Penerapan Model Pembelajaran SAVI Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAVI
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI GAYA
DI KELAS IV SDK NATALEBA
Maria Venetanza
Guru di SDK Nataleba, Sikka, NTT
ABSTRAK
Salah satu upaya guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah adalah menerapkan model pembelajaran yang tepat dan sesuai materi ajar guna merangsang aktivitas belajar siswa. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana penerapan model pembelajaran SAVI dalam pembelajaran IPA materi gaya di SDK Nataleba? Dan (2) Bagaimana hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran SAVI pada pembelajaran IPA materi gaya di SDK Nataleba? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguraikan hasil belajar IPA materi gaya setelah digunakan model SAVI pada siswa kelas IV SDK Nataleba. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas IV Tahun Ajaran 2016/2017. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi gaya. Hal ini disebabkan karena penggunaan alat peraga yang hanya mewakili satu contoh saja sedangkan pada contoh-contoh lainnya tidak digunakan dan hanya berupa penjelasan dengan metode ceramah sehingga hasil yang diperoleh kurang maksimal. Salah satu solusi yang ditempuh untuk menanggulangi permasalahan tersebut adalah pembelajaran dengan menggunakan model SAVI sehingga pembelajaran lebih menarik, siswa lebih aktif dan dapat menarik perhatian siswa. Penelitian yang dilaksanakan di SDK Nataleba adalah penelitian tindakan kelas yang diadopsi dari model Kemmis dan Robin MC Taggart, sehingga dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refeleksi. Dari rancangan penelitian yang telah disusun dan dilaksanakan peneliti, maka peneliti telah mendapatkan data hasil penelitian dari masing-masing siklus yang menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Pada Pra Siklus diperoleh nilai hasil belajar siswa dengan rata-rata nilainya adalah 63,15 dengan persentase ketuntasan klasikalnya adalah 45%. Pada siklus I diperoleh nilai hasil belajar siswa dengan rata-rata nilainya adalah 82,9 dengan persentase ketuntasan klasikalnya adalah 90%. Dan pada Siklus II, diperoleh data nilai rata-rata pada tes hasil belajar yaitu 99 dan ketuntasan klasikalnya 100%. Dari data di atas menujukkan adanya pengaruh yang didapat setelah digunakan model SAVI yaitu hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi gaya meningkat. Maka dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa mengalami perubahan ke arah yang lebih baik setelah digunakan model SAVI dalam pembelajaran IPA materi gaya. Hasil belajar siswa meningkat karena siswa antusias dengan penggunaan model SAVI.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Model SAVI, Gaya
PENDAHULUAN
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dikemukakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggunngjawab.
Pendidikan pada dasarnya suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya, sehingga mampu menghadapi segala perubahan dan permasalahan dengan sikap terbuka serta pendekatan-pendekatan yang kreatif tanpa harus kehilangan identitas dirinya. Sekolah merupakan bagian dari sistem pendidikan formal yang mempunyai aturan-aturan jelas atau lebih dikenal sebagai Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) sebagai acuan proses pembelajaran dan guru sebagai fasilitator yang berperan dalam memilih model pembelajaran yang akan digunakan.
Model-model pembelajaran inovatif dan konstruktif tersebut memiliki banyak variasi seperti model pengajaran langsung, model kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah, dan sebagainya. Dengan menggunakan model-model pembelajaran tersebut diharapkan akan meningkatkan prestasi dan kualitas pembelajaran di sekolah.
IPA merupakan dasar dari teknologi, oleh sebab itu, mata pelajaran IPA wajib diajarkan di SD. IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu siswa secara ilmiah, dalam proses pembelajaran IPA lebih menitik beratkan pada serangkaian proses penyelidikan tentang suatu konsep peristiwa yang terjadi di sekitar siswa. Di dalam proses inilah perlu usaha dari guru untuk menciptakan kondisi belajar yang bisa mengaktifkan siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran selalu menggunakan pendekatan IPA, ini artinya bahwa dalam setiap pelaksanaan pembelajaran harus terjadi kegaiatan interaksi siswa secara langsung dalam proses pembelajaran seperti mengamati, menghitung, mengukur, mengklasifikasikan, pengenalan, membuat hipotesis, merencanakan penelitian (Samatowa, 2010:3).
