleh sebab itu, segala hal yang dilakukan oleh guru akan selalu diingat siswa. Satu hal yang dapat dilakukan oleh guru adalah memberi rasa nyaman kepada siswa dalam belajarnya di sekolah. Rasa nyaman tersebut dapat ditimbulkan dengan memberi rangsang yang berupa musik. Musik dapat digunakan sebagai pembuka pelajaran, atau latar selama proses pembelajaran (Sunardi, 2016: 171).

Siswa SD memiliki rasa ingin tahu yang besar. Karakteristik tersebut sesuai dengan tahap perkembangan siswa SD mulai mengembangkan pemahaman akan berbagai hal yang di luar dirinya. Mereka mulai belajar bekerja sama dengan orang lain. Dalam tahap ini, siswa akan lebih diuntungkan bila terus mendapat kesempatan untuk belajar dalam lingkungan yang imajinatif dan kreatif seperti penggunaan lagu dan cerita (Murray & Christison, 2011: 74). Lebih lanjut lagi, imajinasi siswa perlu ditumbuhkan untuk terus menyalakan antusiasme mereka dalam mempelajari dunia di sekitanya. Hal ini merupakan salah satu cara untuk menumbuhkan hasrat belajar sehingga mereka dapat menjadi pembelajar seumur hidup (Kelly dalam Hayes, 2007: 14).

Pembelajaran dengan Sugestopedia

Menurut Meier (2002: 49), sugestopedia adalah strategi yang dikembangkan oleh Georgi Lazanov. Losanov berpendapat bahwa faktor utama yang menghambat siswa untuk belajar termasuk belajar bahasa dan sastra adalah hambatan psikologis. Menurut Lazanov (1978:1), pembelajaran harus dapat menyentuh alam bawah sadar siswa supaya dapat berhasil. Oleh sebab itu, hambatan psikologis tersebut harus dihilangkan demi keberhasilan belajar siswa. Menurut Lazanov (1978:1) hambatan psikologis itu dapat diminimalisasi dengan menggunakan drama, aktivitas fisik, musik, dan yoga dalam pembelajaran.

Norland & Pruett-Said, (2006: 15) menyatakan bahwa penggunaan musik dalam kelas yang menciptakan suasana tenang diyakini dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk menyerap lebih banyak informasi. Lazanov (1978: 6) percaya bahwa teknik relaksasi dan konsentrasi akan menolong siswa membuka sumber bawah sadar dan memperoleh serta menguasai kuantitas kosakata yang lebih banyak dan juga struktur-struktur yang lebih mantap dari pada yang mereka pikirkan. Meier (2002: 179) menyatakan bahwa metode sugestopedia ini juga dikenal sebagai pembelajaran dan pembelajaran sugestif-Akseleratif atau Metode Lazanov.

Meier (2002:179) menjelaskan bahwa jenis musik yang paling baik dapat meningkatkan keefektifan belajar adalah bergantung pada kebudayaan dan selera pendengarnya. Para praktisi Accelerated Learning di Barat cenderung menekankan penggunaan musik barok klasik untuk pembelajaran, sebab jenis musik ini yang digunakan Losanov dalam penelitian mengenai pelatihan bahasa. Musik barok dan klasik lainnya merupakan pilihan yang bagus untuk berbagai situasi dan bagi banyak pendengar. Musik “new age” berkualitas tinggi yang tepat juga cocok untuk berbagai situasi. Demikian pula semua jenis musik dari kebudayaan non-Barat. Lebih lanjut Meier (2002:179) menyarankan “untuk tidak bersikap dogmatis mengenai jenis musik yang digunakan. Bereksperimenlah, bersikap bijak, dan gunakanlah apa yang dapat mendatangkan hasil”. Sunardi (2018: 72) menggunakan tembang dolanan sebagai pengganti musik barok dan klasik.

Musik adalah media yang paling baik untuk sugestopedia (Losanov, 1978: 43). Sugestopedia yang paling baik adalah menggunakan berbagai jenis musik. Sunardi (2018) lagu berirama lambat dapat menimbulkan suasana hati yang tenang. Jaz menimbulkan suasana riang dan bersemangat. Mars Sousa atau gendang Afrika atau musik dansa dari Amerika Selatan dapat membangkitkan energi. Musik gamelan Jawa dapat menimbulkan suasana tenang, girang, bahkan bersemangat. Semuanya bagus dan dapat mendatangkan hasil. Musik apapun yang dipilih, harus mengandung kedalaman ruh dan jiwa.

