PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DEMONSTRASI

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

 

Malchi Joni Toronge

Guru SD Negeri 3 Tobelo

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui Penerapan Model Pembelajaran Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Bangun Ruang Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Tobelo. Metode Penelitian menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan analisis statistik deskriptif dan infrensial. Sampel dalam penelitian ini merupakan sampel populasi berjumlah 33 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan Test. Uji asumsi yang dilakukan adalah uji normalitas, uji homogenitas dan linieritas. Uji Hipotesis menggunakan analisis paired sample t test. Hasil penelitian mean pre test sebesar 68,09 dengan standar deviasi 5,370; pre-test kategori baik dan mean post test sebesar 73,48 dengan standar deviasi 6,671 Hasil belajar siswa tergolong kategori baik. hasil uji normalitas, dalam pengambilan keputusan digunakan tingkat kepercayaan 95%. Tingkat signifikansi (α) = 100% – tingkat kepercayaan = 100% – 95% =5% = 0,05. Untuk data yang sudah pre_test, Kolmogorov-Smirnov Z = 0,957 dengan Asymp.sig 0,319 > 0,05 dan untuk data yang sudah post_test, Kolmogorov-Smirnov Z = 1,138 dengan Asymp.sig 0,150 > 0,05 maka diperoleh asumsi data pre-test dan post-test berdistribusi normal. Pada Uji Homogenitas hasil F hitung sebesar 13,091 dengan sig 0,001. Dengan mengunakan tingkat kepercayaan 95%, diperoleh tingkat signifikansi 0,05 dan Ftabel(0,05;V1:V2) Ftabel (0,05; 1:64) = 3,988. Dapat ditarik kesimpulan bahwa Sig 0,001 < 0,05 dan Fhitung (13,091) > Ftabel (3,988) yang berarti data pretes dan postest homogen. Sig. Deviation from Linearity 0,094 maka terdapat hubungan yang linear variabel X dengan variabel Y karena Sig. Deviation from Linearity 0,094 > 0,05. Hal ini diperkuat oleh F hitung = 1.990 sedangkan F tabel (1/33), 0,05 = 4,065 dimana F hitung < F Tabel ; 1,990 < 4,065. uji-paired sampel test, didapat t-hitung = 6,205 dan derajat bebas (dk) = 33-1=32 sehingga t-tabel (0,05;32) = 2,038. Jadi t-hitung > t-tabel (6,205>2,038). Berdasarkan hasil uji- t menerima H1 maka yang menyatakan ada perbedaan rataan pos test dengan pre test, diterima. Terdapat peningkatan nilai rataan sebesar 73,48-68,09 = 5,4 poin

Kata kunci: Model, Pembelajaran Demonstrasi, Hasil Belajar Matematika

 

PENDAHULUAN

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan mulai dari jenjang pendidikan dasar, selain sebagai sumber ilmu yang lain, juga merupakan sarana berpikir logis, analis, dan sistematis. Sebagai mata pelajaran yang berkaitan dengan konsep-konsep yang abstrak, maka dalam penyajian materi pelajaran, matematika harus dapat disajikan lebih menarik dan sesuai dengan kondisi dan keadaan siswa. Hal ini tentu saja dimaksudkan agar dalam proses pembelajaran siswa lebih aktif dan termotivasi untuk belajar, sehingga siswa memperoleh hasil belajar yang baik. Untuk itulah perlu adanya pendekatan khusus yang diterapkan oleh guru.

Pendekatan khusus dengan memperhatikan paradigma baru pendidikan yang lebih menekankan pada siswa sebagai manusia yang memiliki potensi untuk belajar dan berkembang. Siswa harus aktif dalam pencarian dan pengembangan pengetahuan. Kebenaran ilmu tidak terbatas pada apa yang disampaikan oleh guru. Guru harus mengubah perannya, tidak lagi sebagai pemegang otoritas tertinggi keilmuan dan indoktriner, tetapi menjadi fasilitator yang membimbing siswa ke arah pembentukan pengetahuan oleh diri mereka sendiri.

