PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP

MATA PELAJARAN IPA MATERI SISTEM PENCERNAAN

PADA MANUSIA BAGI SISWA KELAS VIII D

SMP NEGERI 1 JATINEGARA KABUPATEN TEGAL

 

Wahyu Galih Maulana

SMP Negeri 1 Jatinegara

 

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan penguasaan konsep mata pelajaran IPA siswa kelas VIII D di SMP N 1 Jatinegara Kabupaten Tegal pada Semester Gasal Tahun Pelajaran 2019/2020. Subjek penelitian adalah siswa di UPTD SMP Negeri 1 Jatinegara Kabupaten Tegal berjumlah 29 orang, terdiri 13 orang laki-laki dan 16 orang perempuan. Teknik dan alat pengumpulan data menggunakan lembar soal pilihan ganda dengan jumlah butir soal 20 butir soal, instrumen tes digunakan untuk mengukur hasil tes pemahaman siswa tentang konsep mata pelajaran IPA pada materi Sistem Pencernaan pada Manusia. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam 2 kali siklus, setiap siklus terdiri 3 kali pertemuan tatap muka dengan siswa. Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan penguasaan konsep siswa dari siklus I ke siklus II ditinjau dari jumlah ketuntasan individu dari 18 menjadi 25 siswa dan terdapat pula peningkatan prosentase ketuntasan klasikal dari siklus I ke siklus II yaitu dari 65,51% menjadi 86,20%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran melalui pendekatan Keterampilan Proses Sains dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa mata pelajaran IPA materi Sistem Pencernaan pada Manusia bagi siswa kelas VIII D SMP N 1 Jatinegara Tahun Pelajaran 2019/2020.

Kata Kunci: Pendekatan Keterampilan Proses Sains, Penguasaan Konsep,

PENDAHULUAN

Pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan guru pada dewasa ini kurang memperhatikan makna dari satu kesatuan siklus proses pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dibuat hanya untuk sekedar melengkapi administrasi guru tanpa pernah digunakan. Proses pembelajaran masih menitikberatkan pada aspek kognitif saja tanpa menyentuh aspek sikap dan psikomotorik siswa. Proses penilaian tidak memperhatikan indikator-indikator yang terdapat pada rencana pembelajaran.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang memiliki empat dimensi yaitu: dimensi produk ilmiah yang berhubungan dengan konsep, prinsip, hukum, dan teori; dimensi proses ilmiah yang berkaitan dengan prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah yang meliputi merumuskan hipotesis, merancang dan melaksanakan penyelidikan, mengumpulkan dan menganalisis data, serta menarik kesimpulan; dimensi sikap ilmiah berkaitan dengan rasa ingin tahu (curiosity) tentang fenomena alam, sosial, dan humaniora, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru.

Berdasarkan hasil ulangan harian yang dilakukan terhadap siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Jatinegara Kabupaten Tegal, menemukan adanya permasalahan hasil belajar IPA yang belum optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian siswa yang masih banyak belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM yang ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran IPA kelas VIII sebesar 73. Hasil ulangan harian dari jumlah 29 siswa kelas VIII D hanya 13 siswa yang mencapai KKM atau prosentase ketuntasan mencapai 44,82% (sumber: daftar nilai siswa kelas VIII D tahun pelajaran 2017/2018). Dari hasil nilai ulangan harian tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar IPA yang diperoleh masih jauh dari KKM yang telah ditetapkan.

Permasalahan hasil belajar yang terjadi pada kelas VIII D SMP Negeri 1 Jatinegara Kabupaten Tegal menandakan penguasaan konsep siswa kelas VIII D masih belum maksimal dan diduga disebabkan guru tidak menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat, serta guru masih berperan dominan dalam proses pembelajaran, sehingga potensi psikomotorik siswa terabaikan.

Salah satu upaya untuk mengatasi masalah yang terjadi pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Jatinegara Kabupaten Tegal adalah dengan menerapkan pembelajaran yang menitikberatkan pada keterampilan proses seperti keterampilan menyelesaikan masalah, keterampilan dalam mengamati obyek, keterampilan dalam mengambil keputusan, keterampilan dalam menganalisis data, serta keterampilan mengajukan pertanyaan.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut penulis kemudian tertarik untuk menerapkan pendekatan pembelajaran KPS dalam penelitian tindakan kelas dengan judul: ’’Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Sains Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Mata Pelajaran IPA Materi Sistem Pencernaan Pada Manusia Bagi Siswa Kelas VIII D SMP Negeri 1 Jatinegara Kabupaten Tegal”.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, identifikasi masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut. (1) Penguasaan konsep siswa rendah, karena Guru masih menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional. (2) Aspek psikomotorik siswa dalam pembelajaran rendah, Kekurangkreatifan guru dalam memanfaatkan sarana dan prasarana sekolah yang mendukung pembelajaran IPA.

