Penerapan Model Numbered Head Together Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
SISWA KELAS IV SDN NEGERI MUKIRAN 04
PADA SEMESTER GANJILTAHUN PELAJARAN 2015/2016
Harjani
Sekolah Dasar Negeri Mukiran 04 Kecamatan Kaliwungu
ABSTRAK
PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Hasil observasi di kelas IV SD Negeri Mukiran 04 ditemukan beberapa permasalahan: pembelajaran berpusat pada guru, tidak ada permasalahan yang diajukan oleh guru, media kurang menarik perhatian siswa, keterampilan guru dan aktivitas siswa belum optimal sehingga hasil belajar siswa rendah. Rumusan masalah dalam penelitian adalah bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran yang terdiri atas keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar pada pembelajaran PKn pada siswa kelas IV SD Negeri Mukiran 04? Tujuan penelitian adalah meningkatkan kualitas embelajaran, keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar dalam mata pelajaran PKn pada siswa kelas IV SD Negeri Mukiran 04. Rancangan penelitian adalah penelitian tindakan kelas dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian terdiri atas tiga siklus masing-masing siklus satu kali pertemuan. Subjek penelitian adalah guru dan 25 siswa kelas IV SD Negeri Mukiran 04. Teknik pengumpulan data menggunakan tes, observasi, dokumentas. Hasil observasi keterampilan guru siklus I memperoleh skor 23 dengan kriteria baik. Pada siklus II memperoleh skor 27 dengan kriteria baik. Kemudian pada siklus III meningkat dengan perolehan skor 31 dengan kriteria sangat baik. Hasil observasi aktivitas siswa siklus I memperoleh skor 15,27 dengan kriteria baik. Siklus II meningkat dengan skor 18,54 dengan kriteria baik. Pada siklus III kembali meningkat dengan perolehan skor 20,27 termasuk dalam kriteria sangat baik. Ketuntasan belajar klasikal siklus I adalah 48%, siklus II meningkat menjadi 64%, dan kemudian pada siklus III kembali meningkat menjadi 84%. Berdasarkan data tersebut diatas menunjukkan adanya peningkatan pada keterampilan guru , aktivitas siswa, dan ketuntasan klasikal belajar siswa. Simpulan dari penelitian ini adalah melalui penerapan Model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa Kelas IV SD Negeri Mukiran 04 pada mata pelajaran PKn. Saran yang diberikan yaitu guru hendaknya menggunakan model inovatif dan media yang bervariasi dalam pembelajaran.
Kata Kunci: Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa, Model pembelajaran Numbered Head Together
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Berdasarkan Standart Kompetensi dasar tingkat SD/MI dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang standart isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa standart isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa Standart Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Pendidikan Kewarganegaraan di SD/MI merupakan standart minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif (KTSP, 2007:29)
Tujuan dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep Pendidikan kewarganegaraan, berpartisipasi secara aktif, bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menangggapi isu-isu kewarganegaraan. Ruang lingkup dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan mencakup aspek-aspek yaitu Persatuan dan Kesatuan, norma, hukum, peraturan, hak asasi manusia, kebutuhan warga Negara, Pancasila, kekuasaan, dan politik serta globalisasi. (Standart Isi, 2006:30)
Berdasarkan dari pencapaian hasil observasi dan evaluasi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas IV semester 1 tahun ajaran 2015/2016. Dalam ulangan harian pada materi Sistem Pemerintah Pusat, nilai siswamasih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 75. Data hasil belajar siswa ditunjukkan dengan nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 85 dengan rerata kelas 64. Dari 25 siswa, yang mencapai target ketuntasan belajar hanya 28 % atau sebanyak 8 siswa, sedangkan yang belum mencapai target ketuntasan belajar mencapai 72% atau sebanyak 17 siswa. Dengan melihat data hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaan maka perlu sekali proses pembelajaran untuk ditingkatkan kualitasnnya, agar siswa mampu meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SD N Mukiran 04.
Fenomena pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tersebut diatas, merupakan gambaran yang terjadi di SD N Mukiran 04. Berdasarkan refleksi awal yang dilakukan pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dinyatakan bahwa kualitas pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan masih belum optimal, karena guru kurang terampil dan kreatif dalam menyajikan materi, pelajaran bersifat hafalan semata sehingga siswa kurang aktif dan kurang bergairah mempelajarinya, sehingga siswa menjadi cepat merasa bosan saat proses pembelajaran, selain itu penggunaan alat peraganya pun masih minim sekali.