Melalui paradigma baru tersebut diharapkan di kelas siswa aktif dalam belajar, aktif berdiskusi, berani menyampaikan gagasan dan menerima gagasan dari orang lain, kreatif dalam mencari solusi dari suatu permasalahan yang dihadapi dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi.

Rasional pembelajaran matematika di sekolah, masih tampak banyak kekurangan. Pembelajaran matematika di sekolah dasar mengabaikan ide-ide, gagasan serta kurang mengembangkan potensi siswa secara optimal. Pembelajaran matematika hanya sekedar siswa memperhatikan. Guru terjebak pada metode mengajar ceramah monoton, statis, tanpa menggunakan metode variasi yang lainnya. Hal ini merupakan kendala atau hambatan yang dihadapi oleh guru kelas. Akibatnya, aktivitas dan perkembangan potensi siswa dalam pembelajaran rendah dan tidak mencapai hasil belajar matematika secara optimal.

Berdasarkan pengamatan terhadap proses belajar mengajar matematika kelas IV SD Negeri 3 Tobelo, terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran matematika, salah satunya adalah kurangnya pemahaman siswa terhadap materi-materi yang diajarkan oleh guru. Kondisi tersebut disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya yaitu: (1) siswa kurang memperhatikan materi yang disampaikan karena merasa bosan dengan model pembelajaran yang monoton yaitu lebih banyak didominasi oleh guru, sehingga siswa menjadi kurang aktif dan hasil belajar menjadi di bawah KKM (7) yang telah ditentukan sebagaimana hasil belajar siswa berdasarkan nilai ulangan semester genap tahun ajaran 2018/2019 diperoleh siswa yang mencapai nilai KKM 7 sebanyak 10 siswa dari 30 siswa atau sebesar 33,33% dan sisanya sebanyak 20 siswa tidak mencapai nilai KKM yaitu sebesar 66,67%, (2) Cara mengajar guru membosankan (pembelajaran yang dilakukan guru satu arah saja), kurang menarik perhatian siswa, (3) Dalam proses belajar mengajar selama ini hanya sebatas pada upaya menjadikan siswa mampu dan terampil mengerjakan soal-soal yang ada sehingga pembelajaran yang berlangsung kurang bermakna dan terasa membosankan serta siswa kesulitan dalam menghubungkan materi dengan peristiwa sehari-hari. (4) suasana pembelajaran yang hanya menghadap kedepan papan tulis saja tanpa menggunakan media sehingga pembelajaran terkesan kaku. (5) ketakutan siswa dalam menyampaikan persoalan atau gagasan yang dia peroleh karena bayang-bayang kesalahan.

Hal ini apabila dibiarkan terus menerus akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran seperti yang diharapkan. (6) Selama ini rendahnya motivasi belajar siswa lebih banyak disebabkan karena pendekatan, metode, atau pun strategi tertentu yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran masih bersifat tradisional, dan kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pola pikirnya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Akibatnya kreatifitas dan kemampuan berpikir matematika siswa tidak dapat berkembang secara optimal.

Oleh karena itulah guru perlu memilih model pembelajaran atau pendekatan yang dapat membantu mengembangkan pola pikir siswa dan daya tarik siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan guru. Uno (2009) motivasi sangat menentukan kualitas perilaku seseorang. Motivasi seseorang dalam melaksanakan sesuatu tinggi atau rendah disimpulkan dari kualitas perilakunya, yaitu yang ditunjukkan oleh kesungguhan, ketekunan, perhatian, dan ketabahan.

Model pembelajaran demonstrasi merupakan cara mengajar di mana seorang instruktur atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan sesuatu proses (relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan), sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati, mendengar, mungkin meraba-raba, dan merasakan proses yang dipertunjukkan oleh guru tersebut.

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan sesuatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media penggunaan yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Pengertian lain dari para ahli mengenai pengertian dari metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.

Metode demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan menggunakan alat-alat bantu penggunaan seperti benda-benda miniatur, gambar, perangkat alat-alat laboratorium dan lain-lain. Dengan model pembelajaran demonstrasi boleh jadi merupakan suatu pendekatan metode yang menjanjikan dalam pembelajaran matematika.

