Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Pada Siswa Kelas 5 SDN Sendangwates Kecamatan Kunduran Tahun 2012/2013
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS
MATERI PERISTIWA PROKLAMASI KEMERDEKAAN
PADA SISWA KELAS 5 SDN SENDANGWATES
KECAMATAN KUNDURAN TAHUN 2012/2013
Sugianto
SDN 1 Kedungwaru Kecamatan Kunduran
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS tentang peristiwa proklamasi kemerdekaan bagi siswa kelas 5 SDN Sendangwates tahun pelajaran 2012/2013 melalui pembelajaran kooperatif model Jigsaw. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 5 SDN Sendangwates Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 32 siswa. Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dibagi dalam 2 siklus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan nontes. Dalam pelaksanaan tindakan, dibagi dalam empat tahapan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan penerapan pembelajaran kooperatif model Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi peristiwa proklamasi kemerdekaan. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa setelah dilakukan tes formatif. Pada pembelajaran awal, jumlah siswa yang tuntas belajar dengan KKM 70 adalah 15 siswa (46,88%) dan rata-rata nilai tes formatif siswa adalah 58,44. Pada siklus I, hasil belajar meningkat. Jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 22 siswa (68,75%) dan rata-rata nilai tes formatifnya 70,00. Siklus II juga menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa. Siswa yang tuntas belajar sebanyak 27 siswa (84,38%) dan rata-rata nilai tes formatifnya 75,94.
Kata Kunci: hasil belajar, pembelajaran IPS, pembelajaran kooperatif model Jigsaw
PENDAHULUAN
Latar Belakang
SDN Sendangwates adalah salah satu sekolah yang ada di Kec Kunduran Kab.Blora. Selama ini proses belajar mengajar yang ada belum maksimal karena minimnya media pengajaran dan strategi pembelajaran yang digunakan guru masih konvensional. Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa belum maksimal. Sedangkan indikator yang dijadikan tolok ukur dalam menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil adalah daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan dan perilaku peserta didik .Ketika hasil yang dicapai dalam kegiatan belajar mengajar belum mencapai target yang sebagaimana diharapkan, hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor baik berasal dari dalam diri siswa (internal) maupun dari luar (eksternal) ,karena pada hakikatnya prestasi belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut ( Usman , 1993 ).
Salah satu masalah pembelajaran IPS di SDN Sendangwates adalah rendahnya keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar IPS di kelas. Para siswa bersifat pasif, bahkan kurang memperhatikan pembelajaran yang disajikan guru. Siswa terkesan hanya sebagai pendengar dari materi yang disampaikan guru. Siswa terlihat bosan dan jenuh dengan strategi yang diterapkan guru dalam pembelajaran. Model dan metode pembelajaran yang digunakan adalah model konvensional dimana siswa hanya dijadikan objek pembelajaran.
Proses pembelajaran di kelas yang demikian itu akan mempengaruhi hasil belajar siswa dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Seperti yang dikemukakan Nana Sudjana (1996: 52) yang dikutip Sujarwo, yaitu keefektifan proses pembelajaran merupakan pencerminan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Dari data yang ada, nilai tes formatif mata pelajaran IPS masih rendah. Pada saat dilakukan tes formatif, rata-rata nilainya hanya 58,44. Dari 32 siswa, yang mampu mencapai nilai KKM 70 hanya 15 siswa atau 46,88%.
Setelah dilakukan identifikasi terhadap masalah yang ada, peneliti merasa perlu menetapkan beberapa hal yang harus mendapat perhatian dalam penelitian yang akan dilakukan. Dari identifikasi masalah akhirnya peneliti memfokuskan untuk meningkatkan hasil belajar matematika. Adapaun langkah yang akan diambil adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang bersifat kooperatif. Ada beberapa model pembelajaran kooperatif dan salah satu model pembelajaran kooperatif yang diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik adalah model pembelajaran Jigsaw.
Rumusan Masalah
Dengan berpedoman pada latar belakang masalah yang telah diuraikan, rumusan masalah yang dapat dimunculkan adalah “Apakah penerapan pembelajaran kooperatif model Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS materi peristiwa proklamasi kemerdekaan bagi siswa kelas 5 SDN Sendangwates tahun pelajaran 2012/2013?â€
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana penerapan pembelajaran kooperatif model Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS materi peristiwa proklamasi kemerdekaan bagi siswa kelas 5 SDN Sendangwates tahun pelajaran 2012/2013.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini antara lain:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, diantaranya bagi:
1. Bagi Guru: (a) Meningkatkan efektifitas kegiatan pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif model Jigsaw; (b) Sebagai bahan referensi untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran di kelas; (c) Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk menerapkan pembelajaran kooperatif model Jigsaw pada pokok bahasan yang lain.
2. Bagi Siswa: (a) Meningkatkan hasil belajar siswa; (b) Mengatasi kejenuhan siswa dalam kegiatan pembelajaran; (c) Melatih siswa siswa berkolaborasi dengan siswa lain.
