PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN POE

(PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X PM2

SMK NEGERI 1 KLATEN TAHUN PELAJARAN 2015/2016

DALAM MATERI PENGERTIAN DAN TUJUAN ANALISA PASAR

 

Siti Djuwaeti

Guru Produktif Pemasaran SMK Negeri 1 Klaten

 

ABSTRAK

Rumusan masalah ini adalah (1) Apakah dengan penerapan model POE melalui kegiatan observasi pasar dapat mengetahui besar peningkatan kemampuan berikir siswa kelas X PM2 SMK Negeri 1 Klaten pada materi pengertian dan tujuan analisa riset pasar? (2) Apakah dengan penerapan model POE melalui kegiatan observasi pasar dapat mengetahui besar peningkatan hasil belajar siswa kelas X PM2 SMK Negeri 1 Klaten pada materi pengertian dan tujuan analisa riset pasar? Subjek penelitian adalah siswa kelas X PM2 SMK Negeri 1 Klaten tahun ajaran 2015/2016 berjumlah 36 orang, terdiri atas 3 siswa laki-laki dan 33 siswa perempuan. Pengumpulan data dengan pengamatan dan tes tertulis. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif komparatif, yaitu membandingkan nilai tes dari kondisi awal, nilai tes setelah tindakan 1 (siklus 1) dan nilai tes setelah tindakan 2 (siklus 2), kemudian direfleksi. Perbandingan juga dilakukan terhadap hasil pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat. Hasil penelitian adalah bahwa (1) Penerapan model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas X PM2 SMK Negeri 1 Klaten tahun pelajaran 2015/2016 terlaksana dengan baik. Penerapan model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yaitu dari siklus I sebesar 47,6% sampai menjadi 83%. (2) Berdasarkan hasil ulangan harian, juga menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X PM2 SMK Negeri 1 Klaten tahun pelajaran 2015/2016 pada materi pengertian dan tujuan analisa riset pasar. Bukti dari kesimpulan tersebut adalah adanya peningkatan hasil dimana pada sikslus I rata-rata nilai siswa adalah 72,5 dengan tingkat ketuntasan sebesar 31%, dan pada siklus II naik, rata-rata menjadi 85,7 dengan tingkat ketuntasn sebesar 100%, sehingga terjadi peningkatan sebesar 69%

Kata Kunci: Pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) dan Berpikir Kritis

 

PENDAHULUAN

 Analisis pasar adalah suatu penganalisasisan atau penyelenggaran untuk mempelajari berbagai masalah pasar. Analisis pasar akan menyangkut lokasi pasar, luasnya pasar, sifatnya pasar dan karakteristik pasar. Keberhasilan usaha perusahaan dapat ditentukan oleh ketepatan strategi pemasaran yang di terapkannya dengan dasar memperhatikan situasi dan kondisi dari analisis pasarnya. Di dalam menganalisis pasar, perusahaan perlu meninjau jenis pasar produknya, motif dan perilaku, segmen pasar dan penentu sasaran pasarnya. Masalah yang perlu dianalisis di dalam pasar adalah besarnya pasar, ruang lingkup pasar, struktur pasar, share pasar, serta peluang-peluang pasar. Megenai besarnya pasar dapat di tentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran terhadap barang atau jasa yang di butuhkan para konsumen.Sedangkan mengenai ruang lingkup pasar, biasanya mencakup luasnya pasar, misalnya luas pasar menurut geografis, pendidikan para konsumen, profesi para konsumen, tingkat umur para konsumen, dan lain sebagainya.

 Analisas riset pasar merupakan salah satu materi yang relatif baru yang harus diberikan siswa jurusan Pemasaran pada kurikulum 2013. Materi tentang pengertian dan tujuan analisa riset pasar termasuk pada bab-bab awal pembelajaran, yaitu masuk pada bab I dibahas tentang teori-teori riset pasar, difinisi dan pengertian dari analisa, riset, pasar dan analisa riset pasar. Karena materi ini termasuk baru pada siswa pemasaran, maka tak jarang siswa kesulitan memhami materi-materi yang diajarkan.Siswa kelas XPM2 SMK Negeri 1 Klaten termasuk yang merasa kesulitan memahami materi tentang pengertian dan tujuan analisa pasar. Kurikulum 2013 yang diterapkan di Indonesia sekarang ini, mengatakan bahwa pembelajaran yang berkembang harusnya berpusat pada siswa dengan pola pembelajaran aktif mencari dan juga pembelajaran kritis (Permendiknas No. 69 th 2013). Berdasarkan Permendiknas tersebut dapat dipahami bahwa pola pembelajaran yang ditekankan sekarang ini menuntut pembelajaran yang mengedepankan kemampuan berpikir kritis siswa. Pembelajaran kritis menekankan pada kegiatan menganalisis, menafsir, dan menilai sesuatu perkara atau masalah secara rasional dan logikal. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan bagian dari kemampuan berpikir kritis.Kegiatan pembelajaran tersebut membutuhkan motivasi belajar yang tinggi dari diri siswa sendiri. Motivasi belajar dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya, karena dengan memiliki motivasi belajar, siswa akan lebih semangat dan selalu merasa tertantang untuk mengikuti pembelajaran.

