PENERAPAN PEMBELAJARAN KUANTUM DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA)

TENTANG SIFAT-SIFAT CAHAYA PADA PESERTA DIDIK KELAS V

SDN 2 NGLANGITAN DI SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015/2016

 

Rumaniyatun

Guru Kelas V SDN 2 Nglangitan, Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan penerapan pembelajaran kuantum dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tentang Sifat-sifat Cahaya pada peserta didik Kelas V SDN 2 Nglangitan di Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 dan menganalisis hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tentang Sifat-sifat Cahaya pada peserta didik Kelas V SDN 2 Nglangitan di Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016. Prosedur dalam penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam dua siklus dan setiap siklus terdiri dari tiga pertemuan. Waktu penelitian adalah tiga bulan, mulai bulan Februari sampai bulan April yang bertepatan dengan periode pertengahan Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016. Tempat penelitian adalah SDN 2 Nglangitan, Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora, tepatnya di Kelas V. Subyek penelitian adalah peserta didik Kelas V SDN 2 Nglangitan, Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora pada Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 sebayak sembilanbelas anak. Data penelitian adalah aktifitas belajar dan hasil belajar sesuai dengan sumber data primer yaitu, peserta didik. Sumber data primer terdiri dari data hasil lembar kerja, data hasil pengamatan, data hasil belajar peserta didik dan data dokumentasi foto kegiatan penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan teknik tes dan teknik nontes. Validasi data dalam penelitian ini mencakup data kuantitatif dan data kualitatif. Teknik analisis data dilakukan dengan analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif. Hasil penelitian adalah 1) Penerapan pembelajaran kuantum dengan eksperimen dan pengamatan, 2) Penerapan pembelajaran kuantum dengan eksperimen dan pengamatan ditindaklanjuti mengerjakan lembar kerja sebagai tugas individual, 3) Eksperimen dilakukan di tengah kelas dengan seting meja-kursi membentuk setengah lingkaran dan melibatkan peserta didik secara bergiliran, sehingga fokus dalam pengamatan, 4) Penerapan pembelajaran kuantum dengan eksperimen dan pengamatan meningkatkan aktifitas belajar peserta didik dalam memperhatikan eksperimen, menjawab dan bertanya, 5) Penerapan pembelajaran kuantum dengan eksperimen dan pengamatan meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Kata Kunci:     Pembelajaran Kuantum, Hasil Belajar, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Sifat-sifat Cahaya.

 

PENDAHULUAN

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mencari tahu tentang alam secara sistematis. Dengan demikian, IPA bukan hanya sekedar penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi IPA merupakan sebuah proses penemuan. Artinya, IPA menekankan pada pemberian pembelajaran langsung untuk mengembangkan kompetensi dalam menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Beberapa materi dalam pelajaran IPA memang harus didukung dengan praktikum, sehingga pembelajaran IPA memberikan pengalaman belajar secara langsung untuk peserta didik. Namun, karena kondisi yang tidak memungkinkan, pembelajaran IPA hanya berlangsung abstrak dan teoritis dengan guru sebagai sumber belajar utama yang menjelaskan materi pada buku teks.

Praktik pembelajaran seperti di atas juga terjadi dalam pembelajaran IPA tentang Sifat-sifat Cahaya di Kelas V, SDN 2 Nglangitan, Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora. Dalam pembelajaran tersebut, guru memang tidak melakukan praktikum karena keterbatasan fasilitas. Dampak dari pembelajaran abstrak dan teoritis adalah peserta didik menjadi pasif dan pemahaman materi yang masih lemah. Sesuai dengan hasil pengamatan dalam pembelajaran tersebut, aktifitas belajar peserta didik termasuk tidak aktif dimana hanya terdapat empat peserta didik yang cukup aktif dari keseluruhan sembilan belas peserta didik.

Materi tentang Sifat-sifat Cahaya cukup rumit karena berkaitan cermin, medium, pemantulan dan pembiasan, bayangan maupun teknologi yang berkaitan dengan sifat-sifat cahaya itu sendiri. Dengan pembelajaran abstrak dan teoritis, peserta didik hanya menerima penjelasan materi tanpa ada penemuan dari pengalaman belajar langsung. Hal ini menyebabkan penguasaan materi menjadi lemah dan hasil belajar kurang memuaskan. Sesuai dengan hasil analisis nilai ulangan harian, hasil belajar termasuk kurang memuaskan dengan nilai terendah sebesar 40, nilai tertinggi sebesar 80, nilai rata-rata sebesar 60,53 dan persentase ketuntasan sebesar 47,36%.