Dari uraian latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah adalah sebagai berikut. (1) Apakah penerapan pendekatan keterampilan proses sains dapat meningkatkan penguasaan konsep pada materi Sistem Pencernaan pada Manusia siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Jatinegara Kabupaten Tegal pada semester gasal tahun pelajaran 2019/2020? (2) Bagaimanakah langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses sains yang dapat meningkatkan penguasaan konsep pada materi Sistem Pencernaan pada Manusia siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Jatinegara Kabupaten Tegal pada semester gasal tahun pelajaran 2019/2020?

Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut. (1) Untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep pada materi Sistem Pencernaan pada Manusia dengan penerapan pendekatan keterampilan proses sains pada pembelajaran siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Jatinegara Kabupaten Tegal semester gasal tahun pelajaran 2019/2020. (2) Untuk menerapkan langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses sains dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Jatinegara Kabupaten Tegal semester gasal tahun pelajaran 2019/2020.

 

 

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Ilmu Pengetahuan Alam

Sukardjo (2013: 1) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif), namun pada perkembangan selanjutnya IPA juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Dua hal yang berkaitan dengan IPA yang tidak terpisahkan, yaitu IPA sebagai proses artinya kerja ilmiah dan IPA sebagai produk yaitu pengetahuan IPA yang berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif.

Mariana (2012: 14) menyatakan bahwa pada perkembangannya, IPA atau sains (Inggris: sciences) terbagi menjadi beberapa bidang sesuai dengan bentuk dan cara memandang gejala alam. Ilmu yang mempelajari kehidupan disebut Biologi. Ilmu yang mempelajari gejala fisik dari alam disebut Fisika, dan khusus untuk bumi dan antariksa disebut Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksi (IPBA). Untuk ilmu yang mempelajari sifat materi benda atau zat disebut Ilmu Kimia. Pada tingkat pembahasan atau gejala tertentu, perbedaan ini sudah kelihatan lagi.

Chiapetta & Koballa (2010: 102) menyatakan bahwa ’’Science is the study of nature attempt to understand it and to form an organized body of knowledge that has predictive power and application in society’’, yang mengandung arti bahwa sains atau IPA merupakan ilmu yang mempelajari alam dengan tujuan untuk memahami dan membentuk pengetahuan yang terorganisir disertai dengan daya prediksi dan dapat diaplikasikan dalam lingkungan masyarakat.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diambil simpulan bahwa pada hakikatnya IPA merupakan Ilmu yang mempelajari tentang alam yang dibangun oleh dua dimensi yaitu dimensi proses dan produk. Berdasarkan sudut pandang bidang keilmuan, IPA terbagi menjadi empat bidang yaitu: Fisika, Biologi, IPBA, dan Kimia.

Hakikat Belajar IPA

Pola pikir guru IPA sesuai dengan penillaian dari Susilo (Haryono, 2013: 2) yang menyatakan bahwa dewasa ini masih banyak guru IPA setelah menyelesaikan pendidikan di Lembaga Pendidikan Tinggi Kependidikan (LPTK) dan menjadi pendidik diberbagai tingkatan pendidikan cenderung hanya menyampaikan konsep IPA saja dan sangat jarang melibatkan siswa dalam kegiatan eksperimen di laboratorium IPA, sehingga berakibat penguasaan proses IPA menjadi tidak berkembang dengan baik dan memiliki daya retensi yang buruk.

Berdasarkan hal tersebut perlu adanya perubahan pola pikir (mind set) pada diri guru IPA untuk membelajarkan IPA untuk lebih secara komprehensif (utuh) baik pada aspek pengetahuan maupun keterampilan. Dengan menerapkan pembelajaran IPA yang komprehensif, siswa akan memiliki daya retensi dan keterampilan yang baik.

Pendekatan Keterampilan Proses Sains

Pendekatan keterampilan proses sains merupakan pendekatan yang menekankan pengembangan keterampilan-keterampilan investigasi. Pendekatan keterampilan proses sains meliputi berbagai macam aspek yaitu aspek keterampilan mengamati, mengklasifikasi, menginferensikan, mengukur, menggunakan bilangan, memprediksi, mendefinisikan secara operasional, membentuk model, mengontrol variabel, menginterpretasi data, menghipotesis, dan mengkomunikasi-kan (Chiapetta & Koballa, 2010: 131).

