PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS)

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

SISWA KELAS V SEMESTER II

SD NEGERI GROWONG LOR 01 JUWANA PATI 2013/2014

Sunarto

SD Negeri Growong Lor 01 Juwana Pati

ABSTRAK

Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan mengetahui Penerapan Metode Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams Achievement Divisions) untuk meningkatkan belajar MATEMATIKA pada siswa Kelas V Semester II SD Negeri Growong Lor 01 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2013/2014. Analisis data yang diperoleh menunjukkan bahwa hasil tes awal nilai rata-rata 62. Siswa yang mendapat nilai di atas 65 sebanyak 6 siswa atau 37,50%. Pada siklus I nilai rata-rata kelas naik menjadi 66. Siswa yang mendapat nilai di atas 65 sebanyak 8 siswa atau 50%. Pada siklus II nilai rata-rata kelas naik menjadi 69. Siswa yang mendapat nilai di atas 65 sebanyak 10 siswa atau 62,50%. Pada siklus III nilai rata-rata kelas naik menjadi 68,89. Siswa yang mendapat nilai di atas 65 sebanyak 13 siswa atau 81,25%. Berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan bahwa hasil belajar siswa kelas V Semester II SD Negeri Growong Lor 01 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati tuntas ditentukan apabila 75% dari jumlah siswa mendapat nilai 65 ke atas. Dari hasil tindakan dengan Penerapan Metode Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams Achievement Divisions) terdapat peningkatan yang signifikan, dari analisis data diketahui jumlah siswa mendapat nilai 65 ke atas mencapai 81,25% (13 siswa) sehingga diasumsikan bahwa sebagian besar siswa telah menuntaskan hasil belajar matematika. Dari hasil pengamatan aktivitas belajar siswa dengan penerapan metode Penerapan Metode Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams Achievement Divisions) dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan yang signifikan aktivitas belajar siswa dari siklus ke siklus. Pada siklus I aktivitas belajar siswa mencapai 54,46%, pada siklus ke II mengalami meningkatan menjadi 68,75%, dan pada akhir siklus ke III aktivitas belajar siswa mencapai 83,93 persen, yang dapat diasumsikan bahwa dengan Penerapan Metode Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams Achievement Divisions), siswa semakin antusias mengikuti pelajaran, Metode Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams Achievement Divisions) dapat dijadikan prediktor untuk meningkatkan hasil belajar matematika.

Kata-kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


PENDAHULUAN

Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di sekolah meliputi semua ak-tivitas yang memberikan materi pelajaran kepada siswa agar siswa mempunyai kecakapan dan pengetahuan memadai yang dapat memberikan bermanfaat dalam kehidupannya. Dalam proses belajar mengajar Matematika selain melibatkan pendidik dan siswa secara langsung, juga diperlukan pendukung yang lain yaitu: alat pelajaran yang memadai, penggunaan model yang tepat, Model Pembelajaran serta situasi dan kondisi lingkungan yang menunjang.

Matematika merupakan ilmu mengenai struktur dan hubungan struktur yang telah ada mengenai pola, hubungan dan aturan-aturan. Hubungan-hubungan tersebut di dalam matematika berbentuk rumus (teorema dan dalil) matematika. Menurut Yuyun S. Suriasumantri (2002: 191). Dalam suatu kegiatan belajar meng-ajar matematika akan menghasilkan kelu-aran (ouput) yang berkualitas jika didu-kung oleh pemanfaatan semua komponen yang ada secara maksimal. Dilihat dari komponen-komponen yang ada satu diantaranya adalah penggunaan Model Pembelajaran yang tepat.

Setiap kegiatan yang dilakukan oleh guru maupun siswa tentu mempunyai tujuan. Lebih-lebih guru dalam pelaksana-an tugasnya mengajar atau melakukan kegiatan belajar mengajar selalu dan harus berorientasi pada tujuan yang sudah ditentukan. Untuk itu perlu dipikirkan bagaimana model yang tepat agar dalam waktu yang relatif terbatas dapat tercapai tujuan pendidikan yang diinginkan.

Penerapan model pembelajaran Cooperative Learning dapat meningkatkan self-esteem, kemampuan interpersonal dan menerima kesenjangan akademik di antara siswa. Di samping itu pendekatan Cooperative Learning dapat mendorong siswa memiliki motivasi, keberanian, dan memiliki toleransi terhadap berbagai budaya di dalam kelas yang heterogen.