Sesuai dengan permasalahan dalam pembelajaran dan hasil belajar yang kurang memuaskan, penulis menerapkan pembelajaran Kuantum sebagai alternatif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran kuantum, peserta didik menjadi subyek yang belajar secara aktif dan kreatif.

Menurut De Porter dan Readon (2005: 5), kuantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya, sehingga pembelajaran kuantum adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen balajar. Unsur-unsur tersebut diramu menjadi sebuah akumulasi suasana belajar yang mengubah kemampuan dan bakat peserta didik menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.

Menurut De Porter dan Readon (2005: 7), prinsip utama dalam pembelajaran kuantum adalah membawa dunia pembelajar ke dalam dunia pengajar dan dunia pengajar ke dalam dunia pembelajar. Sedangkan prinsip dasar pembelajaran kuantum adalah a) segalanya berbicara, b) segalanya bertujuan, c) pengalaman melalui penanaman, d) mengakui setiap usaha dalam pembelajaran, e) sesuatu yang layak dipelajari layak pula dirayakan.

Sesuai dengan uraian di atas, penulis melakukan tindakan dalam pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kuantum sebagai alternatif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran kuantum, peserta didik menjadi subyek yang belajar secara aktif dan kreatif.

Sesuai dengan materi yang disampaikan tentang Sifat-sifat Cahaya, penulis membimbing eksperimen sederhana dengan melibatkan peserta didik sebagai sukarelawan dan melakukan pengamatan serta menjawab lembar kerja. Setiap eksperimen dilakukan beberapa kali, sehingga peserta didik memperoleh pengalaman belajar secara langsung. Sedangkan analisis lembar kerja dengan diskusi kelas, sehingga peserta didik mengetahui hasil tugas tersebut maupun bertanya-jawab.

METODE PENELITIAN

Waktu penelitian adalah tiga bulan, mulai bulan Februari sampai bulan April yang bertepatan dengan periode pertengahan Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016.

Tempat penelitian adalah SDN 2 Nglangitan, Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora, tepatnya di Kelas V. Tempat penelitian merupakan unit kerja penulis sebagai Guru Kelas V. Selain itu, tempat penelitian juga terdapat permasalahan, yaitu 1) keterbatasan fasilitas untuk praktikum, 2) pembelajaran yang berpusat pada guru sebagai sumber belajar utama yang menjelaskan materi pada buku teks, 3) peserta didik menjadi pasif dan pemahaman materi yang masih lemah, dan 4) hasil belajar yang kurang memuaskan.

Subyek penelitian adalah peserta didik Kelas V SDN 2 Nglangitan, Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora pada Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 sebayak sembilanbelas anak.

Data penelitian adalah aktifitas belajar dan hasil belajar sesuai dengan sumber data primer yaitu, peserta didik. Sumber data primer terdiri dari data hasil lembar kerja, data hasil pengamatan, data hasil belajar peserta didik dan data dokumentasi foto kegiatan penelitian.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan teknik tes dan teknik nontes. Teknik tes berupa soal ulangan harian. Teknik nontes berupa data data hasil lembar kerja, data hasil pengamatan dan data dokumentasi foto kegiatan penelitian.

Validasi data dalam penelitian ini mencakup data kuantitatif dan data kualitatif. Validasi data kuantitatif dengan menganalisis soal ulangan harian sesuai dengan indikator materi. Validasi data kualitatif dengan triangulasi metode, yaitu data hasil pengamatan, data hasil lembar kerja dan data dokumentasi foto kegiatan penelitian.

Teknik analisis data dilakukan dengan analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif. Analisis data kualitatif dilakukan dengan mendeksripsikan pembelajaran dengan menganalisis data hasil pengamatan, data hasil lembar kerja dan data dokumentasi foto kegiatan penelitian pada Siklus I dan Siklus II. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan menganalisis data hasil belajar dengan menganalisis nilai ulangan harian pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II.

