Pendekatan Bimbingan Konseling Gestalt Dalam Mereduksi Kecemasan
PENDEKATAN BIMBINGAN KONSELING GESTALT
DALAM MEREDUKSI KECEMASAN
Puji Nitis Kusumawati
Dosen Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Halmahera
ABSTRAK
Pada dasarnya manusia berhak atas dirinya sendiri, khususnya dalam pengambilan keputusan. Seseorang dalam pengalaman konseling Gestalt memutuskan sendiri apa yang mereka inginkan dan berapa banyak yang mereka inginkan. Tanggung jawab yang harus dilakukan adalah menetapkan apa yang diinginkan mereka dalam terapi. Jika seseorang menyatakan bahwa mereka bingung atau tidak tahu, atau mengharapkan orang lain menetapkan tujuan, maka di sini seseorang sedang membantu membantu orang lain, dan tidak berhak atas keputusan orang lain.Orientasi umum dari konseling Gestalt adalah pemenuhan tanggung jawab yang lebih besar bagi diri mereka sendiri. Secara keseluruhan dari pikiran, emosi, persepsi dan sensasi dari diri sendiri. Orang lain mengkonfrontasikan dengan cara-cara mereka menghindari tanggung jawab mereka. Kemudian seseorang akan belajar membuat keputusan tentang kelanjutan dalam konseling, tentang apa yang ingin mereka pelajari dan penggunaan waktu konselingnya.Para klien dalam konseling Gestalt adalah partisipan aktif yang membuat penafsiran dan makna sendiri. Konseli sendiri yang mencapai peningkatan kesadaran dan yang menentukan apa yang akan dan tidak akan dilakukan dalam proses belajarnya.Pendekatan bimbingan konseling dalam Gestalt membantu klien menemukan diri sendiri dengan segala keyakinan bahwa dirinya sendiri memiliki keyakinan untuk menyelesaikan masalah sendiri.
Kata Kunci: Pendekatan Bimbingan Konseling Gestalt, Mereduksi Kecemasan
Latar Belakang
Manusia memiliki kesadaran diri yang tinggi yang kadang dapat juga menimbulkan kecemasan, karena adanya tuntutan terhadap diri yang tinggi, yang kadangkala melampaui kemampuan diri. Dalam proses konseling Gestalt membantu menyelesaikan masalah yang berorientasi pada pengembangan diri klien. Biasanya kita bisa menjadi sadar diri dan cemas ketika ketika kita mulai menginginkan sesuatu dan kita cenderung terpaku pada harapan yang sulit untuk dicapai. Konseling Gestalt akan membantu merefleksi kesadaran klien terhadap kemampuan diri. Menurut Capuzzi dan Gross (1995: 275) menyebutkan bahwa tujuan dari konseling Gestalt adalah untuk mendukung proses pertumbuhan dan perkembangan potensi manusia. Dan tujuan konseling Gestalt adalah menumbuhkan kesadaran dan metodologi primernya, kesadaran tentang bagaimana sesorang berada di dunia yang memampukannya memilih pilihan bebas (Palmer, 2011: 152). Secara singkat peran konselor dalam konseling gestalt ini adalah menolong klien bisa mengadakan transisi dari dukunagn eksternal menjadi dukungan internal dan seseorang individu menghindar penghayatan perasaan yang mengancam oleh karena kecemasan, sehingga seseorang akan mencapai peningkatan kesadaran.
Tujuan Konseling Gestalt
Tujuan terapi Gestalt bukanlah penyesuaian terhadap masyarakat, tetapi sasaran utama terapi Gestalt adalah pencapaian kesadaran. Kesadaran dengan dan pada diri sendiri dipandang kuratif. Tanpa kesadaran, klien tidak memiliki cara untuk mengubah kepribadiannya. Dengan kesadaran, klien memiliki kesanggupan untuk menghadapi dan menerima bagian-bagian keberadaan yang diingkarinya serta untuk berhubungan dengan pengalaman-pengalaman subjektif dan dengan kenyataan klien bisa menjadi suatu kesatuan dan menyeluruh. Sasaran terapis adalah kematangan klien dan pembongkaran “hambatan–hambatan yang mengurangi kemampuan klien berdiri di atas kaki sendiriâ€. Tugas konselor adalah membantu klien dalam melaksanakan peralihan dari dukungan eksternal kepada dukungan internal dengan menentukan letak jalan buntu. Terapis membantu kliennya agar menyadari dan menembus jalan buntu dengan menghadirkan situasi-situasi yang mendorong kliennya itu untuk tidak mengalami keterpurukan. Untuk itu klien yakin bahwa frustasi-frustasi itu perlu bagi pertumbuhan, sebab tanpa frustasi, orang tidak merasa perlu menggali sumber-sumber dirinya.
