PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN

MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI PECAHAN

BAGI SISWA KELAS V SDN 1 TAWANGREJO

KECAMATAN KUNDURAN TAHUN 2014/2015

Sri Murtini

SDN 1 Tawangrejo Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan meningkatkan keterampilan menyelesaikan soal cerita siswa kelas V SDN 1 Tawangrejo Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2014/2015. Subjek penelitian ini siswa kelas V SDN 1 Tawangrejo Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora yang berjumlah 17 siswa. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdapat tiga kali pertemuan dan terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dengan tes, observasi dan wawancara. Validitas data menggunakan triangulasi data dan sumber. Analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif komparatif. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan model pembelajaran Inkuiri dapat meningkatkan keterampilan menyelesaikan soal cerita di kelas V SDN 1 Tawangrejo Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklus. Pada pra siklus ketuntasan belajar 47% dan rata-rata nilai ulangan adalah 62,9. Pada siklus I ketuntasan belajar meningkat menjadi 65% dan rata-rata nilai ulangan hariannya 69,4. Siklus II ketuntasan belajar meningkat lagi menjdai 88% dan rata-rata nilai ulangannya 78,2.

Kata Kunci : model pembelajaran inkuiri, hasil belajar, soal cerita, pecahan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-undang No. 20 Tahun 2003).

Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan aspek yang sangat penting. Karena pendidikan mempengaruhi, membantu, dan mengarahkan manusia dalam mencapai kedewasa-an sesuai dengan kualifikasi yang ditetapkan masyarakat.

Matematika adalah ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat dibidang teknologi in-formasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika dibidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi dimasa depan diper-lukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari Sekolah Dasar (SD) untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistem-atis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan mem-peroleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompe-titif. Standar kompetensi dan kompetensi da-sar matematika dalam dokumen ini disusun sebagai landasan pembelajaran untuk meng-embangkan kemampuan tersebut di atas. Selain itu, dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.

Menyelesaikan soal merupakan kegiatan dalam matematika. Hal ini sudah menjadi ciri khas belajar matematika, siswa harus banyak latihan mengerjakan soal-soal matematika. Latihan menyalesaikan soal-soal dapat memperdalam penguasaan konsep matema-tika sekaligus membuat siswa terampil dalam operasi hitung pada setiap soal. Bahkan diharapkan siswa dapat mengaplikasikannya da-lam berbagai masalah yang dihadapi.

Berdasarkan hasil analisis dokumen daftar nilai siswa kelas V SDN 1 Tawangrejo Kecamatan Kunduran, hasil belajar siswa ketika dilakukan ulangan harian pada materi pecahan dengan bentuk soal cerita hasilnya masih rendah. Rata-rata nilai ulangan harian siswa adalah 62,9. Dari 17 siswa keas V, yang tuntas belajar hanya 8 siswa (47%). Faktor penyebab rendahnya nilai matematika materi pokok soal cerita pecahan, yaitu diantaranya siswa kurang serius dalam belajar di kelas, semangat belajar siswa kurang, kreativitas siswa di kelas kurang, dan penjelasan guru kurang jelas. Pembelajaran yang disampaikan oleh guru selama ini hanya mengacu pada buku paket, dan cara guru mengajar di kelas kelihatan monoton yaitu menggunakan metode ceramah, sehingga suasana dalam kelas terlihat tidak ada variasi pembelajaran.

Salah satu solusi untuk menyelesaikan permasalahan diatas yaitu dengan model pembelajaran Inkuiri. Alasan dipilihnya Model pembelajaran Inkuiri untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu di antaranya model inkuiri menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dan model inkuiri sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern. Selain itu, karena dalam model pembelajaran Inkuiri, dalam kelompok belajar siswa semua siswa aktif bekerja sama untuk menyelesaikan soal yang diberikan, kerja kelompok dilakukan sampai semua anggota kelompok menguasai materi yang dipelajari. Hal ini menjamin siswa tertantang untuk melakukan yang terbaik, dan peran serta dari semua anggota kelompok akan dinilai. Dengan model ini pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru tetapi berpusat pada siswa. Selain itu dengan ditunjang dengan adanya media benda konkret sebagai visualisasi siswa untuk membantu siswa berfikir abstrak, siswa akan memperoleh pengalaman langsung dalam menyelesaikan soal cerita.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Apakah penerapan model Inkuiri dapat meningkatkan keterampilan menyelesaikan soal cerita materi pecahan bagi siswa kelas V SDN 1 Tawangrejo Kecamatan Kunduran Tahun 2014/2015?”