Meningkatkan hasil belajar matematika di sekolah khususnya di sekolah dasar dapat berhasil dengan baik dan maksimal bila didukung oleh layanan belajar yang efektif dari guru. Layanan bimbingan belajar Cooperative Learning termasuk faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang berasal dari luar diri siswa. Layangan bimbingan belajar Cooperative Learning memiliki kelebihan di mana para siswa bekerja sama dalam kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam belajar. Pembelajaran kooperatif melibatkan proses pembelajaran secara kooperatif antar siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar. Demikian pula, dalam belajar Matematika, siswa melakukan interaksi antar teman dalam belajar berbagai aspek pengerjaan hitung. Mereka dapat saling belajar berbagai aspek pengerjaan hitung bilangan dari satu kelompok ke kelompok yang lainnya. Oleh sebab itu model pembelajaran kooperatif dipandang layak dan sesuai untuk proses pembelajaran Matematika.

Model kooperatif merupakan pendekatan yang dianjurkan kepada guru dalam proses pembelajaran. Salah satu model yang terdapat dalam pendekatan pembelajaran kooperatif adalah Model STAD (Student Teams Achievement Divisions). Model ini dianggap yang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan kooperatif. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan teori belajar konstruktivisme yang berdasarkan pada teori belajar kognitif. Dalam suatu kegiatan belajar mengajar matematika akan menghasilkan keluaran (ouput) yang berkualitas jika didukung oleh pemanfaatan semua komponen yang ada secara maksimal. Dilihat dari komponen-komponen yang ada satu diantaranya adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD digunakan para guru untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian verbal maupun tertulis. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok atau tim yang akan membahas materi tertentu. Model ini merupakan satu bentuk perubahan pola pikir pembelajaran, yaitu suatu inovasi pembelajarn yang dirancang untuk membantu siswa memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar.

Berdasarkan uraian diatas , fakta bahwa hasil belajar matematika di kelas V, SD Negeri Growong Lor 01 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati rendah, walaupun sampai saat ini telah diusahakan dengan berbagai model pembelajaran dalam proses pembelajaran Matematika. Dengan demikian dapatlah dirumuskan masalah sebagai berikut: (1) Apakah penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dapat meningkatkan prestasi matematika siswa Kelas V SD Negeri Growong Lor 01 Kecamatan Juwana tahun pelajaran 2013/2014 ?. (2) Apakah dengan menerapkan model pembelajaran coopera-tive learning tipe STAD dapat meningkat-kan aktivitas belajar matematika siswa Ke-las V SD Negeri Growong Lor 01 Keca-matan Juwana tahun pelajaran 2013/2014?

Tujuan umum penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian iniadalah un-tuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V dan kemampuan guru dalam pembelajaran di SD Negeri Growong Lor 01 Kecamatan Juwana. Sebagaimana ditunjuk-kan dengan meningkatnya jumlah siswa memiliki hasil dan kemampuan yang lebih baik dalam belajar matematika. Dan meningkatnya kemampuan guru dalam inovasi pembelajaran di SD Negeri Growong Lor 01 Kecamatan Juwana.

Meningkatnya hasil belajar matematika pada akhir semester II jumlah siswa kelas V di SD Negeri Growong Lor 01 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2013/2014 yang menguasai matematika dengan baik meningkat secara seknifikan, sebagaimana ditunjukan dengan indicator sebagai berikut: a. Sekurang-kurangnya 75% siswa dapat memperoleh nilai matematika di atas ( 60) enam puluh. b. Sekurang –kurangnya 75% siswa termotivasi / menyenangi pelajaran matematika c. Memberikan informasi dan contoh tentang bagaimana merancang atau menyusun sebuah usaha peningkatan hasil belajar matematika dengan penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD. d. Sebagai salah satu model bagi guru dalam mengajarkan matemaitka sehingga hasil belajar siswa meningkat. e. Memberi dorongan dan rangsangan kepada guru lain untuk lebih kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran di kelas.

Secara teoritis hasil penelitian ini di harapkan dapat: Memberikan informasi dan manfaat pada kualitas pembelajaran matematika secara nyata di kelas V SD Negeri Growong Lor 01 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati semakin meningkat. Me-ngembangkan pendekatan pembelajaran cooperative learning tipe STAD khususnya pada mata pelajaran matematika agar lebih menarik, Varatif, dan lebih menantang siswa untuk mengembangkan kreatifitas-nya, serta serta memberikan motivasi bagi siswa. Memperkaya khasanah pendidikan yang berhubugan dengan proses pembela-jaran Matematika Memberi sumbangsih sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.

