Pendekatan Bermain Untuk Meningkatkan Minat Belajar Anak Usia Dini
PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR ANAK USIA DINI DI TK BINA PUTRA FKPPI TUNTANG
Diar Resti Kustia
Maria Melita Rahardjo
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRACT
The frequent use of worksheets in learning activities made children less interested in learning. This study aims to increase children’s interest in learning in TK Bina Putra FKPPI through a play approach. This research included classroom action research. Data collection techniques were carried out by observation and documentation. Data were analyzed descriptively quantitative and qualitative. The results showed that the play approach could increase children’s interest in learning in class. The increase in children’s interest in learning is shown by the gradual increase in the percentage of categories of children’s attention during learning from pre-cycle by 50%, cycle I by 79%, to cycle II by 81%. Thus, playing is the right method to be applied in the classroom at TK Bina Putra FKPPI Tuntang because it is in accordance with the principle of playing while learning in early childhood.
Keyword: interest in learning, play approach
ABSTRAK
Seringnya penggunaan lembar kerja dalam kegiatan pembelajaran membuat kurangnya minat belajar pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar anak di TK Bina Putra FKPPI melalui pendekatan bermain. Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan dokumentasi. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pendekatan bermain dapat meningkatkan minat belajar anak di kelas. Peningkatan minat belajar anak ditunjukkan dari peningkatan persentase kategori secara bertahap pada atensi anak selama pembelajaran berlangsung dari pra-siklus sebesar 50%, siklus I sebesar 79%, hingga siklus II sebesar 81%. Dengan demikian, bermain merupakan metode yang tepat untuk di terapkan di dalam kelas di TK Bina Putra FKPPI Tuntang karena hal tersebut sesuai dengan prinsip bermain sambil belajar pada anak usia dini.
Kata kunci: minat belajar, pendekatan bermain
PENDAHULUAN
Taman Kanak-kanak (TK) merupakan lembaga pendidikan formal sebelum anak memasuki usia sekolah dasar. Lembaga ini dianggap penting karena bagi anak usia dini (AUD) dalam masa golden age (usia emas) yakni “masa peka” yang hanya datang sekali dalam kehidupan anak (Suryana, 2016). Mengingat anak usia dini yaitu anak yang berada pada rentang usia lahir sampai dengan enam tahun merupakan rentang usia kritis dan sekaligus strategis dalam proses pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan pada tahap selanjutnya (Permono, 2013). Itu artinya periode ini merupakan periode kondusif untuk menumbuhkembangkan berbagai kemampuan fisiologis, kognitif, bahasa, sosio-emosional, dan spiritual. Pada masa peka inilah perlu adanya stimulasi yang tepat dalam berbagai upaya pendidikan dari lingkungannya untuk kematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis anak.
Stimulasi yang diberikan dapat melalui pembelajaran. Pembelajaran haruslah menarik dan tidak membosankan sehingga dapat menumbuhkan rasa keingintahuan pada diri anak. Berdasarkan hasil observasi di TK Bina Putra FKPPI Dusun Praguman Tuntang pada kelompok usia 3-4 tahun yang berjumlah tujuh orang anak, pembelajaran yang dilaksanakan meliputi pengembangan aspek kognitif, bahasa, fisik-motorik, sosial emosional. Nampak kegiatan-kegiatan praktik langsung lebih banyak mendapat perhatian dari anak-anak. Namun, pada kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan banyak menggunakan lembar kerja, sehingga membuat anak merasa cepat bosan dan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan pengamatan pra-penelitian selama tiga hari di TK Bina Pura FKPPI Tuntang, kami menemukan bahwa 63,3% guru lebih sering menggunakan lembar kerja dalam pembelajaran di kegiatan intinya. Sebaliknya, hanya 36,7% praktik langsung dilakukan. Hal ini membuat anak-anak terlihat bosan dan tidak terlalu antusias. Anak tampak bermain sendiri dengan mainan yang ada di kelas. Namun sebaliknya saat pembelajaran yang menggunakan benda-benda nyata anak dapat belajar praktek langsung untuk mengembangkan ide-ide yang dimiliki anak sehingga dapat membuat anak merasa bersemangat dan mendapat respons yang baik dari anak ketika pembelajaran praktik langsung menggunakan benda nyata (lihat Tabel 1).