Tujuan pembelajaran IPA di SD seperti diamanatkan dalam kurikulum KTSP tidaklah hanya sekedar siswa memiliki pemahaman tentang alam semesta saja, melainkan melalui pendidikan IPA siswa juga diharapkan memiliki, mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. Oleh karena itu IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang penting bagi siswa karena perannya sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari (Sri Sulistyorini 2007:42).
Dengan demikian peserta didik dapat menemukan, membuktikan dan mengaplikasikan suatu konsep dalam kehidupan sehari-hari. Namun pada kenyatan yang ditemukan peserta didik kurang berminat pada mata pelajaran IPA. Peserta didik menganggap pembelajaran IPA merupakan pelajaran yang sulit dipelajari, bila dibandingkan dengan pelajaran yang lain.
Berdasarkan observasi dalam proses pembelajaran di SDK Nataleba, ada kendala yang dilakukan oleh guru dalam mengajar mata pelajaran IPA yaitu peserta didik belum memahami betul konsep-konsep IPA. Pembelajaran selama ini guru cenderung aktif dan siswa hanya mendengar dan mencatat dari guru sehingga hasil belajar peserta didik belum mencapai kriteria ketuntasan belajar maksimal (KKM) yaitu dengan nilai 70. Dari 20 siswa hanya 9 orang yang mencapai KKM atau hanya 45% saja dan 11 orang siswa atau sekitar 55% yang belum mencapai KKM. Hal ini disebabkan kemampuan guru dalam pemilihan motode yang kurang tepat yaitu penggunaan metode ceramah seperti, penggunaan alat peraga yang hanya mewakili satu contoh saja sedangkan pada contoh-contoh lainnya tidak digunakan dan hanya berupa penjelasan saja.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan saat ini adalah model pembelajaran Somatic, Auditori, Visual, Intelektual (SAVI). Pembelajaran SAVI merupakan pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan alat indera yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kepedekan dari ; Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands on, aktivitas fisik) dimana cara belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna belajar haruslah dengan melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menaggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indera mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga; dan Intelectually yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan menggunakan kemampuan berfikir (minds-on), belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengindentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.
Pendekatan SAVI dalam belajar memunculkan sebuah konsep belajar yang disebut Belajar Berdasar Aktivitas (BBA). Belajar Berdasar Aktivitas (BBA) berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar, dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh dan pikiran terlibat dalam proses belajar. Pelatihan konvensional cenderung membuat orang tidak aktif secara fisik dalam jangka waktu yang lama. Terjadilah kelumpuhan otak dan belajar pun melambat layaknya merayap atau bahkan berhenti sama sekali. Mengajak orang untuk bangkit dan bergerak secara berkala akan menyegarkan tubuh, meningkatkan peredaran darah ke otak, dan dapat berpengaruh positif pada belajar.
MODEL PEMBELAJARAN SAVI
Menurut Meier (dalam Kusumawati 2014:2) belajar dengan menggabungkan gerakan fisik dan aktivitas intelektual serta menggunakan indera yang tujuannya agar dapat mempengaruhi kemajuan belajar, merupakan pengertian dari belajar SAVI. SAVI merupakan akronim dari Somatic, Auditory, Visual, Intelectual, yang memiliki arti belajar melalui pemanfaatan gerakan tubuh (hands on, aktivitas fisik) dimana belajar dimaknai dengan “mengalami†dan “melakukan†untuk dapat mengaktualkan kemampuan analisis dalam memecahkan masalah. Berkaitan dengan model pembelajaran SAVI, Herdian (dalam Kusumawati 2014:2) menyatakan bahwa model pembelajaran SAVI dapat menciptakan suasana kelas yang menyenangkan bagi anak, pembelajaran dilakukan dalam suasana bermain.
Langkah-langkah model pembelajaran Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) menurut Rusman (dalam Sumawardani 2013:85) adalah (1) Tahap Persiapan, dengan tujuan menimbulkan minat peserta didik, memberi peserta didik perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan peserta didik dalam situasi optimal untuk belajar; (2) Tahap Penyampaian, dengan tujuan membantu peserta didik menemukan materi belajar yang baru dengan cara yang menarik, menyenangkan, melibatkan panca indra, dan cocok untuk semua gaya belajar; (3) Tahap Pelatihan, dengan tujuan membantu peserta didik mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara, dan (4) Tahap Penampilan Hasil yang membantu peserta didik menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru peserta didik.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran SAVI merupakan sebuah pembelajaran dengan menggabungkan gerakan fisik dan aktivitas intelektual serta menggunakan semua indera dan segenap kedalaman dan keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda serta mengkemas pembelajaran dalam suasana bermain.
