Penerapan Model Group Investigation Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE GROUP INVESTIGATION PADA MATA PELAJARAN IPA
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
Wahyu Dwi Nugroho
Krisma Widi Wardani
Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar UKSW
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah peningkatan hasil belajar IPA dapat diupayakan melalui model pembelajaran kooperatif tipe group investigation pada siswa kelas V SD Negeri Klero 03. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menggunakan model dari Kemmis S. dan Mc. Taggart yang terdiri dari 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Subjek penelitian ini yaitu siswa kelas V SD Negeri Klero 03 yang berjumlah 20 siswa. Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Varibel bebas adalah model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dan variabel terikatnya yaitu hasil belajar siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan non tes. Berdasarkan penelitian didapatkan data hasil belajar siswa pada pra siklus sebesar 40%, siklus I sebesar 75%, dan pada siklus II meningkat menjadi 95%. Hal ini menunjukkan bahwa indikator kinerja tercapai karena hasil belajar siswa sudah melebihi batas yang ditetapkan yaitu 90%. Sehingga dapat ditarik kesimpulan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat meningkatkan upaya hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Klero 03.
Kata kunci: Hasil Belajar IPA, Group Investigation.
PENDAHULUAN
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan sarana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Hal ini tertuang dalam Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 161) bahwa “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuanâ€.
Sesuai dengan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tentang IPA dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh konsep IPA, dalam pembelajaran dapat dilakukan melalui proses penemuan berdasarkan tahapan metode ilmiah dan dilakukan secara urut. Untuk siswa SD proses penemuan yang disusun ilmiah ini dapat dilakukan secara sederhana disesuaiakan dengan tahap perkembanagan berpikir siswa yaitu tahap berpikir konkret. Tahap penemuan ilmiah terdiri dari perumusan masalah, penyusunan kerangka berpikir atau dasar teori, penarikan hipotesis, melakukan eksperimen atau percobaan, menganalisis data, dan yang terakhir penarikan kesimpulan. Siswa dihadapkan pada pengalaman langsung agar siswa dapat melihat, menyentuh, merasakan, serta berbuat untuk membantu siswa dalam memperoleh dan memahami konsep IPA secara mendalam. Pada kondisi yang ada di sekolah pada umumnya, tahapan-tahapan ilmiah tersebut belum dilaksankan sepenuhnya.
Pada pelaksanannya, pembelajaran IPA masih jauh dari kondisi yang diharapkan. Sebelum pembelajaran dilakukan guru tidak mempersiapkan dan mengembangkan RPP meskipun terdapat RPP yang sudah jadi. Pembelajaran masih berpusat pada guru, dimana guru menggunakan metode ceramah. Aktivitas belajar terbatas pada mendengarkan penjelasan guru, mencatat materi dan mengerjkan LKS. Siswa cenderung pasif dan tidak berani mengajukan pertanyaan kepada guru. Tidak ada kelompok kerja siswa, siswa berada pada tempat duduk masing-masing menyimak penjelasan dari guru. Masih ada siswa yang pemahaman materi IPA termasuk kategori golongan rendah.
Berdasarkan data observasi, kondisi pembelajaran seperti yang diuraikan di atas perlu segera diatasi dengan mengupayakan perbaikan proses dan hasil belajar dengan menyusun strategi pembelajaran yang tepat. Pembelajaran IPA di SD merupakan dasar untuk jenjang berikutnya, sehingga perlu dilakukan suatu cara agar hasil belajar IPA dapat meningkat. Salah satu pendekatan yang dapat dipakai dalam pembelajaran IPA yaitu menggunakan model pembelajaran group investigation yaitu suatu model pembelajaran kelompok yang mengharuskan siswa untuk menggunakan skill berpikir tingkat tinggi (Miftahul Huda, 2013).
Dengan kondisi tersebut, peneliti akan memperbaiki hasil belajar siswa dengan cara mengupayakan peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe group investigation pada siswa kelas V SD Negeri Klero 03 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang semester I tahun pelajaran 2017-2018.
