PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK DIPADU METODE CECAK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS, SIKAP, DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PERKEMBANGBIAKAN TUMBUHAN DAN HEWAN BAGI SISWA KELAS IX B

SMP NEGERI 5 SALATIGA SEMESTER GASAL TAHUN 2019/2020

 

Yusuf Adriyanto

Guru IPA SMP Negeri 5 Salatiga

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas belajar, sikap belajar, dan hasil belajar IPA materi Perkembangbiakan Tumbuhan dan Hewan melalui penerapan pembelajaran terbalik dipadu metode CECAK pada kelas IX B. Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal Tahun Pelajaran 2019/2020 dari bulan Juli sampai November 2019. Tempat penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 5 Salatiga, jalan Bima No.10. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX B berjumlah 32 siswa terdiri 19 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dua siklus. Tiap siklus terdiri empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran terbalik dipadu metode CECAK dapat meningkatkan aktivitas, sikap, dan hasil belajar IPA materi Perkembangbiakan Tumbuhan dan Hewan kelas IX B SMP Negeri 5 Salatiga semester gasal tahun pelajaran 2019/2020. Terbukti aktivitas belajar siswa ada peningkatan dari pra siklus dengan aktivitas belajar rendah menjadi 3,37(baik) pada pada siklus I, dan meningkat lagi menjadi 3,64 (baik) pada siklus II. Sikap belajar ada peningkatan dari pra siklus rendah menjadi 3,36 (baik) pada siklus I, meningkat lagi menjadi 3,85 (baik) pada siklus II. Demikian juga terjadi peningkatan hasil belajar dari rata-rata nilai pra siklus = 60,78 menjadi 74,69 pada siklus I dan 81,41 pada siklus II. Dengan demikian bisa disimpulkan penerapan pembelajaran terbalik dipadu metode CECAK dapat meningkatkan aktivitas belajar, sikap belajar, dan hasil belajar IPA khususnya materi Perkembangbiakan Tumbuhan dan Hewan.

Kata kunci:   Pembelajaran Terbalik, metode CECAK, Aktivitas belajar, Sikap belajar, Hasil belajar.

 

PENDAHULUAN

Kelas IX B merupakan salah satu kelas bukan kelas unggulan. Aktivitas belajar siswa dan sikap belajar rendah. Hal ini dikarenakan ada sebagian besar siswa cenderung santai dalam kegiatan pembelajaran. Mereka. belajar hanya menjelang ulangan saja, kesehariannya jarang bahkan tidak pernah belajar. Pada pra siklus dengan metode ceramah, kelas dalam keadaan cukup tenang, aktivitas siswa banyak mendengar, memperhatikan, mencatat dan bertanya bagi yang mau bertanya. Pada pra siklus, guru masih mendominasi, pembelajaran masih satu arah, siswa masih sebagai objek belajar, bukan subjek belajar, tidak heran aktivitas belajar siswa masih rendah, sikap belajar juga agak rendah, berimbas pada hasil belajar siswa juga renah. Hasil belajar pra siklus nilai terendah 20, tertinggi 80, rerata hasil belajar 60,78 yang tuntas hanya 2 siswa.

Berdasar kondisi pembelajaran yang kurang begitu hidup dan hasil belajar yang kurang memuaskan, peneliti berinisiatif melakukan penelitian dengan menerapkan pembelajaran terbalik dipadu metode Cerdas Cermat Antar Kelompok (CECAK). Pembelajaran terbalik atau Reciprocal Teaching merupakan pembelajaran dimana siswa yang aktif belajar. Menurut Fajarwati (2010:17), Reciprocal Teaching adalah model pembelajaran berupa kegiatan mengajarkan materi kepada teman. Pada model pembelajaran ini siswa berperan sebagai guru untuk menyampaikan materi kepada teman-temannya. Guru lebih berperan sebagai model yang menjadi fasilitator dan pembimbing yang melakukan scaffolding. Scaffolding adalah bimbingan yang diberikan oleh orang yang lebih tahu kepada orang yang kurang tahu atau belum tahu.

