PENERAPAN METODE EKSPOSITORI UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR IPS TENTANG MENGHARGAI KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA SETEMPAT

PADA SISWA KELAS IV SDN BULAKAN 01 SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Sri Gunarsi

SDN Bulakan 01 Kabupaten Sukoharjo

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar IPS tentang Menghargai Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Setempat melalui Metode Ekspositori bagi siswa kelas IV SD Negeri Bulakan 01 semester I Tahun Pelajaran 2013/2014 dan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPS tentang Menghargai Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Setempat melalui model pembelajaran Metode Ekspositori bagi siswa kelas IV SD Negeri Bulakan 01 semester I Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan Agustus 2013 sampai dengan bulan Oktober2013. Penelitian dilakukan pada waktu itu karena materi yang berhubungan dengan permasalahan Menghargai Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Setempat untuk siswa kelas IV masuk pada materi program semester I tahun pelajaran 2013/2014. Prosedur penelitian yang digunakan yaitu prosedur jenis penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Analisis data kualitatif model pembelajaran dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan membandingkan siklus I dan siklus II sedangkan data yang berupa angka dari hasil belajar siswa dianalisis menggunakan deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai siklus I dan nilai tes siklus II kemudian direfleksi. Hasil penelitian melalui Metode Ekspositori dapat meningkatkan Hasil belajar IPS tentang Menghargai Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Setempat bagi siswa kelas IV SD Negeri Bulakan 01semester I Tahun Pelajaran 2013/2014. Dari kondisi awal ke siklus II yaitu dari kreativitas cukup baik menjadi amat baik dan melalui Metode Ekspositori dapat meningkatkan hasil belajar IPS tentang Menghargai Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Setempat bagi siswa kelas IV SD Negeri Bulakan 01semester I Tahun Pelajaran 2013/2014. Dari kondisi awal terdapat ada 5 Siswa atau (14,71%) ke kondisi akhir terdapat 31 siswa atau 91,18 yang mendapat nilai tuntas, meningkat 26 (76,47 %). Nilai rata-rata dari kondisi awal59,85 ke kondisi akhir menjadi 75,14 meningkat rata – rata nila 15,29

Kata Kunci: Metode Ekspositori , Hasil Belajar

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

IPS yang juga dikenal dengan nama social studies adalah kajian mengenai manusia dengan segala aspeknya dalam sistem kehidupan bermasyarakat. IPS mengkaji bagaimana hubungan manusia dengan sesamanya di lingkungan sendiri, dengan tetangga yang dekat sampai jauh. IPS juga mengkaji bagaimana manusia bergerak dan memenuhi kebutuhanhidupnya. Dengan demikian, IPS mengkaji tentang keseluruhan kegiatan manusia. Kompleksitas kehidupan yang akan dihadapi siswa nantinya bukan hanya akibat tuntutan perkembangan ilmu dan teknologi saja, melainkan juga kompleksitas kemajemukan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, IPS mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan manusia dan juga tindakan-tindakan empatik yang melahirkan pengetahuan tersebut.

Materi pelajaran IPS kelas IV khususnya materi pembelajaran Menghargai Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Setempat SD Negeri Bulakan 01 semester I Tahun Pelajaran 2013/2014 terlihat bahwa hasil belajarnya masih rendah belum sesuai dengan standar keberhasilan yang ditetapkan atau belum semua siswa dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70, dari 34 siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 5 siswa (14,71 %) dan yang mendapat nilai di bawah KKM ada 29 siswa (85,29 %) dengan nilai rata-rata 59,85, rendahnya minat siswa dalam belajar IPS dalam proses pembelajaran siswa tampak bingung karena tidak mengetahui dengan jelas.

Pembelajaran IPS kurang berhasil karena guru dalam pembelajaran IPS tentang Menghargai Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Setempat belum menggunakanMetode Ekspositori dalam proses pembelajaran IPS. Guru dalam pembelajaran IPS secara tradisional yaitu menjelaskan materi masih berfokus pada prosedure penyelesaian soal yaitu memecahkan masalah menjadi bagian-bagian yang berisi latihan-latihan soal.