Penelitian ini menggunakan Model Siklus yang terdiri dari 4 tahap, yaitu Perencanaan, Tindakan, Observasi dan Refleksi. Penelitian ini terdiri dari dua Siklus, yaitu Siklus I dan Siklus II. Pada Siklus I, eksperimen dilakukan oleh beberapa peserta didik yang bersedia sebagai sukarelawan. Pada Siklus II, eksperimen wajib dilakukan oleh setiap peserta didik

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Pembelajaran IPA di Kelas V pada pertengahan Semester II tentang Sifat-sifat Cahaya belum ideal karena keterbatasan fasilitas untuk praktikum. Dalam pembelajaran tersebut tidak ada praktikum sesuai dengan materi yang disampaikan. Pembelajaran hanya berlangsung abstrak dan teoritis dengan guru yang dominan sebagai sumber belajar utama dengan menjelaskan materi pada buku teks. Dalam pembelajaran tersebut, peserta didik menjadi pasif dan pemahaman materi yang masih lemah. Sesuai dengan hasil pengamatan pada pembelajaran di Kondisi Awal diketahui hanya tiga peserta didik yang cukup aktif dari keseluruhan sembilan belas peserta didik. Secara keseluruhan, aktifitas belajar termasuk kategori tidak aktif dengan nilai rata-rata sebesar 1,19.

Hasil belajar juga belum memuaskan. Sesuai dengan nilai ulangan harian diketahui nilai terendah sebesar 40, nilai tertinggi sebesar 80, nilai rata-rata sebesar 60,53 dan persentase ketuntasan sebesar 47,36%. Nilai rata-rata hampir mendekati KKM sebesar 61, namun persentase ketuntasan belum mencapi minimal 75%.

Untuk memperkuat pemahaman materi dan meningkatkan hasil belajar, maka penulis melakukan tindakan dalam pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kuantum. Dalam pembelajaran, peserta didik melakukan eksperimen, melakukan pengamatan dan menjawab lembar kerja. Eksperimen dilakukan berulang kali sesuai dengan beberapa peserta didik yang berbeda, sehingga pengamatan semakin intensif. Sedangkan lembar kerja merupakan tugas individual untuk mengevaluasi pemahaman materi. Selain itu, lembar kerja juga berfungsi sebagai materi diskusi kelas dalam pembahasan materi.

Deskripsi Siklus I

Tindakan pada Siklus I, ekperimen memberikan pengalaman belajar secara langsung dengan keterlibatan peserta didik. Dalam pembelajaran tersebut, peserta didik yang menjadi sukarelawan pertama harus memahami lembar kerja, sehingga dapat melakukan eksperimen dengan baik dan benar. Sedangkan peserta didik yang menjadi sukarelawan beirkutnya dapat meniru maupun memperbaiki cara bereksperimen. Ekperimen pada pertemuan kedua, setiap peserta didik mendapat kesempatan. Pembelajaran semakin menarik karena peserta didik harus mampu menyentuh uang logam yang terdapat pada dasar gelas dengan satu kali kesempatan tanpa tegak lurus. Eksperimen ini secara tidak langsung seperti perlombaan yang mendidik.

Tindakan pada Siklus I memberikan pengalaman belajar secara langsung dengan eksperimen dan pengamatan. Selain itu, pembelajaran ditunjang dengan diskusi kelas dalam pembahasan lembar kerja sebagai tugas individual. Prinsip belajar langsung ini memperkuat penguasaan materi.

Tindakan pada Siklus I meningkatkan hasil belajar peserta didik. Sesuai dengan hasil soal ulangan harian diketahui nilai terendah sebesar 50, nilai tertinggi sebesar 90, nilai rata-rata sebesar 70,53 dan persentase ketuntasan sebesar 68,42%.

Penulis merefleksikan hasil tindakan pada Siklus I dengan indikator kinerja dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3. Refleksi pada Siklus I.

No Indikator Kinerja Keterangan
1 Peserta didik memperhatikan eksperimen yang sedang berlangsung Indikator kinerja terpenuhi dengan nilai rata-rata sebesar 2,97 (kategori aktif)
2 Peserta didik berani menjawab dalam diskusi kelas Indikator kinerja tidak terpenuhi dengan nilai rata-rata sebesar 2,05 (kategori kurang aktif)
3 Peserta didik berani bertanya dalam diskusi kelas Indikator kinerja tidak terpenuhi dengan nilai rata-rata sebesar 2,97 (kategori aktif)
4 Peserta didik mencapai hasil belajar dengan memenuhi KKM sekolah yang telah ditentukan Indikator kinerja terpenuhi dengan nilai rata-rata sebesar 70,53 (lebih besar daripada KKM sebesar 61)
5 Ketuntasan belajar terpenuhi, yaitu sebesar 75% Indikator kinerja tidak terpenuhi dengan ketuntasan belajar sebesar 68,42% (lebih rendah daripada ketuntasan belajar sebesar 75%)