Beberapa penelitian terdahulu mengemukakan berbagai metode yang dapat meningkatkan minat belajar anak pada jenjang TK seperti metode demonstrasi dan metode bermain alat manipulatif. Terjadi peningkatan minat belajar anak di PAUD terdapat 74% anak yang memiliki minat belajar tinggi, 21,33% anak yang memiliki minat belajar sedang, dan 4,67% anak yang memiliki minat belajar rendah. Hasil pengamatan tersebut jelas sekali membuktikan bahwa penggunaan metode demonstrasi sangat berperan dalam meningkatkan minat belajar anak (Setia, 2014). Peneliti lain menemukan bahwa untuk memotivasi anak-anak TK belajar matematika, peneliti menggunakan metode bermain alat manipulatif dalam penelitian tindakan kelas di Taman Kanak-kanak Kristen (TKK) 7 BPK PENABUR Jakarta. Setelah melalui dua siklus tindakan, peneliti dapat meningkatkan minat dan motivasi anak belajar matematika dan anak dapat merasakan lebih mudah memahami konsep matematika (Inawati, 2011).
Berdasarkan paparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan lembar kerja membuat kurangnya minat anak terhadap pembelajaran. Oleh karena itu, perlu dicari metode pembelajaran lain selain penugasan menggunakan lembar kerja. Dalam penelitian ini, penggunaan metode bermain diharapkan dapat meningkatkan partisipasi sesuai atensi dan mengurangi kebosanan anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Permasalahan ini kemudian dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah pendekatan bermain dapat meningkatkan minat belajar anak di KB/TK Bina Putra FKPPI?
Dari rumusan masalah tersebut penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar anak di TK Bina Putra FKPPI melalui pendekatan bermain yang harapannya dapat bermanfaat secara teoritis dalam memberi sumbangan ilmiah bagi wawasan pendidikan khususnya pendidikan anak usia dini di sekolah TK Bina Putra FKPPI tentang meningkatkan minat belajar dengan bermain, secara praktis dapat menambah wawasan dan pengalaman baru bagi guru dalam meningkatkan pembelajaran dengan bermain pada anak usia dini sehingga bermanfaat juga bagi anak dalam mendapatkan kesempatan bermain dan belajar dengan menyenangkan tidak membosankan. Harapannya juga hasil penelitian ini bermanfaat bagi sekolah sebagai informasi atau gagasan bagi lembaga pendidikan tentang meningkatkan pembelajaran menggunakan pendekatan bermain.
KAJIAN TEORETIS
Pendidikan Anak Usia Dini
Pada hakikatnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) usia 0-6 tahun berada pada masa proses perubahan berupa pertumbuhan, perkembangan, kematangan dan penyempurnaan baik pada aspek fisik maupun psikis maupun jasmani maupun rohaninya yang berlangsung secara bertahap dan berkelanjutan (Permendiknas, 58 Tahun 2009). Pendidikan anak usia dini merupakan masa yang tepat untuk dasar bagi kemampuan fisik, kognitif, sosial, emosional, konsep diri, seni, moral, dan nilai-nilai agama, sehingga upaya pengembangan seluruh potensi anak usia dini harus dimulai agar pertumbuhan anak tercapai secara optimal. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menurut Permendikbud No.146 Tahun 2014 merupakan pendidikan yang paling fundamental karena perkembangan anak di masa selanjutnya akan sangat ditentukan oleh berbagai stimulasi bermakna yang diberikan sejak usia dini.