Pembelajaran terbalik memiliki kelebihan-kelebihan dalam meningkatkan aktivitas dan sikap belajar. Metode cerdas cermat antar kelompok juga memiliki kelebihan-kelebihan dalam meningkatkan aktivitas dan sikap belajar. Berdasarkan kelebihan-kelebihan dari pembelajaran terbalik dan metode cerdas cermat antar kelompok, maka jika keduanya dipadukan akan semakin menambah peningkatan aktivitas belajar, sikap belajar, yang ujungnya juga akan meningkatkan hasil belajar.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah melalui penerapan pembelajaran terbalik dipadu metode CECAK dapat meningkatkan aktivitas, sikap dan hasil belajar IPA materi Perkembangbiakan Tumbuhan dan Hewan bagi siswa kelas IX B SMP Negeri 5 Salatiga pada semester gasal tahun pelajaran 2019/2020? Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas, sikap, dan hasil belajar IPA materi Perkembangbiakan Tumbuhan dan Hewan melalui penerapan Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) dipadu Metode CECAK.

LANDASAN TEORI

Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching)

Menurut Slavin (2011:14), Reciprocal teaching adalah model pengajaran kelompok kecil yang didasarkan pada prinsip perumusan pertanyaan melalui pengajaran dan pemberian contoh, guru menumbuhkan kemampuan meta kognisi terutama untuk meningkatkan kinerja baca siswa yang mempunyai pemahaman buruk.

Kelebihan pembelajaran Reciprocal Teaching adalah sebagai berikut (Azis, 2007:113): 1)Mengembangkan kreativitas siswa, 2) Memupuk kerja sama antar siswa, 3) Menumbuhkan bakat siswa terutama dalam berbicara dan mengembangkan sikap, 4) Siswa lebih memperhatikan pelajaran karena menghayati sendiri 5) Memupuk keberanian berpendapat dan berbicara di depan kelas, 6) Melatih siswa untuk menganalisa masalah dan mengambil kesimpulan dalam waktu singkat, 7) Menumbuhkan sifat menghargai guru karena siswa akan merasakan perasaan guru pada saat mengadakan pembelajaran terutama pada saat siswa ramai atau kurang memperhatikan, 8) Dapat digunakan untuk materi pelajaran yang banyak dan alokasi waktu yang terbatas.

Metode CECAK (CErdas Cermat Antar Kelompok)

Metode ini sebenarnya merupakan gabungan antara metode diskusi dan tanya jawab. Pada metode cerdas cermat anak berdiskusi dalam satu kelompok sekaligus juga bertanya jawab dengan kelompok lain saat pembelajaran. Pada metode cerdas cermat semua siswa aktif berfikir, saling membantu dan mendukung untuk menyelesaikan permasalahan yang ada yang tidak lain adalah menjawab pertanyaan

Aktivitas Belajar

 Diedrich dalam Sardiman (2014) mengelompokkan aktivitas siswa dalam 8 kategori yitu (1) visual activities seperti membaca, memperhatikan:gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya; (2) oral activities seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interaksi dan sebagainya; (3) listening activities seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato dan sebagainya; (4) writing activities seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin dan sebaginya; (5) drawing activities seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola dan sebagainya; (6) motor activities seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang dan sebagainya; (7) mental activities seperti menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan dan sebagainya; dan (8) emotional activities seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup dan sebagainya.

 Menurut Abdul Majib (2008: 91) guru, murid dan bahan ajar merupakan unsur yang dominan dalam proses pembelajaran. Ketiga unsur saling berkaitan, mempengaruhi serta tunjang menunjang satu dengan lainnya. Jika salah satu unsur tidak ada maka dua unsur lainnya tidak dapat berhubungan secara wajar dan proses pembelajaran tidak akan berlangsung dengan baik. Dalam kegiatan belajar mengajar aktivitas guru dan murid merupakan motor penggerak hidup tidaknya pembelajaran tersebut. Kegiatan pembelajaran sekarang ini siswa merupakan subjek pembelajaran sehingga aktivitas siswa merupakan unsur yang sangat penting. Aktivitas siswa bisa dilakukan secara individu maupun kelompok.

Sikap Belajar

Menurut Syah (2013: 149) sikap belajar merupakan: ”gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap belajar yang positif akan menimbulkan intensitas kegiatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sikap belajar yang negatif. Peranan sikap bukan saja ikut menentukan apa yang dilihat seseorang melainkan juga bagaimana ia melihatnya. Dengan demikian sikap sangat berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa karena jika siswa sudah memiliki sikap senang atau cenderung pada suatu pelajaran. Hal ini dapat mempengaruhi hasil belajar yang dicapai siswa tersebut.