Diharapkan dengan penggunaan metode demonstrasi ini siswa dan guru terlibat dalam suatu kegiatan, dan secara berkelanjutan menjadikan siswa sebagai seorang penanya, sebagai orang yang selalu ingin mencari tahu, sebab dalam pikirannya terdapat pertanyaan dan keingintahuan sehingga hasil belajar siswa dapat mengalami peningkatan.

Langkah-langkah penggunaan metode demonstrasi yang akan dilakukan di SD Negeri 3 Tobelo adalah pertama melakukan perencanaan yang matang sebelum memulai pelajaran. Selanjutnya merumuskan tujuan pembelajaran dengan metode demonstrasi kemudian membuat garis besar langkah-langkah metode demonstrasi dan menentukan apakah akan dilakukan oleh siswa atau guru, demonstrasi harus menarik perhatian siswa dan mengupayakan agar siswa aktif dalam proses pembelajaran setelah itu melakukan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengethui “Penerapan Model Pembelajaran Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Bangun Ruang Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Tobelo”.

Hipotesis empirik dalam penelitian ini adalah tujuan yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah terdapat peningkatan hasil belajar matematika yang positif dan signifikan dari penerapan model pembelajaran demonstrasi materi bangun ruang pada kelas IV SD Negeri 3 Tobelo.

 

 

 

LANDASAN TEORI

Pengertian Metode Demonstrasi

Menurut Sudirman (1991:133) kata lain dari metode demonstrasi adalah memberikan variasi dalam cara-cara guru mengajar dengan menunjukkan bahan yang diajarkan secara nyata baik dalam bentuk benda asli maupun tiruan sehingga siswa – siswi dapat mengamati dengan jelas dan pelajaran lebih tertuju untuk mencapai hasil yang dinginkan. Djamarah (2000) menyebut metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran.

Metode Demonstrasi ialah metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu pada siswa. Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat di lakukan oleh guru atau anak didik itu sendiri.

Peran penggunaan metode demonstrasi mampu mengkomunikasikan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pemberi kepada penerima. Oleh karena itu dalam merancang proses belajar hendaknya dipilih metode yang benar-benar efektif dan efisien atau merancang metode sendiri sehingga dapat menyampaikan pesan pembelajaran, yang akhirnya terbentuk kompetensi tertentu dari siswa. Metode yang dimaksud dalam penelitian ini adalah metode demonstrasi.

Metode demonstrasi mempunyai kemampuan atau potensi mengatasi kekurangan-kekurangan guru, metode demonstrasi mampu menyampaikan materi secara jelas dan mudah di pahami siswa. Dengan demikian penggunan metode demonstrasi dapat menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan. Dari hal tersebut maka proses belajar akan efektif dan prestasi belajar siswa akan meningkat.

Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan mempertunjukkan kepada siswa suatu proses atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya maupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.

Dari definisi-definisi di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa metode demonstrasi adalah cara – cara guru dalam mengajar dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, kejadian, urutan melakukan suatu kegiatan atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk yang sebenarnya maupun tiruan melalui penggunaan berbagai macam media yang relevan dengan pokok bahasan untuk memudahkan siswa agar kreatif dalam memahami materi.

Hakikat Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Menurut Sagala (2010:61), pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar, merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Darmodjo., Kaligis (1993:12) menyatakan bahwa mengajar dan belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dipisahkan dalam pembelajaran.

Pembelajaran akan berhasil apabila terjadi proses mengajar dan proses belajar yang harmoni. Proses belajar mengajar tidak dapat berlangsung hanya dalam satu arah, melainkan dari berbagai arah (multiarah) sehingga memungkinkan siswa untuk belajar dari berbagai sumber belajar yang ada.

Matematika sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan Matematika menjadi penting. Struktur kognitif anak tidak dapat dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuwan. Anak perlu dilatih dan diberi kesempatan untuk mendapatkan keterampilan-keterampilan dan dapat berpikir serta bertindak secara ilmiah.

