PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE LEARNING TOGETHER DALAM MENINGKATKAN KUALITAS

PROSES DAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SISWA KELAS IV SD NEGERI PALUHOMBO 01

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Wijiyati

SD Negeri Paluhombo 01 Bendosari Sukoharjo

ABSTRAK

Tujuan Penelitian pembelajaran kooperatif tipe Learning Together untuk meningkatan kualitas proses belajar dan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) siswa kelas IV SD Negeri Paluhombo 01 tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini menggunakan pendekatan tindakan kelas, obyek pendidikan siswa kelas IV SD Negeri Paluhombo 01 yang berjumlah 10 siswa. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: 1) Perencanaan tindakan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi dan Interprestasi, 4) Analisis dan refleksi. Setiap siklus dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan, siklus pertama 6 x 35 menit dan siklus kedua 6 x 35 menit. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan, bahwa terdapat peningkatan kualitas dan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) baik proses maupun hasil melalui penerapan model pembelajaran Tipe Learning together. Adapun Analisis dan refleksi dari beberapa indikator adalah: a) Siswa semakin antusias dan semangat awal mengikuti kegiatan belajar mengajar, b) Siswa makin antusias dan semangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, c) Antusias dalam kegiatan diskusi kelompok dan pengerjaan tugas kelompok, d) Peningkatan kualitas proses dan hasil belajar dari 10 siswa. 40% yang tuntas belajar dengan nilai rata-rata 60 siklus pertama, dan siklus kedua dari 10 siswa 90% dengan nilai rata-rata kelas 71 berarti ada peningkatan kualitas proses dan hasil belajar dalam evaluasi belajar akhir.

Kata kunci: Penerapan, Pembelajaran kooperatif, Learning Together, Kualitas proses dan Hasil Belajar.


PENDAHULUAN

Untuk meningkatkan kualitas pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kualitas guru, siswa, metode media, bahan ajar dan sumber belajar. Diantara faktor tersebut yang paling dominan adalah faktor guru. Guru adalah sebagai ujung tombak orang terdepan dalam mengantarkan siswa untuk mencapai keberhasilan maupun sukses dalam belajar, oleh karena itu guru harus benar-benar profesional dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru yang menyampaikan ilmu kepada siswa dalam pembelajaran. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran secara baik guru harus menguasai berbagai strategi maupun materi yang akan diajarkan. Pembelajaran di dalamnya termasuk teknik dan metode mengajar (Eko Susilo,1998:5). Namun dalam kenyataannya masih banyak guru mengajar dengan metode ceramah atau konvensional terutama dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Untuk dapat meningkatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran guru dituntut aktif dan kreatif dalam menyelenggarakan pembelajaran, diantaranya dengan menguasai dan dapat menerapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam pemilihan model pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran serta bentuk pembelajaran baik individu atau kelompok. Menurut E. Salvin (2009: 11-125) ada beberapa model pembelajaran kooperatif yang dapat dipakai dalam proses pembelajaran salah satunya Tipe Learning Together.

Meskipun banyak sekali metode pembelajaran kooperatif yang dapat dipakai membelajarkan, namun penelitian tindakan kelas ini dipilih model pembelajaran kooperatif Tipe Learning Together diharapkan dapat melatih dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa, agar dapat memberikan suasana yang menarik, menyenangkan dan tidak membosankan dalam kegiatan pembelajaran.

METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Menurut Robert E. Slavin (2009:4) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merujuk berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mendasarkan pada kerja kelompok, akan tetapi dapat dikatakan sebagai cooperatif learning. Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2002:30) menyebutkan beberapa unsur dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: 1) saling ketergantungan positif, 2) tanggungjawab individual, 3) tatap muka, 4) komunikasi antar anggota dan 5) evaluasi proses kelompok. Menurut Robert E. Slavin (2009: 11-25) menjelaskan bahwa ada berbagai macam metode kooperatif yaitu: a) Student Teams Achievement Divisions (STAD), b) Team Games Tournament (TGT), c) Jigsaw II, d) Team Accelerated Instruction (TAI), e) Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC), f) Group Investigation (kelompok investigasi), g) Learning Together, h) Complex Instruction, i) Structure Dyadie Methods.

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TOGETHER.