Minat Belajar
Minat adalah kesadaran seseorang, bahwa suatu objek, seseorang, suatu soal atau situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya (Surhayat, 2009). Minat seseorang terhadap suatu objek akan lebih kelihatan apabila objek sasaran berkaitan dengan keinginan dan kebutuhan seseorang yang bersangkutan”. Slameto (2010) mengungkapkan bahwa “Minat adalah seorang yang berminat terhadap suatu aktivitas dan memperhatikan secara konsisten dengan rasa senang”. Sedangkan menurut Swandewi (2010), minat merupakan perhatian seseorang terhadap suatu hal yang merupakan aktivitas tertentu. Minat belajar adalah kecenderungan dan fokus seseorang terhadap aktivitas belajar.
Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru, berkat pengalaman dan latihan. Nasution mengemukakan “Belajar adalah penambahan pengetahuan”. Definisi ini dalam praktek sangat banyak dianut di sekolah, dimana guru-guru berusaha memberikan ilmu sebanyak mungkin dan murid bergiat untuk mengumpulkannya. Sering belajar itu disamakan dengan menghafal, bukti bahwa seorang anak belajar ternyata dari hasil ujian diadakan (Ardani, 2014). Menurut Surya (2009) mengemukakan minat belajar adalah keadaan yang ada pada diri seseorang yang menimbulkan perasaan senang terhadap suatu pembelajaran, sehingga dapat memberikan perhatian yang lebih khusus dalam situasi belajar.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah suatu dorongan atau ketertarikan seseorang untuk memperhatikan suatu barang atau kegiatan yang ada. Karena minat belajar untuk mendapatkan informasi, pengetahuan, pengalaman serta membuktikan lebih lanjut tentang kegiatan yang dilakukan.
Ada hubungan yang sangat erat antara kegiatan bermain anak dengan kegiatan yang akan dilakukan anak dimasa yang akan dating (Christianti, 2007). Anak perlu dimotivasi untuk bermain dengan permainan yang akan ditekuni di masa yang akan datang (Mutiah, 2015). Piaget menyatakan salah satu dasar proses mental menuju kepada pertumbuhan intelektual adalah dengan permainan tidak akan merasa menghadapi kesukaran apabila diajak dalam bentuk permainan dikarenakan permainan memiliki beberapa kelebihan. Teori perkembangan kognitif dari Piaget juga mengungkapkan bahwa bermain mampu mengaktifkan otak anak mengintegrasikan fungsi belahan otak kanan dan kiri secara seimbang dan membentuk struktur saraf, serta mengembangkan pilar-pilar syaraf pemahaman yang berguna untuk masa dating (Tedjasaputra, 2001).
Pada akhir abad 19, Spencer mengemukakan bahwa anak bermain karena anak memiliki energi yang berlebihan. Teori ini sering dikenal dengan teori Surplus Energi yang mengatakan bahwa anak bermain (melompat, memanjat, berlari dan lain sebagainya) merupakan manifestasi dari energi yang ada dari dalam diri anak. Bermain menurut Spencer bertujuan untuk mengisi kembali energi seorang anak yang telah melemah.
Pada dasarnya pembelajaran anak usia dini menggunakan pendekatan bermain, sesuai dengan kurikulum pendidikan anak usia dini. Pembelajaran menggunakan pendekatan bermain belumlah terlaksana sesuai dengan filosofi pembelajaran pada anak usia dini, karena pada kenyataannya masih banyak sekolah-sekolah di Indonesia yang menerapkan pembelajaran sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh guru kelas. Dimana anak hanya bisa duduk diam di tempatnya masing-masing dan wajib untuk mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh guru. Anak harus patuh apa guru kelas dan melaksanakan kegiatan seperti yang sudah diinstruksikan.
Hal ini seperti mengekang kebebasan pada setiap anak dimana setiap anak usia dini memiliki kreativitas yang berbeda-beda. Pembelajaran yang ada haruslah menyenangkan dan anak dapat bereksplorasi akan hal baru sehingga anak dapat belajar dan bermain banyak hal tetapi tetap harus sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan. Pemahaman pada konsep bermain menjadi sebuah tantangan bagi para pendidik. Pendidikan anak usia dini sudah lama menggunakan model pembelajaran dimana guru yang menjelaskan dan memberikan instruksi kemudian anak wajib untuk mengikuti kegiatan yang ada. Ini menjadikan hal tersebut membatasi dan mengabaikan minat siswa dalam belajar.