Sugesti diberikan dengan teknik yang benar. Losanov (1978: 43) menyatakan bahwa beberapa teknik yang dapat digunakan untuk memberikan sugesti positif antara lain: 1) mendudukkan siswa secara nyaman; 2) memasang musik latar di dalam kelas saat pembelajaran berlangsung; 3) penggunaan lampu yang redup; 4) meningkatkan partisipasi individu; 5) menggunakan poster-poster sebagai media penyampai informasi; dan 6) menyediakan guru-guru yang terlatih dalam seni pembelajaran sugestif.

Meier (dalam Sunardi: 2018) menyatakan bahwa lingkungan belajar bukan yang menyerupai kelas tradisional, melainkan yang memberi kesan gembira, positif, membangkitkan semangat, menimbulkan asosiasi positif dan perasaan bahagia dalam hati setiap orang. Guru harus terbebas dari kesan dan penampilan ruang kelas yang standar, sehingga membantu setiap siswa untuk merasa santai dan mendapatkan kembali energinya.

Maslow (dalam Santrock, 2001) menyatakan bahwa kebutuhan tertentu harus terpenuhi sebelum siswa dapat mengaktualisasikan dirinya dengan utuh. Oleh karena itu, kebutuhan siswa akan suasana yang aman dan menyenangkan bersifat esensial karena bila tidak terpenuhi, maka siswa tidak akan dapat mencapai aktualisasi diri yang berada pada puncak hierarki kebutuhan.

Jadi selain pemberian latar musik dalam belajar, sugestopedia harus didukung dengan desain ruang belajar yang jauh dari kesan biasa. Ruang belajar dapat dihias dengan hal-hal yang disebut periferal (Meier 2002: 113). Periferal adalah apa saja dalam lingkungan yang dapat menambah warna keindahan, minat, serta rangsangan yang apabila memungkinkan berisi informasi yang berhubungan dengan pelajaran. Hal-hal yang dapat disediakan di kelas antara lain: hiasan dinding, papan velcro, papan magnetis, grafik flanel, tanaman, benda pajangan di meja, maket, mainan, lilin, grafik informasi besar, benda yang mudah dipindahkan, bunga, pajangan lantai, pajangan peralatan, objek penunjang, kostum instruktur, taplak meja warna-warni.

Metode sugestopedia memiliki fungsi yang sangat penting dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Hal yang pernah dilakukan adalah pada materi bercerita. Melalui proses sugesti ini siswa diberikan rangsangan positif sehingga seolah-olah siswa merasakan secara langsung kejadian/keadaan yang disugestikan oleh guru. Tugas guru adalah mengarahkan siswa agar mampu melakukan aktivitas berpikir seperti mengklasifikasi, mengkategori, menggabung, mengonstruksi, dan memformulasikan. Proses tersebut kemudian diaplikasikan ke dalam proses kreatif untuk menemukan ide orisinal yang dituangkan dalam membuat dialog cerita berdasarkan tembang dolanan (Sunardi, 2017).

Jadi menurut pendapat ahli di atas, sugestopedia cocok digunakan sebagai pendekatan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada materi bercerita yang menggunakan tembang dolanan ini. Selain memberi rasa nyaman pada siswa juga menimbulkan sugesti untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Musik, bernyanyi, berdendang, dan bergerak adalah dunia yang menyenangkan bagi anak-anak.

Menurut Meier (2002:109-120), sugestopedia menganut falsafah yang didasarkan pada: 1) Tiga asumsi, yaitu: (a) Pembelajaran melibatkan fungsi-fungsi ketidaksadaran pembelajar di samping fungsi-fungsi kesadaran; (b) bahwa orang dapat belajar lebih cepat daripada yang biasa mereka lakukan; (c) bahwa pembelajar dihalangi oleh: (1) norma-norma yang telah diajarkan masyarakat kepada kita; (2) tidak adanya keharmonisan; (3) kegagalan memanfaatkan segala daya akibat adanya kemalasan pada kebanyakan orang dalam kebanyakan waktu; 2) Tiga Strategi, yaitu: (a) menghilangkan norma-norma, (b) menghilangkan tensi-tensi ketegangan, (c) menghindari pengenalan norma-norma pembatas dan rintangan ketegangan pada tempat belajar; 3) Tiga jenis sarana, yaitu: (a) sarana psikomotorik, (b) sarana artistik, (c) sarana pedagogik; 4) Tiga jenis kriteria, yaitu: (a) prinsip kemudahan dan keceriaan, (b) prinsip kesatuan kesadaran dan ketidaksadaran, (c) prinsip interaksi sugestif.

