Penerapan Metode Group Investigation
PENERAPAN METODE GROUP INVESTIGATION
DALAM PENINGKATAN KERJA SAMA DAN PRESTASI BELAJAR PKn TENTANG GLOBALISASI PADA SISWA KELAS IV
DI SDN 1 BANJAREJO, KECAMATAN BANJAREJO,
KABUPATEN BLORA
PADA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Suyitno
Guru Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Kelas IV SDN 1 Banjarejo
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah menerapkan Metode Group Investigation dalam pembelajaran PKn dengan materi Globalisasi pada siswa Kelas IV di SDN 1 Banjarejo, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora. Tempat penelitian ini adalah SDN 1 Banjarejo, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora. Waktu penelitian ini adalah dua bulan, dimulai bulan Maret 2015 sampai bulan April 2015. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV di SDN 1 Banjarejo, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora sebanyak 37 anak pada Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah lembar pengamatan dan tes tertulis. Indikator kinerja adalah 1) Siswa aktif dalam kelompok dengan mengerjakan tugas kelompok, 2) Siswa kooperatif dalam kelompok dengan berdiskusi dan bekerja sama, 3) Siswa percaya diri dalam pembahasan dengan menjelaskan hasil kerja kelompoknya, 4) Siswa aktif dalam pembahasan dengan berpendapat dan bertanya-jawab sesuai dengan presentasi kelompok lain, 5) Siswa memenuhi KKM sekolah dan ketuntasan pembelajaran. Hasil penelitian ini adalah 1) Siswa aktif dalam pembelajaran dengan berpendapat, menyimak, memperhatikan, dan mengerjakan tugas kelompok maupun tanya-jawab selama pembahasan. 2) Siswa kooperatif dalam pembelajaran dengan berdiskusi dan bekerja sama dengan anggota kelompok, sehingga tugas kelompok selesai, 3) Siswa lebih percaya diri dalam melakukan presentasi dan menjawab pertanyaan, 4) Siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik, sehingga prestasi belajar meningkat secara signifikan. Saran penelitian ini adalah 1) Bagi siswa agar percaya diri menjadi perwakilan kelompok dalam presentasi dan aktif melakukan tanya-jawab selama pembahasan dan diskusi kelas, 2) Bagi guru agar menentukan perwakilan kelompok secara acak, sehingga setiap anggota kelompok semakin siap, 3) Bagi sekolah agar mengembangkan penerapan Metode Group Investigation dalam materi dan mata pelajaran lainnya.
Kata kunci: Metode Group Investigation, Kerja Sama, Prestasi Belajar, PKn
PENDAHULUAN
Pembelajaran PKn pada siswa kelas VI di SDN 1 Banjarejo, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora pada memang masih terbiasa dilaksanakan secara klasikal karena lebih praktis dan banyaknya jumlah siswa dalam satu kelas. Pada Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 ini terdapat sebanyak 37 anak dengan aktifitas, minat belajar dan tingkat kecerdasan yang beragam. Supaya pembelajaran dapat berlangsung tepat waktu sesuai dengan alokasi waktu, maka penulis sering menerapkan pembelajaran klasikal.
Dalam materi Bab 4 tentang Globalisasi, penulis melanjutkan dengan pembelajaran klasikal. Hingga seluruh materi disampaikan dan dilakukan ulangan harian dimana siswa harus mengerjakan 10 soal isian singkat. Hasilnya masih jelek. Dari hasil ulangan harian tersebut diketahui hanya 23 anak yang mencapai ketuntasan dengan KKM sebesar 65, sedangkan 14 anak lainnya masih berada di bawah KKM. Dari hasil ulangan harian ini, ketuntasan pembelajaran hanya 65,95% dengan nilai terendah 40, nilai rata-rata 65,95 dan nilai tertinggi 80.