 

Sesuai dengan refleksi pada Siklus I, maka penulis menganalisis keberhasilan, permasalahan yang masih terjadi dan perbaikan tindakan sebagai berikut:

  1. Keberhasilan: 1) aktifitas belajar peserta didik meningkat, khususnya dalam memperhatikan eksperimen, 2) hasil belajar peserta didik meningkat, khususnya nilai rata-rata.
  2. Permasalahan yang masih terjadi: 1) aktifitas belajar peserta didik dalam menjawab pertanyaan belum termasuk kategori aktif, 2) aktifitas belajar peserta didik dalam bertanya belum termasuk kategori aktif, 3) hasil belajar peserta didik belum memuaskan, khususnya ketuntasan belajar yang belum memenuhi 75%.
  3. Perbaikan tindakan: 1) melibatkan setiap peserta didik dalam eksperimen, 2) bertanya kepada setiap peserta didik sesuai dengan hasil lembar kerja dan 3) menseting meja-kursi menjadi setengah lingkaran, sehingga pengamatan terfokus pada eksperimen di tengah kelas.

Deskripsi Siklus II

Tindakan pada Siklus II, ekperimen melibatkan setiap peserta didik, sehingga setiap peserta didik mendapat pengalaman belajar secara langsung maupun pengamatan yang lebih intensif dengan eksperimen yang berulang kali. Selain itu, eksperimen juga dilakukan di tengah kelas dengan seting meja-kursi setengah lingkaran, sehingga peserta didik semakin fokus dalam pengamatan.

Tindakan pada Siklus II, peserta didik menulis hasil ekperimen pada selembar kertas, baik tulisan berukuran kecil maupun nama-nama hewan, kemudian menjawab lembar kerja. Tugas-tugas tersebut terstruktur, berkelanjutan dan berkaitan.

Tindakan pada Siklus II, diskusi kelas dengan melibatkan peserta didik untuk membacakan jawaban pada lembar kertas maupun lembar kerja, sehinggga peserta didik percaya diri dalam menjawab maupun bertanya. Diskusi kelas semakin aktif dengan frekuensi menjawab dan bertanya yang semakin meningkat.

Tindakan pada Siklus II meningkatkan hasil belajar peserta didik. Sesuai dengan hasil soal ulangan harian diketahui nilai terendah sebesar 50, nilai tertinggi sebesar 100, nilai rata-rata sebesar 80,79 dan persentase ketuntasan sebesar 89,47%.

Penulis merefleksikan hasil tindakan pada Siklus II dengan indikator kinerja dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 5. Refleksi pada Siklus II.

No Indikator Kinerja Keterangan
1 Peserta didik memperhatikan eksperimen yang sedang berlangsung Indikator kinerja terpenuhi dengan nilai rata-rata sebesar 3,61 (kategori sangat aktif)
2 Peserta didik berani menjawab dalam diskusi kelas Indikator kinerja terpenuhi dengan nilai rata-rata sebesar 2,86 (kategori aktif)
3 Peserta didik berani bertanya dalam diskusi kelas Indikator kinerja terpenuhi dengan nilai rata-rata sebesar 2,26 (kategori cukup aktif)
4 Peserta didik mencapai hasil belajar dengan memenuhi KKM sekolah yang telah ditentukan Indikator kinerja terpenuhi dengan nilai rata-rata sebesar 80,79 (lebih besar daripada KKM sebesar 61)
5 Ketuntasan belajar terpenuhi, yaitu sebesar 75% Indikator kinerja terpenuhi dengan ketuntasan belajar sebesar 89,47% (lebih tinggi daripada ketuntasan belajar sebesar 75%)

 

Sesuai dengan refleksi pada Siklus II, maka tindakan telah memenuhi indikator kinerja. Dengan demikian, tindakan berhasil dan tindakan tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus

Pembelajaran IPA tentang Sifat-sifat Cahaya pada Kondisi Awal tanpa praktikum karena keterbatasan fasilitas. Pembelajaran berlangsung abstrak dan teoritis dengan guru sebagai sumber belajar utama yang menjelaskan materi pada buku teks. Akibatnya adalah peserta didik menjadi pasif dan pemahaman materi menjadi lemah. Sesuai hasil pengamatan, aktifitas belajar termasuk kategori tidak aktif dengan nilai rata-rata sebesar 1,19 dimana hanya terdapat empat peserta didik yang cukup aktif dari keseluruhan sembilan belas peserta didik. Sedangkan lemahnya penguasaan materi sesuai dengan hasil analisis nilai ulangan harian yang termasuk kurang memuaskan. Nilai terendah sebesar 40, nilai tertinggi sebesar 80, nilai rata-rata sebesar 60,53 dan persentase ketuntasan sebesar 47,36%.

Tindakan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tentang Sifat-sifat Cahaya dengan menerapkan pembelajaran kuantum. Dalam pembelajaran tersebut, peserta didik melakukan eksperimen sederhana dan pengamatan serta mengerjakan lembar kerja. Ruang kelas berfungsi sebagai laboratorium dengan eksperimen di depan kelas dan di tengah kelas, sehingga peserta didik mendapat pengalaman belajar secara langsung. Pembelajaran bersifat aktif dan konkrit.

Pada Siklus I, eksperimen dilakukan di depan kelas oleh beberapa peserta didik sebagai sukarelawan. Eksperimen tidak merata karena hanya beberapa peserta didik saja yang terlibat. Eksperimen semacam ini tidak memberikan pengalaman belajar secara langsung.

Pada Siklus II, eksperimen dilakukan di tengah kelas oleh setiap peserta didik secara bergiliran. Selain itu, meja-kursi diseting setengah melingkar, sehingga peserta didik mengamati dengan penuh fokus. Eksperimen semacam ini memberikan pengalaman belajar secara langsung.

Pembahasan lembar kerja dalam diskusi kelas pada Siklus I hanya diikuti beberapa peserta didik yang berinisiatif menjawab dan bertanya. Aktifitas belajar peserta didik termasuk kategori kurang aktif dengan nilai rata-rata hanya sebesar 1,83. Sedangkan pembahasan lembar kerja pada Siklus II dengan membaca hasil lembar kerja, sehingga peserta didik terlibat dalam diskusi kelas secara aktif. Aktifitas belajar meningkat dan termasuk kategori aktif dengan nilai rata-rata sebesar 2,91.

Analisis aktifitas belajar pada Siklus I dan Siklus II sesuai dengan hasil pengamatan pada lembar pengamatan sebagai berikut:

Tabel 6. Analisis Aktifitas Belajar pada Siklus I dan Siklus II.

No Pertemuan Aspek pengamatan Rata-rata akhir Kategori
Perhatian Menjawab Bertanya
  Siklus I          
1 Pertama 2,89 1,94 0,42 1,83 E (tidak aktif)
2 Kedua 3,05 2,15 0,52
  Siklus II          
3 Pertama 3,42 2,47 1,68 2,91 B (aktif)
4 Kedua 3,78 3,26 2,84

Sedangkan analisis hasil belajar pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II sesuai dengan nilai ulangan harian sebagai berikut:

Tabel 7. Analisis Hasil Belajar pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II.

No Aspek Perbandingan Kondisi Awal Siklus I Siklus II
1 Nilai terendah 40 50 50
2 Nilai tertinggi 80 90 100
3 Nilai rata-rata 60,53 70,53 80,79
4 Jumlah tuntas 9 13 17
5 Jumlah tidak tuntas 10 6 2
6 Persentase ketuntasan 47,36% 68,42% 89,47%

 

Menurut De Porter dan Readon (2005: 5), pembelajaran kuantum menekankan pada orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen balajar. Dalam penelitian ini, aktifitas belajar ditekankan pada eksperimen dan pengamatan, sehingga peserta didik terlibat dalam pembelajaran. Kelas berfungsi menjadi laboratorium untuk eksperimen dan pengamatan, sehingga pembelajaran menjadi aktif dan konkrit. Selain itu, peserta didik juga mengerjakan lembar kerja sebagai tugas individual sesuai dengan pengalaman belajar dalam eksperimen dan pengamatan. Lembar kerja juga berfungsi sebagai petunjuk untuk eksperimen.