Berdasarkan masalah di atas perlu adanya cara pemecahan masalah atau solusi tindakan yaitu diadakan penelitian tindakan kelas, penelitian dilaksanakan dengan dua siklus. Setiap silus dilaksanakan dengan 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Tindakan siklus pertama menggunakan Metode Ekspositori tanpa bimbingan guru dan pada tindakan siklus kedua menggunakanMetode Ekspositori dengan bimbingan guru. Tindakan siklus pertama dan kedua digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran tentang aktivitas dan hasil belajar IPS tentang Menghargai Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Setempat bagi siswa kelas IV SD Negeri Bulakan 01 semester I Tahun Pelajaran 2013/2014.

Dari perihal diatas peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “PENERAPAN METODE EKSPOSITORI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS TENTANG MENGHARGAI KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA SETEMPAT PADA SISWA KELAS IV SDN BULAKAN 01 SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2013/2014”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat di rumuskan masalah adalah: Apakah melalui Metode Ekspositori dapat meningkatkan hasil belajar IPS tentang Menghargai Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Setempat bagi siswa kelas IV SD Negeri Bulakan 01 semester I Tahun Pelajaran 2013/2014.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPS tentang Menghargai Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Setempat melaluiMetode Ekspositori bagi siswa kelas IV SD Negeri Bulakan 01 semester I Tahun Pelajaran 2013/2014.

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Kajian Teori

Pengertian Metode Ekspositori

Metode Ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.

Roy Killen (dalam Wina Sanjaya) menamakan metode ekspositori dengan istilah strategi pembelajaran langsung (Direct Instruction). Karena dalam hal ini siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah jadi. Oleh karena metode ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga dinamakan istilah metode chalk and talk.

Metode ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach) (Wina Sanjaya, 2008:179). Dikatakan demikian, sebab guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui metode ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama metode ini adalah kemampuan akademik siswa (academic achievement student).

Prinsip-prinsip Metode Ekspositori

Prinsip-prinsip pembelajaran dengan metode ekspositori yang harus diperhatikan oleh setiap guru antara lain (Wina Sanjaya, 2008:181): 1.) Berorientasi pada Tujuan , walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama dalam metode ini, namun tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran, justru tujuan itulah yang harus menjadi pertimbangan utama dalam penggunaan metode ini. 2.) Prinsip Komunikasi , proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses komunikasi, yang menunjuk pada proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan). Pesan yang ingin disampaikan dalam hal ini adalah materi pelajaran yang telah diorganisir dan disusun dengan tujuan tertentu yang ingin dicapai. Dalam proses komunikasi guru berfungsi sebagai sumber pesan dan siswa berfungsi sebagai penerima pesan. 3.) Prinsip Kesiapan , dalam teori belajar koneksionisme, “kesiapan” merupakan salah satu hubelajar.Inti dari hukum ini adalah guru harus terlebih dahulu memosisikan siswa dalam keadaan siap baik secara fisik maupun psikis untuk menerima pelajaran. Jangan memulai pelajaran, manakala siswa belum siap untuk menerimanya. 4.) Prinsip Berkelanjutan , proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untuk mau mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya berlangsung pada saat itu, akan tetapi juga untuk waktu selanjutnya.

Pengertian Hasil Belajar

Masalah belajar adalah masalah bagi setiap manusia, dengan belajar manusia memperoleh keterampilan, kemampuan sehingga terbentuklah sikap dan bertambahlah ilmu pengetahuan. Jadi hasil belajar itu adalah suatu hasil nyata yang dicapai oleh siswa dalam usaha menguasai kecakapan jasmani dan rohani di sekolah yang diwujudkan dalam bentuk raport pada setiap semester.

Untuk mengetahui perkembangan sampai di mana hasil yang telah dicapai oleh seseorang dalam belajar, maka harus dilakukan evaluasi. Untuk menentukan kemajuan yang dicapai maka harus ada kriteria (patokan) yang mengacu pada tujuan yang telah ditentukan sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh strategi belajar mengajar terhadap keberhasilan belajar siswa. Hasil belajar siswa menurut W. Winkel (dalam buku Psikologi Pengajaran 1989:82) adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka.

Menurut Winarno Surakhmad (dalam buku, Interaksi Belajar Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1980:25) hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang berarti ulangan, ujian atau tes. Maksud ulangan tersebut ialah untuk memperoleh suatu indek dalam menentukan keberhasilan siswa.