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini penulis menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu model penelitian tindakan kelas dalam bidang pendidikan yag dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran (Kasbolah, 2008: 89). Untuk lebih memahami konsep PTK, maka perlu dikemukakan karakteristiknya, yaitu: (a) Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan oleh guru sendiri sebagai pengelola program dikelas. Guru merupakan sosok yang benar-benar mengenal tempat ia belajar. Oleh karena itu guru kelas inilah yang mengetahui dan mengenal situasi kelasnya termasuk masalah yang ada didalamnya; (b) Penelitian Tindakan Kelas berangkat dari permasalahan peraktik faktual. Permasalahan faktual adalah permasalahan yang timbul dalam kegiatan sehari-hari yang dihadapi guru; dan (c) Ciri lain yang ada pada Penelitian Tindakan Kelas adalah adanya tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang dilakukan kelas bersangkutan. Sedangkan jenis penelitian yang diterapakan berasal dari model penelitian yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Dalam hal ini Kemmis dan Mc Taggart menggunakan sistem spiral refleksi, dari yang dimulai dengan perencanaan, observasi, tindakan, dan refleksi.
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Data Primer, yaitu data yang diperoleh peneliti secara langsung pada saat penelitian. Data primer yang diambil dari penelitian ini yakni nilai LKS dan nilai tes hasil belajar; dan (2) Data Sekunder yaitu data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Data sekunder yang diambil dari penelitian ini yakni hasil observasi aktifitas guru dan siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu lembar observasi aktivitas guru dan siswa serta tes hasil belajar secara tertulis dengan bentuk soal pilihan ganda.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan Model SAVI pada mata pelajaran IPA materi Gaya dan telah dirancang oleh peneliti dalam beberapa siklus yang diawali dengan pra siklus kemudian dilanjutkan dengan siklus I dan siklus II. Penelitian ini mengacu pada model PTK yang diadopsi dari model Kemmis dan Robin MC Taggart. Penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 04 April 2017 sampai dengan tanggal 27 April 2017 di SDK Nataleba ini diawali dengan melakukan diskusi antara peneliti, wali kelas IV dan Kepala Sekolah untuk membahas kegiatan penelitian. Adapun jadwal kegiatan penelitian pada mata pelajaran IPA materi gaya yang telah dirancang dan disepakati bersama pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
No |
Siklus |
Hari/Tanggal |
Waktu |
1. |
Pra siklus |
Selasa, 04 April 2017 |
07.30 – 09.40 |
2. |
Siklus I Pertemuan I |
Kamis, 13 April 2017 |
07.30 – 09.40 |
3. |
Siklus I Pertemuan II |
Kamis, 20 April 2017 |
07.15 – 09.40 |
4. |
Siklus II |
Kamis, 25 April 2017 |
09.15 – 09.40 |
Pada penelitian ini peneliti telah mengumpulkan data untuk dianalisis. Data yang dianalisis oleh peneliti dari masing-masing siklus adalah data observasi dan tes hasil belajar. Untuk data observasi, data yang diperoleh adalah data aktivitas guru, data aktivitas siswa secara klasikal dan data penilaian sikap dan keterampilan. Di bawah ini akan dijelaskan analisis data dari masing-masing siklus.