Konsep Dasar
Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan. Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya, melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut. Manusia aktif terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan, dan tingkah lakunya. Setiap individu memiliki kemampuan untuk menerima tanggung jawab pribadi, memiliki dorongan untuk mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan menuju terbentuknya integritas atau keutuhan pribadi.
Selain iti hakikat manusia adalah Individu dapat menangani sendiri problema hidup mereka secara efektif, terutama apabila mereka memanfaatkan secara tuntas kesadaran mereka akan apa yang terjadi dalam diri dan di sekitar mereka (Corey, 2009: 200-201). Individu merupakan gabungan atas keseluruhan bagian yang “berinteraksiâ€. Individu adalah bagian dari lingkungannya dan individu memilih cara merespon stimulus internal dan eksternal. Selain itu individu memiliki potensi untuk menyadari pikiran, emosi, seni dan persepsi. Sehingga individu akan mampu untuk membuat pilihan karena menyadarinya dan individu memiliki kemampuan mengatur kehidupan secara efektif. untuk itu individu tidak bisa mengalami masa lalu dan masa depan, satu-satunya yang dialami individu adalah “masa sekarangâ€.
Peranan atau Tugas Konselor
Pada konseling Gestalt peran dan fungsi konselor adalah fokus perhatian pada pola bahasa verbal dan nonverbal. Fokus perhatian yang terjadi pada perasaan-perasaan konseli, kesadaran pada saat ini, pesan-pesan yang terinterpretasi dari gerak tubuh dan penghambat-penghambat kesadaran. Perasaan tidak suka tanpa subyek yang kemudian menjadi ada subyeknya. Menurut Palmer (2010:157) jadi para terapis Gestalt menaruh perhatian pada postur tubuh, pernapasan, otot yang lentur dan kaku, untuk menekankan pada, misalnya ketidaksesuaian yang tampak antara yang dikatakan seseorang dengan bagaimana mereka terlihat.
Tugas terapis adalah menantang konseli untuk belajar menggunakan kesadarannya secara penuh. Konselor menggunakan sepenuhnya mata dan telinga untuk menangkap bahasa verbal dan nonverbal dari konseli. Konselor menghindari intelektualisasi abstrak, diagnosis, penafsiran dan ucapan yang berlebihan (Corey, 2007: 125). Penafsiran yang berlebihan tidak perlu digunakan dalam menginterpretasi masalah konseli. Hal yang terpenting adalah penciptaan suasana di mana konseli membangkitkan proses pengembangan dirinya sendiri sehingga menjadi terfokus pada pengubahan kesadaran dalam proses kegiatan konseling.
Tugas konselor pada konseling Gestalt kelihatannya mudah, tetapi perlu diwaspadai oleh konselor bahwa pada saat proses konseling dapat membuat konselor masuk ke dalam peran teknis dan impersonal. Maksud dari peran teknis bahwa konselor menggunakan teknik-teknik konseling secara terus menerus. Kemampuan diri konselor sebagai terapeutik tidak digunakan. Kepekaan, sikap empati, alturisme, semangat dalam dirinya selayaknya tetap digunakan pada saat proses konseling. Jika tidak, dalam peran teknis tersebut konselor hanya sebagai katalisator, responden dan teknisi yang memainkan permainan teknik konseling.
Konselor menggunakan pengalaman-pengalamannya sebagai bahan inti dalam konseling. Konselor dapat berfungsi secara efektif dengan cara seimbang pada hubungan timbal balik dengan konseli dan penggunaan pengalaman dirinya kepada konseli, sehingga proses konseling yang terjadi dua arah. Hasil dari komunikasi ini adalah perubahan pada diri konseli dan juga pada diri konselor.