Penelitian ini merupakan peneliti-an tindakan kelas, oleh karena itu peneliti-an ini diharapkan dapat memberikan man-faat praktis kepada siswa,guru,dan sekolah .Berikut ini uraian manfaat prktis yang diharapkan pada penlitian ini sebagai berikut: Siswa akan memperoleh gambaran nyata tentang hasil belajar matematika, yang disertai kreativitas,nilai sikap,dan tanggung jawab. Sebagai motivasi belajar untuk meningkatkan hasil belajar mate-matika. Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan guru dapat mengembangkan model-model pembelajaran yang kreatif dan inovatif dalam menjalankan tugasnya, selalu menggunakan pendekatan-pendekatan model pembelajaran yang dapat mengembangkan kreativitas dan pengembangan daya pikir siswa. Dan selalu peka terhadap situasi dan kondisi perkembangan pendidikan di era globalisasi pada jaman modern dewasa ini,yaitu: Guru harus mendapatkan hasil yang maksimal dari perkembangan peserta didiknya. Sebagai bahan umpan balik terhadap efektivitas berbagai teknik pembelajaran yang diterapkan selama ini. Sebagai bahan kajian bagi guru untuk menciptakan kreatifitas dan inovasi pembelajaran untuk meningkatkan hasil matematika khususnya bagi siswa Sekolah Dasar. Sekolah yang dalam pembelajaran guru-gurunya selalu ,lebih kreatif dan inovatif, akan berdampak positif bagi siswanya, hal itu dapat terlihat: Dengan diterapkannya model pembelajaran ini,akan meningkatkanmutu pendidikan khususnya mata pelajaran matematika di sekolah ini akan meningkat lebih baik., Secara langsung maupun tidak langsung akan menambah nilai lebih pada sekolah. Penelitian ini juga dapat berimbas pada teman –teman guru dalam satu sekolah dan sekolah lain di sekitarnya termotifasi .

KAJIAN PUSTAKA

Hasil merupakan sesuatu yang didapat oleh seseorang setelah melakukan kegiatan. “Hasil adalah bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai” (Winkel, 2001: 15). Menurut Pasaribu dan Simanjuntak “Achievement adalah isi dari kapasitas seseorang, yang dimaksud di sini ialah hasil yang diperoleh seseorang setelah mengikuti didikan atau latihan tertentu” (Pasaribu dan Simanjuntak, 2003: 85). Dari ungkapan tersebut jelaslah bahwa prestasi akan terjadi, setelah adanya kegiatan tertentu.

Dari kedua pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa hasil merupakan usaha yang telah dicapai, melalui ketekunan yang dilakukan dan menghasilkan perubahan dalam mencapai hasil kerja dalam waktu tertentu.

Berbagai ahli mengemukakan pen-dapatnya tentang belajar, yang mengata-kan bahwa “belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara dinamis dan membekas” (Winkel, 2001: 36). Lebih lanjut dinyatakan bahwa “belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku termasuk juga perbaikan perilaku” (Oemar Hamalik, 2000:45).

Pengertian belajar menurut Hilgard (dalam Nasution, 2000: 35): “Learning is the prosess by which an activity originates or is changed through training procedures (Whether in the laboratory on in the naturalenvironment) as distinguished from changes by factors not attributable to training.” (Belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan, misalnya perubahan karena mabuk atau minum ganja bukan termasuk hasil belajar).

Dari ketiga tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang telah belajar kalau terdapat perubahan tingkah laku melalui pengalaman atau latihan dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut, menyangkut baik perubahan yang bersifast pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Perubahan tersebut terjadi akibat interaksi dengan lingkungan, tidak terjadi karena partum-buhan fisik atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau perubahan karena obat-obatan. Kecuali itu perubahan terse-but relatif bersifat lama atau permanen dan menetap.

Menurut Sturatinah Tirtonagoro (2001: 43) bahwa: Hasil belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar mengajar yang dinyatakan dalam bentuk simbul, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.”

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (2001:70) yang dimaksud hasil belajar adalah “penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.”