Analisis Data Observasi Aktivitas Guru
Data ini diperoleh dari guru wali kelas dalam melakukan observasi terhadap peneliti sebagai guru selama kegiatan belajar mengajar di kelas. Adapun uraian data observasi guru dalam pra siklus, siklus I dan siklus II yang telah dianalisis peneliti dari hasil pengamatan wali kelas adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Data Hasil Observasi Aktivitas Guru di Kelas
Konversi Nilai |
Tindakan |
|||
Pra Siklus |
Siklus I Pertemuan I |
Siklus I Pertemuan II |
Siklus II |
|
Skor maksimal |
44 |
44 |
44 |
44 |
Jumlah skor yang diperoleh |
31 |
36 |
39 |
41 |
Persentase nilai rata-rata |
77,50% |
81,81% |
88,63% |
93,18% |
Kategori |
Baik |
Baik |
Baik |
Sangat Baik |
Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa
Data ini diperoleh dari aktivitas siswa secara umum selama kegiatan belajar mengajar di kelas berlangsung. Adapun uraian data observasi siswa dalam pra siklus, siklus I dan siklus II yang telah dianalisis peneliti dari hasil pengamatan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa di Kelas
Konversi Nilai |
Tindakan |
|||
Pra Siklus |
Siklus I Pertemuan I |
Siklus I Pertemuan II |
Siklus II |
|
Skor maksimal |
44 |
44 |
44 |
44 |
Jumlah skor yang diperoleh |
32 |
36 |
45 |
46 |
Persentase nilai rata-rata |
72,73% |
81,81% |
86,53% |
88,46% |
Kategori |
Baik |
Baik |
Baik |
Baik |
Analisis Data Hasil Belajar Siswa
Data ini diperoleh dari aktivitas belajar siswa selama kegiatan belajar mengajar di kelas berlangsung, dengan mengacu pada penilaian sikap, keterampilan dan penilaian pengetahuan atau tes hasil belajar. Adapun uraian data penilaian sikap, keterampilan dan penilaian pengetahuan atau tes hasil belajar dalam pra siklus, siklus I dan siklus II yang telah dianalisis peneliti adalah sebagai berikut:
Penilaian Sikap
Dalam penilaian ini, guru mengamati 2 aspek sikap dengan memberikan skor pada setiap siswa. Skor yang diperoleh pada setiap siswa tersebut kemudian dikonversi dengan menggunakan rumus. Hasil perolehan nilai sikap dari setiap siswa tersebut kemudian dijumlahkan dan didapat hasil rata-ratanya di bawah ini.
Tabel 4.4 Data Hasil Penilaian Sikap Siswa
Konversi Nilai |
Penilaian Sikap |
|||
Pra Siklus |
Siklus I Pertemuan I |
Siklus I Pertemuan II |
Siklus II |
|
Jumlah nilai yang diperoleh seluruh siswa |
1526 |
1785 |
1825 |
1900 |
Jumlah Seluruh Siswa |
20 |
20 |
20 |
20 |
Persentase nilai rata-rata |
76,3 |
89,25 |
91,25 |
95 |
Kategori |
Baik |
Baik |
Sangat baik |
Sangat Baik |
Data pada tabel di atas dikonversi dari masing-masing aspek dengan menggunakan rumus di bawah ini
Penilaian Keterampilan
Dalam penilaian ini, guru mengamati 1 aspek keterampilan dengan memberikan skor pada setiap siswa. Skor yang diperoleh pada setiap siswa tersebut kemudian dikonversi dan di gabungkan dengan nilai yang diperoleh kelompok dalam mengerjakan LKS. Hasil perolehan nilai dari setiap siswa tersebut kemudian dijumlahkan dan didapat hasil rata-ratanya di bawah ini.
Tabel 4.5 Data Hasil Penilaian Keterampilan Siswa
Konversi Nilai |
Tindakan |
|||
Pra Siklus |
Siklus I Pertemuan I |
Siklus I Pertemuan II |
Siklus II |
|
Jumlah Seluruh Siswa |
20 |
20 |
20 |
20 |
Jumlah nilai keterampilan yang diperoleh seluruh siswa |
1256 |
1569 |
1856 |
1920 |
Persentase nilai rata-rata Keterampilan |
62,8 |
78,45 |
92,8 |
96 |
Jumlah nilai LKS seluruh kelompok |
1450 |
1520 |
1820 |
1952 |
Persentase nilai rata-rata LKS seluruh kelompok |
72,5 |
76 |
91 |
97,6 |
Persentase nilai Akhir (keterampilan dan LKS kelompok) |
67,65 |
77,22 |
91,9 |
96,8 |
Kategori |
Cukup Baik |
Baik |
Sangat baik |
Sangat baik |
Penilaian Pengetahuan
Dalam penilaian ini, guru memperoleh hasil belajar siswa dari tes yang diberikan guru yang tujuannya adalah untuk mengukur kemampuan siswa dari materi gaya yang telah diberikan guru. KKM yang ditentukan dari pembelajaran ini adalah 70, sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal yang ingin dicapai dalam pembelajaran ini adalah 75%. Hasil perolehan nilai dari setiap siswa dikonversikan berdasarkan penskoran untuk mengetahui seberapa banyak siswa yang mencapai KKM. Dari hasil setiap siswa tersebut, dapat diketahui persentase ketuntasan klasikal dari banyaknya siswa yang tuntas. Kemudian hasil perolehan seluruh siswa dirata-ratakan dan dijumlahkan yang didapat hasil rata-ratanya di bawah ini.