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan keterampilan menyelesaikan soal cerita pecahan melalui model pembelajaran Inkuiri pada siswa kelas V SDN 1 Tawangrejo Kecamatan Kunduran Tahun 2014/2015.

Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa: meningkatnya keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal cerita dalam mata pelajaran Matematika.

2. Bagi Guru: meningkatnya kualitas pembelajaran di kelas V SDN 1 Tawangrejo

3. Bagi Sekolah: meningkatnya kualitas pendidikan di SDN 1 Tawangrejo terutama dalam mata pelajaran Matematika

KAJIAN TEORI

Soal Cerita

Soal cerita merupakan bentuk dari persoalan ataupun masalah dalam matematika. Menurut Winarni dan Harmini (2012: 122) soal cerita merupakan kalimat-kalimat yang dirangkai menjadi soal matematika berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan itu Rahardjo (2011: 19) menyatakan, soal cerita matematika adalah soal matematika yang disajikan dalam bentuk cerita dan ber-kaitan dengan keadaan yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari yang didalam-nya terkandung konsep matematika.

Winarni dan Harmini (2012: 122 – 123) mengemukakan bahwa, mengerjakan soal cerita lebih mudah jika menggunakan dua pendekatan yaitu; (1) pendekatan model, pendekatan ini diterapkan dengan cara siswa membaca atau mendengarkan soal cerita, selanjutnya siswa menyesuaikan situasi yang dihadapi tersebut dengan model yang sudah dipelajari sebelumnya; dan (2) pendekatan terjemahan soal cerita, pendekatan ini melibatkan siswa pada kegiatan membaca kata demi kata serta ungkapan demi ungkapan dari soal cerita yang sedang dihadapi dan ke-mudian menerjemahkan kata-kata dan ung-kapan-ungkapan tersebut kedalam matematika.

Pengertian Pecahan dalam Matematika

Menurut Negoro (1998:11) mengemukakan bahwa pecahan merupakan bilangan yang menggambarkan bagian dari suatu keseluruhan, bagian dari suatu daerah, bagian dari suatu benda atau bagian dari suatu himpunan.

Menurut Karim (1996:64) pecahan adalah (1) perbandingan bagian yang sama dari suatu benda terhadap keseluruhan benda tersebut. Maksudnya suatu benda dibagi menjadi beberapa bagian yang sama maka perbandingan setiap bagian dengan keseluruhan bendanya menciptakan lambang suatu pecahan. (2), perbandingan himpunan bagian yang sama dari suatu keseluruhan himpunan terhadap keseluruhan himpunan semula. Maksudnya suatu himpunan dibagi atas himpunan yang sama maka perbandingan setiap bagian yang sama terhadap keseluruhan himpunan semula akan menciptakan lambang dasar suatu pecahan.

Model Pembelajaran Inkuiri

Suryosubroto (1997: 193) menyatakan bahwa Inkuiri (Inquiry) merupakan perluasan dari discovery yang digunakan lebih mendalam. Artinya proses inkuiri mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi ting-katannya, misalnya merumuskan problema, merancang eksperimen, melakukan eksperi-men, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan dan sebagainya. Inkuiri yang dalam bahasa Inggris inquiry, berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi.

Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung kedalam proses ilmiah kedalam waktu yang relatif singkat. Hasil penelitian Schlenker, dalam Joyce dan Weil (1996: 198), menunjukkan bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi.

Trianto (2007: 141) mengemukakan bahwa langkah-langkah pembelajaran Inkuiri diantaranya yaitu (1) Menyajikan Pertanyaan atau Masalah, (2) Membuat Hipotesis, (3) Merancang percobaan, (4) Melakukan perco-baan untuk memperoleh informasi, (5) Me-ngumpulkan dan menganalisis data, dan (6) Membuat kesimpulan.

Kerangka Berpikir

Keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal ceita tentang pecahan masih rendah. Masih banyak siswa yang belum tuntas belajar ketika dilakukan ulangan harian. Kondisi ini disebabkan metode/model pembelajaran yang diterapkan guru tidak sesuai dengan materi dan karakteristik anak.

Untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal cerita tentang pecahan perlu diterapkan ,odel pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran yang diyakini mamapu meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal cerita tentang pecahan adalah model pembelajaran inkuiri.

Dengan menerapkan model pembelajaran inkuri siswa lebih aktif dalam menyelesaikan soal yang diberikan guru. Dengan keterlibatan siswa yang lebih aktif akan sangat membantu dalam meningkatkan keterampilan siswa menyelesaikan soal cerita pada mata pelajaran Matematika.

Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Diduga penerapan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan keterampilan menyelesaikan soal cerita materi pecahan bagi siswa kelas V SDN 1 Tawangrejo Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2014/2015”.

METODE PENELITIAN

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 1 Tawangrejo Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora pada semester II tahun pelajaran 2014/2015. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 1 Tawangrejo Tahun Pelajaran 2014/2015, berjumlah 17 siswa, yang terdiri dari 8 laki-laki dan 9 perempuan. Sumber data dari penelitian ini adalah siswa, guru kelas V dan teman sejawat. Sedangkan alat pengumpulan data menggunakan lembar tes, lembar observasi dan pedoman wawancara.

Validitas penelitian ini menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Pengumpulan data ini dilakukan dengan teknik tes, teknik wawancara dan teknik observasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis yang menggunakan teknik deskriptif komparatif.

Prosedur penelitian ini merupakan siklus kegiatan yang akan dilaksanakan selama dua siklus, dan untuk setiap siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Masing-masing siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Arikunto, dkk (2012: 16) yang menjelaskan bahwa model penelitian tindakan kelas ini terdiri atas empat tahapan yang lazim dilalui yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Pra Siklus

Hasil kegiatan tes, observasi, dan wawancara pada kondisi awal dapat disimpulkan bahwa nilai keterampilan menyelesaikan soal cerita pecahan masih rendah. Hal tersebut terbukti dari sebagian besar siswa masih belum mencapai KKM ≥ 70. Hasil dari prasiklus dapat dilihat melalui tabel berikut ini:

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Data Nilai Ulangan Pra Siklus

Nilai (N)

Jml Siswa (f)

Total (N x f)

40

1

40

50

3

150

60

5

300

70

6

420

80

2

160

90

0

0

100

0

0

Jml

17

1070

Rata-rata

62,9

Berdasarkan tabel 1 di atas, maka dapat dianalisa bahwa jumlah siswa yang tuntas dengan KKM 70 adalah 8 siswa (47%). Sedangkan rata-rata nilai ulangan adalah 62,9. Hal tersebut menunjukkan bahwa pencapaian kompetensi tentang menyelesaikan soal cerita masih rendah.

Upaya untuk meningkatkan pencapaian kompetensi tersebut, peneliti melakukan perencanaan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri. Tindakan tersebut sebagai solusi mengatasi masalah rendahnya keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal cerita.

Siklus I

Setelah tindakan pada siklus I dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri, pencapaian kompetensi menjadi meningkat. Hal tersebut terbukti dari adanya peningkatan nilai ulangan harian pada siklus I yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Data Nilai Ulangan Siklus I

Nilai (N)

Jml Siswa (f)

Total (N x f)

40

0

0

50

1

50

60

5

300

70

6

420

80

4

320

90

1

90

100

0

0

Jml

17

1180

Rata-rata

69,4

Berdasarkan tabel 2, pada siklus I jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 11 siswa (65%) dan rata-rata nilai ulangannya adalah 69,4. Sudah terjadi peningkatan dari pembelajaran pra siklus. Namun demikian masih perlu peningkatan karena masih belum mencapai idikator keberhasilan penelitian yang ditetapkan yaitu 80% siswa tuntas belajar.

Siklus II

Pembelajaran pada siklus II adalah proses perbaikan hasil refleksi dari pelaksanaan siklus I. Hasil belajar yang dicapai pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Data Nilai Ulangan Siklus II

Nilai (N)

Jml Siswa (f)

Total (N x f)

40

0

0

50

0

0

60

2

120

70

6

420

80

4

320

90

3

270

100

2

200

Jml

17

1330

Rata-rata

78,2

Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil belajar yang dicapai pada siklus II kembali mengalami peningkatan. Jumlah siswa yang tuntas belajar menjadi 15 siswa (88%) dan rata-rata nilai ulangan menjadi 78,2. Hasil ini menunjukkan bahwa indikator keberhasilan penelitian telah tercapai.