Sesuai dengan identifikasi masalah, permasalahan yang muncul dalam pembelajaran adalah 1) pembelajaran klasikal yang berpusat pada guru sehingga berlangsung searah dan tidak menarik, 2) siswa tidak berminat mengikuti pembelajaran, 3) siswa pasif selama pembelajaran, dan 4) siswa belum menguasai materi dengan baik.
Apabila dilihat berdasarkan materi pembelajarannya, pemilihan strategi pembelajaran, menentukan metode dan media yang tepat untuk setiap PBM, bukanlah perkara yang mudah. Diperlukan ketelitian, sikap kritis, dan pelibatan lingkungan untuk memperkaya nuansa pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan situasi pada saat pembelajaran berlangsung. Hingga materi tentang Globalisasi selesai, hanya beberapa siswa saja yang aktif, lainnya cenderung pasif. Sebagai pengampu mata pelajaran PKn, penulis mencoba menerapkan Metode Group Investigation sebagai inovasi dalam pembelajaran sekaligus meningkatkan kerja sama dan prestasi belajar.
Sesuai dengan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana penerapan Metode Group Investigation dalam pembelajaran PKn dengan materi Globalisasi pada siswa Kelas IV di SDN 1 Banjarejo, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora pada Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015?
2. Bagaimana kerja sama dan prestasi belajar siswa Kelas VI di SDN 1 Banjarejo, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora pada Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 dalam pembelajaran PKn dengan materi Globalisasi setelah menerapkan Metode Group Investigation?
Tujuan umum penelitian ini adalah memperbaiki pembelajaran, kerja sama siswa dan prestasi belajar siswa Kelas IV di SDN 1 Banjarejo, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora dalam pembelajaran PKn. Tujuan khusus penelitian ini adalah menerapkan Metode Group Investigation dalam pembelajaran PKn dengan materi Globalisasi pada siswa Kelas IV di SDN 1 Banjarejo, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora.
LANDASAN TEORI
Pendidikan Kewarganegaraan (Citi-zenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanat-kan oleh Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan Kewarganegaraan dapat diarti-kan sebagai wahana untuk mengembang-kan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujud-kan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai individu, anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Prestasi belajar adalah suatu kemampuan aktual yang dapat diukur secara langsung dengan tes. Prestasi belajar adalah prestasi yang diperoleh di sekolah dan di luar sekolah. Prestasi belajar di sekolah adalah hasil yang diperoleh anak-anak berupa nilai mata pelajaran (Sunartana, 1997: 55). Menurut Bloom (1971: 7), prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah yaitu: kognetif, afektif, dan psikomotor. Gambaran prestasi belajar siswa dapat dinyatakan dengan angka dari 0 sampai dengan 10 (Arikunto, 1998: 62). Disamping itu, prestasi belajar dapat dioperasikan dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai raport, angka kelulusan dan predikat keberhasilan (Azwar, 1996: 44).
Pengembangan belajar kooperatif Group Investigation (GI) didasarkan atas suatu premis bahwa proses belajar di sekolah menyangkut kawasan dalam domain sosial dan intelektual dan proses yang terjadi merupakan penggabungan nilai-nilai kedua domain tersebut. Oleh karena itu, GI tidak dapat diimplemen-tasikan ke dalam lingkungan pendidikan yang tidak bisa mendukung terjadinya dialog interpersonal. Aspek sosial afektif kelompok, pertukaran intelektual, dan materi yang bermakna merupakan sumber primer yang cukup penting dalam memberikan dukungan terhadap usaha-usaha belajar siswa. Interaksi dan komunikasi yang bersifat kooperatif diantara siswa dalam satu kelas dapat dicapai dengan baik jika pembelajaran dilakukan lewat kelompok-kelompok belajar kecil (Slavin, 1995 dalam Rusman, 2011: 221).