Sedangkan pengertian hasil belajar menurut Maslow (dalam Nana Sudjana, 2007: 22) bahwa:

Hasil belajar suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang rentang kehidupan manusia selalu mengejar hasil menurut bidang dan kemampuan masing-masing kehadiran hasil belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu pula manusia yang berada di bangku sekolah.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai siswa dengan bekerja keras, ulet, tekun, sehingga bisa memberikan kepuasan dan pemenuhan hasrat ingin tahu siswa. Berdasarkan pendapat tersebut jelaslah bahwa hasil belajar merupakan hasil siswa setelah melakukan suatu proses pembela-jaran. Sedangkan hasil belajar Matematika adalah hasil siswa setelah melakukan suatu proses belajar Matematika.

Tinggi atau rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor termaksud akan selalu ada sepanjang proses belajar mengajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Ngalim Purwanto (2002: 107) se-bagai berikut: “a. Faktor dari luar, meliputi: lingkungan dan instrumental; b. Faktor dari dalam, meliputi: fisiologis, psikologis, kecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognitif.”

Kegiatan evaluasi meliputi peng-ukuran dan menilai. Kegiatan mengukur adalah kegiatan untuk menerapkan alat ukur pada suatu objek tertentu. Sedangkan menilai adalah mengambil keputusan ter-hadap sesuatu dengan cara membanding-kan hasil pengukuran dengan suatu kriteria.

Ada dua bentuk teknik penilaian, yaitu teknik tes dan non tes. Teknik tes dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu tes lisan, tes perbuatan dan tes tertulis. Tes lisan dilaksanakan secara lisan; tes perbuatan dilaksanakan dengan perbu-atan untuk menjawab pertanyaannya; se-dangkan tes tertulis merupakan tes yang dilakukan secara tertulis, baik soal maupun jawabannya.

Poerwadarminta (2001:235) ber-pendapat bahwa “Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan-bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penye-lesaian mengenai bilangan”. Menurut Soedarinah dan Maryana (2001:65) matematika adalah “pengetahuan yang bersifat hirarkis, artinya tersusun dalam urutan tertentu, bermula dari urutan sederhana kemudian menuju ke hal yang rumit, bermula dari hal yang konkret menuju ke hal yang abstrak.”

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan yang bersifat hirarkis, bermula dari urutan sederhana kemudian menuju ke hal yang rumit, dari hal yang konkrit menuju ke hal yang abstrak untuk menye-lesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam perumusan tujuan pelajaran matematika di SD yaitu: 1) Siswa memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika; 2) Siswa memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan ke pendidikan menengah; 3) Siswa memiliki keterampilan matematik sebagai peningkatan dan perluasan dari matematika sekolah dasar untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari; 4) Siswa memiliki pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap logis, kritis, cermat, dan disiplin serta menghar-gai kegunaan matematika.

Fungsi matematika sekolah adalah sebagai salah satu unsur masukan instru-menttal, yang memiliki objek dasar abstrak dan berlandaskan kebenaran konsistensi, dalam sistem proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Kebenaran konsistensi adalah kebenaran (suatu pernyataan tertentu) yang didasarkan kepada kebenaran-kebenaran terdahulu yang telah diterima.

Di dalam Depdikbud (1998: 96) disebutkan bahwa fungsi pelajaran mate-matika di sekolah dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selain berkembang melalui latihan bertindak atas dasar penilaian secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif.

b. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

Jadi, fungsi pelajaran matematika sangat membantu dan penting bagi siswa sekolah dasar di dalam menganalisis masa-lah sosial maupun eksakta karena dengan menggunakan matematika dapatlah untuk menganalisa peristiwa atau gejala.

Matematika sebenarnya tidak terle-pas dari kehidupan sehari-hari dalam arti matematika mempunyai kegunaan yang praktis dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa: “Matematika mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan sehari-hari. Semua masalah kehidupan yang membu-tuhkan pemecahan secara cermat dan teliti mau tidak mau harus berpaling kepada matematika” (Yuyun S. Suriasumantri, 2002:199).

Dalam kegiatan pembelajaran ma-tematika terlebih dahulu dijelaskan hu-bungan antara strategi, model dan teknik pembelajaran. Suatu strategi mengajar mungkin menggunakan beberapa pende-katan dan dalam satu pendekatan mungkin terdapat lebih dari satu model. Demikian pula dalam sautu model mungkin dapat menggunakan lebih dari satu teknik mengajar. Semua pendekatan, model dan teknik pembelajaran dari suatu bahan pelajaran tergantung dari ciri khas bahan pelajaran, keadaan sarana dan keadaan siswa. Dalam pelaksanaan kegiatan pem-belajaran guru memperhatikan azas-azas pengembangan kurikulum serta tujuan pengajaran matematika di kelas V Sekolah Dasar.

