PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA
Sri Sularsih
SMP Negeri 5 Sragen
ABSTRAK
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Teknik /alat yang digunakan untuk pemantauan dan evaluasi adalah angket, observasi, dokumentasi dan tes. Angket digunakan untuk mengetahui motivasi dan tanggapan siswa setelah adanya tindakan, sedangkan observasi digunakan untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan guru dalam melakukan tindakan dan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Sedangkan dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang nilai siswa dan foto-foto pelaksanaan tindakan kelas. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa 1) Penerapan pembelajaran kooperatifr Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2) Dengan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan aktivitas hasil belajar siswa.
Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif, partisipasi siswa.
PENDAHULUAN
Berdasarkan data pencapaian daya serap siswa hasil evaluasi semester genap tahun pelajaran 2013/2014, menunjukkan bahwa pencapaian daya serap mata pelajaran IPS terpadu siswa kelas VIIF kurang optimal. Dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sebesar 73 (tujuh puluh tiga), daya serap yang tercapai untuk tahun pelajaran tersebut adalah sebesar 75. Pencapaian itu dikatakan kurang optimal karena melihat input siswa merupakan siswa pilihan dengan seleksi penerimaan yang sangat ketat, mengingat SMP Negeri 5 Sragen adalah sekolah dengan status RSBI.
Asumsi dasar yang menyebabkan rendahnya minat belajar mata pelajaran IPS terpadu adalah pemilihan metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih belum tepat. Dari hasil pengamatan teman sejawat dan supervisi Kepala Sekolah, menunjukkan bahwa guru mata pelajaran IPS terpadu di SMP Negeri 5 Sragen masih menggunakan metode pembelajaran yang konvensional, dimana guru lebih suka menerangkan dengan metode ceramah murni. Hal ini mengakibatkan kegiatan belajar mengajar masih terfokus pada guru dan kurang melibatkan peran serta siswa. Pada proses ini menyebabkan pula kegiatan belajar mengajar (KBM) lebih menekankan pada pengajaran dari pada kegiatan pembelajaran. Peran serta siswa belum menyeluruh, dimana siswa tertentu saja yang aktif dan akhirnya mampu mencapai kompetensi yang tinggi, sedangkan sebagian yang lain cenderung pasif, hanya menerima pengetahuan yang dating padanya sehingga memiliki pencapaian kompetensi yang rendah.
Penerapan metode pembelajaran yang berbasis pada kompetensi menekan-kan pada penguasaan kompetensi yang dibutuhkan masyarakat sebagai sasaran kegiatan pendidikan. Kegiatan pendidikan berpusat pada siswa, pemberian waktu yang cukup untuk penguasaan suatu tugas pembelajaran sebelum melanjutkan ke tugas pembelajaran berikutnya membuat siswa harus benar-benar focus pada kegiatan pembelajaran yang harus mereka kuasai. Demikian halnya dengan guru. Seorang guru harus mampu memper-siapkan kegiatan pembelajarannya sehing-ga tidak terjadi duplikasi dalam pemberian materi pembelajaran. dapat mengupayakan konsistensi kompetensi yang ingin dicapai dalam mengajarkan suatu mata pelajaran, serta bisa meningkatkan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, kecepatan, dan kesempatan siswa.
Salah satu metode pembelajaran yang dapat melibatkan peran serta dan keaktifan siswa untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan adalah metode pembelajaran kooperatif Group Investigation. Dalam metode ini menitikberatkan pada proses belajar pada kelompok dan bukan mengerjakan sesuatu dengan kelompok. Para siswa dalam kelompok be;lajar bersama sama dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok telah benar benar menguasai konsep yang telah dipelajari, karena keberhasilan mereka sebagai kelompok tergantung dari pemahaman masing masing anggota. Ada beberapa keuntung-an yang bisa di peroleh dari penggunaan metode pembelajaran kooperatif ini, yaitu siswa dapat mencapai prestasi yang bagus, menerima pelajaran dengan senang hati atau sebagai hiburan, karena adanya kontak fisik antara mereka, serta dapat memgembangkan kompetensi mereka. Dalam pelaksanaan penelitian ini, akan dilakukan dua kali tindakan yang akan digunakan untuk mengetahui seberapa besar peranan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation dalam meningkatkan kompetensi pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yaitu: (1) Penerapan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation tanpa bimbingan; (2) Penerapan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation dengan bimbingan.