Syarat Konselor
Pada peran dan tugas konselor yang sudah dijabarkan di atas, maka syarat konselor Gestalt adalah terus berlatih dan mengikuti workshop terapi dan konseling Gestalt. Bekal akademis yang dapat ditempuh yaitu dengan cara membaca buku-buku tentang konseling Gestalt terbitan dalam maupun luar negeri. Hal lain yang dapat dilakukan konselor untuk dapat mendalami konseling Gestalt adalah: 1) Mempelajari diri konselor sendiri, 2) Keterbukaan diri konselor terhadap kondisi konseli, 3) Konselor mengembangkan hubungan yang hangat dengan konseli, 4) Bentuk hubungan konselor ‘person to person’ yang menjadi tanggung jawab konselor, 5) Konselor tidak hanya terpaku pada teknik-teknik konseling saja, lebih ditekankan bahwa konselor adalah seniman yang berkreasi mengembangkan diri konseli
Karakteristik Konseling
Pada konseling Gestalt memiliki karakteristik yang berbeda dengan konseling lainnya. Tujuan dari konseling Gestalt adalah menumbuhkan kesadaran dan metodologi primernya adalah kesadaran (Palmer, 2010: 152). Sehingga pada konseling Gestalt fokusnya pada kesadaran konseli. Konselor membantu konseli menumbuhkan kesadaran akan masa kini. Proses penyadaran bagi konseli dapat berarti sangat menyakitkan bagi diri konseli. Kesadaran itu nantinya membuat konseli memilih pilihan yang lebih besar yang didasarkan pada tanggung jawabnya.
Hubungan konselor dengan konseli dalam bentuk hubungan yang hangat, penuh penerimaan, kedekatan, empati yang membuat diri konseli menyadari akan masa kini. Konselor tidak hanya bertugas memberikan teknik konseling saja, melainkan sebagai fasilitator konseli sebagai partner komunikasi dua arah yang bermakna. Konselor dapat lebih kreatif dan berkreasi sebagai seniman yang mengembagkan hubungan interpesonal. Bukan hanya penerapan teknik konseling, interpretasi diri konselor sangat dibutuhkan dalam konseling ini.
Pola Hubungan Konselor-Klien dalam Konseling
Pola hubungan konselor dengan klien dalam konseling yang diterapkan dalam konseling Gestalt sebagai pendekatan untuk menjalin hubungan yang mengkondisikan klien agar lebih nyaman. Hal-hal yang diperhatikan dalam konseling Gestalt yaitu:
a. “It†talk (Ungkapan kata “ituâ€)
Apabila klien mengatakan “itu†dan bukan “saya†disebut mendepersonalisasikan bahasa. Konselor mungkin bisa meminta mereka untuk menggunakan kata bantu orang untuk yang tidak personal sehingga mereka akan berasumsi akan rasa tanggungjawaban yang semakin meningkat.
b. “You†talk (Ungkapan kata “Andaâ€)
Konselor akan menjelaskan penggunaan “Anda†pada umumnya dan minta klien untuk menggantikan dengan “saya†kalau itu memang yang dimaksu.
c. Question (Pertanyaan)
Dalam pertanyaan ada kecenderungan untuk menjadikan penanya tersembunyi, aman dan tidak dikenal. Konselor Gestalt sering meminta kepada klien agar mau mengubah kalimat Tanya mereka dengan kalimat berita.
d. Laguange that denies power (Bahasa yang mengingkari adanya kekuatan)
Beberapa orang klien ada kecenderungan untuk mengingkari kekuatan mereka sendiri dengan jalan menambahkan keterangan atau pun kata tidak mengakui terhadap pernyataan mereka sendiri.
e. Listening to “client†metaphors (Mendengarkan metafora klien)
Konselor perlu belajar caranya mendengarkan metafora klien. Dengan memerhatikan metafora, terapis bisa mendapatkan petunjuk-petunjuk yang banyak tentang perjuangan internal klien.
f. Listening for language that uncovers a story (Mendengarkan bahasa yang akan mengungkap suatu cerita).