Hakikat cooperative learning adalah bekerja sama untuk mencapai tujuan (Johnson dan Johnson, 1996: 4). Dalam kegiatan cooperative, individu mencapai tujuan yang menguntungkan untuk dirinya dan juga menguntungkan bagi semua anggota kelompok. Selanjutnya dikatakan cooperative learning adalah suatu bentuk pembelajarna dalam kelompok kecil di mana para siswa bekerja sama untuk memaksimalkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran.

Pendapat para ahli lain tentang pendekatan cooperative learning adalah suatu pendekatan di mana para siswa bekerja sama dalam kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam belajar (Slavin,1997: 5). Yacobs (1999: 5) menyatakan bahwa cooperative learning adalah suatu pendekatan dalam pengajaran yang membagi siswa dalam satu kelompok kecil untuk bekerja sama dan saling membantu menyelesaikan tugas-tugas pelajaran.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran cooperative learning adalah suatu bentuk pendekatan pembelajaran membagi siswa dalam kelompok kecil di mana para siswa bekerja sama untuk memaksimalkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran dalam menyelesaikan tugas-tugas pelajaran.

Dalam berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh para pakar tentang dampak positif dari cooperative learning adalah meningkatkan self-esteem, kemampuan interpersonal dan menerima kesenjangan akademik di antara siswa. Di samping itu pendekatan cooperative learning dapat mendorong siswa memiliki motivasi, keberanian, dan memiliki toleransi terhadap berbagai budaya di dalam kelas yang heterogen (Puji Astuti dan Supriyadi, 2004: 7-8).

Model pendekatan cooperative learning efektif dalam meningkatkan kemampuan akademik, mengembangkan sikap-sikap siswa terhadap teman dan sekolah dan meningkatkan hubungan antara siswa dalam kelompok yang berbeda (kemampuan interpersonal).

Manfaat model pendekatan dengan cooperative learning bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah dikemukakan Arends (dalam Puji Astuti dan Supriyadi, 2004: 8) yaitu: (1) meningkatkan pencu-rahan waktu pada tugas; (2) rasa harga diri menjadi lebih tinggi; (3) memperbaiki sikap terhadap tugas dan sekolah; (4) memperbaiki kehadiran; (5) penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar; (6) perilaku mengganggu menjadi lebih kecil; (7) konflik antar pribadi berkurang; (7) sikap apatis berkurang; (8) pemahaman yang lebih mendalam; (9) motivasi lebih besar; (10) hasil belajar lebih tinggi; (11) retensi lebih lama; dan (12) meningkatkan kebiakan budi pekerti, kepekaan, dan toleransi.

Beberapa model dalam pendekatan cooperative learning menurut Slavin (1997: 8) antara lain adalah: (1) STAD (Student Teams-Achievement Divisions); (2) TAI (Team-Assisted-Individualization); (3) CIRC (Cooperative Integreated Reading and Composition); (4) Jigsaw; (5) Learning Together; dan (6) Group Investigation.

Dari keenam model dalam pendekatan cooperative learning di atas, dalam penelitian ini penulis menerapkan pendekatan pembelajaran cooperative learning tipe STAD. Model STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari Universitas John Hopkin. Model ini dipandang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Model STAD ini merupakan teori belajar konstruktivisme yang berdasar pada teori belajar kognitif. Menurut Nurhadi (2004:46): “Hakikat toeri konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menjadikan informasi itu menjadi miliknya sendiri.

Para guru menggunakan model STAD untuk mengajarkan informasi aka-demik yang baru kepada siswa setiap minggunya. Pembelajaran oleh guru dalam penyampaian materi dapat secara verbal maupun tertulis. Di dalam kelas siswa dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim yang masing-masing terdiri atas 4-6 anggota kelompok. Setiap tim dalam kelompok memiliki anggota kelompok yang heterogen, baik jenis kelamin, ras. etnik, maupun kemampuan (tinggi, sedang, rendah). Setiap anggota dalam tim menggunakan lembar kerja akademik, kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim atau kelompok. Guru memberikan evaluasi untuk mengetahui penguasaan materi siswa, baik setiap minggu atau setiap dua minggu. Evaluasi dapat diberikan secara individual ataupun tim. Setiap siswa dan setiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individu atau tim yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.