Pada pembelajaran kooperatif learning together siswa dikelompokkan dalam tim-tim pembelajaran dengan dua anggota dengan campuran yang ditinjau dari tingkat kerja, jenis kelamin, status sosial dan sebagainya. Guru mempresentasikan pelajaran, kemudian siswa bekerja di dalam tim-timnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim menuntaskan pelajaran yang telah dipresentasikan.

oleh guru, modul learning together dari pembelajaran kooperatif ala David dan Roger Jakinson yang paling banyak digunakan dari semua metode kooperatif, model learning together melibatkan tanggung jawab individual cukup konsisten dalam menunjukkan pengaruh positif yang signifikan, terbukti bahwa pembelajaran individual dari anggota kelompok menghasilkan pembelajaran yang lebih baik dibandingkan metode individualistik.

Menurut Slavin (2009: 250) menyatakan bahwa learning together menekankan empat unsur, yaitu: 1) interaksi tatap muka, 2) interpendensi positif, 3) tanggung jawab individual, 4) kemampuan-kemampuan interpersonal dan kelompok kecil. Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe learning together sebagai berikut: a) guru melakukan presentasi bahan ajar, b) siswa dalam kelompok heterogen terdiri dari dua sampai enam orang mengerjakan satu lembar kerja, c) guru menilai hasil kerja kelompok, d) guru memberikan kuis secara individual dan dinilai sebagai hasil kerja individual.

Metode pembelajaran learning together, kelemahannya tanggung jawab yang rendah dan kebaikannya memberikan pengaruh positif terhadap siswa dibandingkan metode individualistik atau kontrol.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Paluhombo 01 Bendosari subyek penelitian 10 siswa. Rencana penelitian meliputi: a) mengidentifikasi masalah, b) menganalisis masalah dan penyebab masalah, c) pengembangan bentuk tindakan sebagai pemecahan masalah, d) kelaikan solusi.

Rancangan penelitian yang di tempat peneliti adalah dengan langkah bertahap yang berdaur ulang dan berkelanjutan atau yang disebut model sistem siklus. Model ini ada empat kegiatan yaitu: rencana, observasi, tindakan dan refleksi. Pelaksanaan penelitian dilakukan secara periodik dengan siklus berkelanjutan. Penelitian mengadakan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru mengadakan evaluasi dan refleksi. Pemantauan dilakukan dengan pengamatan oleh guru dan peneliti dalam proses pembelajaran, serta dampak tindakannya.

Instrumen dalam penelitian ini adalah pedoman observasi yang terstruktur, refleksi dilakukan dengan mengadakan diskusi dengan anggota, yang selanjutnya merumuskan berbagai perbaikan untuk siklus berikutya, kemudian analisis data untuk menguji hipotesis dengan membandingkan hasil belajar siswa antara tes awal dan tes akhir siklus.

DESKRIPSI SIKLUS

Konsep tentang Pemerintahan Desa, dan Kota Kecamatan dan struktur organisasi pemerintahannya menetapkan indikator Ketercapaian belajar siswa.

Tabel 1. Indikator ketercapaian belajar siswa

Aspek yang diteliti

Presentase target ketercapain

Cara mengukur

Siklus I

Siklus II

Aspek Kognitif

§ Penguasaan materi

§ Ketuntasan Hasil belajar

60%

60%

61%

§ Dibenahi saat mengajukan pertanyaan/ ide soal pembelajaran

§ Dihitung dari jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan dengan lembaga pengawasan, siswa yang memperoleh nilai KKM 61 keatas, dan nilai 61 keatas mencapai KKM.

Aspek Afektif

§ Kelakuan

§ Kedisiplinan/ kerajinan

§ Kerapian

§ Keberhasilan

60%

60%

60%

60%

70%

70%

70%

70%

§ Saat pembelajaran menggunakan lembar observasi dan dihitung nilai rata-rata siswa yang menunjukkan perhatian sesunggguhnya dalam proses KBM dengan kreteria: 1) cukup, 2) baik, 3) amat baik

Aspek Psikomateril

§ Keaktifan

§ Ketelitian

60%

60%

70%

70%

§ Diambil saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh guru/peneliti/dan dihitung jumlah siswa yang aktif dan teliti di dalam menyelesaikan soal pada saat diskusi kelompok berlangsung dengan kreteria: 1) cukup, 2) baik, 3) amat baik.