Dalam penelitian ini, eksperimen dan pengamatan menekankan pada pengalaman belajar secara langsung. Pada Siklus I, eksperimen dilakukan secara sukarela. Sedangkan pada Siklus II, eksperimen dilakukan secara bergiliran. Demikian pula dengan pengamatan pada Siklus I masih bersifat klasikal karena seting meja-kursi yang hanya menghadap pada eksperimen di depan kelas. Seting kelas klasikal semacam ini tidak menunjang fokus dalam pengamatan. Sedangkan pada Siklus II, seting meja-kursi membentuk setengah lingkaran yang menghadap pada eksperimen di tengah kelas. Seting kelas yang terfokus semacam ini menunjang fokus dalam pengamatan. Aktifitas belajar semakin meningkat sesuai dengan hasil pengamatan. Pada Kondisi Awal dan Siklus I, aktifitas belajar termasuk kategori tidak aktif. Sedangkan pada Siklus II, aktifitas belajar termasuk kategori aktif.

Dalam penelitian ini, penerapan pembelajaran kuantum dengan eksperimen dan pengamatan, sehingga aktifitas belajar peserta didik meningkat dan penguasaan materi menjadi kuat, sehingga hasil belajar memuaskan. Sesuai dengan analisis hasil belajar, nilai terendah meningkat dari 40 menjadi 50, nilai tertinggi meningkat dari 80 menjadi 100, nilai rata-rata meningkat dari 60,53 menjadi 80,79 dan persentase ketuntasan meningkat dari 47,36% menjadi 89,47%.

Menurut Baharuddin (2010: 19-20), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Dalam penelitian ini, penerapan pembelajaran kuantum dengan eksperimen dan pengamatan mempengaruhi faktor internal dan faktor eksternal yang dimaksud, sehingga hasil belajar juga meningkat.

Sesuai dengan pembahasan tiap siklus dan antar siklus, penulis memperoleh hasil penelitian sebagai berikut:

  1. Penerapan pembelajaran kuantum dengan eksperimen dan pengamatan.
  2. Penerapan pembelajaran kuantum dengan eksperimen dan pengamatan ditindaklanjuti mengerjakan lembar kerja sebagai tugas individual.
  3. Eksperimen dilakukan di tengah kelas dengan seting meja-kursi membentuk setengah lingkaran dan melibatkan peserta didik secara bergiliran, sehingga fokus dalam pengamatan.
  4. Penerapan pembelajaran kuantum dengan eksperimen dan pengamatan meningkatkan aktifitas belajar peserta didik dalam memperhatikan eksperimen, menjawab dan bertanya.
  5. Penerapan pembelajaran kuantum dengan eksperimen dan pengamatan meningkatkan hasil belajar peserta didik.

PENUTUP

Kesimpulan

  1. Penerapan pembelajaran kuantum dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tentang Sifat-sifat Cahaya pada peserta didik Kelas V SDN 2 Nglangitan di Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan eksperimen secara bergiliran dan pengamatan serta mengerjakan lembar kerja sebagai tugas individual.
  2. Penerapan pembelajaran kuantum meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tentang Sifat-sifat Cahaya pada peserta didik Kelas V SDN 2 Nglangitan di Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016. Nilai terendah meningkat dari 40 menjadi 50, nilai tertinggi meningkat dari 80 menjadi 100, nilai rata-rata meningkat dari 60,53 menjadi 80,79 dan persentase ketuntasan meningkat dari 47,36% menjadi 89,47%

Saran

  1. Bagi guru

Guru supaya mengembangkan lembar kerja dengan beberapa pertanyaan dalam memodifikasi periskop sederhana maupun obyek gambar-gambar hewan yang dilihat.

 

  1. Bagi peserta didik

Peserta didik supaya membuat karya/model dengan menerapkan sifat-sifat cahaya dan melakukan eksperimen serta mencatat hasil ekperimen tersebut, sehingga benar-benar menguasai materi.

  1. Bagi sekolah

Sekolah supaya menyediakan bahan-bahan eksperimen, sehingga peserta didik dapat membuat karya/model, melakukan eksperimen dan mencatat hasil ekperimen tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.

De Porter, Bobby dan Readon, Mark. 2005. Quantum Learning. Bandung: Kaifa.

Iskandar, Sarini. 2001. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: Maulana.

Makhrus, Muhammad. 2008. Metode Pembelajaran IPA. Jakarta: Azka.

Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.