Penulis menerapkan Metode Group Investigation yang merupakan pembelajar-an kelompok. Sesuai dengan jumlah siswa, penulis membagi mereka menjadi beberapa kelompok dengan mempertim-bangkan keragaman, baik jenis kelamin maupun kecerdasan. Selanjutnya, mereka mengerjakan tugas kelompok sesuai dengan materi.
Setiap kelompok mendapat materi yang berlainan. Tugas kelompok tersebut merupakan penyelidikan terhadap materi yang diberikan. Dalam Metode Group Investigation, setiap kelompok harus bekerja sama dan berdiskusi. Mereka mengerjakan tugas tersebut sesuai dengan waktu yang ditentukan dan melakukan presentasi yang dilakukan bersamaan dengan pembahasan. Dengan menerapkan Metode Group Investigation diharapkan siswa semakin aktif dan kooperatif bersama dengan kelompoknya, sehingga pemahaman materi semakin kuat dan prestasi belajar meningkat.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tempat penelitian ini adalah SDN 1 Banjarejo, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora. Waktu penelitian ini adalah dua bulan, dimulai bulan Maret 2015 sampai bulan April 2015.
Subjek penelitian dalam PTK ini adalah siswa kelas IV di SDN 1 Banjarejo, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora sebanyak 37 anak.
Sumber data dalam penelitian ini berkaitan dengan subjek penelitian, sehingga sumber data utama adalah siswa. Data tersebut berupa aktifitas belajar dan hasil belajar. Aktifitas belajar meliputi perhatian siswa selama mengikuti pembe-lajaran dengan menerapkan Metode Group Investigation, mulai dari pengerjaan hingga pembahasan. Hasil belajar meliputi nilai yang dicapai, apakah memenuhi KKM atau belum.
Alat pengumpulan data yang digu-nakan adalah lembar pengamatan dan tes tertulis. Lembar pengamatan digunakan untuk mengetahui aktifitas belajar siswa. Fokus pengamatan adalah menentukan siswa yang aktif dan pasif. Tes tertulis digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Fokus hasil belajar adalah memenuhi KKM sekolah.
Prosedur dalam penelitian ini menggunakan empat tahap, yaitu perenca-naan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang dilakukan dalam Siklus I dan Siklus II.
Dalam penelitian ini, penulis melakukan analisis data dengan analisis deskriptif komparatif, yaitu menggambar-kan dan membandingkan data penelitian sebelum dan sesudah penulis melakukan tindakan dalam pembelajaran. Kondisi Awal merupakan keadaan dimana penulis belum melakukan tindakan dalam pembelajaran. Sedangkan Siklus I dan Siklus II merupakan keadaan dimana penulis sudah melakukan tindakan dalam pembelajaran. Tindakan yang dilakukan penulis adalah menerapkan Metode Group Investigation.
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran adalah penerapan pembela-jaran klasikal yang berpusat pada guru. Inilah yang menjadi pokok permasalahan, sehingga aktifitas belajar siswa menjadi pasif. Lebih lanjut, pembelajaran menjadi tidak menarik dan hanya berlangsung satu arah. Secara lebih lengkap, hasil identifikasi masalah dalam pembelajaran pada Kondisi Awal diketahui 1) pembelajaran klasikal yang berpusat pada guru sehingga berlangsung searah dan tidak menarik, 2) siswa tidak berminat mengikuti pembelajar-an, 3) siswa pasif selama pembelajaran, dan 4) siswa belum menguasai materi dengan baik. Dari hasil identifikasi masalah tersebut, maka tidak mengherankan jika prestasi belajar masih rendah.