Berdasarkan latar belakang masa-lah sebagaimana telah diuraikan diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah. Beberapa masalah tersebut antara lain: (1) Proses belajar mengajar masih terfokus pada guru belum pada siswa sehingga kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada pengajaran dari pada pembelajaran. (2) Metode pembelajaran masih bersifat konvensional membuat siswa kurang tertantang dan enggan mengikuti kegiatan pembelajaran. (3) Peran serta ( keaktifan ) siswa dalam KBM belum menyeluruh mengakibatkan kegiatan belajar hanya pada siswa tertentu saja. (4) Prestasi belajar siswa belum optimal sebagaimana sekolah RSBI. (5) Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi belum terlaksana dengan semestimya.
Sehubungan dengan luasnya per-masalahan seperti yang tersebut diatas, maka pembatasan masalah perlu dilakukan guna memperoleh kedalam kajian untuk menghindari perluasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam hal ini adalah: (1) Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode pembelajaran kooperatif Group Investigation. (2) Partisipasi siswa yang berupa aspek afektif, yaitu keaktifan siswa yang berupa semangat dalam KBM, kerjasama dalam kelompok, mengeluarkan pendapar, serta mengajukan pertanyaan. (3) Materi pokok yang digunakan adalah: Perkembangan negara– negara di dunia
Berdasarkan identifikasi dan pem-batasan masalah tersebut diatas, maka dapat diajukan rumusan masalah sebagai sebagai berikut: “Apakah penerapan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation dapat meningkatkan partisipasi siswa secara keseluruhan dalam KBM ?”
Tujuan penelitian adalah: Melalui penerapan metode pembelajaran koope-ratif Group Investigation, penelitiaan ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi siswa secara keseluruhan dalam KBM mata pelajaran IPS terpadu khususnya siswa kelas VIIF SMP Negeri 5 Sragen tahun pelajaran 2014/ 2015.
LANDASAN TEORETIS DAN PENELITI–AN YANG RELEVAN
Penelitian Yang Relevan
Beberapa penelitian yang telah dilakukan antara lain: Oleh I Made Bandem, 2007, Institut Seni Indonesia, Denpasar, menyatakan bahwa penerapan metode group investigation dalam proses pembelajaran mata kuliah metode penelitian, ternyata mampu meningkatkan motivasi dan responbilitas mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan. Kegiatan investigasi yang dilakukan secara berke-lompok, ternyata dapat menggairahkan mahasiswa untuk mengikuti perkuliahan.
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan di kelas XI IPS SMA Muhammadiyah II Mojosari oleh Burhanudin S.Pd, 2010 dengan mengguna-kan metode pembelajaran Group Investiga-tion ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Pada siklus pertama belum bisa mencapai hasil seperti yang diharapkan, karena siswa masih belum terbiasa. Setelah ada motivasi maka pada pelaksanaan siklus kedua ada perubahan yang sangat berarti ke arah yang sangat baik. Siswa sudah menunjukkan peningkatan minat dalam belajar Geografi.
Palupi, Fitriana Tri. 2009, Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dikatakan bahwa penerapan strategi pembelajaran kooperatif Group Investi-gation (GI) dengan pendekatan Sains- Lingkungan-Teknologi-Masyarakat (Saling-temas) dapat meningkatkan eterampilan kerja ilmiah dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1Malang dalam pembelajaran Biologi. Saran dari penelitian ini adalah hendaknya peneliti memperhatikan alokasi waktu yang digunakan agar pelaksanaan pembelajaran berlangsung secara efisien dan penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi guru bidang studi ataupun peneliti yang lain untuk menerapkan model dan pendekatan tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan metode Group Investigation dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Maka berdasarkan asumsi tersebut, peneliti mencoba alternative ini dalam meningkatkan partisipasi dalam kegiatan pembelajaran IPS terpadu di SMP Negeri 5 Sragen.
Kajian Teoretis
Pengertian Partisipasi
Menurut Keit Davis dalam Sastroputro (1989:35) menyatakan bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta tanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan. George Terry dalam Winardi menyatakan bahwa partisipasi adalah turut sertanya seseorang baik secara mental maupun emosional untuk memberikan sumbangan-sumbangan pada proses pembuatan keputusan, terutama mengenai persoalan dimana keterlibatan pribadi orang yang bersangkutan melaksanakan tanggung jawabnya untuk melakukan hal tersebut (Winardi, 2002:149). Partisipasi siswa dalam pembelajaran sering juga diartikan sebagai keterlibatan siswa dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran (Mulyasa, 2004:156).