Berdasarkan diskusi tim peneliti dengan guru kelas IV, untuk memecahkan masalah pembelajaran tersebut, tim kolaborasi menetapkan alternatif tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dapat mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan meningkatkan kreatifitas guru. Maka peneliti menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT), model pembelajaran Numbered Head Togetherakan menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Dengan menggunakan tipe NHT (Numbered Head Together) siswa akan lebih berperan aktif dalam pembelajaran sedangkan guru hanya bertugas sebagai fasilitator dan pembimbing yang akan menunjang kegiatan siswa. Dengan Numbered Head Together, diharapkan dapat memotivasi siswa dalam belajar Pendididkan Kewarganegaraan, sehingga prestasi belajarnya pun akan meningkat.
NHT (Numbered Head Together) atau penomoran berpikir bersama adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternative terhadap struktur kelas tradisional. NHT juga merupakan suatu pendekatan yang dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Trianto, 2007:62).
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, dimana dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) siswa lebih aktif, kreatif, dan terampil sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.Siswa juga akan mendapatkan pengalaman belajar yang lebih bervariasi dan mampu bekerja sama dengan teman kelompok serta dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi pelajaran sehingga dapat meningkatkan semangat belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Dari ulasan latar belakang tersebut, maka peneliti akan mengkaji melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Numbered Head Together Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas IV SDN Negeri Mukiran 04 Pada Semester GanjilTahun Pelajaran 2015/2016â€.
Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas maka dapat diambil rumusan masalah secara umum, yaitu:
Bagaimana cara meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Mukiran 04 pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan?
Kemudian dari rumusan masalah tersebut dapat dirinci lebih lanjut menjadi poin-poin sebagai berikut:
1) Apakah model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas IV SD N Mukiran 04?
2) Apakah model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas IV SD N Mukiran 04 dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan?
3) Apakah model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas IV SD N Mukiran 04?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mendiskripsikan peningkatan keterampilan guru dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together
2. Mendeskripsikan peningkatkan aktivitassiswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together
3. Mendeskrisikan peningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui model pembelajaran Numbered Head Together
LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Prestasi Belajar
Prestasi belajar mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Beberapa ahli mengungkapkan pendapatnya mengenai pengertian prestasi belajar. Halmar (2006:4) mengungkapkan bahwa untuk mengetahui dan mengukur kemampuan seseorang yang merupakan hasil belajarnya yang bersifat mental atau psikis harus dibuktikan dengan penampilan (performance) dan itulah yang disebut prestasi belajar.
Zaenal Arifin (1990:2) mengungkapkan bahwa kata “prestasi†berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, kemudian dalam Pendidikan Kewarganegaraan menjadi “prestasi†yang berarti “hasil usahaâ€. Menurut W. S. Winkel prestasi belajar adalah bukti usaha yang dicapai. Lebih lanjut W. S. Winkel (dalam Musriah, 2009:60) mengungkapkan bahwa prestasi belajar merupakan bukti usaha yang dicapai melalui proses mental yang mengarah pada penguasaan pengetahuan, kecakapan/ skill, kebiasaan atau sikap, yang semuanya diperoleh, disimpan, dan dilaksanakan sehingga menimbulkan tingkah laku yang progresif dan adaptif yang merupakan hasil dari pengalaman.
Dari pendapat para ahli di atas tentang pengertian prestasi belajar, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil usaha yang diperoleh berupa informasi atau pengetahuan yang menimbulkan perubahan tingkah laku dalam diri individu dari suatu kegiatan belajar yang dilakukan.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat berbagai variasi model pembelajaran, diantaranya terdapat berbagai pendekatan yang merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif. Salah satu dari model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).
Model pembelajaran tipe Numbered Head Together ini merupakan salah satu dari banyak tipe atau variasi pembelajaran kooperatif. Karena Numbered Head Together hanya salah satu variasi atau tipe pembelajaran kooperatif, maka semua prinsip dasar pembelajaran kooperatif melekat pada tipe ini. Hal ini berarti dalam Numbered Head Together ada saling ketergantungan positif antar siswa, ada tanggung jawab perseorangan, serta ada komunikasi antar anggota kelompok. Perlibatan siswa secara kolaboratif dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama ini memungkinkan Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar.