Adapun Matematika untuk anak Sekolah Dasar dalam Samatowa (2011:12) didefinisikan oleh Paolo., Marten yaitu sebagai berikut: mengamati apa yang terjadi, mencoba apa yang diamati, mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi, menguji bahwa ramalan-ramalan itu benar. Menurut Sulistyorini (2007: 8), pembelajaran Matematika harus melibatkan keaktifan anak secara penuh (active learning) dengan cara guru dapat merealisasikan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan pada anak didik untuk melakukan keterampilan proses meliputi: mencari, menemukan, menyimpulkan, mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman yang dibutuhkan.

Menurut De Vito, et al dalam Samatowa (2011:146), pembelajaran Matematika yang baik harus mengaitkan Matematika dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, membangkitkan ide-ide siswa, membangun rasa ingin tahu tentang segala sesuatu yang ada di lingkungannya, membangun keterampilan(skill) yang diperlukan, dan menimbulkan kesadaran siswa bahwa belajar Matematika menjadi sangat diperlukan untuk dipelajari. Menurut Darmojo., Kaligis (1993:7), pembelajaran Matematika didasarkan pada hakikat Matematika sendiri yaitu dari segi proses, produk, dan pengembangan sikap.

Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar sebisa mungkin didasarkan pada pendekatan empirik dengan asumsi bahwa alam raya ini dapat dipelajari, dipahami, dan dijelaskan yang tidak semata-mata bergantung pada metode kausalitas tetapi melalui proses tertentu, misalnya observasi, eksperimen, dan analisis rasional. Dalam hal ini juga digunakan sikap tertentu, misalnya berusaha berlaku seobjektif mungkin dan jujur dalam mengumpulkan dan mengevaluasi data.

Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu tujuan yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. Menurut Nana Sudjana (2005: 49), hasil belajar tersebut nampak dalam perubahan tingkah laku yang secara teknik dirumuskan dalam sebuah pertanyaan verbal melalui tujuan pengajaran (tujuan instruksional). Dengan demikian, rumusan tujuan pengajaran berisikan hasil belajar yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa setelah mengalami proses belajar.

Hasil belajar dapat dikatakan baik dan memuaskan jika perubahan perilaku siswa bersifat positif dan berguna bagi dirinya sendiri dan kehidupan bermasyarakat. Menurut Gagne belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal, kondisi internal dan hasil belajar (Dimyati & Mudjiono, 2009: 10). Dari ketiga komponen penting dalam kegiatan belajar tersebut yang menjadi tujuan akhir dari proses belajar adalah hasil belajar.

Perubahan tingkah laku yang ditunjukkan berupa kemampuan dalam mengemukakan pendapat merupakan kemampuan afektif. Kemampuan untuk menggunakan kecerdasannya dalam memecahkan masalah merupakan kemampuan kognitif siswa. Kemampuan kognitif siswa diperoleh melalui suatu aktifitas mental dalam suatu proses pembelajaran. Sedangkan kemampuan siswa dalam melakukan gerak merupakan kemampuan motorik yang dapat dilihat dari kerja siswa.

Dari hasil-hasil belajar tersebut dapat dijelaskan bahwa sebenarnya hasil belajar memiliki manfaat yang banyak bagi individu itu sendiri. Hasil belajar yang dicapai siswa banyak dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan lingkungan belajar, terutama kualitas pengajaran (Sudjana, 2005: 43). Kemampuan siswa yang dapat berpengaruh terhadap hasil belajar dapat berupa motivasi, minat, bakat dan kebiasaan belajar. Untuk memperoleh hasil belajar yang baik, maka pengajar harus memberikan motivasi pada siswa yang terkait dengan beberapa faktor yang terdapat dalam diri siswa tesebut.

Kualitas pengajaran juga merupakan faktor yang sangat penting untuk memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Jadi, pengajar harus menentukan strategi belajar yang tepat agar dapat membantu siswa memperoleh hasil belajar yang baik. Hasil belajar merupakan suatu ukuran yang menyatakan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran yang dilakukan.