Jadi partisipasi yang peneliti maksud adalah partisipasi siswa yang merupakan wujud tingkah laku siswa secara nyata dalam kegiatan pembelajaran yang merupakan totalitas dari suatu keterlibatan mental dan emosional siswa sehingga mendorong mereka untuk memberikan kontribusi dan bertanggung jawab terhadap pencapaian suatu tujuan yaitu tercapainya prestasi belajar yang memuaskan.
Metode Pembelajaran GI (Group Investigation)
Dasar-dasar model Group Investigation dirancang oleh Herbert Thelen, selanjutnya diperluas dan diper-baiki oleh Sharan dan teman-temannya dari Universitas Tel Aviv. Metode GI ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam seleksi topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomu-nikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Dalam menggunakan metode GI umumnya kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota 5 sampai 6 orang siswa dengan karakteristik yang heterogen.
Spencer Kagan (1985: 72) mengemukakan bahwa metode GI memiliki enam tahapan kegiatan seperti berikut: (a) Mengidentifikasikan topik dan pembentuk-an kelompok; (b) Merencanakan tugas belajar; (c) Menjalankan investigasi; (d) Menyiapkan Laporan Akhir; (e) Mempresentasikan hasil akhir’ dan (f) Mengevaluasi
Menurut Bruce Joyce, Marsha Weil dan Emily Calhoun (2000: 51) dalam model Group Investigation ini guru hanya berperan sebagai konselor, konsultan dan pemberi kritik yang bersahabat. Di dalam metode ini seyogyanya guru membimbing dan mencerminkan kelompok melalui tiga tahap: (a) Tahap pemecahan masalah; (b) Tahap pengelolaan kelas; (c) Tahap pemaknaan secara perorangan
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Menurut paham konvensional (Darsono, 2000;24), pendidikan dalam arti sempit diartikan sebagai bantuan kepada siswa terutama pada aspek moral atau budi pekerti, sedangkan pengajaran diartikan sebagai bantuan kepada anak didik dibatasi pada aspek intelektual dan ketrampilan. Unsur utama dari pembelajaran adalah pengalaman anak sebagai seperangkat event sehingga terjadi proses belajar. Dengan demikian pendidikan, pembelajar-an dan pengajaran mempunyai hubungan yang koseptual yang tidak berbeda, kalau dicari perbedaannya pendidikan memiliki cakupan yang lebih luas yaitu mencakup baik pengajaran maupun pembelajaran, dan pengajaran merupakan bagian dari pembelajaran.
Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global (Mulyasa, 2006:125-126). Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) manusia, tempat, dam lingkungan, (2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan, (3) sistem sosial dan budaya, dan (4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan (Mulyasa, 2006:126).
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir seperti telah diuraikan di atas, maka dapat diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Melalui penerap-an pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkat-kan partisipasi siswa pada pembelajaran IPS terpadu pada siswa kelas VIIF SMP Negeri 5 Sragen semester gasal tahun pelajaran 2014/2015”.
METODE PENELITIAN
Seting Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas dengan pendekatan yang digunakan adalah model Kemmis dan Mc Taggar dalam Kasihani Kasbolah (2001: 63-65) yang berupa model spiral. Dalam penelitian ini peneliti menerapkan siklus I dan siklus II untuk melakukan perbaikan pembelajaran dan meggunakan kelas paralel dalam perbaikan tindakan.
Perencanaan Tindakan pada siklus I dan siklus II meliputi (1) penyusunan RPP dengan mendesain materi pembelajaran KD ” Perkembangan negara – negara di dunia ” dan KD ” Perang Dunia II dan pendudukan Jepang ” (2) menyiapkan materi pembelajaran, media pembelajaran.
Pelaksanaan Tindakan dilaksanakan oleh peneliti dan berkolaborasi dengan teman sejawat sebagai observer. Pada kegiatan ini dilakukan aktivitas implemen–tasi metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) yang telah disusun oleh peneliti.