Dari definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang. Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran khususnya dapat dicapai.

Pengertian pembelajaran IPS

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi. Pembelajaran IPS yang dilaksanakan baik pada pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi tidak menekankan pada aspek teoritis keilmuannya, tetapi aspek praktis dalam mempelajari, menelaah, mengkaji gejala, dan masalah sosial masyarakat, yang bobot dan keluasannya disesuaikan dengan jenjang pendidikan masing-masing. Kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan sekitar sekolah atau siswa dan siswi atau dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan negara lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa lampau. Dengan demikian siswa dan siswi yang mempelajari IPS dapat menghayati masa sekarang dengan dibekali pengetahuan tentang masa lampau umat manusia. Dalam kegiatan belajar mengajar IPS membahas manusia dengan lingkungannya dari berbagai sudut ilmu sosial pada masa lampau, sekarang, dan masa mendatang, baik pada lingkungan yang dekat maupun lingkungan yang jauh dari siswa dan siswi. Oleh karena itu, guru IPS harus sungguh-sungguh memahami apa dan bagaimana bidang studi IPS itu.

Secara mendasar, pembelajaran IPS berkaitan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS berkaitan dengan cara manusia memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan untuk memenuhi materi, budaya, dan kejiwaannya, memamfaatkan sumberdaya yang ada dipermukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya maupun kebutuhan lainnya dalam rangka mempertahankan kehidupan masyarakat manusia. Singkatnya, IPS mempelajari, menelaah, dan mengkaji sistem kehidupan manusia di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat.

IPS yang juga dikenal dengan nama social studies adalah kajian mengenai manusia dengan segala aspeknya dalam sistem kehidupan bermasyarakat. IPS mengkaji bagaimana hubungan manusia dengan sesamanya di lingkungan sendiri, dengan tetangga yang dekat sampai jauh. IPS juga mengkaji bagaimana manusia bergerak dan memenuhi kebutuhanhidupnya. Dengan demikian, IPS mengkaji tentang keseluruhan kegiatan manusia. Kompleksitas kehidupan yang akan dihadapi siswa nantinya bukan hanya akibat tuntutan perkembangan ilmu dan teknologi saja, melainkan juga kompleksitas kemajemukan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, IPS mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan manusia dan juga tindakan-tindakan empatik yang melahirkan pengetahuan tersebut.

Sebutan Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai mata pelajaran dalam dunia pendidikan dasar dan menengah di negara kita IPS memiliki kekhasan dibandingkan dengan mata pelajaran lain sebagai pendidikan disiplin ilmu, yakni kajian yang bersifat terpadu (integrated), interdisipliner, multidimensional. Karakteristik ini terlihat dari perkembangan IPS sebagai mata pelajaran di sekolah yang cakupan materinya semakin meluas. Dinamika cakupan semacam itu dapat dipahami mengingat semakin kompleks dan rumitnya permasalahan sosial yang memerlukan kajian secara terintegrasi dari berbagai disiplin ilmu sosial, ilmu pengetahuan alam, teknologi, humaniora, lingkungan, bahkan sistem kepercayaan. Dengan cara demikian pula diharapkan pendidikan IPS terhindar dari sifat ketinggalan zaman, di samping keberadaannya yang diharapkan tetap koheren dengan perkembangan sosial yang terjadi.

Pusat Kurikulum mendefinisikan Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan suatu pendekatan interdisipliner dariaspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya (Pusat Kurikulum, 2006: 5).