KAJIAN PUSTAKA
Hakikat Pembelajaran IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah sekumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) yang mengatakan bahwa IPA merupakan cara untuk mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penugasan melainkan sekumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, dan prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Sedangkan menurut Powler (dalam Samatowa 2011: 3) menjelaskan bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis (teratur). Menurut Donosepoetra (dalam Trianto 2010: 137) mengatakan bahwa IPA hakikatnya merupakan suatu produk, proses dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan, konsep dan bagan konsep. Sebagai proses, IPA merupakan proses yang digunakan untuk mempelajari suatu obyek, menentukan dan mengembangkan produk-produk sains, dan sebagai aplikasi, teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan.
Dari uraian beberapa pendapat ahli tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari alam serta segala isinya yang disusun secara sistematis yang berasal dari kumpulan observasi dan eksperimen agar melahirkan teknologi yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Model Pembelajaran Group Investigation (GI)
Group Investigation merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia (Muhamad Fathurrohman, 2015). Menurut Miftahul Huda (2013: 292), group investigation merupakan salah satu metode kompleks dalam pembelajaran kelompok yang mengharuskan siswa untuk menggunakan skill berpikir tingkat tinggi. Menurut Slavin dan Rusman (2011: 221), group investigation sangatlah ideal bila diterapkan pada mata pelajaran IPA. Sebagai bagian dari investigasi, para siswa mencari informasi dari berbagai sumber baik dari dalam maupun dari luar kelas. Para siswa selanjutnya mengevaluasi dan mensintesiskan informasi yang disumbangkan oleh setiap anggota kelompok supaya dapat menghasilkan buah karya kelompok.
Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran group investigation merupakan model dalam pembelajaran kelompok yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari tahu sendiri informasi dengan menggunkan skill berpikir tingkat tinggi. Informasi dapat dicari dari berbagai sumber, baik di dalam maupun di luar kelas yang selanjutnya para siswa mengevaluasi dan mensintesiskan informasi yang didapat ke anggota kelompok supaya menghasilkan buah karya kelompok.
Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan suatu proses yang dilakukan guru pada akhir kegiatan pembelajaran atau akhir program untuk menentukan angka hasil belajar peserta didik. Hasil belajar harus diidentifikasi melalui informasi hasil pengukuran penguasaan bidang/materi dan aspek perilaku baik melalui teknik tes dan nontes (Wardani Naniek Sulistya, dkk: 2012: 109. Dalam Asesmen Pembelajaran SD 2012). Lebih lanjut dalam Dimyati dan Mudjiono (2009). Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran. Sedangkan menurut Hamalik (2008) hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk pengetahuan, sikap dan ketrampilan.
Berdasarkan pengertian hasil belajar menurut pakar diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah proses pengukuran yang dilakukan oleh seorang guru untuk melihat perubahan tingkah laku pada diri seseorang pada akhir kegiatan pembelajaran. Tingkah laku tersebut dapat diamati dan diukur dalam bentuk pengetahuan, sikap dan ketrampilan dengan menggunakan alat ukur tes atau non tes.
METODE
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menggunakan model spiral dari C. Kemmis dan MC. Taggart (1998) dalam penelitian mengggunakan prosedur penelitian dua atau lebih siklus yaitu siklus I, siklus II dan siklus seterusnya sampai indikator kinerja tercapai. Dalam masing-masing siklus terdiri dari 3 tahapan yaitu planning (perencanaan), acting & observing (pelaksanaan tindakan dan observasi), serta reflecting (refleksi). Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus, untuk setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Klero 03 yang berjumlah 20 siswa, 7 siswa laki-laki dan 13 siswi perempuan. Variabel dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah model pembelajaran kooperatif tipe group investigation, dan variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Klero 03.
Jenis data yang digunkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari nilai siswa berawal dari nilai pra siklus, siklus I dan siklus II. Data sekunder berasal dari catatan-catatan selama perbaikan pembelajaran pada pra siklus, siklus I dan siklus II. Teknik pengumpulan data model pembelajaran kooperatif tipe group investigation menggunakan teknik tes dan non tes. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila jumlah siswa yang mencapai nilai ketuntasan sebanyak 90%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Hasil Belajar
Setelah dilakukan pembelajaran selama 2 kali pertemuan, pada akhir siklus I dilakukan tes evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa kelas V dengan tes tertulis dalam bentuk soal pilihan ganda pada mata pelajaran IPA. Berikut ini adalah data hasil belajar siswa siklus I pada mata pelajaran IPA.