Deskripsi Siklus I
Pembelajaran pada Siklus I berlangsung dalam kelompok. Siswa harus menjadi pelaku yang menampilkan adegan sesuai dengan materi. Sedangkan siswa dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu Kelompok A, B, c, D, dan E, dengan pertimbangan keragaman jenis kelamin maupun kecerdasan. Setiap kelompok terdiri dari 7-8 anak. Mereka mengerjakan tugas kelompok yang disebut dengan Lembar Kerja Kelompok (LKS) sesuai dengan alokasi waktu yang ditentukan. Selanjutnya, perwakilan kelompok harus presentasi untuk menjelaskan hasil kerja kelompok dan kelompok lainnya memperhatikan. Presentasi diseting menjadi pembahasan dimana kelompok lain mengajukan pertanyaan dan perwakilan kelompok bersama dengan anggota kelompok menjawab.
Pada Siklus I ini, setiap kelompok mendapat LKS yang berbeda satu dengan yang lain. LKS tersebut tentang makanan modern (hamburger), makanan tradisional (nasi liwet dan nasi goreng), senjata modern (senapan mesin) dan senjata tradisional (keris). Setiap kelompok mempunyai waktu selama 15 menit mengerjakan LKS tersebut. Selanjutnya, presentasi selama 5 menit dan tanya-jawab selama 10 menit.
Sesuai dengan hasil pengamatan, siswa aktif dan kooperatif dalam kelompok. Mereka berdiskusi dan bekerja sama untuk dapat menyelesaikan LKS tersebut. Begitu juga dalam presentasi dimana perwakilan kelompok dapat menjelaskan hasil kerja kelompoknya dengan baik dan lancar. Siswa lainnya aktif dengan bertanya. Dalam diskusi kelas, siswa juga aktif. Mereka menjawab pertanyaan dan menjelaskan alasannya.
Permasalahan terjadi pada Kelompok B yang tidak paham dengan LKS yang harus dikerjakan. Mereka tidak paham dengan makanan tradisional nasi gudeg dari Surakarta (Solo) dan Jogjakarta. Namun, kelompok lainnya juga tidak paham. Artinya, permasalahan tidak terjadi pada Kelompok B tetapi pada materi yang sulit. Dengan demikian, akhirnya penulis yang melakukan presentasi tentang nasi gudeg.
Secara keseluruhan, penerapan Metode GI meningkatkan aktifitas siswa. Mereka harus aktif dan kooperatif dalam mengerjakan LKS. Dalam LKS tersebut, siswa bersama kelompoknya menjawab dan menjelaskan hasil kerjanya. Pembelajaran dengan penugasan dalam kelompok ini terbukti mendorong siswa aktif dan kooperatif. Mereka juga harus presentasi dan berkesempatan untuk bertanya, sehingga mereka semakin aktif. Sedangkan pembelajaran pada Kondisi Awal masih berlangsung klasikal dimana siswa hanya membaca buku, menyimak, mencatat dan melakukan tanya-jawab. Mereka masih pasif selama pembelajaran karena keterlibatan yang sangat terbatas. Dengan demikian tidak mengherankan jika aktifitas dan prestasi belajar masih rendah.
Sesuai dengan tindakan yang diterapkan dalam pembelajaran, penulis menampilkan refleksi pembelajaran pada Kondisi Awal dan Siklus I sebagai berikut:
Tabel 4.1. Refleksi Pembelajaran pada Kondisi Awal dan Siklus I.
No |
Aspek Refleksi |
Kondisi Awal |
Siklus I |
1 |
Guru |
Sebagai pemateri dan dominan |
Sebagai motivator dan fasilitator |
2 |
Siswa |
Pasif dan acuh |
Aktif dan kooperatif |
3 |
Pembelajaran |
Klasikal |
Aktif dan menarik |
Dari prestasi belajar, pada Siklus I menunjukan peningkatan. Siswa mencapai nilai rata-rata di atas KKM dan ketuntasan melebihi 75%.