Tabel 4.6 Data Tes Hasil Belajar Siswa
Konversi Nilai |
Tindakan |
||
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
|
Jumlah Seluruh Siswa |
20 |
20 |
14 |
Jumlah nilai Siswa |
1263 |
1658 |
1980 |
Persentase nilai rata-rata |
63,15 |
82,9 |
99 |
Jumlah siswa yang tuntas |
9 |
18 |
20 |
Jumlah siswa yang tidak tuntas |
11 |
2 |
0 |
Persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal |
45% |
90% |
100% |
Kategori |
Kurang Baik |
Sangat Baik |
Sangat Baik |
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas IV SDK Nataleba untuk mata pelajaran IPA materi gaya yang telah peneliti laksanakan dalam beberapa siklus, maka dapat ditarik simpulan bahwa penggunaan Model SAVI pada mata pelajaran IPA materi gaya dalam kategori sangat baik dan mampu memicu keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses pembelajaran sehingga dapat memotivasi siswa dalam meningkatkan hasil belajar. Berdasarkan hasil analisis, aktivitas guru semakin meningkat ketika penggunaan model SAVI dilaksanakan dalam pembelajaran, sehingga terjadi perubahan aktivitas sebelum dan sesudah menggunakan model SAVI, dengan menggunakan model ini juga terlihat guru menguasai materi pembelajaran dan menggunakan model SAVI sesuai dengan proses pembelajaran.
Selain aktivitas guru dan siswa, penggunaan model SAVI juga mengakibatkan peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa, Terlihat ketika pembelajaran dengan menggunakan model konvensional, guru dan siswa hanya menggunakan bahan ajar sebagai satu-satunya sumber belajar, hasil belajar siswa tidak meningkat, bahkan sebagian besar siswa tidak tuntas. Pengaruh dari tidak adanya penggunaan model dalam pembelajaran mengakibatkan hasil yang dicapai kurang maksimal. Sedangkan ketika pembelajaran telah menggunakan model SAVI, nilai siswa mengalami peningkatan. Faktor penentu keberhasilan disini yaitu penggunaan teknik dan model yang tepat sesuai dengan karakteristik siswa. Maka hasil belajar siswa mengalami perubahan ke arah yang lebih baik setelah diterapkan model SAVI dalam pembelajaran IPA materi gaya. Hasil belajar siswa meningkat karena siswa sangat antusias dan berpartisipasi aktif dengan penerapan model SAVI.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, terdapat beberapa saran dalam melaksanakan proses pembelajaran yang diantaranya adalah sebagai berikut:
Bagi Sekolah
a. Kepala Sekolah hendaknya melibatkan guru dalam kegiatan penataran
atau pelatihan model pembelajaran yang dapat menunjang performansi
guru.
b. Kepala Sekolah hendaknya menyediakan berbagai buku panduan mengenai model pembelajaran yang dapat menunjang performansi guru di kelas.
Bagi Guru
a. Seorang guru sebaiknya kreatif dalam memilih variasi model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Guru hendaknya menerapkan model SAVI agar dapat meningkatn hasil belajar siswa.
Bagi Siswa
a. Hasil penelitian ini diharapkan agar siswa dapat termotivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan hasil belajar pada materi-materi selanjutnya.
b. Sebaiknya siswa mendengarkan penjelasan guru dengan serius saat
guru memberikan pengarahan tentang pembelajaran dengan menggunakan model SAVI.
Bagi Peneliti Lanjutan
Kiranya hasil penelitian dengan menerapkan model SAVI ini dapat dijadikan referensi untuk dikembangkan dalam penelitian selanjutnya pada materi yang berbeda atau pada mata pelajaran lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Kasbolah, Kasihani, (2008), Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Kusumawati, S. W. & Gunansa, G. (2014). Penerapan Model Pembelajaran SAVI Untuk Meningkatkan Keterampilan Pemecahan Masalah Di Sekolah Dasar (Versi Elektronik). Jurnal PGSD, Volume 02 (02), 1-10.
Samatowa, Usman. (2010), Pembelajaran IPA di SD, Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo.
Sulistyorini, Sri, (2007), Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya Dalam KTSP, Jakarta: Tiara Wacana.
Sumawardani, W. & Pasani, C.F. (2013). Efektivitas Model Pembelajaran SAVI Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Mengembangkan Karakter Mandiri Siawa (Versi Elektronik). Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 01 (01), 82-89.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. (2012). Bandung: Fokusindo Mandiri.