 Sebagai guru yang mengajar mata pelajaran analisa riset pasar pada jurusan pemasaran perlu memilih metode pembelajaran yang dapat memudahkan siswa memahami materi tersebut. Marwanto (2014), menjelaskan bahwa untuk mencapai tujuan belajar biasanya seorang guru memilih salah satu atau lebih stategi belajar mengajar. Dimana strategi tersebut dapat dicapai apabila faktor-faktor seperti: materi yang diajarkan, guru dan siswa yang harus aktif memakai peranan, ada dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana yang tersedia.

 Strategi pembelajaran merupakan cara pandang yang pola pikir guru dalam mengajar. Strategi yang digunakan juga berfungsi untuk meningkatkan minat siswa belajar sejarah, karena tidak adanya minat siswa terhadap suatu pelajaran akan menimbulkan suatu kesulitan dalam mengikuti pembelajaran dan tidak adanya minat siswa terhadap suatu pelajaran dapat dilihat dari cara siswa tersebut. Guru harus menggunakan metode pembelajaran yang efisien dalam proses KBM. Guru hendaknya memilih metode pembelajaran sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Metode pembelajaran yang sesuai dengan materi dapat memudahkan guru dalam menyampaikan materi dan siswa juga akan lebih mudah menangkap materi yang disampaikan oleh guru. Selanjutnya, dalam menyampaikan materi pelajaran guru dituntut untuk kreatif. Guru harus menggunakan media pembelajaran dalam proses KBM. Guru menggunakan media untuk mengatasi kejenuhan pada siswa saat proses KBM berlangsung.

 Berdasarkan pengamatan awal penulis SMK Negeri 1 Klaten pada siswa jurusan Pemasaran, terdapat gejala-gejala yang di temukan seperti: (a) Minat siswa dalam belajar kurang, (b) Siswa suka keluar masuk kelas selama proses belajar mengajar, (c) Interaksi antar siswa dengan guru kurang dan apa yang disajikan, (d) Guru sulit untuk dimengerti atau dipahami, (e) Hasil belajar siswa cenderung rendah dan menurun. Dari gejala diatas, dapat dilihat yang menjadi akar permasalahan adalah siswa kurang berminat mengikuti kegiatan pelajaran dan masih menggunakan cara hapalan dalam belajar. Apabila hal ini dibiarkan terus menerus akan berdampak merugikan siswa dan suasana pembelajaran. Penulis menyadari bahwa kegiatan-kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih kurang menonjolkan kegiatan berpikir kritis siswanya, seperti kegiatan menganalisis, menafsir, dan menilai sesuatu perkara atau masalah secara rasional dan logikal.

 Guru harus pandai mengelola kelas agar tetap kondusif dan peserta didik merasa senang mengikuti pelajaran. Keterampilan mengelola kelas merupakan salah satu keterampilan dasar mengajar yang bertujuan untuk mewujudkan dan mempertahankan suasana pembelajaran yang optimal, artinya kemampuan ini erat hubungannya dengan kemampauan profesional guru untuk menciptakan kondisi yang menguntungkan, menyenangkan peserta didik dan menciptakan disiplin belajar secara sehat.Guru adalah bagian penting dalam proses belajar mengajar. Bahkan, guru dianggap sebagai kunci keberhasilan pembelajaran dengan indikator mengarahkan siswa mencapai tujuan belajar yang diharapkan.

 Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis selaku guru pemsaran mengambil suatu tindakan untuk memperbaiki proses pembelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran analisa riset pasar. Metode yang dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran adalah model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) yang ditujukan untuk meningkatkan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada kelas X PM2 SMK Negeri 1 Klaten. Penerapan model POE dalam pembelajaran analisa riset pasar, pada prinsipnya merupakan model yang dapat memberikan pengetahuan baru kepada siswa secara nyata serta dapat meningkatkan partisipasi siswa agar lebih aktif dan kreatif sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar secara signifikan (Anisa, 2013). Model POE dapat juga membantu siswa dalam mengatasi salah pengertian. Melalui POE ini juga dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa karena mereka akan menjadi lebih kritis dan menjadi ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi sehingga dapat membuktikan sendiri keadaan yang sebenarnya.