Tabel 1. Frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Siklus I
No |
Rentang Nilai |
F |
Presentase (%) |
1 |
60 ≥ µ < 70 |
5 |
25 |
2 |
70 ≥ µ < 80 |
1 |
5 |
3 |
80 ≥ µ < 90 |
11 |
55 |
4 |
90 ≥ µ ≤ 100 |
3 |
15 |
Jumlah |
20 |
100 |
|
Nilai Minimal |
60 |
||
Nilai Maksimal |
95 |
||
Rata-rata |
78,3 |
Sumber: Berdasarkan hasil belajar siswa, 2017.
Dari hasil data Tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa presentase ketuntasan masih dibawah indikator kerja yang ditetapkan yaitu 90%, maka penelitian dilanjutkan ke tahap siklus II yang dilaksanakan sama dengan siklus I.
Siklus II
Setelah dilakukan pembelajaran selama 2 kali pertemuan, pada akhir siklus II dilakukan tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda. Berikut ini adalah tabel hasil belajar IPA yang diperoleh pada siklus II.
Tabel 2. Frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Siklus II
No |
Rentang Nilai |
F |
Presentase (%) |
1 |
60 ≥ µ < 70 |
1 |
5 |
2 |
70 ≥ µ < 80 |
1 |
5 |
3 |
80 ≥ µ < 90 |
1 |
5 |
4 |
90 ≥ µ ≤ 100 |
17 |
85 |
Jumlah |
20 |
100 |
|
Nilai Minimal |
65 |
||
Nilai Maksimal |
100 |
||
Rata-rata |
93,3 |
Sumber: Berdasarkan hasil belajar siswa, 2017.
Dari hasil data Tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa presentase ketuntasan sudah diatas indikator kerja yang ditetapkan yaitu 90%, maka penelitian yang dilakukan pada siswa kelas V SD Negeri Klero 03 dikatakan berhasil.
Perbandingan Hasil Belajar Pra siklus, Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan hasil tindakan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation terjadi peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA khususnya KD megidentifikasi penyesuaian diri tumbuhan dengan lingkungan tertentu untuk mempertahankan hidup pada siswa kelas V SD Negeri Klero 03 Tahun Pelajaran 2017-2018. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada perbandingan nilai IPA pra siklus, siklus I dan siklus II pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 3. Perbandingan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
No |
Nilai |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
|||
Jumlah Siswa |
Persen% |
Jumlah Siswa |
Persen% |
Jumlah Siswa |
Persen% |
||
1 |
Tuntas |
8 |
40 |
15 |
75 |
19 |
95 |
2 |
Tidak Tuntas |
12 |
60 |
5 |
25 |
1 |
5 |
Jumlah |
20 |
100 |
20 |
100 |
20 |
100 |
|
Rata-rata |
60,3 |
78,3 |
93,3 |
||||
Skor Tertinggi |
80 |
95 |
100 |
||||
Skor Terendah |
50 |
60 |
65 |
Tabel 3 merupakan perbandingan hasil belajar IPA pra siklus, siklus I dan siklus II. Pada tabel tersebut dapat dilihat adanya peningkatan jumlah ketuntasan klasikal hasil belajar IPA SD negeri Klero 03 Semester I TahunPelajaran 2017-2018 terbukti untuk klasifikasi tuntas, sebelum diadakan tindakan yang tuntas hanya 8 siswa, itu berarti 9 siswa telah memahami materi walaupun dengan kegiatan pembelajaran konvensional.
Pada siklus I terjadi peningkatan dimana siswa yang tuntas meningkat menjadi 15 siswa, yang berarti 15 siswa ini telah memahami materi pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran group investigation. Pada siklus II jumlah siswa yang tuntas berjumlah 19 siswa atau 95%. Selain itu ketuntasan belajar, peningkatan juga terlihat dari rata-rata, nilai maksimal dan nilai minimal. Rata-rata nilai pada pra siklus adalah 60,3 dengan nilai maksimal 80 dan nilai minimal 50, pada siklus I rata-rata nilai siswa yaitu 78,3 dengan nilai maksimal 95 dan nilai minimal 60. Pada siklus II rata-rata nilai siswa 93,3 dengan nilai maksimal 100 dan nilai minimal 65.