Pendidikan anak usia dini lebih menekankan pembelajaran dengan prinsip bermain. Hal ini mengakibatkan para pendidik harus menyesuaikan dengan praktik dan ketentuan yang ada, namun pada kenyataannya para pendidik banyak yang melanggar ketentuan-ketentuan yang sudah ada dengan berbagai alasan. Padahal sudah lama telah kita ketahui bahwa bermain merupakan pendekatan pembelajaran yang sangatlah penting bagi perkembangan anak usia dini, karena bermain memang sifat alami anak untuk belajar banyak hal yang baru. Pemahaman karakteristik bermain dapat dicapai melalui pemahaman atas definisi bermain dan ciri bermain (Rahardjo, 2016) dalam 6 karakteristik yaitu: motivasi instrinsik, partisipasi aktif, bermain menyenangkan, kontrol/peraturan Intrinsik, orientasi pada proses bukan hasil, dan non literal (bermain melibatkan imajinasi) dalam porsi tertentu.
Pendekatan yang digunakan merupakan teori dasar yang dianut oleh lembaga pendidikan anak usia dini. Pendekatan tersebut letaknya saling berjauhan/berseberangan, yaitu teori perilaku dan teori perkembangan.
Teori Perilaku. Sebagai respon pada sebuah rangsangan(stimulus), pada teori ini banyak penekanan instruksi pada anak usia dini karena pembelajarannya diharuskan dapat menghasilkan respon yang sesuai dengan harapan pendidik.
Teori Perkembangan. Kebalikan dari teori behavioristik, teori ini telah dimiliki oleh masing-masing anak didik dari sejak lahir. Pembelajaran yang ada haruslah dapat menarik perhatian anak, disini pendidik tidak dapat menekan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan oleh pendidik, karena secara alami anak memiliki motivasi intrinsik untuk belajar hal baru atau menguasai hal baru dalam proses pembelajaran.
Kedua teori tersebut dapat dipakai bersama menjadi pendekatan pembelajaran yang tepat namun dalam porsi tertentu agar bermain dapat dilakukan anak secara optimal. Pendidik haruslah memahami kedua pendekatan diatas agar tercipta strategi pembelajaran yang tepat bagi anak usia dini.
Berdasarkan permasalahan dan teori yang telah dikemukakan di atas, kami dapat merumuskan hipotesis dari penelitian ini adalah pendekatan bermain dapat meningkatkan minat belajar pada anak usia 4-5 tahun di TK Bina Putra FKPPI Tuntang.
METODOLOGI PENELITIAN
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendekatan bermain dan variabel terikat adalah minat belajar anak. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 19, 23 Maret dan 23 April 2019 dalam proses pembelajaran di kelas, dengan pendekatan bermain bebas sesuai dengan tema pembelajaran di sekolah TK Bina Putra FKPPI Tuntang dengan subyek siswa TK usia 4-5 tahun berjumlah 7 anak.
Penelitian ini dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah prosedur penelitian menurut Tampubolon (2013) yang meliputi empat tahap kedalam bentuk siklus, yaitu: 1) perencanaan tindakan, yaitu dengan menyiapkan RPPH, penetapan kesiapan media yang akan digunakan dalam pembelajaran, melakukan observasi dan menyusun alat evaluasi yang berkaitan dengan penerapan pendekatan bermain; 2) pelaksanaan tindakan, yaitu penerapan isi dari rancangan yang sudah dibuat yang mana saat melaksanakan tahap kedua ini guru/ pendidik adalah pelaksananya yang mengacu pada rancangan yang sudah disusun; 3) observasi, yakni dilakukan sesuai dengan tahap pelaksanaan tindakan; dan 4) refleksi, untuk melihat hasil evaluasi yang dapat direfleksikan dalam bentuk rekomendasi untuk tahap berikutnya yang mana guru berusaha untuk mengetahui bagaimana minat peserta didik dalam pembelajaran yang telah dilakukan. Data dikumpulkan melalui observasi dan dokumentasi.