Adapun langkah-langkah pelaksa–naan tindakan metode pembelajaran ko–operatif Group Investigation (GI) pada siklus I dan II secara rinci sebagai berikut: (a) Membagi siswa menjadi delapan kelompok dan setiap kelompok beranggo–takan lima orang. (b) Membagi materi menjadi delapan topik, kemudian materi tersebut diberikan kepada masing-masing kelompok untuk diidentifikasikan. (c) Setiap kelompok merencanakan tugas belajar dan menjalankan investigasi kelompok. (d) Tiap-tiap kelompok menyiapkan laporan akhir dengan menunjuk salah satu anggota kelompok untuk mempresentasikan ten–tang laporan hasil penyelidikannya yang kemudian setiap anggota mendengarkan. (e) Setiap kelompok mempresentasikan laporan hasil akhirnya di depan kelas, sedangkan kelompok lain dapat aktif mengevaluasi laporan tiap-tiap kelompok dengan berbagai tanya jawab, kritik maupun saran.
Observasi, bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan peneliti melaku-kan observasi terhadap pelaksanaan dan hasil tindakan dari penerapan metode pembelajaran Group Investigation. Tujuan dari observasi tersebut adalah untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat diharapkan akan menghasilkan perubahan yang diinginkan.
Peneliti bertugas sebagai peng-amat pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Fokus pengamatan dite-kankan pada implementasi pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) terhadap kualitas pembelajaran secara menyeluruh yang meliputi: peran serta siswa dalam Kegiatan Belajar Mengajar dan pencapaian hasil belajar siswa.
Observasi yang dilakukan pada setiap siklus adalah untuk mendapatkan data sebagai berikut: (1) Kerjasama dalam diskusi kelompok; (2) Mengeluarkan pen-dapat untuk memecahkan permasalahan; (3) Memberikan pertanyaan; (4) Semangat dalam kegiatan belajar mengajar; (5) Kemampuan dan kemajuan kinerja guru dalam proses pembelajaran
Refleksi dalam penelitian ini adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi dan apa yang telah dihasilkan pada proses tindakan dihubungkan dengan penyelesaian permasalahan yang ditargetkan pada siklus tersebut. Pada tahap ini hasil observasi dikumpulkan dan dianalisis oleh peneliti, untuk kemudian dilakukan refleksi untuk melihat kekurangan atau kelemahan yang telah terjadi. Pada tahap ini pula dilakukan diskusi oleh siswa mengenai pelaksanaan pembelajaran yang telah terjadi. Hasil refleksi ini akan digunakan dalam perencanaan siklus berikutnya.
Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas VIIF SMP Negeri 5 Sragen Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan jumlah 40 siswa.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Untuk memecahkan masalah dalam penelitian diperlukan data yang relevan dengan permasalahannya, sedangkan untuk mendapatkan data tersebut perlu digunakan teknik pengumpulan data yang bermacam – macam (multi teknik) sehingga dapat diperoleh data yang benar-benar valid dan dapat dipercaya. Ada 3 teknik pengumpulan data, yang oleh Wolcott, 1992 disebutnya sebagai strategi pekerjaan lapangan primer, yaitu: Pengalaman, pengungkapan, dan pengujian ( Sukmadinata, 2009 ).
Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif data yang diperoleh dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam- macam (triangulasi) sampai datanya jenuh. Namun sayang sampai saat ini belum ada teknik analisa data yang polanya jelas sebagaimana penelitian kuantitatif. Maka dalam penelitian tindakan dengan pende-katan kualitatifnya menggunakan analaisis yang bersifat naratif kualitatif dengan melalui reduksi, pemaparan data, dan penyimpulan sebagaimana dikemukakan oleh Miles and Huberman, 1984 (Sugiyono, 2007).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN
Diskripsi Kondisi Awal
Kondisi pra-siklus dapat dilihat bahwa kondisi siswa menunjukkan kondisi dimana peran serta siswa belum menyeluruh, dimana siswa tertentu saja yang aktif dan akhirnya mampu mencapai kompetensi yang tinggi, sedangkan sebagian yang lain cenderung pasif, hanya menerima pengetahuan yang datang padanya sehingga memiliki pencapaian kompetensi yang rendah. Hal ini dapat dilihat hasil observasi pra-siklus berikut: semangat dalam KBM masih ada 16 siswa yang kategori cukup dan kurang, Kerjasama kelompok ada 36 masih cukup dan kurang, Mengeluarkan pendapat masih ada 33 yang cukup dan kurang, dan Mengajukan pertanyaan ada 33 siswa yang kategori cukup dan kurang.