LANDASAN TEORI

Model Pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain)

Arends (1997) dalam Trianto (2009: 22) menyatakan bahwa “model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya”. Sedangkan Sagala (2005) dalam Indrawati dan Setiawan (2009: 27) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang tersusun secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar pesertadidik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.

 Lebih lanjut, Joyce dan Weil (1980) dalam Rusman (2012: 133) mendefinisikan bahwa “model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain”. Sedangkan Joyce (1992) dalam Trianto (2009: 22) mengemukakan bahwa “model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Model pembelajaran membantu siswa dalam memperoleh informasi, menggali ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, dan mengekspresikan diri, serta mengajarkan bagaimana cara belajar. Joyce dan Weil maupun Arends menggolongkan POE sebagai model pembelajaran dengan melihat sintaksnyayang ketat (Warsono dan Hariyanto 2012: 171).

 Model POE merupakan model pembelajaran yang dikembangkan dalam pendidikan sains. Seperti yang dikemukakan Wu dan Tsai (2005: 113-114), POE dilandasi oleh teori pembelajaran konstruktivisme yakni dengan menggali pengetahuan yang telah diperoleh atau dimiliki siswa sebelumnya dan kemudian menginterpretasikannya. Warsono dan Hariyanto (2012: 93) beranggapan bahwa melalui kegiatan melakukan prediksi, observasi, dan menjelaskan hasil pengamatan, maka struktur kognitif siswa akan terbentuk dengan baik.

 Lebih lanjut, Indrawati dan Setiawan (2009: 45) menjelaskan bahwa “POE adalah singkatan dari Predict-Observe-Explain”. Melalui POE, guru menggali pemahaman peserta didik dengan cara meminta mereka untuk melaksanakan tiga tugas utama, yaitu prediksi, observasi, dan eksplanasi. Kemampuan POE dapat menyelidiki gagasan siswa dan cara mereka dalam menerapkan pengetahuan pada keadaan yang sebenarnya (praktikum). Dalam belajar analisa riset pasar, siswa diarahkan untuk membandingkan prediksi berdasarkan teori dan pengalaman langsung dalam kehidupan sehari-hari melalui eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah (Trianto 2012: 152).

 Kearney (2004: 427), menjelaskan bahwa keuntungan terbesar dari penggunaan POE yaitu ketika POE digunakan sebagai alat untuk mendeteksi kemampuan dan konsep awal siswa. POE membantu guru merancang pembelajaran selanjutnya untuk mencapai tujuan pembelajaran pada pertemuan berikutnya sesuai dengan kemampuan siswa. Selanjutnya, jika diskusi diantara siswa digunakan semestinya pada langkah dimana siswa mencoba menjelaskan ketidaksesuaian antara prediksi dan observasi, proses POE dapat menjadi model pembelajaran yang efektif untuk memfasilitasi kematangan konsep siswa. Liew (2004: 4) juga berpendapat bahwa POE dapat digunakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran yang tersusun atas pengetahuan yang dalam dan pemikiran dari sudut pandang siswa.

Kemampuan Berpikir Kritis

Menurut Rhodes dalam Colley dkk. (2012), berpikir kritis adalah kemampuan otak dalam mengeksplorasi secara mendalam mengenai isu-isu, ide-ide, temuan, dan fakta sebelum menerima atau meneruskan suatu pendapat atau kesimpulan. Selain itu, pernyataan Siegel (1988:23) dalam Bailin (1999) yang mendefinisikan berpikir kritis terdiri dari dua komponen, yaitu„ kemampuan untuk menaksir suatu alasan dengan baik‟ dan „kesediaan, keinginan, serta kecondongan (kecenderungan) untuk melakukan satu tindakan/percobaan dan mempercayai alasannya. Menurut Johnson (Supriya, 2009: 143) merumuskan istilah “berpikir kritis” (Critical Thinking) secara etimologis. Ia menyatakan bahwa kata “critic” dan “critical” berasal dari “krinein”, yang berarti “menaksir nilai sesuatu”. Lebih jauh Ia menjelaskan bahwa kritik adalah perbuatan seseorang yang mempertimbangkan, menghargai, dan menaksirkan nilai suatu hal. Tugas orang yang berpikir kritis adalah menerapkan norma dan standar yang tepat terhadap suatu hasil dan mempertimbangkan nilainya dan mengartikulasikan pertimbangan tersebut.