Goldston & Downey (2013: 130) menyatakan bahwa aspek-aspek yang terdapat pada pendekatan keterampilan proses sains terbagi menjadi dua kategori. Kategori pertama, aspek keterampilan proses sains dasar merupakan jenis keterampilan yang terdapat pada kehidupan sehari-hari seperti mengamati, menginferensikan, memprediksi, mengestimasikan, mengklasifikasikan, dan mengukur. Kategori kedua, disebut keterampilan proses sains terintegrasi yang merupakan pengembangan dari keterampilan proses sains dasar.

Rezba (1995: 2) menyatakan bahwa pendekatan keterampilan proses sains dasar merupakan apa yang dikerjakan ketika siswa mempraktikan sains dalam kehidupan sehari-hari. Pada keterampilan proses sains dasar, siswa yang mengaplikasikan keterampilan proses sains dasar disebut pembelajar aktif. Siswa menggunakan panca indera untuk mengamati benda-benda dan peristiwa, serta mengamati pola yang terbentuk dari kegiatan mengamati. Setelah siswa menguasai keterampilan proses sains dasar, siswa dapat mempelajari keterampilan proses sains baru dengan melalui kegiatan eksperimen.

Berdasarkan definisi pendekatan keterampilan proses sains tersebut di atas dapat diambil simpulan bahwa pendekatan keterampilan proses sains merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pengembangan investigasi ilmiah. Pendekatan keterampilan proses sains terbagi menjadi dua jenis yaitu pendekatan keterampilan proses sains dasar yang merupakan kegiatan sains dari apa yang siswa kerjakan pada kehidupan sehari-hari dan pendekatan keterampilan proses sains terintegrasi yang merupakan pengembangan dari pendekatan keterampilan proses sains dasar dengan kegiatan lebih banyak difokuskan pada kegiatan investigasi laboratorium.

Pendekatan keterampilan proses sains yang diterapkan pada panelitian ini yaitu modifikasi dari aspek-aspek yang terdapat pada pendekatan keterampilan proses sains dasar dan terintegrasi, yaitu meliputi keterampilan mengamati, merumuskan, menginterpretasikan data, dan mengkomunikasikan.

Aspek-aspek Keterampilan Proses Sains

Aspek-aspek Keterampilan Proses Sains dalam pembelajaran meliputi 5 (lima) langkah yaitu: (1) Mengamati atau Kegiatan Pengamatan (2) Menyusun Hipotesis (3) Mengeksperimenkan (4) Menginterpretasi Data, dan (5) Mengkomunikasikan.

Penguasaan Konsep

Penguasaan konsep terdiri dari dua kata yaitu penguasaan dan konsep. Penguasaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 604) diartikan sebagai “pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan pengetahuan, kepandaian, dan sebagainya”.

Sedangkan konsep menurut Rosser (Ratna Wilis Dahar, 2011: 63) didefinisikan sebagai “suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut yang sama”. Pendapat senada disampaikan oleh Ratna Wilis Dahar (2011: 64) yang mendefinisikan konsep sebagai “abstraksi mental yang mewakili satu kelas stimulus”.

Konsep yang dipelajari siswa dipengaruhi oleh umur, perkembangan bahasa, dan tingkat perkembangan intelektualnya. Teori perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Jean Piaget penting bagi guru dalam kaitannya dengan konsep (Richard l. Arends, 2008: 327).

Berdasarkan pendapat dan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penguasaan konsep merupakan kesanggupan siswa memahami konsep-konsep suatu materi pembelajaran pada ranah kognitif sesuai dengan klasifikasi Bloom. Penguasaan konsep diukur melalui hasil belajar siswa pada suatu materi pembelajaran.

Kerangka Berpikir

Pelajaran IPA adalah pelajaran yang berhubungan dengan alam semesta dan lingkungan sekitar siswa. Pembelajaran ini dilakukan dengan proses transfer ilmu dua arah dari guru dan siswa dengan metode dan pendekatan dalam proses pembelajaran. Situasi dunia nyata yang ada di sekitar siswa sangat berkaitan dalam pelajaran ini, sehingga siswa dapat lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran.