Menurut Azwar (2007) bahwa sikap terbentuk dari interaksi antara komponen kognitif, afektif, dan konatif, hal tersebut menunjukkan bahwa sikap merupakan hasil belajar sehingga dapat dipengaruhi atau dikembangkan menurut prinsip-prinsip belajar tertentu.

Hasil Belajar

Bloom (dalam Abadi, 2010: 2) mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif berorientasi kepada kemampuan berpikir, ranah afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu, sedangkan ranah psikomotorik berorientasi pada ketrampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan yang memerlukan koordinasi saraf dan otot. Menurut Kunandar (2013: 70) hasil belajar memiliki manfaat untuk melacak kemajuan peserta didik, mengecek ketercapaian kompetensi peserta didik, mendeteksi komponen yang belum dikuasai peserta didik, dan menjadi umpan balik untuk perbaikan bagi peserta didik. Hasil belajar adalah hasil proses perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku individu melalui interaksi dengan lingkungannya.

Hipotesis Tindakan

 Diduga melalui penerapan pembelajaran terbalik dipadu metode CECAK dapat meningkatkan aktivitas, sikap, dan hasil belajar IPA materi Perkembangbiakan Tumbuhan dan Hewan bagi siswa kelas IX B SMP Negeri 5 Salatiga pada semester gasal tahun pelajaran 2019/2020.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli sampai dengan bulan November tahun 2019. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 5 Salatiga. Subjek penelitian adalah kelas IX B terdiri 19 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data a) Data kondisi awal untuk aktivitas dan sikap belajar didapat dari catatan personal siswa, sedang data hasil belajar menggunakan teknik dokumentasi dari daftar nilai. b) Pada siklus I maupun siklus II teknik pengumpulan data untuk aktivitas dan sikap belajar diperoleh dari lembar observasi, sedang data hasil belajar diperoleh dari hasil tes tertulis ulangan harian.

Instrumen penelitian iniadalh tes tertulis, observasi dan dokumentasi perekaman. Teknik analisis data menggunakan teknik kualitatif dan teknik kuantitatif. Teknik kualitatif dengan mendeskripsikan kondisi siswa pada aktivitas dan sikap belajar siswa dalam proses pembelajaran, ditentukan keabsahannya, diklasifikasi, dan interpretasi dari data yang diperoleh. Teknik analisis data kuantitatif dilakukan dengan mengolah data hasil penelitian berupa hasil ulangan kondisi awal, siklus I, dan siklus II dengan cara ditabulasi, ditentukan reratanya, ditentukan pencapaian KKM. Analisis data menggunakan deskriptif komparatif dilanjutkan refleksi. Deskriptif komparatif dilakukan dengan membandingkan data kondisi awal dengan siklus I, dan siklus I dengan siklus II.

Validasi data hasil penelitian dilakukan dengan triangulasi sumber antara peneliti, teman sejawat selaku kolaborator, dan peserta didik. Validasi dilakukan pada instrumen penilaian tes tertulis dengan penyusunan kisi-kisi soal.

Penelitian ini dilakukan dengan metode Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari 2 siklus. Pada siklus I dan siklus II dilakukan dengan menerapkan pembelajaran terbalik dipadu metode CECAK. Perbedaannya pada siklus I siswa yang berperan sebagai guru tidak dibekali materi, sedang pada siklus II siswa yang berperan sebagai guru diberi pembekalan materi.

Indikator Kinerja/Indikator keberhasilan

  1. Aktivitas belajar: rerata aktivitas belajar kelas IX B lebih dari 3,50 (baik)
  2. Sikap belajar: rerata sikap belajar kelas IX B lebih dari 3,50 (baik)
  3. Hasil belajar: indikator keberhasilan hasil belajar yaitu 85% siswa memperoleh nilai hasil belajar di atas KKM (KKM=73).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Kelas IX B hasil belajarnya rendah, sikap, dan aktivitas siswa rendah. Hasil belajar kondisi awal terdapat 30 siswa (93,75%) mendapat nilai di bawah KKM, siswa yang tuntas ada 2 siswa (6,25%). Nilai terendah 20, tertinggi 80 dan rata-rata 60,78. Pada kondisi awal ini belum menerapkan pembelajaran terbalik dipadu metode CECAK.