Deskripsi Siklus II
Pembelajaran pada Siklus II merupakan kelanjutan dan pengembangan dari pembelajaran sebelumnya. Secara umum tidak ada perubahan yang mendasar dalam pembelajaran dengan Metode GI. Siswa tetap bersama dengan kelompok yang sama karena tidak ada perubahan kelompok. Pada Siklus II ini, siswa dan kelompoknya menerima LKS yang sama. Hal ini dilakukan supaya terjadi perbedaan pendapat dan maupun jawaban, sehingga mendorong debat lebih lanjut. Selain itu, mereka juga harus mengerjakan LKS hingga dua kali. Mereka sudah terbiasa dengan Metode GI, sehingga penambahan tugas kelompok tidak menjadi beban.
Pada Siklus II ini tidak terjadi perubahan dalam perwakilan kelompok. Hal ini sebenarnya menunjukan bahwa anggota lainnya belum berani melakukan presentasi. Tetapi bagi siswa tersebut, mereka semakin percaya diri, sehingga presentasi tersebut semakin memperkuat kematangan mental dan penguasaan materi. Mereka semakin aktif dan kooperatif dalam mengerjakan LKS tersebut. Tidak ada permasalahan berarti dalam mengerjakan 2 LKS tersebut. Setelah LKS pertama selesai, mereka mengikuti presentasi dan pembahasan dengan aktif dan fokus. Kemudian dilanjutkan dengan LKS kedua, mereka semakin terbiasa dan menyesuaikan diri dengan baik. Bagi siswa lainnya, mereka cukup aktif dan percaya diri dengan bertanya selama pembahasan maupun diskusi kelas. Walaupun belum berani menjadi perwakilan kelompok, mereka tergolong aktif dengan bertanya selama presentasi dan pembahasan.
Secara keseluruhan, penerapan Metode GI meningkatkan aktifitas siswa, baik secara individual maupun kelompok. Siswa yang bergabung dengan kelompok-nya aktif berpendapat, mendengarkan dan memperhatikan. Bersama kelompoknya, mereka mendapat tugas bersama menger-jakan LKS. Dari diskusi tersebut, mereka semakin kompak dan terampil mengerjakan LKS. Dalam presentasi, siswa bertanya kepada perwakilan kelompok dengan pertanyaan yang bervariasi dan berbobot. Begitu juga dengan perwakilan kelompok yang semakin percaya diri dalam presentasi maupun menjawab pertanyaan. Dalam diskusi kelas, siswa juga aktif. Mereka berani menjawab dan jawabannya benar.
Sesuai dengan tindakan yang diterapkan dalam pembelajaran, penulis menampilkan refleksi pembelajaran pada Kondisi Awal dan Siklus II sebagai berikut:
Tabel 4.5. Refleksi Pembelajaran pada Kondisi Awal dan Siklus II.
No |
Aspek Refleksi |
Kondisi Awal |
Siklus II |
1 |
Guru |
Sebagai pemateri dan dominan |
Sebagai motivator dan fasilitator |
2 |
Siswa |
Pasif dan acuh |
Semakin aktif, kooperatif, dan percaya diri |
3 |
Pembelajaran |
Klasikal |
Semakin aktif dan menarik |
Dari prestasi belajar, pada Siklus II menunjukan peningkatan secara signifikan. Sesuai dengan nilai ulangan harian, nilai rata-rata melebihi KKM dan ketuntasan mencapai 100%.
Hasil Tindakan
Penerapan Metode GI diterapkan dalam pembelajaran kelompok dan menuntut siswa untuk bekerja sama dalam menyelesaikan tugas bersama. Mereka harus menjawab dan menjelaskan, termasuk menjawab pertanyaan. Inilah yang meningkatkan aktifitas siswa dimana mereka mengerjakan tugas kelompok dan bekerja sama. Mereka menentukan perwakilan kelompok yang melakukan presentasi dan siswa lainnya bertanya. Hasilnya, aktifitas siswa semakin meningkat, baik secara individual maupun kelompok. Pemahaman materi juga semakin kuat.