. Berpikir kritis memiliki beberapa ciri-ciri atau kriteria dalam penilaiannya.Untuk mengetahui apakah seseorang tersebut telah berpikir secara kritis ataupun belum, sebenarnya hal tersebut sangatlah sulit untuk diketahui karena berpikir kritis merupakan fenomena yang abstrak. Namun demikian, Fahrudin Faiz (2012: 4) telah menyusun ciri-ciri orang yang berpikir kritis dalam hal pengetahuan, kemampuan, sikap, dan kebiasaan adalah sebagai berikut: (1) menggunakan fakta-fakta secara tepat dan jujur; (2) mengorganisasi pikiran dan mengungkapkannya dengan jelas, logis atau masuk akal; (3) membedakan antara kesimpulan yang didasarkan pada logika yang valid dengan logika yang tidak valid; (4) mengidentifikasi kecukupan data; (5) menyangkal suatu argumen yang tidak relevan dan menyampaikan argument yang relevan; (6) mempertanyakan suatu pandangan dan mempertanyakan implikasi dari suatu pandangan; (7) menyadari bahwa fakta dan pemahaman seseorang selalu terbatas; (8) mengenali kemungkinan keliru dari suatu pendapat dan kemungkinan bias dalam pendapat. Aspek yang akan digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini, adalah: (1) Mampu merumuskan pokok-pokok permasalahan. (2) Mampu mengungkapkan fakta untuk menyelesaikan permasalahan. (3) Mampu memilih pendapat yang sesuai dengan kenyataan. (4) Mampu memberikan pendapat dari sudut pandang yang berbeda. (5) Mampu menyelesaikan masalah yang timbul dari suatu pernyataan

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

 Penelitian ini dilaksanakan di dalam kelas di SMK Negeri 1 Klaten pada bulan September sampai Desember tahun 2015.Setting dalam penelitian tindakan kelas ini adalah setting di dalam kelas, yaitu pada saat kegiatan belajar mengajar mata pelajaran analisa riset pasar berlangsung di ruang kelas X PM2 SMK Negeri 1 Klaten, dengan posisi siswa menghadap ke depan untuk mendengar penjelasan dari guru dan posisi siswa bisa saling berhadapan dengan temannya pada saat tindakan. SMK Negeri 1 Klaten tersebut beralamat di Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo No. 22 Klaten Utara, Kabupaten Klaten. Kelas ini (X PM2) dipilih sebagai sunjek penelitian karena berdasarkan hasil prasurvei yang dilakukan peneliti melalui wawancara ditemukan adanya permasalahan dalam pembelajaran analisa riset pasar yaitu kurangnya kemampuan berpikir kritis siswa.

Subjek Penelitian dan Sumber Data

 Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas X PM2 SMK Negeri 1 Klaten tahun ajaran 2015/2016. Siswa kelas X PM2 SMK Negeri 1 Klaten tahun ajaran 2015/2016 berjumlah 36 orang, terdiri atas 3 siswa laki-laki dan 33 siswa perempuan.

 Data penelitian diperoleh dari hasil pengamatan observer selama penelitian dan hasil tes tertulis. Data pertama merupakan data keterlaksanaan model pembelajaran yang didapatkan dari hasil pengamatan pada proses pembelajaran dengan model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain). Data kedua merupakan data kemampuan berpikir kritis siswa selama melakukan kegiatan pembelajaran tiap pertemuannya. Data ketiga adalah data hasil belajar siswa. Data ketiga ini diperoleh dari tes tertulis siswa pada kelas X PM2 yang diperoleh dari di setiap akhir siklus.

Jenis Penelitian

 Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau Classroom Action Research. Penelitian tindakan kelas ini yang diamati adalah kelebihan dan kekurangan model pembelajaran selama proses pembelajaran. Kekurangan dan kelebihan inilah yang menentukan suatu tindakan yang harus dilakukan untuk menemukan bentuk paling tepat. Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan kelas, secara garis besar terdapat empat tahapan dalam setiapsiklusnya.Setiap siklus meliputi empat langkah yaiut perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

Teknik Pegumpulan Data

 Teknik pertama adalah observasi. Hasil pengamatan observer selama penelitian. Metode ini digunakan untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil dari observasi ini dijadikan bahan pertimbangan sebelum dimulainya tindakan pada siklus berikutnya. Data pertama merupakan data keterlaksanaan model pembelajaran yang didapatkan dari hasil pengamatan pada proses pembelajaran dengan model pembelajaran POE. Kegiatan tersebut semua dicatat dalam lembar observasi yang sudah terencana. Hal tersebut diperlukan untuk mengetahui apakah proses pembelajaran yang dilaksanakan sudah sesuai dengan rencana yang sudah disusun bersama. Instrumenya adalah lembar pengamatan.

 Teknik kedua untuk memperoleh data adalah tes tertulis. Tes tertulis diberikan dengan cara guru memberikan sejumlah soal berkaitan dengan materi yang dibahas. Soal ini digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa, sesudah pelaksanaan tindakan. Hal ini dilakukan disetiap akhir siklus dan bertujuan untuk mengukur sebarapa besar peningkatan nilai siswa dari siklus I sampai siklus II. Untuk teknik ini instrumennya adalah soal-soal tes.