IPS merupakan seperangkat fakta, peristiwa, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia untuk membangun dirinya, masyarakat, bangsa, dan lingkungannya berdasarkan pengalaman masalalu yang bisa dimaknai untuk masa kini, dan antisipasi masa akan datang. Peristiwa fakta, konsep dan generalisasiyang berkaitan dengan isu sosial merupakan beberapa hal yang menjadi kajian IPS. Urutan kajian itu menunjukan urutan dari bentuk yang paling kongkrit, yaitu dari peristiwa menuju ketingkatan yang abstrak, yaitu konsep peranan peristiwa dan fakta dalam membangun konsep dan generalisasi. Senada dengan hal itu menurut Sapriya pengetahuan IPS hendaknya mencakup fakta, konsep, dan generalisasi. Fakta yang digunakan a terjadi dalam kehidupan siswa, sesuai usia siswa, dan tahapan berfikir siswa. Untuk konsep dasar IPS terutama diambil dari disiplin ilmu-ilmu sosial, yang terkait dengan isu-isu sosial dan tema-tema yang diambil secara multidisiplin. Contoh konsep, multikultural, lingkungan, urbanisasi, perdamaian, dan globalisasi. Sedangkan generalisasi yang merupakan ungkapan pernyataan dari dua atau lebih konsep yang saling terkait digunakan proses pengorganisir dan memaknai fakta dan cara hidup bermasyarakat.

Menghargai Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Setempat

Keragaman Suku Bangsa di Daerah Setempat

Negara Indonesia adalah negara kepulauan. Pulau-pulau di Indonesia berjumlah 13. 667 pulau besar dan kecil. Pulau-pulau itu membentang dari Sabang sampai Merauke. Dahulu, orang Indonesia berasal dari nenek moyang yang sama. Yaitu bangsa Yunan. Kemudian mereka berpencar. Karena berada di tempat yang letaknya terpisah-pisah oleh alam baik gunung, hutan, laut maupun sungai, maka terbentuklah berbagai suku bangsa. Suku bangsa tersebut memiliki adat istiadat dan budaya yang berbeda satu dengan yang lain. Secara fisik pun kadang memiliki ciri khas tersendiri.

Suku bangsa merupakan sekumpulan masyarakat yang memiliki kebiasaan dan budaya yang sama. Perlu kamu ketahui bahwa bangsa Indonesia terdiri lebih dari 300 suku bangsa. Sebagai contoh suku di Indonesia antara lain Suku Jawa, Suku Sunda, Suku Tengger, Suku Aceh, Suku Batak, Suku Asmat, Suku Dayak, Suku Bali, Suku Sasak dan lain sebagainya. Suku-suku tersebut ada yang belum banyak mendapat pengaruh budaya lain. Mereka sering dikenal sebagai suku terasing.

Keragaman Budaya di Daerah Setempat

Budaya dan kebudayaan adalah semua hasil pengolahan akal pikiran, perasaan dan kehendak dari manusia. Akal pikiran, perasaan, dan kehendak disebut dengan istilah cipta, rasa, dan karsa. Budaya ada yang berbentuk fisik atau jasmani. Contohnya pakaian, rumah adat dan alat musik. Ada pula budaya yang berbentuk non fisik atau rohani. Contohnya kepercayaan, bahasa, adat istiadat atau tradisi dan pengetahuan. Bentuk-bentuk budaya yang biasa terdapat di tiap suku bangsa antara lain sebagai berikut: a.) Bahasa b.) Sistem kemasyarakatan c.) Rumah adat d.) Upacara adat e.) Pakaian adat f.) Senjata tradisional g.) Kesenian.

Pentingnya Persatuan dalam Keragaman

Ketersediaan angkutan laut sangat memudahkan hubungan antar pulau. Banyak suku bangsa dari satu pulau pindah ke pulau yang lain. Mereka menetap di tempat yang baru. Jadilah penduduk setempat. Kemudian menjadi penduduk desa atau kelurahan, kecamatan dan kabupaten atau kota. Ada juga program transmigrasi yang menyebabkan bercampurnya suatu suku bangsa asli dengan suku pendatang. Masing-masing dari mereka memiliki budaya yang berbeda. Tidak hanya budaya, agama mereka pun juga mungkin berbeda.

Suatu tempat yang terdapat suku dan budaya yang beragam tentunya sangat rawan dan dapat menyulut adanya perpecahan antarsuku. Namun ternyata hal ini tidak terjadi karena bangsa Indonesia memegang teguh semboyan Bhineka Tunggal Ika. Bhinneka Tunggal Ika berarti berbeda-beda tetapi tetap satu juga. Kata Bhineka Tunggal Ika diambil dari kitab Sutasoma karangan Empu Tantular, seorang pujangga dari Majapahit. Bunyi selengkapnya adalah Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa. Semboyan bangsa Indonesia ini tertulis pada kaki lambang negara Garuda Pancasila. Bhinneka Tunggal Ika merupakan alat pemersatu bangsa. Untuk itu kita harus benar-benar memahami maknanya.