Siklus II

Sistem Pemerintahan Kabupaten kota, dan propinsi tentang Lembaga dalam susunan/struktur organisasi Pemerintahan Kota dan Propinsi di seluruh Indonesia bertujuan agar pengaturan tiap daerah bisa dilakukan dengan lebih mudah, dan tiap-tiap pemerintah daerah memiliki kewajiban untuk mengurus dan mengatur daerah masing-masing demi kemajuan bangsa Indonesia, hasilnya dicatat dan didiskusikan dan disimpulkan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas pada hasil awal kemampuan siswa sebelum penerapan metode pembelajaran atau kooperatif tipe Learning Together masa pelajaran Pendidikan Kewarganegaran (PKn) pada kompetensi dasar, Pemerintahan desa dan Pemerintahan Kecamatan tentang lembaga dalam susunan/ struktur organisasi desa dan Pemerintahan Kecamatan. Yang memiliki rentang nilai 40 sampai dengan 65, dengan nilai terendah 40 dan nilai tertinggi 65 dan dan nilai rata-rata 55, dengan kreteria ketuntasan minimal 61. Berdasarkan tabel diatas yang tuntas belajar 2 siswa atau 20% dan yang belum tuntas belajar 8 siswa atau 80%, hal ini menunjukkan kualitas proses dan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan belum sesuai target.

Berdasarkan hasil pengalaman terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar pendidikan kewarganegaraan dengan metode pembelajaran kooperatif Tipe Learning Together Siklus I, banyak perubahan dan peningkatan partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan/ide dalam diskusi 65,21% atau 5 siswa, aktif dalam menjawab pertanyaan dalam diskusi kelas 42,86%atau 3 siswa dan interaksi antar siswa dalam kelompok 45% atau 3 siswa. Sedangkan hasil ulangan/evaluasi akhir siklus I yang memperoleh nilai 61 keatas sebanyak 4 siswa (40%) dan yang di bawah 61 berarti belum tuntas belajar, sedangkan hasil evaluasi siklus I nilai tertinggi 70 dan nilai terendah adalah 40 dan nilai rata-rata siklus I 60.

Siklus II

Sistim Pemerintahan Kabupaten Kota dan Propinsi tentang lembaga dalam susunan/organisasi pemerintahan kota dan propinsi seluruh Indonesia berdasarkan hasil observasi terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) kompetensi dasar lembaga dalam sususanan organisasi Pemerintahan Kota dan Propinsi di seluruh Indonesia, diperoleh hasil tentang motivasi dan aktifitas siswa sebagai berikut: 1) keaktifan dalam mengajukan pertanyaan/ide dalam diskusi 72% atau 6 siswa, yang belum aktif 28% atau 4 siswa dan 2) keaktifan menjawab petanyaan 62,50% atau 5 siswa yang kurang kurang konsentrasi 47,1%, 3) keaktifan siswa mengerjakan tugas kelompok 72% atau 6 siswa yang belum aktif 28% atau 4 siswa. Berdasarkan hasil ulangan/evaluasi akhir siklus II kreteria ketuntasan minimal 61 sebanyak 9 siswa (90%) dan yang belum tuntas 1 siswa (10%) nilai yang tertinggi 80, dan nilai yang terendah 60, nilai rata-rata 71 yang ditunjukkan tabel di bawah.

Berdasarkan hasil analisis belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Learning Together dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) kelas IV SD Negeri Paluhombo 01 Bendosari terbukti yang mendapat nilai 61 keatas sebanyak 9 siswa dengan nilai rata-rata 71, dan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 60 oleh satu siswa yang betul-betul kurang mampu.

Pembahasan

Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan kelas pada siklus I dan siklus II dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan proses dan hasil belajar.

Pendidikan kewarganegaraan (PKN) melalui penerapan pembelajaran kooperatif Tipe Learning Together dari siklus satu ke siklus berikutnya. Hal tersebut dapat dilihat tabel berikut:

Tabel 7.   Hasil penelitian tindakan kelas dengan metode learning Together Kelas IV SD Negeri Paluhombo 01 Tahun Pelajaran 2015/2016.