HASIL PENELITIAN

Siklus I

  1. Aktivitas belajar

Tabel Aktivitas belajar siklus I

No Kualifikasi Jumlah siswa
1 Sangat baik (> 4,00 – 5,00) 1
2 Baik (> 3,00 – 4,00) 26
3 Cukup (> 2,00 – 3,00) 5
4 Kurang (> 1 – 2,00) 0
5 Sangat kurang (< 1) 0
  Rata-rata Aktivitas siklus I adalah 3,39 kategori baik

 

Indikator keberhasilan aktivitas belajar 3,50, maka aktivitas belajar pada siklus I belum mencapai indikator keberhasilan. Perlu perbaikan pada siklus II.

  1. Sikap Belajar

Tabel Sikap belajar siklus I

No Kualifikasi Jumlah siswa
1 Sangat baik (> 4,00 – 5,00) 3
2 Baik (> 3,00 – 4,00) 20
3 Cukup (> 2,00 – 3,00) 9
4 Kurang (> 1 – 2,00) 0
5 Sangat kurang (< 1) 0
  Rata-rata Aktivitas siklus I adalah 3,36 kategori baik

 

Indikator keberhasilan aktivitas belajar 3,50, maka sikap belajar siklus I belum mencapai indikator keberhasilan. Hal ini perlu perbaikan pada siklus II.

  1. Hasil Belajar

Tabel Hasil Belajar Siklus I

No Uraian Nilai Ulangan Harian
1 Nilai terendah 55
2 Nilai tertinggi 90
3 Nilai rerata 74,68
4 Rentang nilai 35

 

 

 

 

Siklus II

  1. Aktivitas belajar

Tabel Aktivitas belajar siklus II

No Kualifikasi Jumlah siswa
1 Sangat baik (> 4,00 – 5,00) 3
2 Baik (> 3,00 – 4,00) 26
3 Cukup (> 2,00 – 3,00) 3
4 Kurang (> 1 – 2,00) 0
5 Sangat kurang (< 1) 0
  Rata-rata Aktivitas siklus I adalah 3,64 kategori baik

 

Indikator keberhasilan aktivitas belajar 3,50, maka aktivitas belajar pada siklus II sudah memenuhi indikator keberhasilan.

  1. Sikap Belajar

Tabel Sikap belajar siklus I

No Kualifikasi Jumlah siswa
1 Sangat baik (> 4,00 – 5,00) 9
2 Baik (> 3,00 – 4,00) 23
3 Cukup (> 2,00 – 3,00) 0
4 Kurang (> 1 – 2,00) 0
5 Sangat kurang (< 1) 0
  Rata-rata Aktivitas siklus I adalah 3,85 kategori baik

 

Indikator keberhasilan aktivitas belajar 3,50, maka sikap belajar sudah memenuhi indikator keberhasilan.

  1. Hasil Belajar

Tabel Hasil Belajar Siklus II

No Uraian Nilai Ulangan Harian
1 Nilai terendah 60
2 Nilai tertinggi 100
3 Nilai rerata 81,41
4 Rentang nilai 40

 

Siswa yang sudah tuntas hasil belajarnya ada 28 siswa (87,5%). Ketuntasan hasil belajar pada indikator keberhasilan yaitu 85%. Dengan demikian hasil belajar pada siklus II sudah memenuhi indikator keberhasilan.

PEMBAHASAN

Tabel Perbedaan kondisi awal, siklus I, dan siklus II

Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Proses pembelajaran belum menerapkan pembelajaran terbalik dipadu metode CECAK Proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran terbalik dipadu metode CECAK Siswa yang berperan sebagai guru tidak diberi pembekalan materi Proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran terbalik dipadu metode CECAK. Siswa yang berperan sebagai guru diberi pembekalan materi oleh guru.

 

 

 

 

  1. Aktivitas Belajar

Tabel Rerata aktivitas belajar Kondisi Awal, siklus I, dan siklus II

Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Rendah 3,39 (baik) 3,64 (baik)

Dari tabel di atas dari kondisi awal ke siklus I ada kenaikan dari rendah ke baik. Dari Siklus I ke siklus II ada kenaikan 0,25 yaitu dari 3,39(baik) menjadi 3,64 (baik). Dari kondisi awal ke siklus II aktivitas belajar meningkat dari rendah ke baik. Iindikator keberhasilan aktivitas belajar adalah dari 3,50 (kualifikasi baik). Dengan demikian target aktivitas belajar siklus II sudah tercapai. Melalui pembelajaran terbalik dipadu metode CECAK dapat meningkatkan aktivitas belajar bagi siswa kelas IX B dari rendah menjadi baik (3,64).