Teknik Analisis Data

 Data dianalisis secara kuantitatif.Teknik analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa berupa nilai rerata. Nilai rerata tersebut dianalisis dengan cara statistik deskriptif. Untuk mencari rerata digunakan rumus prosentase dari (Suharsimi Arikunto, 2010: 284). Untuk data kualitatif yang diperoleh dari pengamatan, analisis dilakukan dengan deskriptif komparatif, yaitu membandingkan nilai tes dari kondisi awal, nilai tes setelah tindakan 1 (siklus 1) dan nilai tes setelah tindakan 2 (siklus 2), kemudian direfleksi. Perbandingan juga dilakukan terhadap hasil pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat.

Langkah-Langkah Penelitian

 Pembelajara mata pelajaran analisa riset pasar yang dilakukan penulis untuk siklus I dan siklus II, hampir sama. Pelaksanaannya dibuat langkah-langkah sbb: (perencanaan), Pelaksanaan Tindakan dan observasi, dan refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Pembelajaran Awal

 Telah dijelaskan pada latar belakang masalah bahwa pengamatan awal penulis SMK Negeri 1 Klaten pada siswa jurusan Pemasaran, terdapat gejala-gejala yang di temukan seperti: (a) Minat siswa dalam belajar kurang, (b) Siswa suka keluar masuk kelas selama proses belajar mengajar, (c)Interaksi antar siswa dengan guru kurang dan apa yang disajikan, (d) Guru sulit untuk dimengerti atau dipahami, (e) Hasil belajar siswa cenderung rendah dan menurun. Dari gejala diatas, dapat dilihat yang menjadi akar permasalahan adalah siswa kurang berminat mengikuti kegiatan pelajaran dan masih menggunakan cara hapalan dalam belajar. Apabila hal ini dibiarkan terus menerus akan berdampak merugikan siswa dan suasana pembelajaran.Salah satu sebabnya bahwa dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru masih kurang menonjolkan kegiatan berpikir kritis siswanya, seperti kegiatan menganalisis, menafsir, dan menilai sesuatu perkara atau masalah secara rasional dan logikal.

Deskripsi Pembelajaran pada Siklus I

Kegiatan yang dilakukan penulis pada tahap perencanaan adalah sbb: berkoordinasi dengan teman sejawat yaitu Ibu Daryati. Dalam koordinasi dengan teman sejawat terdapat pembagian tugas, apa yang harus dilakukan penulis sebagi guru dan apa yang dilakukan teman sejawat yang bertugas mnegawasi proses pembelajaran. Kegiatan berikutnya adalah berkoordinasi dengan siswa yang menjadi subjek penelitian, dimana guru meminta siswa dapat bekerjasama dengan baik selama proses pembelajaran Analisa Riset Pasar menggunakan model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain), menyusun RPP siklus I pada materi pengertian dan tujuan analisa riset pasar dengan model pembelajaran POE, kegiatan selanjutnya membuat lembar observasi kegiatan berpikir kritis siswa, menyusun kelompok belajar siswa, dan membuat soal evaluasi.

 Pelaksanaan Tindakan

 Pertemuan pertama, siklus I pembelajaran Analisa Riset Past terlaksana dengan urutan kegiatan sebagai berikut: (1) Guru membagi kelas menjadi 6 kelompok masing masing beranggotakan 6 siswa, (2) Guru membagikan materi pembelajaran kepada masing-masing kelompok; (3) Guru menghadapkan para pembelajar dengan materi yang berupa fotocopi materi tantang pengertian dan analisa riset pasar, kemudian guru menjelaskan apa saja yang harus dilakukan terkait peralatan tersebut; (4) Guru meminta siswa kemudian membuat suatu prediksi tentang harga-harga dari bahan-bahan/produk kebutuhan rumah tangga, yaitu tentang harga-harga kebutuhan sehari-hari di sekolah maupun di rumah seperti: sabun, pasta gigi, mei, dan lain-lain. (5) Guru membimbing siswa pada tahap predict, guru memberikan penjelasan mengenai petunjuk membuat prediksi dan membuktikan prediksi, kegiatan perdiksi dilakukan siswa dalam kegiatan diskusi. Guru dan siswa membahas hasil diskusi kelompok.

 Pada jeda waktu untuk pertemuan kedua, guru menugaskan siswa untuk melakukan observasi pasar dengan cara melakukan pengamatan ke pasar atau toko yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari. Guru membimbing siswa pada kegiatan observe ini, dan hasil pengamatan disampaikan pada pertemuan kedua siklus I.