Sesuai dengan tindakan yang diterapkan dalam pembelajaran dan pembahasan maupun ulangan harian, penulis dapat mencatat hasil tindakan sebagai berikut:
1. Siswa aktif dalam pembelajaran dengan berpendapat, menyimak, memperhatikan, dan mengerjakan tugas kelompok maupun tanya-jawab selama pembahasan.
2. Siswa kooperatif dalam pembelajaran dengan berdiskusi dan bekerja sama dengan anggota kelompok, sehingga tugas kelompok selesai.
3. Siswa lebih percaya diri dalam melakukan presentasi dan menjawab pertanyaan.
4. Siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik, sehingga prestasi belajar meningkat secara signifikan.
Pembahasan
Mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa. Hal ini ditunjang dengan materi yang berkaitan dengan keragaman dan faktor keragaman tersebut terhadap pembentukan warga negara. Dalam pembelajaran PKn di akhir Semester II disampaikan materi tentang Globalisasi yang berisi tentang perbedaan budaya dan gaya hidup antara Dunia Barat dengan Dunia Timur dan pengaruhnya terhadap budaya local.
Dalam materi tentang Globalisasi, setiap orang menyikapi secara beragam, termasuk siswa sebagai subjek pembelajar-an. Dengan demikian berarti pembelajaran harus mampu mengungkapkan pendapat dan sikap siswa. Pembelajaran pada Kondisi Awal berlangsung secara klasikal, sehingga pasif dan tidak menarik. Tujuan pembelajaran tidak tercapai. Hasil belajar rendah. Sesuai dengan analisis nilai ulangan harian diperoleh nilai rata-rata 65,95 dan ketuntasan hanya 62,16%. Nilai rata-rata masih di bawah KKM sekolah sebesar 65. Begitu juga dengan ketuntasan yang kurang dari 75%.
Dalam pembelajaran PKn dengan materi tentang Globalisasi sebenarnya sa-ngat menarik. Globalisasi merupakan kea-daan yang sudah terjadi dan mempe-ngaruhi budaya dan gaya hidup. Siswa pun terkena pengaruh Globalisasi, walaupun mereka tidak menyadari. Pembelajaran hendaknya mampu melibatkan siswa secara aktif. Sedangkan pembelajaran klasikal jelas sekali tidak berhasil, termasuk dalam pembelajaran PKn yang hanya bersifat teoritis dan pasif.
Dalam penelitian ini, penulis dengan menerapkan Metode Group Investi-gation. Semula hanya pembelajaran klasi-kal dimana siswa mengikuti pembelajaran secara pasif dan guru sebagai sumber belajar yang dominan. Selanjutnya, penulis menerapkan Metode GI dimana siswa mengikuti pembelajaran dalam kelompok, sehingga aktifitas siswa meningkat baik secara individual maupun kelompok. Hal ini sama seperti yang disampaikan oleh Slavin (1995) bahwa dalam GI terdapat interaksi dan komunikasi yang bersifat kooperatif diantara siswa dalam satu kelas dapat dicapai dengan baik jika pembelajaran dilakukan lewat kelompok-kelompok belajar kecil (Rusman, 2011: 221).
Dalam penelitian ini, penulis menerapkan GI dengan membagi siswa menjadi 5 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 7-8 anak dengan keragaman jenis kelamin maupun kecerdasan. Hasil pembagian kelompok dapat diperhatikan dalam lampiran. Mereka mendapatkan tugas kelompok yang disebut Lembar Kerja Kelompok (LKS). Mereka mengerjakan LKS tersebut. Mereka harus berdiskusi dan bekerja sama. Selanjutnya, mereka menentukan perwakilan kelompok untuk melakukan presentasi. Sedangkan kelom-pok lainnya memperhatikan dan bertanya. Dengan kegiatan tersebut, aktifitas siswa semakin meningkat. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Rusman (2011: 221-222) dalam menerapkan GI.