3. Bagi Sekolah: (a) Meningkatkan kwalitas pendidikan di SDN Sendangwates; (b) Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi perbaikan kualitas pembelajaran di SDN Sendangwates.
KAJIAN TEORI
Hasil Belajar
Belajar merupakan usaha yang dilakukan setiap manusia dalam rangka untuk mencapai sesuatu yang ingin dicapai. Menurut Suryabrata( 2002;232) menyimpulkan tentang belajar yaitu: (1) belajar itu membawa perubahan; (2) perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru; (3) perubahan itu terjadi karena usaha dengan sengaja .Belajar adalah suatu proses di mana suatu tindakan muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi (Sukmadinata,2003:15). Hal ini yang juga terkait dengan belajar adalah pengalaman, pengetahuan yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungannya.
Dalam penelitian ini, belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan perubahan pada diri siswa, dan perubahan itu merupakan hasil belajar yang melibatkan segi jasmani dan rohani yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam hal pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, sikap dan tingkah laku, serta semua aspek yang ada dalam individu.
Hasil belajar siswa dalam hal ini meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif,aspek afektif dan aspek psikomotorik. Aspek kognitif, kemampuan kognitif yang meliputi: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Aspek afektif, kemampuan afektif meliputi penerimaan, partisipasi, penilaian,dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup. Aspek psikomotorik, kemampuan psikomorik meliputi: persepsi, kesiapan, gerakanterbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks,gerakan penyesuaian dan kreativitas.( Hamalik,2003:160)
Pembelajaran IPS di SD
Dalam Badan Standar Nasional Pendidikan ( BSNP, 2007: 18) mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, serta memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global.Adapun ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek- aspek: manusia, tempat dan lingkungan, waktu, keberlanjutan, dan perubahan sistem sosial dan budaya, dan perilaku ekonomi dan kesejahteraan.
Pengajaran IPS SD diandalkan untuk membina generasi penerus usia dini agar memahami potensi dan peran dirinya dalam berbagai tata kehidupannya, menghayati tuntutan keharusan dan pentingnya bermasyarakat dengan penuh rasa kebersamaan dan kekeluargaan serta mahir berperan erat di lingkungannya sebagai insan sosial dan warga negara yang baik ( BSNP, 2007:18)
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil. Dalam pengelolaan pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan bersama. Mereka akan berbagi penghargaan tersebut seandainya mereka berhasil sebagai kelompok.
Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim (2000) antara lain: (a) Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersamaâ€; (b) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri; (c) Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama; (d) Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya; (e) Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah atau penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok; (f) Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya; (g) Siswa akan diminta untuk mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Ibrahim, 2000): (a) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya; (b) Dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah; (c) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda; (d) Penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada individu.
Pembelajaran kooperatif model Jigsaw
Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins.
Pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends dalam Moedjiono, 1992). Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan†(Lie. A,1994).
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli. Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahliâ€. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli. Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling memberi tahu) terhadap teman sekelompoknya. Selanjutnya di akhir pembelajaran, siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.
Untuk pelaksanaan pembelajaran kooperatif model jigsaw, disusun langkah-langkah pokok sebagai berikut: (1) pembagian tugas, (2) pemberian lembar ahli, (3) mengadakan diskusi, (4) mengadakan kuis.
Kerangka Berpikir
Pada awal pembelajaran siswa belum mampu memahami materi peristiwa proklamasi kemerdekaan, terbukti dengan hasil evaluasi belajar rendah, nilai ketuntasan belajar masih banyak yang belum mencapai KKM yang ditentukan. Penerapan pembelajaran kooperatif model Jigsaw bertujuan untuk mempermudah siswa dalam memahami materi peristiwa proklamasi kemerdekaan. Penulis berharap dalam pembelajaran IPS tentang peristiwa proklamasi kemerdekaan dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model Jigsaw membantu kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran sehingga hasil belajar siswa meningkat.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teoritis dan kerangka berpikir, hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah penerapan pembelajaran kooperatif model Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi peristiwa proklamasi kemerdekaan bagi siswa kelas 5 SDN Sendangwates Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2012/2013.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di SDN Sendangwates Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora. Waktu penelitian adalah tahun pelajara 2012/2013 semester 2, tepatnya dimulai pada bulan Februari sampa dengan bulan Mei 2013.
Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas 5 SDN Sendangwates Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2012/2013 sebanyak 32 siswa. Objek dari penelitian ini adalah hasil belajar IPS materi peristiwa proklamasi kemerdekaan dan pembelajaran kooperatif model Jigsaw.