 Pada pertemuan kedua siklus I yaitu pada hari Kamis, tanggal 15 Oktober 2015, guru membimbing siswa berdiskusi menjawab pertanyaan yang ada pada materi yang telah dibagikan guru, guru membimbing siswa pada tahap explain, beberapa perwakilan kelompok maju membacakan hasil diskusinya, guru membimbing siswa dalam menganalisis dan mengevaluasi materi tentang pengertian dan tujuan analisa riset pasar, guru memberikan penjelasan mengenai demonstrasi siswa di depan kelas yang sudah dilakukan siswa, guru dan siswa membuat kesimpulan jawaban dari pertanyaan. Pada akhir siklus guru memberikan tes tertulis tentang pengertian dan analisa riset pasar.

Hasil Observasi

Hasil Pengamatan terhadap Kemampuan Berpikir Siswa

Berdasarkan hasil pengamatan teman sejawat terhadap kegiatan siswa selama pembelajaran Analisa Riset Pasar menggunakan metode POE. Kemampuan berpikir kritis siswa kelas X PM 2 SMK Negeri 1 Klaten tahun pelajaran 2015/2016 siklus I menunjukkan rata-rata kemampuan sebesar 47,6%.

Hasil Evaluasi Belajar Siswa

Dari hasil tes tertulis yang telah penulis lakukan pada pertemuan kedua diklus I, diperoleh hasil bahwa ada 7 siswa yang memperoleh nilai 60, 4 siswa yang memperoleh nilai 65, 7 siswa yang memperoleh nilai 65, 5 siswa yang memperoleh nilai 75, 8 siswa memperoleh nilai 80, dan 5 siswa yang memperoleh nilai 85. Dari tabel di atas juga dapat dijelaskan bahawa rata-rata nilai siswa kelas X PM2 SMK negeri 1 Klaten setelah mengikuti pembelajaran Analisa Riset Pasar meggunakan metode POE adalah 72,5.

Refleksi Siklus I

Hasil pengamatan di atas dapat dijelaskan bahwa pada siklus I, diperoleh beberapa temuan, antara lain: 1) kegiatan pembelajaran telah menggunakan model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain). 2)Kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepenuhnya didominasi oleh kegiatan belajar siswa. Guru hanya berperan sebagai pembimbing dan fasilitator. 3) Kelas cukup gaduh, tetapi masih bisa dikontrol untuk tetap mengikuti alur pembelajaran yang sudah direncanakan. 4) Pada saat kegiatan diskusi, hanya beberapa siswa saja yang melakukan kegiatan diskusi, sedangkan siswa lainnya tidak mau dan terlihat tidak antusias berdiskusi. 5) Setelah kegiatan diskusi, dan presentasi selesai, guru memberikan penguatan materi dengan cukup baik. Pada saat penguatan, terdapat satu atau dua orang siswa yang bertanya sehingga diakhir penguatan terlihat siswa dapat menerimanya dengan baik.

 Pada pelaksanaan pembelajaran pada siklus I tersebut terdapat beberapa kekurangan, antara lain: 1) Guru kurang mampu mengendalikan kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung. 2) Guru masih cenderung fokus pada salah satu sisi kelas, terutama pada saat menerangkan di depan kelas sambil menulis di papan tulis ataupun pada saat penunjukkan siswa. 3) Guru kurang mampu mengefisienkan waktu pembelajaran yang ada sehingga pembelajaran menjadi sangat molor. 4) Terdapat beberapa bagian dalam model pembelajaran yang terlewatkan oleh guru, seperti kegiatan menyampaikan hasil prediksi, memotivasi siswa, dan menyimpulkan hasil pembelajaran.

Deskripsi Pembelajaran pada Siklus II

Sama seperti pada siklus I, pada siklu II ini pelaksanaan kegiatan yang dilakukan penulis pada tahap perencanaan adalah sbb: kembali berkoordinasi dengan teman sejawat yaitu Ibu Daryati. Dalam koordinasi dengan teman sejawat terdapat pembagian tugas, apa yang harus dilakukan penulis sebagi guru dan apa yang dilakukan teman sejawat yang bertugas mnegawasi proses pembelajaran. Kegiatan berikutnya adalah berkoordinasi dengan siswa yang menjadi subjek penelitian, dimana guru meminta siswa membantu penulis dalam pembelajaran Analisa Riset Pasar menggunakan model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain), menyusun RPP siklus II pada materi yang sama yaitu pengertian dan tujuan analisa riset pasar, kegiatan selanjutnya membuat lembar observasi kegiatan berpikir kritis siswa, dan membuat soal evaluasi.pada siklus II penulis tidak membentuk kelompo, karena kelompok belajar sama seperti pada siklus I.