Dalam pembelajaran kooperatif, hasil diberikan kepada kelompok.maka agar kelompoknya mendapat nilai yang baik, diperlukan kerjasama di antara anggota kelompok atau tim dalam memahami materi yang telah diajarkan serta mampu memecahkan setiap masalah yang ada.

Pelajaran matematika oleh keba-nyakan siswa seringkali menjadi pelajaran yang ditakuti atau dibenci siswa. karena anggapan mereka, matematika adalah pelajaran yang sangat sulit untuk dipelajari dan dipahami. Hasil belajar matematika yang mereka peroleh tidak memuaskan. Namun ini bukanlah suatu alasan mengapa hasil belajar mereka tidak seperti yang diharapkan. Karena pada dasarnya hasil itu dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD.

Dalam pembelajaran matematika, keterlibatan siwa dalam menemukan kon-sep sangat diperlukan, karena dengan dilibatkannya siswa dalam penemuan konsep, maka siswa akan lebih memahami konsep tersebut. Sehingga hasil belajar meningkat. Jadi penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD sangat tepat. Karena model pembelajaran cooperative learning tipe STAD adalah model belajar yang mene-kankan pada keaktifan siswa di dalam proses belajar mengajar yaitu siswa belajar secara berkelompok, siswa menggunakan kelompok untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam belajar, siswa saling memiliki ketergantungan yang positif, dan siswa secara individu memiliki tanggung jawab terhadap keberhasilan belajarnya. Jadi dengan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD dalam proses belajar mengajar akan meningkatkankan pema-haman tentang materi yang dipelajarinya sehingga hasil yang dicapai meningkat.

Adapun alur kerangka pemikiran yang ditujukan untuk mengarah jalannya penelitian agar tidak menyimpang dari pokok permasalahan adalah:

Berdasarkan kerangka pemikrian di atas, hipotesis tindakan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa Kelas V SD Negeri Growong Lor 01 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati tahun pelajaran 2013/2014.

2. Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa Kelas V SD Negeri Growong Lor 01 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati tahun pelajaran 2013/2014.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN

1. Hasil Belajar Matematika Menerapakan Model Pembelajaran Tipe STAD Siklus I. Hasil tindakan pada siklus I, untuk pembelajaran matematika yang diperoleh dalam kegiatan pembelajaran setelah menerapkan model pembelajaran tipe STAD. Dapat dilihat sebagai berikut: Pada siklus I nilai rata-rata kelas 60,37 jika dibandingkan dengan prestasi awal nilai rata-rata kelas 53,70, pada siklus I telah menunjukkan peningkatan walaupun prosentase peningkatannya belum terlalu besar. Pada siklus I siswa yang mendapat nilai di bawah 60 sebanyak 11 siswa atau 40,74%, siswa yang mendapat nilai 60 ke atas sebanyak 16 siswa atau 59,26%. Dengan demikian ditinjau dari sudut ketuntasan belajar telah mengalami peningkatan dari 40,74% menjadi 59,26% dan paling banyak adalah siswa mendapat nilai 60 berjumlah 10 siswa (37,04%)

2. Hasil Belajar Matematika Menerapakan Model Pembelajaran Tipe STAD Siklus II Dari penilaian siklus II hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri Growong Lor 01 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati tahun pelajaran 2013/ 2014 setelah dilakukan tindakan de-ngan penerapan model pembealajaran tipe STAD diperoleh hasil sebagai berikut: Pada siklus II nilai rata-rata kelas 62,96 jika dibandingkan denganhasil belajar siklus I nilai rata-rata kelas 60,37, pada siklus II telah menunjukkan peningkatan. Pada siklus II siswa yang mendapat nilai di bawah 60 sebanyak 6 siswa atau 22,22%, siswa yang mendapat nilai 60 ke atas sebanyak 21 siswa atau 77,78%. Dengan demikian ditinjau dari sudut ketuntasan belajar telah mengalami peningkatan dari 59,26% menjadi 77,78% dan paling banyak adalah siswa mendapat nilai 60 berjumlah 10 siswa (37,04%).