Keberhasilan dalam penelitian ini diasumsikan berhasil, apabila terdapat adanya perubahan peningkatan minat belajar pada anak masuk kriteria baik telah dicapai 75%. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah terjadinya peningkatan minat belajar pada anak usia 4-5 tahun di TK Bina Putra FKPPI Tuntang melalui pendekatan bermain. Hal ini dilihat dari hasil obervasi pelaksanaan menggunakan pendekatan bermain dan menggunakan pedoman observasi yang telah disusun. Keberhasilan dari setiap tindakan dapat diketahui dengan membandingkan hasil kegiatan dari setiap siklus yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.
HASIL PENELITIAN
Pra-Siklus
Sebelum melakukan tindakan pada anak, peneliti terlebih dahulu mengambil data awal tentang minat belajar anak pada proses pembelajaran di dalam kelas pada Kelompok KB. Pengambilan data dilakukan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.
Peneliti melakukan observasi awal pada 19 Maret 2019, Hal ini dilakukan untuk mengetahui minat belajar pada anak Kelompok KB. Penelitian dilakukan dengan doa pembukaan sebelum pembelajaran dan mengajak anak bernyanyi dengan bergerak “Buka Tutup”. Lagu dinyanyikan sebanyak dua kali dengan gerakan. Semua anak mengikuti bernyanyi dengan gerakan. Setelah bernyanyi, kemudian peneliti mengajukan pertanyaan kepada anak-anak sesuai dengan tema pembelajaran. Hanya ada 3 anak yang antusias menjawab dan memperhatikan setiap pertanyaan yang diberikan. Berikut adalah grafik hasil refleksi awal yang digunakan sebagai data Pra-Siklus.
Dari hasil tersebut diketahui bahwa daya minat anak terhadap pembelajaran hanya mencapai 50%, sehingga dapat dikatakan bahwa pencapaian untuk 7 orang anak belum mencapai pencapaian minimal 75%.
Peneliti mengamati anak-anak yang belum ada motivasi dalam belajar. Hal ini dikarenakan peneliti belum menggunakan metode dan alat peraga atau media pembelajaran.
Pembelajaran yang dilakukan peneliti perlu didiskusikan dengan guru kelas, mengenai langkah-langkah yang perlu dipahami untuk pembelajaran selanjutnya. Berdasarkan hasil diskusi peneliti membuat beberapa perencanaan untuk mengambil langkah selanjutnya untuk meningkatkan motivasi belajar anak dan meningkatkan pembelajaran menggunakan pendekatan bermain pada anak.
Siklus I
Pada tahap ini peneliti meminta dari teman-teman untuk membantu observasi dan pengambilan data untuk menilai setiap motivasi belajar pada Kelompok KB melalui pendekatan bermain di TK Bina Putra FKPPI Tuntang. Pemberian tindakan pada anak dilaksanakan berdasarkan rencana program pembelajaran harian (RPPH) yang telah disiapkan dan disusun oleh penulis.
Tindakan Siklus I dilaksanakan pada 23 Maret 2019 dengan tema “Alat Komunikasi”. Sebelum melakukan pendekatan bermain penulis mempersiapkan segala alat dan bahan yang digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan bermain dalam meningkatkan motivasi belajar anak.
Kegiatan pembuka. Anak diajak untuk duduk bersama-sama di karpet yang sudah disediakan, kemudian kami mengawali dengan memberikan salam dilanjutkan dengan berdoa bersama sebelum memulai pembelajaran dan bernyanyi bergerak bersama. Dilanjutkan dengan tanya jawab tentang materi pembelajaran yang akan di jelaskan. Kemudian kami mulai menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan oleh anak dalam pembelajaran serta memperlihatkan beberapa contoh alat komunikasi.