Persatuan dalam keragaman memiliki arti yang sangat penting. Persatuan dalam keragaman harus dipahami oleh setiap warga masyarakat agar dapat mewujudkan hal-hal sebagai berikut: 1.) Kehidupan yang serasi, selaras dan seimbang 2.) Pergaulan antarsesama yang lebih akrab 3.) Perbedaan yang ada tidak menjadi sumber masalah 4.) Pembangunan berjalan lancar.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian di atas, diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: Melalui Metode Ekspositori dapat meningkatkan hasil belajar IPS tentang Menghargai Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Setempat bagi siswa kelas IV SD Negeri Bulakan 01 semester I Tahun Pelajaran 2013/2014.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan Agustus sampai dengan Oktober 2013. di SD Negeri Bulakan 01, Kecamatan Sukoharjo, kabupaten Sukoharjo, Propinsi Jawa dengan obyek penelitian adalah siswa Kelas IV semester I Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan jumlah 34 siswa yang terdiri 20 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.

Sumber Data

Sumber data pada penelitian tindakan kelas ini ada dua yaitu data yang berasal dari subyek penelitian merupakan sumber data primer yaitu tentang proses dan hasil belajar siswa.

Alat Pengumpulan Data

1. Dokumen yang berupa daftar nilai/ laporan penilaian, pengolahan dan analisis hasil belajar siswa yang digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar kondisi awal siswa.

2. Tes, digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa yang berupa butir soal.

3. Pengamatan, menggunakan lembar penilaian yaitu untuk mengetahui proses belajar mengajar tentang minat, kerjasama, keaktifan, dan suasana belajar siswa.

Analisis Data

1. Data Hasil Belajarmateri pokok Menghargai Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Setempat ,siswadalam pembelajaran IPSmeliputi nilai praktek dan nilai tes tertulis kondisi awal, siklus I, dan siklus II dihitung rata-ratanya, dengan bobot yang sama.

2. Ada 3 (tiga) data Hasil Belajarmateri pokok Menghargai Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Setempat,siswadalam pembelajaran IPS, yaitu data Hasil Belajarmateri pokok Menghargai Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Setempat ,siswadalam pembelajaran Primakondisi awal sebelum pelaksanaan PTK, data hasil Belajar materi pokok Menghargai Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Setempat ,siswadalam pembelajaran IPS pada siklus I, Hasil Belajarmateri pokok Menghargai Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Setempat ,siswadalam pembelajaran IPS pada siklus II dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif komparatif dan dilanjutkan dengan reflektif.

ProsedurTindakan

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus, dan tiap siklus terdiri dari 2 (dua) pertemuan.1 (satu) pertemuan untuk pelaksanaan tindakan sekaligus pengambilan nilai praktek dan 1 (satu) pertemuan terakhir untuk tes tertulis.

Model penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Kemmis dan Taggart, yang terdiri dari 4 (empat) komponen, yaitu 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi.

PEMBAHASAN DAN HASIL TINDAKAN

Deskripsi Kondisi Awal

Masalah yang dialami oleh siswa kelas IV SDN Bulakan 01semester I Tahun Pelajaran 2013/2014 dalam pembelajaran IPS adalah rendahnya Hasil belajar materi pokok Menghargai Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Setempat, siswa dalam pembelajaran IPS. Hal tersebut terlihat dari nilai siswa yang rendah pada nilai tes tertulis maupun nilai praktik.

Dari data di atas, pada kondisi awal ini nilai rata-rata siswa hanya 59,85, jauh di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan dalam pembelajaran IPS di SDN Bulakan 01, yaitu 70, siswa yang mencapai KKM 5 siswa atau 14,71% dari total 34 siswa kelas IV.

Deskripsi Hasil Siklus I

Siklus I dilaksanakan dalam 2 (dua) pertemuan, 1 (satu) pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan pelaksanaan tes praktek dan 1 (satu). Kegiatan pembelajaran dibagi menjadi tiga tahap yaitu pembukaan (warming up), kegiatan inti (main activities), dan penutup (closing).