Dalam penelitian ini hasil belajar siswa diukur dengan aspek/ranah kognitif. Ranah kognitif merupakan hasil belajar siswa berupa kecerdasan intelektual yang diukur dengan memberikan tes kemampuan kepada siswa. Hasil tes tersebut dapat digunakan untuk menyimpulkan keberhasilan suatu proses pembelajaran.

Menurut uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa hasil belajar merupakan suatu ukuran yang menyatakan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran yang dilakukan. Adanya beberapa komponen dari luar maupun dari dalam yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini hasil belajar siswa diukur dari ketercapaiannya suatu pembelajaran yang diberikan oleh guru. Hasil belajar siswa berupa kecerdasan intelektual yang diukur dengan memberikan tes belajar kepada siswa yang kemudian digunakan untuk menyimpulkan keberhasilan suatu proses pembelajaran.

Kerangka Berpikir

Dalam pembelajaran Matematika di SD, guru lebih sering menggunakan metode ceramah. Ceramah adalah suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan Roestiyah (2001).

Dalam metode ceramah, siswa hanya berperan sebagai penerima dan tidak diajarkan untuk berpikir kritis. Dalam metode demonstrasi guru memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, kejadian, urutan melakukan suatu kegiatan atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk yang sebenarnya maupun tiruan melalui penggunaan berbagai macam media yang relevan dengan pokok bahasan untuk memudahkan siswa agar kreatif dalam memahami materi.

Berbeda dengan metode ceramah dimana guru sebagai pusat pembelajaran, metode demonstrasi yaitu cara mengajar guru menunjukkan, memperhatikan suatu proses (relevan dengan pokok bahasan), sehingga siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati, mendengar, meraba-raba, dan merasakan proses yang dipertunjukkan oleh guru.

Siswa akan lebih aktif untuk belajar sendiri dan mencari tahu bagian-bagian yang ditugaskan kepada mereka, sehingga dapat memberikan motivasi belajar kepada siswa juga memudahkan untuk penyampaian materi pelajaran. Diharapkan dengan penggunaan metode demonstrasi ini siswa dan guru terlibat dalam suatu kegiatan, dan secara berkelanjutan menjadikan siswa sebagai seorang penanya, sebagai orang yang selalu ingin mencari tahu, sebab dalam pikirannya terdapat pertanyaan dan keingintahuan sehingga motivasi belajar siswa untuk belajar lebih besar.

METODE PENELITIAN

Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen pra eksperimen ((pre-Experimental design). Rancangan praeksperimental belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. (Sugiyono, 2016:109) Kadang-kadang sebuah penelitian eksperimental dilakukan tanpa kelompok kontrol.

Peneliti menggunakan metode ini karena metode ini dirasa paling cocok untuk mengkaji penerapan pembelajaran demonstrasi untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi bangun ruang pada siswa kelas IV SD negeri 3 Tobelo.

Desain eksperimen dalam penelitian ini adalah one group prestest-posttest design yakni peneliti memberikan perlakuan setelah membandingkan keadaan sebelum diberi perlakuan dan sesudah diberi perlakuan treatment.

Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2016: 117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi merupakan keseluruhan individu atau objek yang diteliti dan memiliki karakteristik tertentu. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas IV SD Negeri 3 Tobelo tahun ajaran 2019/2020. Populasi berjumlah 33 siswa.

Menurut Sugiyono (2016: 81) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah sampel populasi, sehingga seluruh siswa kelas IV yang jumlah 33 siswa dijadikan sebagai sampel.

Variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Variabel Independent (bebas) yaitu Model Pembelajaran Demonstrasi yang dilambangkan dengan (X).
  2. Variabel Dependent (terikat) yaitu Hasil Belajar yang dilambangkan dengan (Y).

 

 

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Tujuan dibuat instrumen adalah untuk memperoleh data dan informasi yang lengkap mengenai hal-hal yang ingin dikaji. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes. Menurut Arikunto (2012: 67) tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Instrumen tes yang digunakan berupa soal tes kognitif yang digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa di kelas. Tes hasil belajar siswa di awal dan diakhir (pretest dan posttest). Variabel Pre test dibandingkan dengan kreteria item valid menurut Azwar, S. (2013: 76) mengemukakan item valid r>0,3; dan pada r tabel dengan jumlah butir 10 pada taraf dignifikan 5% maka diperoleh rtabel = 0,632 (Sugiono, 2011:373). Maka berdasarkan kriteria tersebut pada try out instrument, seluruh item berjumlah 10 seluruhnya valid.