Polster (dalam Corey, 2009: 209) mengajarkan nilai yang dia sebut “fleshing out a flash†(menjerat sesuatu yang berkelebat lewat). Ia berpendapat bahwa klien seringkali menggunakan bahasa yang licik dan berbelit-belit namun mengandung petunjuk yang signifikan tentang perjuangan hidupnya (Corey, 2009: 208-209).
Mereduksi Kecemasan dengan Teknik Konseling Gestalt
Kecemasan merupakan salah satu bentuk emosi negatif, baik bersifat rasional maupun irasional dan ini merupakan persoalan tersendiri bagi yang mengalaminya. Oleh karena itu kita perlu ketrampilan untuk mengatasinya. Rasa cemas itu sendiri banyak orang mengalaminya, dan memiliki cara berbeda dalam mengatasinya. Menurut Freud kecemasan berhubungan dengan alam bawah sadar yang berkaitan dengan dorongan seksual atau agresif. Kecemasan yang realistis maupun yang tidak realistis merupakan hasil pengkodisian respon.
Praktek terapi Gestalt yang efektif melibatkan hubungan pribadi ke pribadi antara konselor dengan klien. Yang penting adalah konselor secara aktif berbagi persepsi-persepsi dan pengalaman-pengalaman saat sekarang ketika menghadapi klien disini dan sekarang. Corey (2009: 215-219) menyebutkan beberapa teknik dalam konseling Gestalt, yaitu:
a. Latihan dialog.
Para terapis Gestalt sangat memerhatikan pada terbelahnya fungsi kepribadian. Bagian yang utama adalah “kuda hitam†(top dog) serta kambing hitam (underdog). Seringkali yang difokus terapis adalah perang antara keduanya.
b. Berkeliling
Berkeliling merupakan latihan Gestalt yang mencakup minta seseorang dalam kelompok untuk menuju ke orang lain dalam kelompok, baik untuk berbincang-bincang maupun saling melakukan sesuatu untuk masing-masing.
c. “Sayalah yang memikul tanggungjawab atas…â€
Terapis bisa meminta klien untuk membuat pertanyaan dan kemudian ditambahkan dengan kata-kata “dan sayalah yang memikul tanggung jawabâ€.
d. Bermain dengan proyeksi
Dinamika proyeksi terdiri dari apa yang oleh seseorang dilihat dalam diri orang lain hal-hal yang ia tidak mau lihat dan tidak mau menerimanya sebagai yang ada pada dirinya.
e. Teknik pembalikan (reversal)
Gejala atau perilaku tertentu seringkali mewakili suatu pembalikan dari impulse laten yang ada di bawahnya. Jadi, terapis bisa meminta seseorang untuk merasa menderita pencegahan sangat berat serta rasa malu-malu yang berlebihan dengan memainkan peran sebagai ekshibisionis dalam kelompok itu.
f. Latihan gladi
Menurut Perls, banyak dari yang ada dalam benak kita selalu mengadakan gladi. Dalam khayalan kita mengadakan gladi untuk peran yang kita kira diharapkan orang untuk kita mainkan dalam masyarakat. Manakala datang waktu untuk dipertunjukkan, kita mengalami demam panggung atau kekhawatiran, oleh karena kita takut tidak bisa memainkan peran kita dengan baik. Gladi internal banyak menyerap energy dan seringkali mencegah spontanitas serta kemauan kita untuk bereksperimen dengan perilaku baru.
g. Latihan membesar-besarkan
Salah satu sasaran terapi gestalt yang ingin dicapai adalah bahwa klien menjadi lebih sadar akan pertanda serta petunjuk yang rumit yang meraka kirimkan lewat bahasa isyarat.
h. Bertahan dengan perasaan yang ada
Pada saat-saat penting di mana klien mengacu pada perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan yang ingin dihindari, terapis mendesak klien untuk tetap bertahan dengan atau mempertahankan perasaan itu.
i. Pendekatan Gestalt pada kerja mimpi
Pendekatan gestalt tidak menafsirkan dan menganalisis mimpi, melainkan tujuannya adalah membawa mimpi itu kembali hidup dan menghidupkan kembali seolah-olah terjadi sekarang.