Tabel 4. Tindakan Prasiklus
Nama Anak | Pra Siklus | Siklus I | Siklus II |
Naura | 50% | 100% | 83% |
Kia | 33% | 100% | 100% |
Sasa | 83% | 100% | 100% |
Vita | 50% | 67% | 83% |
Juna | 33% | 67% | 67% |
Gibran | 50% | 67% | 83% |
Aditya | 50% | 50% | 50% |
Rata-Rata Persentase | 50% | 79% | 81% |
Kegiatan inti. Selanjutnya, kami memperagakan tentang pendekatan bermain pada anak mengunakan media yang sudah di sediakan. Setelah itu kami membagi anak-anak ke dalam 3 kelompok. Satu kelompok terdiri dari 2 sampai 3 orang anak setiap kelompok mempunyai 1 orang ketua. Anak-anak mulai melakukan permainan dengan alat dan bahan yang sudah di sediakan oleh peneliti. Anak diperbolehkan membuat kreasi dari bahan-bahan yang sudah disediakan oleh peneliti.
Kegiatan penutup. Kegiatan penutup di lakukan dengan, membiarkan anak duduk dikarpet, kemudian peneliti menayakan perasaan anak ketika melakukan permainan dengan alat dan bahan yang di sediakan oleh peneliti. Kegiatan selanjutnya bernyanyi bersama “mari pulang”, berdoa sebelum pulang, memberikan salam pada peneliti, berbaris untuk pulang.
Pada kegiatan main bebas yang telah di lakukan pada siklus I, 79% anak menunjukkan minat pada pembelajaran.
Siklus II
Pada tahap ini peneliti juga meminta partisipasi dari teman untuk membantu observasi dan pengambilan data untuk menilai motivasi pembelajaran pada anak mengunakan pendekatan bermain pada Kelompok KB di TK Bina Putra FKPPI Tuntang. Pemberian tindakan pada anak dilaksanakan berdasarkan rencana program pembelajaran harian (RPPH) yang telah disiapkan dan disusun oleh peneliti.
Siklus II dilaksanakan pada 23 April 2019. Sebelum melakukan kegiatan bermain peneliti terlebih dahulu mempersiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan untuk mendukung terlaksananya kegiatan bermain. Pada pertemuan kedua siklus I, adapun media yang digunakan adalah playdough dan koran. Adapun stuktur kegiatan bermain dalam pertemuan kedua siklus I terbagi menjadi tiga kegiatan, yaitu kegiatan awal(pembuka), kegiatan inti, kegiatan akhir(penutup) seperti dibawah ini:
Kegiatan Pembuka. Kami memulai tindakan dengan mangajak anak untuk berbaris dan mengucapkan salam, kemudian duduk bersama di karpet, berdoa sebelum belajar, bernyanyi bersama-sama, serta memperlihatkan alat-alat komunikasi yang biasa anak temui dirumah. Peneliti menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan oleh anak selama proses pembelajaran berlangsung. Bahan-bahan yang disediakan oleh peneliti ditunjukan pada anak, anak diperbolehkan membuat suatu karya dari bahan yang sudah disediakan. Hal ini agar anak mampu memahami pembelajaran yang akan disampaikan.
Kegiatan Inti. Dalam kegiatan ini peneliti terlebih dahulu menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan anak. anak-anak diajak untuk melihat macam-macam alat komunikasi. Anak diperlihatkan bentuk-bentuk alat komunikasi, ada koran dan playdough. Anak diberikan kebebasan untuk membuat suatu karya dari bahan yang sudah disediakan oleh penulis. Penulis hanya memotivasi dan memberikan informasi yang dibutuhkan anak, sehingga anak-anak dapat bebas membuat hasil karya sesuai dengan imajinasinya. Setiap anak diberikan pertanyaan sesuai dengan apa yang mereka buat dan anak mampu menjawab pertanyaan dari peneliti. Peneliti hanya memotivasi anak dalam kegiatan pembelajaran, agar kemampuan yang di miliki anak dapat berkembang secara maksimal dan anak dapat berperan aktif dalam setiap pembelajaran yang disampaikan oleh peneliti.