Pembelajaran IPA akan lebih aktif dan kreatif jika dilakukan dengan pendekatan secara tepat. Perkembangan siswa akan jauh lebih baik jika siswa dilibatkan dalam pemebelajaran IPA melalui keterampilan-keterampilan dalam proses pembelajaran sehingga siswa akan aktif dan kreatif baik dalam olah tangan (Hands On) maupun olah pikir (Minds On)

Realitas pembelajaran IPA saat ini masih menunjukkan bahwa pembelajaran IPA belum diajarkan sesuai hakikatnya sebagai proses yang dipelajari dan belum sesuai dengan tahap perkembangan siswa. Pembelajaran IPA masih berupa hafalan bukan pengusaan konsep-konsep IPA. Siswa masih diperlakukan sebagai obyek, bukan sebagai subyek yang aktif dalam pembelajaran.

Salah satu permasalahan dalam pembelajaran IPA kelas VIII D SMP Negeri 1 Jatinegara, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah yaitu ketercapaian siswa pada pembelajaran IPA yang masih rendah atau belum mencapai KKM sehingga mengindikasikan penguasaan konsep IPA masih rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut dalam penelitian ini menerapkan pendekatan keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA. Pendekatan keterampilan proses sains merupakan pendekatan pembelajaran yang membantu guru untuk mengembangkan penguasaan konsep siswa melalui kegiatan proses pembelajaran dengan melibatkan keterampilan-keterampilan baik keterampilan tangan (Hands On) maupun keterampilan olah pikir (Minds On).Dengan demikian dapat diasumsikan siswa dengan pendekatan kontekstual akan lebih aktif dan mudah dalam memahami materi yang disampaikan, sehingga penguasaan konsep IPA meningkat.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berfikir di atas, peneliti mengajukan hipotesis tindakan sebagai berikut. “Penerapan pendekatan keterampilan proses sains dapat meningkatkan penguasaan konsep pada siswa kelas VIII D Semester Gasal Tahun Pelajaran 2019/2020 SMP Negeri 1 Jatinegara, Kabupaten Tegal”.

 

 

 

METODE PENELITIAN

Objek Tindakan

Objek dalam penelitian ini adalah penguasaan konsep IPA pada materi Sistem Pencernaan pada Manusia melalui pendekatan keterampilan proses sains pada siswa kelas VIII D SMP N 1 Jatinegara Kabupaten Tegal semester gasal tahun pelajaran 2019/2020.

Setting/Lokasi Penelitian/Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Jatinegara yang beralamat di jalan raya timur Jatinegara Kabupaten Tegal. Sedangkan Subjek Penelitian tindakan kelas ini adalah kelas VIII D yang berjumlah 29 siswa terdiri dari 12 laki-laki dan 17 perempuan pada semester gasal tahun pelajaran 2019/2020. Waktu pelaksanaan Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester gasal dimulai dari prasiklus bulan Juli 2019, siklus I bulan Oktober 2019 dan siklus II bulan Nopember 2019.

Metode Pengumpulan Data

Dalam Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: (1) Teknik Tes, (2) Teknik Dokumentasi, (3) Teknik Observasi, dan (4) Teknik Catatan Lapangan.

Teknik Analisis Data

Data yang tersedia dari pengumpulan data kemudian dianalisis. Sedangkan untuk menganalisis data tersebut perlu digunakan teknik analisis data sehingga data yang ada dapat dimanfaatkan dengan baik.

Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data sebagai berikut. (1) Analisis Tes Kemampuan Kognitif atau Penguasaan Konsep meliputi Ketuntasan individu dan ketuntasan klasikal.

Indikator keberhasilan Penelitian.

Indikator kinerja yang dipakai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah mendeskripsikan materi sistem pencernaan manusia supaya dapat mencapai KKM yaitu 73 untuk ketuntasan belajar perorangan, sedangkan untuk ketuntasan klasikal jika mencapai 85%.

Berdasarkan hasil penelitian siklus I dan siklus II, ternyata hasil kemampuan belajar materi Sistem Pencernaan Manusia telah mencapai indikator keberhasilan, sehingga penelitian tidak dilanjutkan pada siklus III.

Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui dua siklus yaitu siklus I dan siklus II, dimana masing-masing siklus terdiri dari 3 x pertemuan. Tiap-tiap pertemuan terdiri atas 4 (empat) tahapan yaitu: Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi, dan Refleksi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi atau Kondisi Awal

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Jatinegara, Kabupaten Tegal lebih tepatnya di kelas VIII D pada tahun pelajaran 2019/2020. Kelas VIII D berjumlah 29 siswa dengan terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Sebelum dilakukan penelitian, tingkat ketercapaian siswa dalam pembelajaran IPA sangat rendah, hal tersebut didasarkan dari hasil belajar siswa sebelumnya yang mana jumlah siswa yang mencapai KKM pada materi sebelumnya sebanyak 13 siswa, sedangkan sisanya belum mencapai KKM.