Variabel Pre test dibandingkan dengan kreteria item valid menurut Azwar, S. (2013: 76) mengemukakan item valid r>0,3; dan pada r tabel dengan jumlah butir 10 pada taraf dignifikan 5% maka diperoleh rtabel = 0,632 (Sugiono, 2011:373). Maka berdasarkan kriteria tersebut pada try out instrument, seluruh item berjumlah 10 seluruhnya valid.

Reliabilitas sering diartikan dengan keterandalan, artinya suatu instrumen memiliki keterandalan bilamana instrumen tersebut dipakai mengukur berulang-ulang hasilnya sama diperoleh reliabilitas instrumen pre test sebesar 0.945, reliabilitas instrumen post test sebesar 0,964. Hasil ini lebih besar dari kriteria reliabilitas = 0,6 maka instrumen post test reliabel untuk digunakan dalam penelitian.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik instrumen tes. Tes digunakan untuk mencari data mengenai hasil belajar siswa. Teknik ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa dalam pembelajaran yag diikuti menggunakan pembelajaran konstektual. Menurut Arikunto S. (2012:67) tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes terdiri dari tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test).

Teknik Analisis Data

Setelah data penelitian diperoleh, kemudian dilakukan analisis data untuk mengetahui hasil belajar siswa. Peneliti melakukan uji regresi yang menggunakan “uji signifikan”. Peneliti menggunakan uji t atau uji taraf signifikansi untuk mengetahui pengaruh dan kaidah pengujian atau kriteria uji regresi linear sederhana. Untuk melakukan uji regresi dapat menggunakan program SPSS 21.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Data Hasil Penelitian

Dekripsi data penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil pre tes dan post tes yang dilakukan pada kelas IV SD Negeri 3 Tobelo Kabupaten Halmahera Utara.

Data hasil belajar Matematika juga dideskripsikan berdasarkan kriteria penggolongan data hasil belajar Matematika. Nilai mean pre test sebesar 68,09 dengan standar deviasi 5,370; pre-test kategori baik dan mean post test sebesar 73,48 dengan standar deviasi 6,671 Hasil belajar siswa tergolong kategori baik.

Analisis Uji Meningkatan Hasil Belajar

Uji Prasyarat Analisis

Uji Normalitas

Dalam penelitian ini uji normalitas menggunakan uji Kolmogrof Smirnov. Hasil uji normalitas, dalam pengambilan keputusan digunakan tingkat kepercayaan 95%. Tingkat signifikansi (α) = 100% – tingkat kepercayaan = 100% – 95% =5% = 0,05. Untuk data yang sudah pre_test, Kolmogorov-Smirnov Z = 0,957 dengan Asymp.sig 0,319 > 0,05 dan untuk data yang sudah post_test, Kolmogorov-Smirnov Z = 1,138 dengan Asymp.sig 0,150 > 0,05 maka diperoleh asumsi data pre-test dan post-test berdistribusi normal.

Uji Linearitas

Uji linearitas berpedoman pada dasar pengambilan keputusan yang jelas dengan membandingkan nilai signifikan (Sig.) dengan 0,05, yaitu: diperoleh Sig. Deviation from Linearity 0,094 maka terdapat hubungan yang linear variabel X dengan variabel Y karena Sig. Deviation from Linearity 0,094 > 0,05. Hal ini diperkuat oleh F hitung = 1.990 sedangkan F tabel (1/33), 0,05 = 4,065 dimana F hitung < F Tabel ; 1,990 < 4,065

Pembuktian Hipotesis

Dalam penelitian ini uji hipotesis dilakukan dengan uji paired sample t test. Adapun hipotesis yang diuji adalah ada tidaknya perbedaan post test dan pre test hasil belajar matematika kelas IV SD Negeri 3 Tobelo menggunakan perlakukan penerapan model pembelajaran demonstrasi.