Keunggulan dan Keterbatasan Konseling Gestalt
Menurut Gladding (2009) dan Corey (2009). Keunggulan dan Keterbatasan Gestalt adalah: 1) Pendekatan ini menekankan pada membantu orang untuk memasukkan dan menerima semua aspek kehidupan. Seseorang individu tidak dapat dipahami diluar konteks manusia seutuhnya, yang memilih untuk bertindak pada lingkungannya di masa sekarang. 2) Pendekatan ini membantu klien memfokuskan diri untuk memecahkan masalah yang belum terselesaikan. Ketika klien dapat menyelesaikannya, hidup dapat dijalani secara produktif. 3) Pendekatan ini memberi penekanan utama pada tindakan bukan pada bicara. Aktivitas membantu individu mengalami apa sebenarnya proses perubahan itu dan membuat kemajuan yang lebih pesat. 4) Pendekatan ini fleksibel dant idak terbatas hanya pada beberapa teknik. Setiap aktivitas yang membantu klien menjadi lebih integratif dapat diterapkan dalam terapi gestalt. 5) Pendekatan ini tepat untuk mengobati penyimpangan afektif tertentu, kondisi kegelisahan, kelainan somatoform, kelainan penyesuaian dan diagnosis DSM-IV-TR seperti permasalahan yang berhubungan dengan pekerjaan dan permasalahan-permasalahan interpersonal.
Sedangkan kelemahan konseling Gestal adalah: 1) Pendekatan ini kurang mempunyai dasar teoritis yang kuat. Beberapa kritik memandang konseling gestalt sebagai pengalaman dan teknik yaitu terlalu penuh trik. Mereka berkeras bahwa pendekatan ini anti teoretis. 2) Pendekatan ini membicarakan pengalaman sekarang dan bagaimana secara kaku. Dua prinsip bermata dua ini tidak membolehkan perubahan dan pencerahan pasif, yang lebih sering digunakan oleh klien. 3) Pendekatan ini menghindari diagnosis dan pengujian. 4) Pendekatan ini terlalu berfokus pada perkembangan individual dan dikritik atas keegoisannya. Fokusnya seluruhnya ditunjukkan pada perasaan dan penemuan pribadi
PENUTUP
Konseling Gestalt merupakan proses konseling konselor yang membantu klien untuk secara jujur memandang pada dirinya sendiri dan menentukan pilihan tentang cara bagaimana agar bisa terjadi perubahan dalam hidupnya. Konseli dapat membawa diri mereka sebagai pribadi ke dalam setiap sesi konseling. Konseli akan memiliki pengalaman hidup yang telah membentuk pribadi mereka. Konselor mendorong pertumbuhan dalam hidup mereka dengan jalan mengeksplorasi pilihan dan keputusan yang diambilnya sendiri dan dengan jalan berjuang untuk menjadi sadar akan cara yang membuat mereka selama ini mengabaikan potensi mereka sendiri untuk tumbuh. Konseli diharapkan akan terus berusaha hidup sesuai keinginannya sendiri dan belajar dari proses konseling Gestalt, yang mengajarkan hidup positif.
DAFTAR PUSTAKA
Arishanti, Klara Innata. 2006. Pengaruh Sosial dan Kontrol Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Capuzzi, David & Gross. 1995. Counseling and Psychotherapy. USA: Merrin, Prentice Hall.
Corey, Gerald. 2009. Theory and Practice Counseling and Psychotherapy. USA: Brooks/Cole.
Erford B.T., 2004. Profesional School Counseling: A Handbook of Theories, Programs & Practices. Caps Press. (Chapter 64)
Gibson, R.L. dan M.H. Mitchell. 2011. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Diterjemahkan dari; Introduction to Counseling and Guidance. First publisher 2008 by Pearson Prentice Hall. Pearson education, Inc, Upper Saddle River, New Jersey.
Gladding, Samuel. T. 2009. Konseling Profesi Menyeluruh.(terjemahan). Jakarta: INDEKS.
Palmer, Stephen. 2011. Konseling dan Psikoterapi. Alih Bahasa Haris H Setiadjid. Yogyakarta: Pustala Pelajar.