Pelaksanaan Tindakan

 Pertemuan pertama, yaitu pada haris Kamis tanggal 22 Oktober 2015 pada jam ke 7 – 9, siklus II pembelajaran Analisa Riset Pasar terlaksana dengan urutan kegiatan sebagai berikut: (1) Guru menghadapkan para pembelajar dengan seperangkat belajar yaitu materi/handout tentang pengertian dan tujuan analisa riset pasar, kemudian guru menjelaskan apa saja yang harus dilakukan terkait materi tersebut; (2) Guru meminta siswa kemudian membuat suatu prediksi terhadap harga barang-barang yang diperlihatkan di depan kelas, yaitu tentang kebutuhan sehari-hari di sekolah maupun di rumah seperti: sabun, pasta gigi, mie, dan lain-lain. (3) Guru membimbing siswa pada tahap predict, guru memberikan penjelasan mengenai petunjuk membuat prediksi dan membuktikan prediksi, kegiatan perdiksi dilakukan siswa dalam kegiatan diskusi. Guru dan siswa membahas hasil diskusi kelompok. Pada jeda waktu untuk pertemuan kedua, guru kembali menugaskan siswa untuk melakukan observasi pasar dengan cara melakukan pengamatan ke pasar atau toko yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari, guru membimbing siswa pada kegiatan observe artinya guru mengikuti siswa mengadakan pengamtan di pasar atau toko dan hasil pengamatan disampaikan pada pertemuan kedua siklus II.

 Pertemuan kedua siklus II yaitu pada hari Kamis, tanggal 29 Oktober 2015, pada jam ke 7 – 9, siswa berdiskusi menjawab pertanyaan yang adapada materi yang telah dibagikan guru, guru membimbing siswa pada tahap explain, beberapa perwakilan kelompok maju membacakan hasil diskusinya, guru membimbing siswa dalam menganalisis dan mengevaluasi materi tentang pengertian dan tujuan analisa riset pasar, guru memberikan penjelasan mengenai penjelasan siswa di depan kelas yang sudah dilakukan siswa, guru dan siswa membuat kesimpulan jawaban dari pertanyaan. Pada akhir siklus guru memberikan tes tertulis tentang pengertian dan analisa riset pasar.

Hasil Observasi

Hasil Pengamatan terhadap Kemampuan Berpikir Siswa

Berdasarkan hasil pengamatan teman sejawat terhadap kegiatan siswa selama pembelajaran Analisa Riset Pasar menggunakan metode POE. Kemampuan berpikir kritis siswa pada siklsus I menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa kelas X PM 2 SMK Negeri 1 Klaten tahun pelajaran 2015/2016 pada siklus I adalah sebesar 83%.

Hasil Evaluasi Belajar Siswa

Dari hasil tes tertulis yang telah penulis lakukan pada perteuan kedua diklus I, diperoleh hasil bahwa ada 1 siswa yang memperoleh nilai 100, 1 siswa memperoleh nilai 95, 17 siswa memperoleh nilai 90, 2 siswa memperoleh nilai 85, dan 15 siswa yang memperoleh nilai 80. Dari tabel di atas juga dapat dijelaskan bahawa rata-rata nilai siswa kelas X PM2 SMK Negeri 1 Klaten setelah mengikuti pembelajaran Analisa Riset Pasar meggunakan metode POE (Predict-Observe-Explain) adalah 85,7.

Refleksi Siklus II

 Pada pembelajaran siklus II diperoleh temuan-temuan sebagai berikut: 1) Proses pembelajaran dengan model POE (Predict-Observe-Explain) telah berjalan dengan lancar dan sesuai dengan rencana yang telah disusun. 2) Siswa terlihat lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran dari awal pertemuan, terlihat bahwa sudah tidak ada lagi siswa yang tidak melakukan kegiatan prediksi diawal pembelajaran. 3) Siswa lebih terampil dan cakap dalam melakukan kegiatan praktikum dan diskusi, karena siswa sudah semakin terbiasa menggunakan peralatan praktik. 4) Siswa sudah lebih bisa mandiri dalam melalui setiap tahapan kegiatan pembelajaran. Sedikit kekurangan yang ditemukan dalam pembelajaran siklus II ini, yaitu guru yang masih sering menggunakan pertanyaan retorika dan terkadang masih belum bisa membagi perhatian dengan adil.