Menurut Meier (2002:109-120), pendekatan sugestopedia memiliki sifat-sifat: 1) Pembelajaran diberi kemudahan dalam lingkungan yang santai serta menyenangkan. 2) Siswa dapat belajar dari yang tersaji dalam lingkungan, sekalipun perhatiannya tidak harus diarahkan ke materi (pembelajaran perifeil). 3) Apabila siswa memercayai dan menghargai wibawa guru, maka dia akan menerima dan mengingat informasi lebih baik. 4) Sang guru hendaknya mengakui bahwa para siswa akan membawa beberapa hambatan psikologis ke dalam situasi pembelajaran. Dia akan berupaya mendesugesti hal tersebut. 5) Mengaktifkan imajinasi para siswa akan membantu pembelajaran. 6) Sang guru berupaya meningkatkan kepercayaan para siswa dan pada dirinya sendiri bahwa mereka merupakan para pembelajar yang berhasil. 7) Dengan jati diri yang baru ini perasaan aman para pembelajar kian tinggi dan membuat mereka lebih terbuka. 8) Dialog yang dipelajari siswa merupakan bahasa yang bisa mereka gunakan dalam keseharian. 9) Apabila perhatian mereka terlepas dari bentuk bahasa, dan terarah pada proses komunikasi, para siswa akan belajar lebih baik. 10) Guru hendaknya mengintegrasikan sugesti-sugesti positif tak langsung ke dalam situasi pembelajaran. 11) Guru hendaknya menyajikan dan menjelaskan tata bahasa dan kosa kata tetapi tidak memikirkan hal itu terlalu lama. 12) Salah satu cara membuat makna semakin jelas adalah melalui terjemahan ke dalam bahasa ibu. 13) Komunikasi berlangsung pada dua sisi: pada satu sisi pesan linguistik disajikan, pada sisi lain adalah faktor-faktor yang memengaruhi pesan linguistik itu. 14) Suasana pseudo-pasif, seperti suasana ketika seseorang mendengarkan konser, sangat ideal untuk menanggulangi kendala psikologis dan memperoleh keuntungan yang memuaskan bagi pembelajaran. 15) Pembedaan antara sadar dan setengah sadar memang paling kabur.oleh karena itu, pembelajaran optimal dapat terjadi. 16) Dramatisasi merupakan cara untuk memanfaatkan materi secara hidup dan terarah.fantasi mengurangi kendala-kendala terhadap pembelajaran. 17) Seni murni memungkinkan sugesti-sugesti menyelusup ke dalam bawah sadar.

Oleh karena itu seni hendaknya diintegrasikan sebanyak mungkin ke dalam pembelajaran. Dengan hal tersebut yang dilakukan oleh guru adalah: 1) membantu siswa untuk menggunakan seni sebaik mungkin. 2) memahami musik dan gerakan untuk memperkuat pemahaman materi linguistik. 3) memperhatikan suasana bermain, perhatian sadar siswa tidak terpusat pada bentuk-bentuk linguistik, tetapi lebih cenderung pada pemakaian bahasa. dan 4) menekankan pada isi, bukan pada bentuk.

Meier (2002: 109) menyebutkan bahwa, sugestopedia juga memiliki kelebihan dan kekurangan.

1)    Kelebihan pendekatan sugestopedia.

a)       Memberikan ketenangan dan kesantaian;

b)       Menyenangkan atau menggembirakan;

c)       Mempercepat proses pembelajaran;

d)       Memberikan penekanan pada perkembangan kecakapan berbahasa.

2)    Kelemahan.

a)    Hanya dapat digunakan bagi kelompok kecil;

b)    Menjengkelkan dan menggelisahkan bagi siswa yang tidak menyukai musik instrumentalia jawa dan musik klasik lainnya;

c)     Biaya yang terlalu mahal;

d)    Belum ada ketentuan dan persiapan bagi tingkat menengah dan lanjutan;

e)    Untuk pemahaman membaca dan menyimak terlalu terbatas;

f)     Bahan masukan secara pedagogis dipersiapkan terlalu bersifat eksklusif;

Menyadari adanya kelebihan dan kekurangan sugestopedia tersebut di atas, hal yang harus dilakukan oleh guru adalah mempersiapkan siswa untuk belajar adalah langkah yang penting. Tanpa itu, pembelajaran akan lambat dan bahkan berhenti sama sekali. Meier (2002: 109) mengatakan persiapan pembelajaran itu seperti mempersiapkan “tanah” untuk ditanami benih. Sugestopedia jika benar dilakukan niscaya tercipta kondisi yang baik untuk pertumbuhan yang sehat.