Penelitian dilakukan selama 2 siklus dengan, dengan 1 siklus terdiri dari 3 pertemuan yang mana 2 siklus untuk pembelajaran dan 1 siklus digunakan untuk penilaian. penilaian hasil belajar menggunakan soal pilihan ganda yang mana pada siklus I terdiri dari 10 soal pilihan ganda tentang Sub Materi Kandungan Gizi Makanan dan pada siklus II terdiri dari 10 soal pilihan ganda tentang Sub Materi Organ dan Pencernaan Manusia.

Deskripsi Hasil Siklus I

Berdasarkan hasil penilaian pada siklus I didapatkan hasil seperti pada deskripsi dibawah ini.

Pada Siklus I dari 29 siswa yang sudah mencapai atau melebihi KKM sebanyak 15 siswa sedangkan 14 siswa belum mencapai KKM, hal tersebut mengindikasikan bahwa tingkat penguasaan konsep siswa pada materi Sistem Pencernaan Makanan Pada Manusia masih rendah.

Berdasarkan dari hasil belajar pada Tabel Siklus I diatas dapat juga dilakukan melalui analisis secara deskriptif yang meliputi nilai tertinggi, nilai terendah, nilai rata-rata, dan prosentase ketuntasan.

Berdasarkan hasil pengamatan, dapat di simpulkan bahwa 18 siswa dari jumlah siswa kelas 8 D yang berjumlah 29 siswa sudah tuntas pada pembelajaran di Siklus I sedangkan 11 siswa belum tuntas, Prosentase ketuntasan klasikal mencapai 65,51%. Sedangkan pada ketuntasan klasikal sebesar dengan nilai tertinggi sebesar 90 dan nilai terendah sebesar 50, dan nilai rata-rata dari 29 siswa sebesar 72,58. Nilai rata-rata tersebut secara kelas masih dibawah KKM IPA di kelas VIII pada SMP Negeri 1 Jatinegara yang besarnya mencapai 73. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa penguasaan konsep kelas VIII D pada Materi Sistem Pencernaan pada Manusia secara umum masih dibawah standar nilai KKM.

Berdasarkan hal tersebut maka perlu diadakan perlakuan lebih lanjut berupa pembelajaran materi Sistem Pencernaan pada Manusia pada siklus II. Pada pembelajaran siklus II dalam satu kelompok terdapat 4-5 siswa dengan pendekatan pembelajaran berupa pendekatan keterampilan proses sains dan Sub materi yang disajikan yaitu Organ Utama Sistem Pencernaan pada Manusia dan Organ Tambahan Sistem Pencernaan

Deskripsi Hasil Siklus II

Berdasarkan hasil penilaian pada siklus II didapatkan hasil seperti pada deskripsi berikut ini.

Berdasarkan laporan pengamatan dapat disimpulkan bahwa pada Siklus II dari 29 siswa sebanyak 25 siswa sudah tuntas dalam pembelajaran sedangkan 4 siswa belum tuntas dalam pembelajaran, prosentase ketuntasan klasikal mencapai 86,20%. Nilai tertinggi sebesar 95 sedangkan nilai terendah mencapai 60. Rata-rata nilai dari 29 siswa sebesar 75,86. Hasil pembelajaran pada Siklus II.

Dalam menganalisis data pada aspek kognitif atau penguasaan konsep dapat menggunakan deskripsi antar siklus berikut ini. Terdapat kenaikan nilai tertinggi dari 90 pada siklus I menjadi 95 pada siklus II dan terdapat kenaikan nilai terendah dari 50 pada siklus I menjadi 60 pada siklus II. Nilai rata-rata mengalami kenaikan dari 72,58 pada siklus I menjadi 75,86. Jumlah ketuntasan siswa meningkat dari 18 pada siklus I menjadi 25 pada siklus II, sedangkan jumlah ketidaktuntasan siswa mengalami penurunan dari 11 pada siklus I menjadi 4 pada siklus II. Sedangkan untuk ketuntasan klasikal mengalami kenaikan dari 65,51% pada siklus I menjadi 86,20% pada siklus II.