Hasil pengamatan pada siklus I pertemuan pertama dilaksanakan, banyak siswa terlihat belum aktif dan canggung karena siswa belum terbiasa menerapkanMetode Ekspositori , serta beberapa siswa yang kurang fokus dalam pembelajaran. Setelah guru memberi motivasi, siswa mengikuti pelajaran dengan baik. Meskipun demikian, motivasi siswa dalam menerima penjelasan guru masih cukup tinggi. Siswa saling membantu dan bekerjasama dengan temannya, yang diam dan pasif terus berupaya untuk bisa. Demikian upaya guru dalam memotivasi para siswa. Ternyata upaya ini cukup berhasil, siswa berusaha untuk aktif dalam mengikuti pelajaran IPS.

Melalui penerapan Metode Ekspositori pada siklus I, nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 68,67, nilai tertinggi 85 dan nilai terendah adalah 50. Sedangkan jumlah siswa yang mencapai nilai KKM sejumlah 22 siswa (64,71%) dari total 34 siswa kelas IV SDN Bulakan 01semester I Tahun Pelajaran 2013/2014.

Deskripsi Hasil Siklus II

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh guru kolaborator, pada siklus II ini siswa menunjukkan peningkatan dibandingkan siklus I. Pada kegiatan pembelajaran siklus II, secara umum siswa dapat dengan baik memahami materi pokok Menghargai Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Setempat . Siswa juga tampak semakin percaya diri, hal ini karena siswa telah melaksanakan diskusi dengan teman tim sebelumnya. Bila dibandingkan dengan penampilan kegiatan pembelajaranpada siklus I, interaksisiswa lebih baik.

Nilai rata-rata Hasil Belajar materi pokok Menghargai Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Setempat, siswa kelas IV SDN Bulakan 01 pada siklus II adalah 75,14 (di atas nilai KKM), nilai tertinggi 95, nilai terendah 60 dan siswa yang berhasil mencapai nilai KKM sebanyak 31 siswa (91,18%), berarti ada3 siswa yang nilainya di bawah KKM.

Pembahasan

Tabel Peningkatan hasil Belajar Siswa

Melalui Metode Ekspositori dapat meningkatkan Hasil belajar materi pokok Menghargai Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Setempat dari kondisi awal nilai rata-rata siswa 59,85 dengan siswa yang mencapai ketuntasan KKM sejumlah 5 siswa (14.71%) ke kondisi akhir nilai rata-rata 75,14 dengan siswa yang mencapai ketuntasan KKM sejumlah 31 siswa (91,18%) pada siswa kelas IV SDN Bulakan 01semester I Tahun Pelajaran 2013/2014.

PENUTUP

Kesimpulan

Dari hipotesis dan data empiris dapat disimpulkan bahwa, melalui penerapan Metode Ekspositori dapat meningkatkan Hasil belajar materi pokok Menghargai Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Setempat, siswa dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SDN Bulakan 01 Tahun Pelajaran 2013/2014.

Saran

1. Guru kelas dalam melaksanakan pembelajaran hendaknya mendorong siswa untuk senantiasa bersemangat dan bermotivasi tinggi serta dalam menerapkan Metode Ekspositori, guru harus mempersiapkan sarana yang tepat.

2. Sekolah hendaknya mendorong guru untuk mengembangkan kreasinya dalam pembelajaran, karena inti sekolah sebagai penjamin mutu pendidikan di tingkat yang paling dasar sangat mendesak dan perlu mendapat perhatian serius. Disaat hampir semua guru sudah menikmati tunjangan guru, sekolah mempunyai kewajiban untuk mengubah Pola pikir guru yang masih sebagian mapan dengan model tradisionalnya

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas.2007. Pedoman Penilaian Hasil Belajar di Sekolah Dasar. Jakarta: BNSP.

_________. 2007. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI. Jakarta: BNSP.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.,

Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gaong Pustaka.

Marpaung. Y. 2002. Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran IPS (Model-model Pembelajaran). Jakarta: Depdiknas.

Moedjiono, Moh. Dimyati. 1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud.

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media.

Sardiman, A.M. 1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Bandung: Rajawali Press.

Slavin. 2008. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Trianto. 2007. Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruksitivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.