Tujuan mempersiapkan siswa adalah untuk: a) mengajak siswa keluar dari mental pasif atau resisten, b) menyingkirkan rintangan belajar, c) merangsang minat dan rasa ingin tahu siswa, d) memberi siswa perasaan positif dan hubungan yang bermakna dengan topik pelajaran, e) menciptakan siswa aktif untuk berpikir, tumbuh, dan mencipta, f) mengajak keluar dari keterasingan dan masuk dalam komunitas belajar (Ibid. 2002: 109).

Sunardi (2018: 72) tugas guru selanjutnya adalah menyingkirkan rintangan belajar. Hal yang menjadi rintangan belajar adalah: a) tidak merasakan adanya manfaat pribadi, b) takut gagal atau aib sosial, c) takut akan perubahan dan pertumbuhan pribadi, d) tidak peduli terhadap topik pelajaran, e) benci dengan topik pelajaran, f) dipaksa hadir, g) punya masalah dan gangguan pribadi, h) merasa “aku sudah tahu”, dan i) merasa sudah bosan. Semua rintangan tersebut dapat menyebabkan stres, kebas otak, dan kemerosotan tajam dalam kemampuan belajar. Menghilangkan atau mengurangi rintangan-rintangan itu untuk menghasilkan kemampuan belajar yang semakin meningkat setiap waktu.

Ada banyak unsur dalam mempersiapkan siswa untuk menerima pengalaman belajar. Unsur-unsur tersebut antara lain: a) sugesti positif, b) lingkungan fisik yang positif, c) tujuan yang jelas dan bermakna, d) manfaat bagi siswa, e) sarana persiapan belajar sebelum pembelajaran dimulai, f) lingkungan sosial yang positif, g) keterlibatan penuh siswa, dan h) rangsangan rasa ingin tahu (Losanov, 1978: 23). Pembelajaran dengan pendekatan sugestopedia ini, menjadikan siswa di kelas akan merasa tenang, nyaman, menyenangkan, bermakna, bekerjasama, percaya diri, saling menghargai, saling mendorong, dan lebih bebas. Pembelajaran dengan situasi demikian yang diharapkan oleh siswa.

Simpulan

Pendekatan pembelajaran yang berfungsi sebagai perangsang agar siswa siap belajar harus disiapkan dengan baik dan benar. Tujuan perencanaan yang benar tersebut agar pembelajaran bermakna dan siswa memiliki pengalaman belajar. Pendekatan sugestopedia yang dilaksanakan dengan prosedur yang benar menjadikan siswa berdaya. Pendekatan sugestopedia menjadikan siswa di kelas akan merasa tenang, nyaman, bermakna,dan menyenangkan. Dampak yang terjadi adalah siswa semakin terampil bekerjasama, percaya diri, saling menghargai, saling mendorong, dan menerima materi pelajaran dengan baik.

Daftar Pustaka

Bancroft, W. J. 2005. Suggestopedia and Language Acquisition: Variations on a Theme. Amsterdam: Gordon and Breach Publishers

Kelly, P. 2007. The Joy of Enhancing Children’s Learning. Dalam Hayes, D (Ed.), Joyful Teaching and Learning in the Primary School (h. 9 – 16). Exeter: Learning Matters

Lozanov, G. 1978. Sugestology and Sugestopedia:Theory and Practice (Paper). United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization. Paris.

Meier, Dave. 2002. The Accelerated Learning Handbook: Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan. (Terjemahan Rahmani Astuti). Bandung. Kaifa.

Norland, D.L., & Pruett – Said, T. (2006). A Kaleidoscope of Models and Strategies for Teaching English to Speakers of Other Languages. London: Teacher Ideas Press

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.

Santrock, J.W. (2001). Educational Psychology. Boston: McGraw Hill.

Sunardi. The Effect of Storytelling Learning Model based on Suggestopedia and Traditional Play Songs on Storytelling Skill of Grade 5 Elementary School Students in Salatiga. Procceding. International Conference of Education and Technology for Empowering Agents of Change. FKIP. UKSW. November 2-3, 2016 http://callforpapers.uksw.edu/index.php/iceteach/2016

Sunardi, Herman. J. Waluyo, Astini Suudi, Nugraheni Eko W. 2018. Suggestopedia Based Storytelling Teaching Model for Primary Students in Salatiga. Volume 6 – Issue 1, Page 64-75. www.mojet.net

Sunardi. 2018. Pengembangan Model Pembelajaran Bercerita Menggunakan Sugestopedia dengan Tembang Dolanan Pada Siswa Sekolah Dasar Di Salatiga. Disertasi. Surakarta: UNS, Tidak Diterbitkan