Deskrepsi Hasil Tindakan Siklus I
Pada tindakan siklus I sudah menunjukkan adanya peningkatan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, seperti tampak pada hasil observasi berikut ini: semangat dalam KBM tinggal sebanyak 10 siswa yang kategori cukup dan kurang, Kerjasama kelompok ada 31 masih cukup dan kurang, Mengeluarkan pendapat masih ada 32 yang cukup dan kurang, dan Mengajukan pertanyaan masih ada 33 siswa yang kategori cukup dan kurang.
Refleksi
Pelaksanaan tindakan pada siklus I telah menunjukkan adanya peningkatan partisipasi siswa dalam semangat mengikuti KBM untuk indikator Baik terjadi peningkatan sebesar 15% ( dari 24 menjadi 30 siswa ), dalam kerjasam kelompok tampak siswa yang masuk dalam indikator Kurang mengalami penurunan sebesar 22,5%, pada aspek Megeluarkan pendapat meski mereka masih takut – takut namun mulai menunjukkan keberaniannya (5%) untuk menjelaskan dan menjawab pertanyaan yang diterimanya. demikian juga dengan aspek mengajukan pertanyaan, para siswa sudah mulai berani bertanya ( pada indicator Cukup ada peningkatan dan indikator Kurang mengalami penurunan sebesar 20% ).
Deskrepsi Tindakan Siklus II
Pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan pada awal September 2013 ini telah menunjukkan peningkatan yang optimal keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Ada peningkatan jumlah siswa pada kelompok Baik (untuk aspek semangat dalam KBM diperoleh angka 85%, aspek kerjasama kelompok meningkat menjadi 35%, mengeluarkan pendapat sebesar 72% dan aspek mengajukan pertanyaan 30%), sedangkan pada kelompok Cukup dan Kurang terjadi penurunan.
Demikian juga kinerja ilmiah guru semakin menunjukkan peningkatan positif (score 104), guru hanya sesekali membimbing dan mengarahkan siswa dalam melakukan kegiatan diskusi kelompok, presentasi, dan menyusun laporan. Kegiatan tampak hanya pada kegiatan akhir dari pembelajaran yaitu pada saat menutup pelajaran.
Berdasarkan sajian data di atas dapat diketahui bahwa siswa semakin tebiasa dengan penerapan metode Group Investigation dalam kegiatan pembelajar-an. Untuk memaksimalkan partisipasi siswa masih perlu terus dibiasakan penggunaan metode dalam stiap aktivitas belajar.
Pembahasan Antar Siklus.
Dari data yang diperoleh secara CAR (Classroom Action Research) menun-jukkan bahwa penerapan metode pembela-jaran kooperatif Group Investigation (GI) dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas VIIF SMP Negeri 5 Sragen. Hal ini dapat dibuktikan dari lembar observasi yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan keaktifan siswa antara yang belum menggunakan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dan yang telah menggunakan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI). Peningkatan ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) menjadikan KBM menjadi lebih efektif sebab siswa banyak berperan dalam memecahkan suatu permasalahan.
Perubahan perilaku dan kinerja guru nampak dengan adanya penerapan metode Group Investigation dalam kegiatan pembelajaran. Tampak dari hasil observasi teman sejawat dengan capaian score pengamatan yang terus meningkat. Perolehan score prestasi pada kondisi awal yang hanya 89, kemudian meningkat pada siklus I dengan capaian score 97 dan 104 pada siklus II. Capaian score pada siklus I menunjukkan persiapan guru yang sangat baik demikian juga dengan kesiapan guru pada siklus II. Hal ini dapat disimpulkan bahwa dengan adanya penggunaan metode Group Investigation menuntut guru untuk melakukan persiapan yang maximal, dari mulai menyusun topik – topik yang akan diinvestigasi oleh siswa, membentuk kelompok yang heterogin, menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan, memberi motivasi pada siswa, membantu siswa menemukan jawaban sampai pada memberikan apresiasi pada siswa.
PENUTUP
Simpulan
Dari hasil pengembangan dan penerapan perangkat pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) oleh peneliti pada siswa kelas VIIF SMP Negeri 5 Sragen Semester gasal tahun pelajaran 2014 /2015, dapat disimpulkan, dengan adanya penerapan metode pembelajaran koopera-tif Group Investigation (GI) dapat mening-katkan keaktifan siswa selama kegiatan belajar mengajar di kelas berlangsung. Pelaksanaan metode pembelajaran koope-ratif Group Investigation (GI) siswa selalu dijadikan pusat pembelajaran, dalam metode ini siswa dituntut berperan aktif dalam setiap tindakan yang dilakukan mulai dari mengidentifikasikan topik sampai pada evaluasi. Setiap siswa harus dapat memberikan kontribusinya dan saling bertukar pikiran baik dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Keaktifan siswa merupakan salah satu penunjang keberhasilan belajar siswa sehingga dapat meningkatkan kompetensi siswa. Pada metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) siswa akan menjadi terbiasa dalam mengeluarkan pendapat atau bertanya sehingga hal ini akan menjadikan suasana kegiatan belajar mengajar menjadi lebih efektif.