Kegiatan Penutup. Dalam kegiatan penutup ini, peneliti kembali mengajak anak untuk duduk dikarpet, kemudian peneliti menanyakan tentang perasaan anak ketika pembelajaran berlangsung.peneliti juga menanyakan hasil karya yang sudah di buat anak dan setiap anak maju ke depan untuk memperlihatkan dan memperjelaskan hasil karyanya. Peneliti memberikan ucapan pujian dan memberikan reward pada semua anak atas usaha dan kehebatan yang anak-anak miliki dalam membuat hasil karya.
Berdasarkan hasil penelitian Siklus II menunjukkan hasil peningkatan minat belajar pada anak usia dini pada TK Bina Putra FKPPI Tuntang. Hasil minat belajar menunjukkan minat sebesar 81% mengunakan pendekatan bermain.
Berdasarkan grafik pada Gambar 2 dan Gambar 3 dapat diketahui bahwa peningkatan motivasi belajar pada anak usia dini dari prasiklus sampai siklus II menunjukan peningkatan. Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh peneliti, sebelum tindakan atau Pra-Siklus diperoleh hasil 50%, Siklus I pertemuan pertama sebesar 79%, Siklus II sebesar 81%. Hal ini dipengaruhi oleh permainan yang diterapkan untuk meningkatkan minat belajar pada anak. Peningkatan minat belajar melalui bermain bebas merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dengan melibatkan peran aktif anak dalam pembelajaran. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Mutiah (2015) bahwa dengan dengan aktivitas bermain anak menjadi senang karena dilakukan sukarela, tanpa paksaan, namun di pihak lain anak pun belajar.
Gambar 2. Grafik Peningkatan Motivasi Belajar Setiap Anak
Gambar 3. Grafik Peningkatan Motivasi Belajar Setiap Siklus
Melalui metode bermain bebas pembelajaran akan mudah diserap oleh anak dan meningkatkan minat belajar pada anak. Dalam belajar anak juga perlu bermain karena melalui bermain anak dapat mengembangkan pengetahuannya. Ketika anak bermain anak dapat belajar dan mengetahui hal yamg baru untuk mengembangkan potensinya. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi yang di lakukan oleh peneliti, ada salah satu anak, pada prasiklus atau sebelum tindakan belum terlihat semangat dan antusias dalam menerima pembelajar. Saat melakukan tindakan pada Siklus I anak mulai menujukan semangat dan antusiasme dalam bermain dan belajar. Misalnya pada pembelajaran berlangsung anak berusaha untuk memberikan motivasi pada dirinya sendiri untuk menerima pembelajaran yang di sampaikan oleh peneliti.
Hal ini menjadi salah satu dari implikasi teori Piaget bagi pembelajaran anak usia dini yang sudah sangat banyak dilakukan. Anak usia dini menurut Piaget berada pada tiga tahapan pertama. Oleh karena itu, guru harus mampu mendesain kegiatan pembelajaran sesuai tingkat perkembangan anak. Bagi anak yang sedang berada sensorimotor, belajar melalui interaksi organ sensoris dan motoris dengan lingkungan sangat penting. Ia belum bisa berpikir seperti orang dewasa. Begitu pula anak fase praoperasional, jangan dipaksa menarik kesimpulan dari dua variabel yang tidak diamati langsung. Memberikan pengalaman nyata jauh lebih berharga daripada mencekoki anak dengan konsep yang harus dihafalkan. Anak pada fase konkret operasional paling baik belajar dari benda-benda atau obyek seacara langsung (Holis, 2017; Rakhamalia, 2014).