Pembahasan

Pada proses penelitian siklus I dan siklus II, kegiatan yang dilakukan meliputi: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pada tahap perencanaan, peneliti menyusun beberapa rencana untuk melaksanakan diantaranya meliputi: membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyusun Lembar Kerja Siswa, dan menyusun soal tes dengan bentuk pilihan ganda sebanyak 10 butir pada akhir pembelajaran siklus I dan siklus II.

Pada tahap pelaksanaan adalah melaksanakan yang telah direncanakan sebelumnya yaitu: peneliti menyampaikan materi sesuai dengan RPP yang dibuat, melaksanakan langkah-langkah dalam KBM yang telah ditentukan diantaranya peneliti menjelaskan kepada siswa sesuai dengan pokok bahasan yaitu tentang Sistem Pencernaan pada Manusia, kemudian membentuk kelompok untuk melakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sains kepada siswa.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data pada bab sebelumnya, terkait penerapan pendekatan keterampilan proses sains terhadap penguasaan konsep siswa kelas VIII D SMP N 1 Jatinegara, maka diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut:

  1. Penerapan pembelajaran dengan pendekatan Keterampilan Proses Sains dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi Sistem Pencernaan pada Manusia. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah ketuntasan secara individu maupun secara klasikal. Jumlah ketuntasan individu pada siklus I sebesar 18 sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 25. Selain ditinjau dari ketuntasan individu, peningkatan penguasaan siswa ditinjau dari ketuntasan klasikal, yang mana pada siklus I ketuntasan klasikal mencapai 65,51% dan pada siklus II prosentase ketuntasan klasikal mencapai 86,20%.
  2. Tahap pembelajaran dengan pendekatan Keterampilan Proses Sains siklus I dan siklus II meliputi: tahap mengamati, menghipotesis, mengeksperimenkan, menginterpretasi data, dan mengkomunikasikan.

Saran

Berdasarkan simpulan diatas, maka peneliti mengajukan beberapa saran agar menjadi masukan yang berguna, diantaranya:

  1. Diharapkan guru bidang studi IPA untuk dapat menerapkan pendekatan pembelajaran keterampilan proses sains pada materi-materi yang dianggap sesuai untuk menggunakan pendekatan pembelajaran tersebut karena dapat meningkatkan hasil belajar dalam penguasaan konsep.
  2. Perlu adanya validasi konstruk pada instrumen untuk menguatkan temuan hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Abruscato, J.& DeRosa, D.A. 2010. Teaching Children Science A Discovery Appproach. Boston: Allyn & Bacon.

Anderson, L.W.& Krathwohl, D.R. (2010). Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen (Terjemahan: Agung Prihantoro). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arends, R. L. (2008). Model-model Pembelajaran (Terjemahan: Agung Prihantoro). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Blandford,M.2004.Teaching The Scientific Method.Tennessee: Incentive Publications, Inc

Chiappetta, E. L. & Koballa, T. R. 2010. Science instruction in the middle and secondary schools: developing fundamental knowledge and skill,seventh edition. Boston: Allyn and Bacon.

Devi, P.K. 2012. Keterampilan Proses Sains dalam Pembelajaran IPA. Jakarta: P4TK IPA.

Edward, O.; Biggs, A.; Daniel, L.; Feather Jr. J.M.; Zike, D.; Synder, S.L.; Rillero, P. (2008). Motion, Forces, and Energy. Glencoe: Oklahoma.

Goldstone, M.J. & Downey, L. 2013. Science Your Classroom. California: Sage Publications.

Haryono. 2013. Pembelajaran IPA yang Inovatif dan Kreatif. Yogyakarta: Diva Press.

Mariana, A.M. & Wandy, P. 2012. Hakikat IPA dan Pendidikan IPA. Jakarta: P4TK IPA.

Martin, D.J. 2009. Elementary Science Methods: A Contructivist Approach. California: Wadsworth Cengage Learning.

Paresti, N. Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep IPA dan Afektif Pada Materi Alat Indera Dan Sistem Koordinasi Manusia. 2007.

Rezba, R.J.; Sprague, C.S.; Fiel, R.L.; Funk, H.J.; Okey, J.R.; Jaus, H.H. (1995). Learning and Assessing Science Process Skills. Iowa: Kendall/Hunt Publishing Company.

Sukardjo. 2012. Penilaian Pendidikan IPA (Buku Pegangan Kuliah). Yogyakarta: UNY.

. 2013. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Sains (Buku Pegangan Kuliah). Yogyakarta: UNY.

Tawil,M. & Liliasari.2014. Keterampilan-Keterampilan Sains dan Implementasinya Dalam Pembelajaran IPA. Makassar: UNM Press.