 Pada pertemuan II siklus II, diperoleh hasil keterlaksanaan model pembelajaran yang mencapai 80% oleh hasil pengamatan kedua observer. Namun pada siklus akhir ini pun masih terdapat beberapa kekurangan kecil selama proses pembelajaran. Akan tetapi, hal tersebut dapat terjadi karena format lembar keterlaksanaan hanya terdiri dari kolom ya dan tidak. Dimana observer akan memberikan tanda centang pada kolom “ya” pada setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilalui baik itu berjalan dengan baik ataupun tidak. Jadi persentase keterlaksanaan tersebut hanya berdasarkan terlaksana atau tidaknya satu langkah pembelajaran dengan mengesampingkan kualitas dari langkah pembelajaran yang dilaksanakan.Selanjutnya, kualitas dari pelaksanaan model pembelajaran tersebut dibubuhkan pada bagian keterangan pada lembar observasi. Apabila dilihat secara keseluruhan, maka proses pembelajaran pada siklus II sudah dapat dikatakan pelaksanaan model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Analisa Riset Pasar siswa kelas X PM2 SMK Negeri 1 Klaten tahun pelajaran 2015/2016.

Pembahasan

 Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kegiatan berpikir kritis siswa setelah tindakan siklus I, kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran Analisa Riset Pasar meningkat dibanding dengan penilaian pada saat pratindakan. Peningkatan ini ditunjukkan dengan diperolehnya prosentase sebesar 47,6%% pada siklus I. Pada siklus II, penilaian kemampuan berpikir kritis siswa meningkat dibanding dengan penilaian pada siklus I. Peningkatan ini ditunjukkan pada hasil pengamatan terhadap kegiatan yang telah mencapai bahkan melebihi kriteria keberhasilan yaitu sebanyak 83%. Hal ini dirasa sudah cukup memuaskan karena kriteria keberhasilan yang telah ditentukan sudah tercapai. Dengan menerapkan model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) dalam pembelajaran, nilai yang dihasilkan siswa mengalami peningkatan dimana pada sikslus I rata-rata nilai siswa adalah 72,5 dengan tingkat ketuntasan sebesar 31%, dan pada siklus II naik, rata-rata menjadi 85,7 dengan tingkat ketuntasn sebesar 100%, sehingga terjadi peningkatan sebesar 69%.

PENUTUP

 Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasannya, hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Penerapan model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas X PM2 SMK Negeri 1 Klaten tahun pelajaran 2015/2016 terlaksana dengan baik. Penerapan model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yaitu dari siklus I sebesar 47,6% sampai menjadi 83% hanya dalam dua kali dan 4 kali pertemuan. (2) Berdasarkan hasil ulangan harian, juga menunjukkan bahwa penerpan model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X PM2 SMK Negeri 1 Klaten tahun pelajaran 2015/2016 pada materi pengertian dan tujuan analisa riset pasar. Bukti dari kesimpulan tersebut adalah adanya peningkatan hasil dimana pada sikslus I rata-rata nilai siswa adalah 72,5 dengan tingkat ketuntasan sebesar 31%, dan pada siklus II naik, rata-rata menjadi 85,7 dengan tingkat ketuntasan sebesar 100%, sehingga terjadi peningkatan sebesar 69%.

DAFTAR PUSTAKA

Anisa. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran POE (Predict, Observe, and Explanation) dan Sikap Ilmiah terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Asam, Basa dan Garam Kelas VII Semester 1 SMA 1 Jaten. Jurnal.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Bailin, Sharon; Case, Rolland; Coombs, Jerrold R.; Daniels, Leroi B..1999. Conceptualizing Critical Thinking. Journal of Curriculum Studies ISSN 1366-5839, 1999, Vol.31, No. 3, 285-302. Jurnal.

Colley, Binta M.; Bilics, Andrea R.; Lerch, Carol M.2012.Reflection: A Key Component to Thinking Critically. Kanada: The Canadian Journal for the Scholarship of Teaching and Learning Vol.3 Issue 1. Jurnal.

Fahrudin Faiz. 2012. pengantar menuju berpikir kritis. Yogyakarta: Suka-Press UIN Sunan Kalijaga

Indrawati & Setiawan, W. 2009. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA) untuk Program PERMUTU. Jakarta.

Kemendikbud. 2013. Buku Analisa Riset Pasar. Jakarta: Kemendikbud.

Kemendikbud. 2013. Kerangka Dasar Kurikulum 2013. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar: Jakarta

Liew..2004.The Effectiveness of Predict-Observe-Explain Technique in Diagnosing Student’s Understanding of Science and Identifying Their Level Of Achievement.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.69 tahun 2013

Rusman, 2012.Model-Model Pembelajaran.Bandung: Seri Manajemen Sekolah Bermutu

Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Supriya.(2009). Pendidikan IPS. Bandung: PT Reamaja Rosdakarya.

Suyono Dan Hariyanto. 2012. Belajar dan Pembelajara. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Trianto.2009.Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.Jakarta: Prestasi Pustaka.

Warsono dan Hariyanto. 2012. Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

 Yamin dan Ansari. 2009. Taktik Mengembangkan kemampuan Individual Siswa. Jakarta: Putra Grafika.