Penelitian ini dilaksanakan dengan mengunakan metode penelitian tindakan kelas. Untuk mengatasi permasalahan yang dijadikan objek penelitian, peneliti menetapkan pelaksanaan tindakan sebanyak dua tindakan dalam dua siklus. Adapun langkah-langkah dalam setiap siklus tindakan adalah perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
Data tentang hasil belajar dikumpulkan melalui metode tes, dengan alat pengumpulan data berupa tes formatif. Tes formatif diberikan pada setiap akhir siklus. Data tentang hasil belajar siswa dan respon siswa terhadap proses belajar mengajar dianalisis secara deskriptif komparatif, yaitu dengan membandingkan hasil belajar maupun rata-rata skor dengan indikator kinerja. Untuk menentukan keberhasilan dalam penelitian ini digunakan indikator kerja. Penelitian ini dianggap berhasil apabila ketuntasan belajar siswa mencapai 80%.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Hasil Siklus I
Siklus I dilaksanakan pada bulan Maret 2013. Pada pembelajaran siklus I ini, peneliti menerapkan pembelajaran kooperatif model Jigsaw sesuai dengan yang direncanakan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Pada akhir pembelajaran dilakukan tes formatif untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar siswa. Rata-rata hasil belajar siswa setelah dilakukan tindakan pada Siklus I adalah 70,00. Dari 26 siswa yang tuntas belajar sebanyak 22 siswa (68,75%). Sedangkan 10 siswa (31,25%) masih belum tuntas. Nilai terendah siswa dalam ulangan harian adalah 30 dan nilai tertingginya adalah 100.
Deskripsi Hasil Siklus II
Pada Siklus II yang dilaksanakan pada bulan April 2013, peneliti masih menngunakan pembelajaran kooperatif model Jigsaw dengan lebih memperhatikan kesamaan karakter siswa dalam setiap kelompok yang dibentuk. Hasil belajar siswa setelah dilakukan tindakan pada Siklus II nilai rata-rata tes formatifnya adalah 75,94 dengan tingkat ketuntasan belajar 84,38% (27 siswa tuntas). Masih ada 5 siswa (15,63%) yang belum tuntas. Perolehan nilai terendah ulangan harian adalah 50 dan nilai tertinggi mencapai nilai sempurna yaitu 100.
Pembahasan
Hasil belajar yang dicapai siswa selalu mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada kondisi awal, rata-rata nilai tes formatif siswa adalah 58,44. Setelah dilakukan tindakan pada Siklus I meningkat menjadi 70,00, meningkat 11,56 poin. Pada Siklus II rata-rata nilai ulangan harian meningkat menjadi 75,94, meningkat 5,94 poin. Secara keseluruhan hasil belajar siswa dari kondisi awal ke kondisi akhir meningkat sebesar 17,50 poin.
Tingkat ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan yang cukup menggembirakan. Pada kondisi awal, tingkat ketuntasan belajar siswa adalah 46,88% yaitu sebanyak 15 siswa tuntas belajar. Sisanya, 16 siswa (53,12%) masih belum tuntas belajar. Pada Siklus I, tingkat ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 68,75% (22 siswa), meningkat 21,88%. Pada pembelajaran Siklus II, tingkat ketuntasan siswa kembali meningkat menjadi 84,38% (27 siswa), meningkat 15,63% dari Siklus I. Secara keseluruhan, tingkat ketuntasan belajar siswa dari kondisi awal ke kondisi akhir meningkat sebesar 37,50%.
Perolehan nilai terendah dan tertinggi pada kondisi awal adalah 30 – 90. Setelah dilakukan tindakan pada Siklus I, nilai terendah dan tertinggi siswa adalah 30 – 100. Pada Siklus II, perolehan nilai terendah dan tertinggi siswa kembali adalah 50 – 100.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dikumpulkan mulai dari pembelajaran pra siklus, Siklus I dan Siklus II dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif model Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi peristiwa proklamasi kemerdekaan bagi siswa kelas 5 SDN Sendangwates Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2012/2013 dari kondisi awal rata-rata nilai tes formatifnya 58,44 dengan tingkat ketuntasan belajar 46,88% menjadi rata-rata nilai tes formatif 75,94 dengan tingkat ketuntasan belajar 84,38% pada kondisi akhir.
Saran
Dengan penarikan kesimpulan di atas, peneliti menyarankan kepada rekan-rekan guru untuk menggunakan pembelajaran kooperatif model Jigsaw untuk mengatasi masalah sejenis terutama pada mata pelajaran IPS. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw terbukti mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS tentang peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan siswa kelas 5 di SDN Sendangwates.
DAFTAR PUSTAKA
Anita, Lie. 2002. Coorperative Learning. Jakarta Grasindo.
BNSP, 2007. Standar Kompetensi dan kompeternsi Dasar . Jakarta. Depdiknas
Hamalik.1993. Metode Mengajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito.
Ibrahim dkk, Pembelajaran Kooperative, Program Pasca Sarjana Unesa, Surabaya: University Pers,
Moedjiono, Moh Dimyati. 1992. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud: Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Tenaga Kependidikan,
Nur dkk, 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK .Universitas Negeri Malang
Sukmadinata, Nana Syaodiah. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.