Secara statistik hipotesis tersebut dapat dirumuskan sebagai

berikut:

H0: = ,      tidak ada perbedaan rataan pos test dengan pre test.

H1:  ≠ ,     ada perbedaan rataan pos test dengan pre test.

Hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji-t. Untuk membaca hasil dari uji hipotesis dari tabel tersebut dilakukan dengan cara membandingkan skor t hitung dengan t tabel. Jika t-hitung lebih besar daripada t-tabel maka H0 ditolak dan menerima H1.

Berdasarkan uji-paired sampel test, didapat t-hitung = 6,205 dan derajat bebas (dk) = 33-1=32 sehingga t-tabel (0,05;32) = 2,038. Jadi t-hitung > t-tabel (6,205>2,038).

Berdasarkan hasil uji- t menerima H1 maka yang menyatakan ada perbedaan rataan pos test dengan pre test, diterima. Sementara yang menyatakan terdapat tidak ada perbedaan rataan pos test dengan pre test, ditolak. Hal ini didukung oleh sig yang diperoleh sebesar 0,000<0,05.

Berdasarkan Tabel 4.2 mean (rataan) Pre test sebesar 68,09 memiliki perbedaan secara signifikan dengan rataan post test sebesar 73,48. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara hasil belajar dengan perlakukan model pembelajaran demontrasi terhadap hasil belajar sebelum perlakukan dengan peningkatan nilai rataan sebesar 73,48-68,09 = 5,4 poin.

Pembahasan Hasil Penelitian.

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara Nilai Post test dengan Pre test sebesar 5,4, yaitu dengan adanya perlakukan yang dilaksanakan dengan model pembelajaran demostrasi nilai rataan siswa mengalami peningkatan sebesar 5,4 poin. Dari hasil uji-t didapakan nilai t-hitung > t-tabel (6,205 > 2,038) dengan sig 0,000< 0,05. Maka ada perbedaan yang signifikan antara post test dan pre test. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata perolehan skor post test sebesar 73,48 dan rata-rata skor untuk pre test sebesar 68,09.

Berdasarkan hasil analisa data, pembelajaran yang dilaksanakan dengan perlakuan menggunakan model pembelajaran demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 3 Tobelo, dimana terdapat peningkatan nilai rata-rata siswa sebesar 5,4 dibandingkan sebelum adanya perlakuan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini, diambil kesimpulan sesuai dengan rumusan permasalahan, bahwa hasil pengujian menunjukkan bahwa hasil uji t hitung = 6,205 > t tabel (2,038). Artinya terdapat peningkatan yang signifikan antara nilai matematika siswa sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan. Penerapan model pembelajaran demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 3 Tobelo, dimana terdapat peningkatan nilai rata-rata siswa sebesar 5,4 dibandingkan sebelum adanya perlakuan.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan di atas maka saran yang dapat diberikan bagi para penentu kebijakan adalah sebagai berikut:

Kepala Sekolah dan guru

Kepala sekolah untuk mendorong guru menggunakan model pembelajaran demontrasi dalam proses belajar mengajar.

Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk mengadakan penelitian mengenai perbedaan antara hasil belajar dengan model pembelajaran yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Anitah, Sri. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Arikunto, Suharsimi. 2012. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Asmiati. 2016. Pengaruh Penggunaan Metode Demonstrasi terhadap Motivasi Belajar Sains Pada Siswa SD Negeri 3 Tanrutedong Kecamatan Dua Pitue Kabupaten Sidengreng Rappang: http://eprints.unm.ac.id/4366/1/ASMIATI.pdf diakses 16/8/2019

Darmodjo, Hendro., Jenny R.E. Kaligis. 1993. Pendidikan IPA I. Jakarta: Depdikbud, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Depdiknas. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Djamarah, Bahri, Syaiful. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dalam Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks.

Sardiman, AM. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa.

Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdikarya.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sulistyorini, Sri. Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KTSP. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Uno, Hamzah. 2009. Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta: Bumi Angkasa.