Pada Siklus I, siswa dan kelompoknya menerima LKS yang berbeda satu dengan yang lain. Secara keseluruhan, mereka dapat menyelesaikan tugas kelom-pok tersebut. Hanya Kelompok B yang tidak bisa dan kelompok lainnya juga tidak bisa mengerjakan LKS yang berkaitan dengan nasi gudeg. Akhirnya, penulis yang menjelaskanmateri tersebut.
Pada Siklus II, siswa dan kelom-poknya menerima LKS yang sama. Mereka harus percaya diri dalam mengerjakan tugas kelompok tersebut. Perbedaan pendapat dianggap sebagai kewajaran karena pengaruh Globalisasi bervariasi pada setiap individu. Pada Siklus II, mereka mengerjakan 2 LKS dan tidak ada permasalahan yang berarti. Mereka terbiasa dan semakin terampil.
Pembelajaran dengan GI ditindak-lanjuti dengan presentasi dimana perwakil-an kelompok menjelaskan hasil kerja dan kelompok lainnya bertanya tentang materi tersebut. Presentasi berlangsung lancar. Siswa menjelaskan hasil kerja kelompoknya dengan percaya diri. Begitu juga dengan kelompok lainnya juga aktif bertanya. Mereka mengetahui dan memahami Globalisasi melalui tugas kelompok dan presentasi. Pada akhir pembelajaran, penulis melakukan diskusi kelas dengan tanya-jawab. Penulis mengembangkan hasil presentasi. Hasilnya, siswa semakin aktif. Mereka jadi berani dan percaya diri dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari penulis. Pemahaman materi semakin kuat. Hal ini berbeda dengan Kondisi Awal dimana pembelajaran masih berlangsung klasikal. Siswa pasif dan guru dominan.
Hasil belajar pada Siklus I maupun Siklus II mengalami peningkatan yang signifikan. Pada Kondisi Awal, nilai rata-rata hanya sebesar 65,95 dengan ketuntasan hanya 62,16%. Artinya nilai rata-rata masih di bawah KKM dan ketuntasan belum mencapai 75%. Setelah menerapkan metode GI, hasil belajar mengalami peningkatan yang signifikan. Artinya, penerapan metode GI memberikan dampak langsung terhadap aktifitas siswa dan pemahaman materi.
PENUTUP
Sesuai dengan hasil penelitian, penulis dapat menarik simpulan dalam penelitian sebagai berikut:
1. Penerapan Metode Group Investigation menjadikan pembelajaran aktif, kooperatif dan menarik, sehingga siswa dapat terlibat dalam pembelajaran dan memahami materi.
2. Penerapan Metode Group Investigation meningkatkan prestasi belajar. Nilai rata-rata kelas dan ketuntasan pembelajaran meningkat. Pada Kondisi Awal, nilai rata-rata 65,95 dan ketuntasan 62,16%. Pada Siklus I, nilai rata-rata 77,43 dan ketuntasan 89,19%. Pada Siklus II, nilai rata-rata 88,24 dan ketuntasan 100%.
3. Kemampuan peserta didik dalam mengapresiasi Cerita Rakyat melalui media teks bergerak dengan slide power point meningkat, sehingga hasil belajar meningkat.
Untuk dapat memperoleh manfaat, penulis dapat mengajukan saran dalam penelitian sebagai berikut:
1. Bagi siswa agar percaya diri menjadi perwakilan kelompok dalam presentasi dan aktif melakukan tanya-jawab selama pembahasan dan diskusi kelas.
2. Bagi guru agar menentukan perwakilan kelompok secara acak, sehingga setiap anggota kelompok semakin siap.
3. Bagi sekolah agar mengembangkan penerapan Metode Group Investigation dalam materi dan mata pelajaran lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1998. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta.
Djaali. 2007. Psikologi Pendidikan. Artikel dari Internet.
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pres.
Sarjan dan Nugroho, Agung. 2008. Pendidikan Kewarganegaraa: Bangga menjadi Insan Pancasila untuk SD/MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.