Lie (2002:59) mengungkapkan bahwa model pembelajaran Numbered Head Together dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, selain itu juga dapat mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. tehnik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Menurut Trianto (2009:83) model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Numbered Head Together pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen pada tahun 1993 untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Kerangka Berpikir
Pendidikan kewarganegaraan adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, Pendidikan Kewarganegaraan juga digunakan sebagai sarana dalam memperkaya wawasan dan membentuk kepribadian yang integral sebagai warga negara. Kenyataan selama pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan masih menggunakan pendekatan konvensional. Pendekatan ini memusatkan pembelajaran pada guru, sehingga banyak siswa yang merasa bosan. Untuk mengatasai hal tersebut, guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).
Pada dasarnya tujuan dari model pembelajaran Numbered Head Together ini bertujuan untuk mengembangkan kerja tim, keterampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian. Dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together dapat menimbulkan motivasi, antusias siswa dalam mengikuti proses pembelajaran serta mengurangi kebosanan dan kejenuhan siswa pada saat pembelajaran.
Model pembelajaran Numbered Head Together adalah tehnik pembelajaran kooperatif dimana siswa memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together memungkinkan adanya pengumpulan pengetahuan dan memberikan peserta informasi dari bab-bab yang tidak mereka baca, serta dengan adanya pengelompokan pada model pembelajaran Numbered Head Together memungkinkan peserta didik untuk berbagi perspektif yang berbeda tentang bacaan yang sama, yang secara potensial diakibatkan oleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap salah satu bab.
Tidak seperti struktur yang ada pada pembelajaran tradisional seperti siswa harus mengacungkan tangan terlebih dahulu kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan, karena suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas. Siswa berebut untuk memdapatkan kesempatan dalam menjawab pertanyaan. Dalam model pembelajaran Numbered Head Together terdapat fase menjawab dimana guru menunjuk salah satu nomor siswa sehingga lebih memungkinkan setiap anggota kelompok untuk lebih bertanggungjawab pada pertanyaan yang diberikan oleh guru. Dengan demikian model pembelajaran Numbered Head Together akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Pada kondisi awal yang terlihat di kelas IV SD N Mukiran 04aktivitas siswa sangat kurang dan peran aktif siswa di kelas sangat pasif begitu juga dengan motivasi belajar siswa yang sangat rendah.Hal ini mengakibatkan hasil belajar siswa sangat menurun. Selain itu dalam proses pembelajaran guru cenderung menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi pembelajaran, yang mengakibatkan pembelajaran menjadi sangat monoton dan membosankan. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah tersebut menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan aktivitas siswa dan keterampilan guru sehingga kualitas pembelajaran pun dapat meningkat.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together, maka keterampilan guru, aktivitas siswa, dan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Mukiran 04 dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan akan meningkat.
METODE PENULISAN
Setting Penelitian
Penelitian direncanakan pada hari Kamis tanggal 12 November 2015 untuk siklus 1, siklus 2 pada Kamis tanggal 19 November 2015, dan siklus 3 pada hari Kamis tanggal 26 November 2015.
Penelitian dilakukan di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Mukiran 04 Kecamatan Mukiran Kabupaten Semarang, yang merupakan objek Penelitian.
Sesuai dengan dengan karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) antara lain bahwa penelitian dilakukan atau dalam upaya menyelesaikan masalah pembelajaran yang dirasakan oleh guru dan siswa atau permasalahan yang aktual yang dirasakan oleh guru dan siswa.Berdasar dari uraian yang dipaparkan pada latar belakang alasan mengapa penelitian dilakukan di kelas IV, karena siswa kelas IV itulah yang mempunyai masalah dalam penguasaan materi mata pelajaran PKn.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Mukiran 04 Desa Mukiran Kecamatan Mukiran Kabupaten Semarang sebanyak 25 orang yang terdiri dari 12orang laki-laki dan perempuan sebanyak 13 orang.