Metode pembelajaran kooperatif Group Investigation juga dapat meningkatkan kinerja ilmiah guru. Hal ini ditunjukkan dengan langkah – langkah pembelajaran yang harus dipersiapkan dengan matang. Guru harus merencanakan kegiatan mulai dari materi pembelajaran, proses, maupun evaluasi kegiatan. Dengan metode ini guru benar – benar melakukan tugas secara profesional dan pedagogis, yang akan terus meningkatkan kemam-puan ilmiahnya.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) di SMP Negeri 5 Sragen Semester gasal tahun pelajaran 2014/2015, maka saran yang dapat diberikan sebagai sumbangan pemi-kiran untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi peserta didik SMP Negeri 5 Sragen pada khususnya sebagai berikut:
Bagi Peserta Didik: (a) Peserta didik hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau pemikirannya pada proses pembelajaran sehingga proses KBK dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.(b) Peserta didik hendaknya dapat memberikan respon yang baik terhadap guru dalam menyajikan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) sehingga dapat meningkatkan kompetensi belajar IPS siswa.
Bagi Guru: (a) Guru hendaknya dapat membiasakan penggunaan metode pembelajaran kooperatif Group Investi-gation (GI) dengan baik sehingga dapat meningkatkan kompetensi mata pelajaran IPS terpadu terhadap siswa. (b) Guru hendaknya didalam pembelajaran sebuah kelas selalu mengupayakan penggunaan metode dan media yang menarik bagi siswa sehingga dapat meningkatkan minat, perhatian dan motivasi siswa untuk memahami materi yang disajikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R.I. 1997. Classroom Instruction and Management. New Jersey: The Mc.Graw Hill Companies, Inc.
A.Suhaenah Suparno. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Bermawy Munthe. 2009. Desain pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani
Burhanudin. 2006. Penelitian tindakan kelas upaya meningkatkan minat belajarGeografi Kelas XI IPS SMA Muhamamdiyah II Mojosari Mojokerto. ptkguru.wordpress.com. diunduh tanggal 11 mei 2010
Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press
Depdikbud. 2004. kurikulum 2004. Jakarta: Depdikbud
Enco Mulyasa. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: Remadja Rosda Karya.
Fitriana Tri Palupi. 2009. Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI) dengan Pendekatan Sains-Lingkungan-Teknologi-Masyarakat
(Salingtemas) untuk Meningkatkan Kemampuan Kerja Ilmiah dan Hasil Belajar
Biologi Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 1 Malang. Skripsi, Jurusan Biologi
FMIPA Universitas Negeri Malang.
Haris Mujiman. 2009. Manajemen pelatihan Berbasis Belajar Mandiri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
H.B. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
I Made Bandem. 2007. Penerapan metode Group Investigation untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa pada mata kuliah metode Penelitian I. Disampaikan dalam
Joyce, Bruce.R. 2000. Models of Teaching. Boston: Allyn and Bacon.
Kasihani Kasbolah, (2001). Penelitian Tindakan Kelas, Malang: Universitas Negeri Malang.
Kessler, Carolyn. 1992. Cooperative Language Learning: A Teacher’s Resource Book. New Jersey: Prentice Hall Regents.
Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Nana Syaodih sukmadinata. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Nurhadi. 2004. Kurukulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Sardiman A.M. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Sastropoetro, Santoso. 1989. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin dalam Pembangunan Nasional. Alumni. Bandung
Subiantoro. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Badan Penerbit UNDIP
Sugandi, Achmad. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES.
Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Suhaida Abdul Kadir. 2002. Perbandingan Pembelajaran Kooperatif dan Tradisional Terhadap Prestasi, Atribusi Pencapaian, Konsep Kondisi Akademik dan hubungan Sosial Dalam Pendidikan Perakaunan. Malaysia: Universiti Putra Malaysia.
Winardi, 2002. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajeman. Jakarta: PT. Grafindo Persada