3. Hasil Belajar Matematika Menerapakan Model Pembelajaran Tipe STAD Siklus III Dari penilaian siklus III hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri Growong Lor 01 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati tahun pelajaran 2013/2014 setelah dilakukan tindakan dengan penerapan model pembealajar-an tipe STAD diperoleh hasil sebagai berikut: Pada siklus III nilai rata-rata kelas 62,22 jika dibandingkan dengan prestasi siklus II nilai rata-rata kelas 68,89, pada siklus III telah menunjukkan peningkatan yang berarti. Pada siklus III siswa yang mendapat nilai di bawah 60 sebanyak tinggal 2 siswa atau 07,41%, siswa yang mendapat nilai 60 ke atas sebanyak 25 siswa atau 92,59%. Dengan demikian ditinjau dari sudut ketuntasan belajar telah mengalami peningkatan dari 77,78% menjadi 92,41% dan paling banyak adalah siswa mendapat nilai 70 berjumlah 10 siswa (37,04%)

4. Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri Growong Lor 01 Antar Siklus Dengan Menerapkan Model Pembela-jaran Tipe STAD. Dari hasil nilai rata-rata dari setiap siklus dapat dilihat sebagai berikut: Pada kondisi awal rata-rata perolehan nilai 53,70. Rata-rata siklus I sebesar 60,37, artinya ada kenaikan sebesar 9,3%, Siklus II 62,96, naik sebesar 2,59 %, dan pada siklus III 68,89 ada kenaikan sebesar 5,93%.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasannya dalam penelitian tindakan kelas ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: Dari keseluruhan putaran/siklus yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan prestasi matematika siswa Kelas V SD Negeri Growong Lor 01 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. Hal ini nampak jelas dari perkembangan perolehan nilai tes prestasi yang menunjukkan bahwa dalam setiap putaran/siklus selalu membawa dampak yang positif dan signifikan terhadap prestasi matematika yang selalu mengalami peningkatan dari setiap siklusnya. Metode pembelajaran cooperative learning tipe STAD ternyata terbukti dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika, sekaligus menyenangkan serta menarik minat siswa kelas V SD Negeri Growong Lor 01 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati.

Berdasarkan kesimpulan hasil pe-nelitian ini diberikan saran-saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi para pe-laksana pendidikan khususnya yang berke-cimpung dalam dunia pendidikan, yaitu: Kepala Sekolah hendaknya menganjurkan kepada guru-guru supaya dalam kegiatan proses pembelajarannya menggunakan metode yang telah terbukti keefektifannya. Dalam hal ini berdasarkan hasil penelitian tersebut, penggunaan cooperative learning tipe STAD untuk siswa Kelas V SD ternyata lebih efektif bila dibandingkan dengan sebelum menggunakan metode cooperative learning tipe STAD. Guru-guru Kelas V SD pada umumnya, dan guru-guru Kelas V SD Negeri Growong Lor 01 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati khususnya, diharapkan mau dan dapat menerapkan cooperative learning tipe STAD dalam kegiatan proses pembelajaran matematika, mengingat dengan cooperative learning tipe STAD hasil belajar matematika siswa Kelas V dapat meningkat dengan signifikan. Pada peneliti lain diharapkan dapat mengkaji secara lebih dalam dan luas melalui kegiatan penelitian yang terkait dengan masalah tersebut, sehingga hasilnya dapat dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 1997. Peranan Suasana Belajar Kooperatif dan Kompetitif dalam Peningkatan Hasil Belajar. Jakarta: Lembaga Penelitian IKIP.

Anita Lie. 2003. Cooperative Learning. “Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas”. Jakarta: Grasindo.

Johnson dan Johnson. 1996. Cooperative Learning, Two Heads Learn Better Than One. Http/www.contexts.org./elib/c.18/Johnson.htm.

Mohamad Nur. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA.

Nana Sudjana. 2007. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta: Gramedia Widiasarana.

Oemar Hamalik. 2000. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Aglesindo.

Pasaribu dan Simanjuntak. 2003. Psikologi Perkembangan. Bandung: Tarsito.

Poerwadarminto. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Puji Astuti dan Supriyadi. 2004. Peningkatan Prestasi Belajar Melalui Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning. Surakarta: APK Karanganyar.

Slavin R. 1997. Cooperative Learning. Second Edition. Allyn & Bacon. A Simon & Aschuster Company. .

Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Sutrainah Tirtonegoro. 2001. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta: Gramedia.

Winkel, WS. 2001. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.

 

Yacobs, E. 1999. Cooperative Learning in Context. An Educational Innovation in Everyday Clasrooms. New York: Albany, State University of New York Press.