Prosedur Penelitian
Kegiatan penelitian ditempuh melalui prosedur yang ditentukan, yaitu melalui empat tahap, yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, observasi dan pencatatan pembelajaran, dan analisis serta refleksi pembelajaran
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENULISAN
Deskripsi Kondisi Awal
1. Gambaran Sekolah
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Mukiran 04 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang, dengan subyek penelitian siswa Kelas IV sebanyak 25 siswa. Letak Sekolah Dasar Negeri Mukiran 04 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang.
Sekolah Dasar Negeri Mukiran 04 terletak di desa Mukiran Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang. Suasana Sekolah Dasar Negeri Mukiran 04 masih asri dengan suasana pedesaan, di barat Sekolah Dasar Negeri Mukiran 04 terdapat musola dan pemukiman warga, di sebelah utara terdapat jalan, sebelahtimur terdapat perumahan warga, dan di sebelah selatan terdapat perkebunan.
Ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=75) sebanyak 18 siswa atau 72%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 7 siswa dengan persentase 28%.
Deskripsi dan Pembahasan Siklus 1
Tindakan pembelajaran yang akan dilaksanakan adalah dengan menggunakan pendekatan NHT (Numbered Heads Together), siswa dalam kegiatan belajar akan dikelompokkan kelompok, setiap kelompok terdiri dari 6 orang, dengan tujuan agar siswa dalam kelompok memperoleh kesempatan yang lebih banyak dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Hasil Belajar Siswa Siklus I
Ketuntasan belajar siswa pada siklus I dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=75) sebanyak 13 siswa atau 52%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 12 siswa dengan persentase 48%.
Refleksi Pelaksanaan Siklus I
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan pada kegiatan refleksi, maka perlu diperbaiki dan perlu diadakan revisi pada pertemuan berikutnya. Adapun rencana perbaikan yang peneliti rancang adalah sebagai berikut:
a. Guru mencatat hal-hal yang harus dilakukan sewaktu proses pembelajaran dalam siklus selanjutnya agar tidak lupa, misalnya menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Memberikan petunjuk atau perintah yang jelas dalam tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
c. Memotivasi dan membangkitkan keberanian siswa untuk bertanya dan mengemukakan pendapat tanpa disertai rasa takut ataupun malu.
Hasil refleksi dari siklus I merupakan rekomendasi untuk siklus II agar pembelajaran lebih baik dan sesuai dengan tujuan penulisan. Adapun kegiatan perencanaan untuk kegiatan pembelajaran siklus 2 antara lain merefisi Rencana Pelaksanaan pembelajaran terutarna dalam Proses Belajar Mengajar.
Deskripsi dan Pembahasan Siklus 2
Ketuntasan belajar siswa Siklus II dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=75) sebanyak 9 siswa atau 36%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 16 siswa dengan persentase 64%.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan pada kegiatan refleksi, maka perlu diperbaiki dan perlu diadakan revisi pada pertemuan berikutnya. Adapun rencana perbaikan yang peneliti rancang adalah sebagai berikut:
a. Memberikan petunjuk atau perintah yang jelas dalam tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
b. Memotivasi dan membangkitkan keberanian siswa untuk bertanya dan mengemukakan pendapat tanpa disertai rasa takut ataupun malu.
c. Memberikan waktu yang lebih untuk membimbing siswa baik secara individu maupun secara kelompok.
d. Memusatkan perhatian siswa agar memperhatikan presentasi, misalnya dengan menunjuk siswa untuk menanggapi hasil diskusi.
Hasil refleksi dari siklus 2 merupakan rekomendasi untuk siklus 3 agar pembelajaran lebih baik dan sesuai dengan tujuan penulisan. Adapun kegiatan perencanaan untuk kegiatan pembelajaran siklus 3 antara lain merefisi Rencana Pelaksanaan pembelajaran terutarna dalam Proses Belajar Mengajar.
Deskripsi Dan Pembahasan Siklus 3
Berdasarkan data yang terkumpul dari hasil evaluasi yang dilaksanakan pada Siklus 3, masih banyak siswa yang salah, secara rinci hasil yang diperoleh siswa adalah sebagai berikut:
Ketuntasan belajar siswa Siklus III dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=75) sebanyak 4 siswa atau 16%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 21 siswa dengan persentase 84%.