Pembahasan

Data yang diperoleh pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II dikaji sesuai rumusan masalah dan selanjutnya dikuatkan dengan teori yang sudah dikemukakan. Berdasarkan hasil tes, observasi, wawancara, dan dokumentasi yang kemudian melakukan analisis data dalam penelitian ditemukan adanya peningkatan keterampilan menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas V SDN 1 Tawangrejo Kecamatan Kunduran pada setiap siklus. Peningkatan keterampilan menyelesaikan soal cerita dapat dilihat pada tabel perbandingan hasil belajar siswa pada pembelajaran pra siklus, siklus I, dan siklus II berikut ini:

Tabel 4. Perbandingan Hasil Belajar Siswa

Pembelajaran

Tuntas

Tidak Tuntas

Rata-rata Ulhar

Pra Siklus

8 (47%)

9 (53%)

62,9

Siklus I

11 (65%)

6 (35%)

69,4

Siklus II

15 (88%)

2 (12%)

78,2

Kondisi awal atau prasiklus, sebelum guru menerapkan model Pembelajaran Inkuiri hanya ada 8 siswa yang mampu mencapai KKM sebesar 70 KKM, sehingga persentase ketuntasan keterampilan menyelesaikan soal cerita pecahan pada tahap ini hanya 47% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 62,9. Setelah dilaksanakan siklus 1, pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri, terjadi peningkatan, yaitu siswa yang mampu mencapai KKM sebesar 70 pada siklus I adalah 11 siswa sehingga persentase ketuntasan siklus I mencapai 65%. Nilai rata-rata yang diperoleh juga mening-kat yaitu 69,4. Hasil tindakan dari pelaksanaan siklus II, jumlah siswa yang mampu mencapai KKM sebesar 70 sebanyak 15 siswa dengan persentase ketuntasan 88% dan rata-rata kelasnya adalah 78,2.

Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa model pembelajaran Inkuiri dapat meningkatkan keterampilan menyelesaikan soal cerita materi pecahan pada siswa kelas V SDN 1 Tawangrejo Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2014/2015.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan data dan pengamatan yang telah dilakukan selama dua siklus pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri pada siswa kelas V SDN 1 Tawangrejo dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Inkuiri dapat meningkatkan keterampilan menyelesaikan soal cerita materi pecahan pada siswa kelas V SDN 1 Tawangrejo Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2014/2015.

Peningkatan terjadi di setiap siklus yang dilaksanakan. Pada pra siklus ketuntasan belajar 47% dan rata-rata nilai ulangan adalah 62,9. Pada siklus I ketuntasan belajar meningkat menjadi 65% dan rata-rata nilai ulangan hariannya 69,4. Siklus II ketuntasan belajar meningkat lagi menjdai 88% dan rata-rata nilai ulangannya 78,2.

Saran

Berdasarkan simpulan di atas, peneliti menyarankan

1. Apabila mengalami masalah dalam pembelajaran matematika, khususnya yang berkaitan dengan soal cerita, guru dapat menerapkan model pembelajaran Inkuiri untuk menyelesaikan masalah tersebut.

2. Bagi siswa jika mengalami kesulitan, hendaknya lebih terbuka menyampaikannya kepada guru agar segera mendapat solusi sehingga hasil belajar menjadi lebih baik.

3. Sekolah hendaknya mendorong para guru untuk menyelesaikan masalah pembelajaran dengan melakukan penelitian tindakan kelas.

4. Perpustakaan sekolah sebaiknya menyimpan dengan baik laporan hasil penelitian agar dapat dijadikan bahan referensi guru lain yang akan melakukan penelitian tindakan kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rineka Cipta

Depdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Joyce, Bruce dan Marsha Weil. (1996). Models of Teaching.

Karim, A. Muchtar, dkk. (1996). Buku Pendidikan Matematika I. Malang: Depdikbud

Negoro, S.T. dan Harahap, B. (1998). Ensiklopedia Matematika. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Rahardjo, Marsudi. (2011). Pembelajaran Soal Cerita Operasi Hitung Campuran di Sekolah Dasar. Yogyakarta: PPPPTK Matematika.

Suryosubroto, B. (1997). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Tim Prestasi Pustaka

Winarni dan Harmini. (2012). Matematika Untuk PGSD. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset

Â