  1. Sikap Belajar

Tabel Rerata sikap belajar Kondisi Awal, siklus I, dan siklus II

Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Rendah 3,36 (baik) 3,85 (baik)

Dari tabel di atas dari kondisi awal ke siklus I ada kenaikan dari rendah ke baik. Dari Siklus I ke siklus II ada kenaikan 0,49 yaitu dari 3,36(baik) menjadi 3,85 (baik). Dari kondisi awal ke siklus II sikap belajar meningkat dari rendah ke baik.

Indikator keberhasilan sikap belajar adalah 3,50 (kualifikasi baik). Dengan demikian target sikap belajar di akhir siklus II sudah tercapai. Melalui pembelajaran terbalik dipadu metode CECAK dapat meningkatkan sikap belajar bagi siswa kelas IX B dari rendah menjadi baik (3,85).

  1. Hasil Belajar

Perbandingan Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

No Hasil belajar Kondisi awal Siklus I Siklus II
1 Nilai terendah 20 55 60
2 Nilai tertinggi 80 90 100
3 Nilai rerata 60,78 74,68 81,41
4 Rentang nilai 60 45 40

 

Hasil belajar IPA dari kondisi awal ke kondisi akhir atau siklus II ada peningkatan nilai rerata. Semula rata-rata nilai 60,78 menjadi 78,28 atau meningkat sebesar 81,41%.

Ketuntasan belajar pada kondisi awal ada 2 siswa (6,25%), pada siklus I naik menjadi 24 siswa (75%), pada siklus II naik lagi menjadi 28 siswa (87,5%). Pada indikator keberhasilan penelitian direfleksikan dengan 85% siswa memperoleh nilai hasil belajar lebih dari atau sama dengan 73. Dengan melihat ketuntasan hasil belajar, maka indikator keberhasilannya sudah tercapai. Melalui penerapan pembelajaran terbalik dipadu metode CECAK dapat meningkatkan ketuntasan belajar bagi siswa kelas IX B dari kondisi awal 6,25% menjadi 87,5% pada kondisi akhir.

Berdasar hasil belajar yang didapat siklus I dan siklus II jika dikaitkan dengan landasan teori, terbukti bahwa pembelajaran terbalik dipadu metode CECAK dapat meningkatkan hasil belajar.

 

PENUTUP

Simpulan

Penerapan pembelajaran terbalik dipadu metode CECAK dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas, sikap, dan hasil belajar IPA bagi siswa kelas IX B materi Perkembangbiakan Tumbuhan dan Hewan SMP Negeri 5 Salatiga Semester Gasal Tahun Pelajaran 2019/2020.

Saran

Penerapan pembelajaran terbalik dipadu metode CECAK hendaknya dilakukan dengan persiapan yang baik karena terbukti dapat meningkatkan aktivitas, sikap, dan hasil belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, 2005. Psikologi Pendidikan Dalam Pembelajaran. Semarang. Depdiknas.

Aziz, Abdul. 2007. Metode dan Model-Model Mengajar IPS. Bandung: Alfabeta.

Azwar,S. 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya Edisi ke-2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Bahri, Saiful. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Daryanto, 2015. Media Pembelajaran. Bandung: PT Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.

Dimyati dan Mudjiono. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rinekta Cipta.

Fajarwati, Munifah Sri.2010. Penerapan Model Reciprocal Teaching sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas XI Akuntansi RSBI SMK Negeri 1 Depok. Yogyakarta: UNY.

Hakim, Thursan. 2002. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Pujaswara.

Hamalik, Oemar.2004. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.Rosdakarya

Hasmyati. 2012. Effective Learning Models in Physical Education Teaching. Yogyakarta: Deepublish.

Hanafi, Halid. 2012. Profesionalisme Guru dalam Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran di Sekolah. Yogyakarta: Deepublish.

Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.

Ira Vahlia, Satrio Wicaksono Sudarman. Penerapan Model Pembelajaran Terbalik(Reciprocal Teaching) Ditinjau dari Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa. Aksioma. Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Univ. Muhammadiyah Metro. ISSN 2442-5419 Vol.4,No.1 (2015) 59-66

Kunandar, 2013. Penilaian Autentik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Majid, Abdul.2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.