Dari penjelasan di atas peningkatan motivasi belajar melalui bermain bebas pada anak usia dini. Di mana persentase meningkat dari tindakan prasiklus sampai siklus satu pertemuan pertama naik hinga 29%. Dari siklus satu pertemuan pertama sampai siklus satu pertemuan ke dua hasilnya sama,tetapi di setiap anak mengalami peningkatan. Hal tersebut sangat terlihat bahwa peningkatan motivasi belajar melalui bermain pada pembelajaran di kelas, karena sebelum itu anak hanya belajar membaca, tulis, hitung saja. Di samping itu, bermain merupakan metode yang sangat tepat untuk di terapakan di dalam kelas karena hal tersebut sesuai dengan prinsip bermain sambil belajar pada anak usia dini (Soetjiningsih, 2012).
PENUTUP
Pendekatan bermain dapat meningkatkan minat belajar anak di kelas. Peningkatan minat belajar anak ditunjukkan dari peningkatan persentase kategori secara bertahap pada atensi anak selama pembelajaran berlangsung dari pra-siklus sebesar 50%, siklus I sebesar 79%, hingga siklus II sebesar 81%. Dengan demikian, bermain merupakan metode yang tepat untuk di terapkan di dalam kelas di TK Bina Putra FKPPI Tuntang karena hal tersebut sesuai dengan prinsip bermain sambil belajar pada anak usia dini. Hal ini hendaknya perlu diperhatikan oleh kepala sekolah dalam mengupayakan menumbuhkan minat anak pada aktivitas pembelajaran di kelas, terlebih guru dalam mengimplementasikan metode pembelajaran yang tepat, menarik dan menyenangkan agar dapat mendorong minat dan antusias anak dalam mengikuti pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan serta juga m empertimbangkan pendekatan bermain dapat meningkatkan minat anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, guru hendaknya menggunakan pendekatan ini dengan berbagai ragam main yang lebih bervariasi lagi. Serta peran aktif orangtua dalam upaya meningkatkan minat anak, sehingga anak lebih antusias dalam belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Ardani, M. N. M. (2014). Meningkatkan Minat Belajar PKn Melalui Metode Bermain Peran Siswa Kelas IV SD Inpres 3 Tolai. Jurnal Kreatif Online, 3(3).
Christianti, M. (2007). Anak dan Bermain. Makalah dalam Kegiatan Jurnal Club Prodi PGTK Universitas Negeri Yogyakarta.
Holis, A. (2017). Belajar Melalui Bermain untuk Pengembangan Kreativitas dan Kognitif Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan UNIGA, 10(1), 23-37.
Inawati, M. (2011). Meningkatkan minat mengenal konsep bilangan melalui metode bermain alat manipulatif. Jurnal Penabur, (16).
Kunandar, S. P., & Si, M. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Mutiah, D. (2015). Psikologi bermain anak usia dini. Kencana.
Permono, H. (2013). Peran orangtua dalam optimalisasi tumbuh kembang anak untuk membangun karakter anak usia dini.
Rahardjo, M. M. (2016). Menciptakan High Level of Play dalam Rencana Pembelajaran Anak Usia Dini. Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 6(3), 206-216.
Rakhmalia, M. (2014). Penggunaan Model Pembelajaran Sentra Dan Lingkaran Dalam Meningkatkan Keterlibatan Siswa Di Pos Paud Terpadu. MODELING: Jurnal Program Studi PGMI, 1(1), 36-46.
Setia, N. D. (2014). Peranan Metode Demonstrasi Dalam Meningkatkan Minat Belajar Anak Di Kelompok B TK Dharma Santi Desa Tolai Barat Kecamatan Torue Kabupaten Parigi Moutong. Bungamputi, 2(3).
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Soetjiningsih, C. H. (2012). Perkembangan Anak Sejak Pembuahan sampai dengan Kanak-Kanak Akhir. Jakarta: Prenada.
Suharyat, Y. (2009). Hubungan antara sikap, minat dan perilaku manusia. Jurnal Region, 1(3), 1-19.
Surya, H. (2009). Menjadi manusia pembelajaran. Elex Media Komputindo.