No

Indikator

Jumlah Siswa/ Prosentase/ Siklus

Ket

I

II

1

Keaktifan siswa menjawab pertanyaan/apersepsi

3

42,86

5

63.5

meningkat

2

Keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran (mengajukan pertanyaan)

5

63,5

6

72

meningkat

3

Keaktifan siswa diskusi kelompok

3

45

6

72

meningkat

4

Ketuntasan hasil belajar siswa

4

40%

9

90%

meningkat

Penelitian yang dilaksanakan oleh guru yang menyatakan bahwa strategi Learning Together memberikan dorongan melakukan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran (PKn) yang dapat menarik perhatian siswa, motivasi siswa, sehingga menumbuhkan rasa tanggungjawab serta sikap positif terhadap mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan, dengan demikian pengajaran metode Learning Together lebih efektif dan menarik, menumbuhkan dan menyenangkan untuk diterapkan pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) terutama pada kompetensi dasar lembaga dalam susunan/struktur organisasi Pemerintahan Desa, Kecamatan dan lembaga dalam susunan/struktur organisasi Pemerintahan Kota dan Propinsi, yang selanjutnya terbukti bahwa proses dan nilai hasil belajar/hasil evaluasi antara siklus pertama dan siklus kedua menunjukkan peningkatan yang signifikan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together terbukti dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Paluhombo 01 Bendosari, hal tersebut terefleksi dari beberapa indikator berikut ini:

Pertama, semakin antusias dan semangat mengikuti pengajaran hal ini ditujukkan adanya peningkatan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan/ apersepsi 3 siswa (42,86%) siklus pertama menjadi 5 siswa (62,5%) siklus kedua.

Kedua; adanya peningkatan keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran/mengajukan pertanyaan dari 5 siswa (62,5%) siklus pertama menjadi 6 siswa (72%) siklus kedua.

Ketiga, siswa semakin antusias dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan diskusi kelompok dan mengerjakan tugas kelompok, yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan peran serta siswa dari 3 siswa (45%) menjadi 6 siswa (72%)

Keempat, adanya peningkatan pencapaian hasil belajar siswa dari 4 siswa (40%) menjadi 9 siswa (90%) yang merupakan keberhasilan yang signifikan.

Kelima, pembelajaran dengan metode Learning Together kegiatan belajar akan lebih efektif karena siswa dapat belajar bersama, kemudian di sekolah tinggal mengulangi kembali dan mengembangkan informasi yang diperolehnya tanpa menunggu perintah guru, selain itu dengan adanya petunjuk maupun penuntun kegiatan belajar siswa sudah mempunyai kemampuan, keaktifan belajar bersama dalam mengerjakan soal/tugas, sehingga siswa terampil menyelesaikan soal, dan dalam kegiatan belajar siswa menumbuhkan rasa tanggungjawab aktif, sikap positif pada mata pelajaran Pendidikan kewarganegaraan (PKn) dan dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar.

Saran

Pertama, pada pihak sekolah, hendaknya memberikan fasilitas yang menunjukkan kegiatan belajar mengajar, dan dapat mengembangkan metode mengajarnya untuk meningkatkan hasil / belajar siswa dengan hasil belajar yang meningkat dapat meningkatkan prestasi sekolah, sehingga sekolah akan semakin berkualitas

Kedua, pada guru setiap kompetensi dasar memerlukan penerapan metode mengajar yang sesuai, maka penerapan metode pembelajaran yang kurang tepat suatu kompetensi dasar dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu, seorang guru dapat memilih model pembelajaran yang paling tepat, efisien, efektif untuk kompetensi dasar tertentu mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) kelas IV kompetensi dasar, mengenal lembaga dalam susunan/ Pemerintahan Desa dan Kecamatan dan Kota, Propinsi menggambarkan struktur Organisasi Desa dan pemerintahan Kabupaten kota, Propinsi, banyak memerlukan latihan soal, menemukan dan mengembangkan sendiri konsep dari materi yang akan dipelajari. Sebaiknya guru menggunakan metode yang dapat memotivasi siswa keaktifan berlatih mengerjakan soal-soal lembaga dalam susunan Pemerintahan Desa, Kecamatan dan menggambar struktur organisasi pemerintahan desa, Kabupaten Kota, Propinsi dengan model pembelajaran kooperatif yang memberikan tuntutan kegiatan belajar.

Ketiga, kepada siswa hendaknya mempunyai motivasi yang tinggi untuk mengerjakan tugas sesuai dengan petunjuk guru, agar siswa dapat menyelesaikan tugas baik individu maupun kelompok,

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie, 2002. Cooperatif Learning (Mempraktek Cooperatif Learning di Ruang Kelas). Yogyakarta. PT. Grasindo

Ekosusilo Madyo. 1998. Dasar-Dasar Pendidikan. Semarang. Effhar

 

Robert. E. Slavin. 2009. Cooperatif Learning. Teori Risert dan Praktek. Bandung. Nusa Media