Berdasarkan deskripsi data perlaksanaan tindakan siklus 3 pada pembelajaran PKn melalui model pembelajaran Numbered Head Together pada kelas IV SD Negeri Mukiran 04 Kabupaten Semarang diperoleh kesimpulan bahwa keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan dan memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Sehingga peneliti menetapkan bahwa penelitian tindakan kelas ini dicukupkan pada siklus II. Namun penelitian tindakan kelas masih dimungkinkan untuk dilanjutkan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) menciptakan suasana yang kondusif sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar, 2) lebih mendekatkan diri kepada siswa untuk memberikan bantuan dan bimbingan secara individu, 3) selalu memotivasi siswa untuk percaya diri terhadap jawaban maupun pendapat yang dimiliki.
Keterampilan guru sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus I menjadi baik, dan mengalami peningkatan lagi menjadi lebih baik pada siklus II, dan pada siklus III mengalami peningkatan lagi menjadi sangat baik. Aktivitas siswa sebelum perbaikatermasuk dalam kriteria cukup, pada siklus I menjadi baik, dan mengalami peningkatan lagi menjadi lebih baik pada siklus II, dan pada siklus III mengalami peningkatan lagi menjadi sangat baik. Persentase ketuntasan klasikal hasil belajarsebelum perbaikan 28%, siklus I 48% , siklus II 64%, dan siklus III 84%. Pelaksanaan tindakan dari siklus I sampai dengan siklus III menunjukkan adanya peningkatan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui Model pembelajaran Numbered Head Togetheryang telah dilaksanakan di kelas IVSD N Mukiran 04, maka penulismenyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Penerapan Model pembelajaran Numbered Head Together pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas IV SD N Mukiran 04 dapat meningkatkan keterampilan guru. Hal iniditunjukkan oleh peningkatan skor keterampilan guru pada setiap siklusnya. Perolehan skor keterampilan guru pada siklus I sebesar 23 dengan kriteria baik, siklusII sebesar 27 dengan kriteria baik, dan siklus III sebesar 31 dengan kriteria sangat baik.
2. Penerapan Model pembelajaran Numbered Head Together pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas IV SD N Mukiran 04 dapat meningkatkan aktivitas siswa.Hal ini ditunjukkanoleh peningkatan skor aktivitas siswa pada setiap siklusnya. Perolehan skor aktivitas siswa pada siklus I sebesar 15,17 dengan kriteria baik,siklus II sebesar 18,54 dengan kriteria baik, dan siklus III sebesar 20,27 dengan kriteria sangat baik.
3. Penerapan Model pembelajaran Numbered Head Together pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas IV SD N Mukiran 04 dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan persentase ketuntasan belajar klasikal pada setiap siklusnya. Persentase ketuntasan belajar klasikal pada siklus I sebesar 48%, siklus II 64% dan meningkat lagi pada siklus III 84%. Perolehan skor pada siklusIII telah memenuhi indikator keberhasilan hasil belajar siswa yaitu ≥80% siswa mengalami ketuntasan belajar.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, dalam upaya perbaikan proses belajar mengajar, serta meningkatkan pemahaman siswa terhadap pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, ada beberapa hal yang perlu disampaikan antara lain:
1. Guru harus mengetahui kemampuan, kelemahan, kesempatan, dan tantangan setiap kali akan merencanakan sebuah pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan aktivitas guru dalam pembelajaran
2. Guru hendaknya menggunakan model yang sesuai dengan pembelajaran dan kondisi kelas, diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika.
3. Guru hendaknya menyampaikan materi yang sesuai dengan tingkat kemampuan berfikir siswa dan disampaikan secara sistematis.
4. Dalam memilih media, hendaknya disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan.
5. Sebaiknya guru menggunakan tema yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik untuk mengaitkan mata pelajaran khususnya di kelas rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Anni, Catarina Tri. 2007. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV Yrama Widya.
BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2007. Standar Isi Tingkat SD/MI. Jakarta: Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Halmar, Mustofa. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Semarang: Sa Press.
Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasibuan, dkk. 2009. Macam-macam Keterampilan Guru. Remaja Rosdakarya.
Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Gramedia.
Poerwanti, Endang dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Rifa’i, Ahmad dan Catharina Tri Anni. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press.
Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning: Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suyadi. 2012. Panduan Penelitian tindakan Kelas. Yogyakarta: DIVA Press.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi pustaka.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya: Kencana.
Winataputra, Udin S. dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.