Pembahasan
Berdasarkan analisis data yang sudah didapatkan maka dapat dibuat suatu pembahasan, bahwa terjadi peningkatan hasil belajar IPA materi penyesuaian diri pada makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya pada siswa kelas V SD Negeri Klero 03 Semester I Tahun Pelajaran 2017-2018. Keberhasilan tersebut dapat dilihat pada perbandingan nilai IPA pra siklus sebesar 40%, pada siklus I mengalami peningkatan menajadi 75% dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 95%. Selain ketuntasan belajar, keaktifan siswa juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah mulai nyaman dengan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation. Terlihat dari kemauan siswa untuk bekerja sama dengan angota kelompok yang lainnya. Mencari tumbuhan dengan anggota kelompok yang lainnya untuk diidentifikasi dan sebagai acuan dalam menjawab soal dalam LKS. Siswa lebih percaya diri saat mempresentasikan di depan kelas. Siswa yang lain juga sudah berani mengajukan pertanyaan kepada kelompok yang sedang melakukan presentasi di depan kelas. Banyak sekali siswa yang sudah mau berpendapat menyimpulkan pembelajaran. Dengan keaktifan siswa selama proses pembelajaran dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa sangat antusias melakukan pembelajaran dengan model kooperatif tipe group investigation, sehingga pada setiap siklus pembelajaran hasil belajar IPA siswa mengalami peningkatan hasil belajar.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurul Hidayah tahun 2014 yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Model Pembelajaran Group Investigtaion Berbantuan Media Video pada Siswa Kelas IV SD Negeri Walitelon Utara Kecamatan Temanggung Kabupaten Temanggung terbukti bahwa model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat meningkatkan hasil belajar. Selain itu juga mendukung penelitian yang dilakukkan oleh Hesti Wahyu Amalia tahun 2014 yang menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Rowosari 1 Kecamtan Tuntang Kabupaten Semarang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suharlim tahun 2014 yang juga menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe group investigation berbantuan benda nyata dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SDN Tegalrejo Kecamatan Ngadirjo Kabupaten Temanggung. Dengan demikian hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang dirancang yaitu peningkatan hasil belajar IPA dapat diupayakan melalui model pembelajaran kooperatif tipe group investigation pada siswa kelas V SD Negeri Klero 03 Semester I Tahun Pelajaran 207-2018.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data pada pembahasan dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA dapat diupayakan melalui model pembelajaran kooperatif tipe group investigation pada siswa kelas V SD Negeri Klero 03 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester I Tahun Pelajaran 2017-2018.
Saran
Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat meningatkan keaktifan dan hasil belajar siswa, menciptakan kerjasama serta meningkatkan rasa saling menghargai di dalam kelas, dan bagi peneliti lain dapat menjadikan wawasan bagi penelitian yang serupa dengan variabel yang berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA
Amaliya, H.W. 2014. Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Mode; Pembelajaran Group Investigation (GI) Siswa Kelas 4 SD Negeri Rowosari Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Salatiga: Progam Studi PGSD Universitas Kristen Satya Wacana.
BSNP (Badan Standar Nasinal Pendidikan). 2006. Standar Isi 2006 Mata Pelajaran IPA. Jakarta: BSNP.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Fathurrohman, M. 2015. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Hamalik, O. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Hidayah, N. 2014. Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Group Investigation Berbantuan Media Video pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Walitelon Utara Kecamatan Temanggung Kabupaten Temanggung Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Salatiga: Program Studi PGSD Universitas Kristen Satya Wacana.
Huda, M. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rusman, dkk. 2011. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Press.
Samatowa, U. 2010. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks.
Samatowa, U. 2011. Pembelajaran dan Inovasi Pendidikan. Salatiga: Widya Sari Press.
Suharlim. 2014. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Berbantuan Benda Nyata untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V SDN 2 Tegalrejo Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Salatiga: Program Studi PGSD Universitas Kristen Satya Wacana.
Sulistyorini, S. 2007. Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya Dalam KTSP. Semarang: Tiara Wacana.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Wardani, Naniek S, dkk. 2012. Assesmen Pembelajaran SD. Salatiga: Widya Sari Press Salatiga.