Penerapan Permainan Hitam-Hijau Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Lari Sprint
PENERAPAN PERMAINAN HITAM-HIJAU
SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR LARI SPRINT SISWA KELAS V SDN 4 KUWARON KECAMATAN GUBUG KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2017/2018
Sri Siswati
SDN 4 Kuwaron Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan
ABSTRAK
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (Class Action Research). Tindakan dalam penelitian ini dibagi dalam dua siklus, dalam tiap siklus menunjukan perkembangan proses pembelajaran jasmani pada materi lari sprint. Subjek penelitian ini adalah siswa V SD Negeri 4 Kuwaron Kabupaten Grobogan. Data penelitian ini berupa hasil belajar siswa yang meliputi ranah afektif, kognitif, dan psikomotor serta aktivitas belajar siswa. Data penelitian menunjukan bahwa pada aspek kognitif siswa pada materi lari sprint selama proses pembelajaran yang dilaksanakan dua siklus. Pada kondisi awal, terdapat 11 siswa tuntas atau 36.67%, pada siklus I persentase ketuntasan siswa mencapai 66,67% atau 20 siswa dan pada siklus II persentase ketuntasan siswa mencapai 100% atau 30 siswa. Lembar pengamatan sikap ilmiah siswa (afektif) mencakup aspek disiplin, bersungguh-sungguh, tanggung jawab dan antusias siswa, pada kondisi awal sebesar 13.33% atau 4 siswa, pada siklus I persentase ketuntasan pengamatan sikap mencapai 76,67% atau 23 siswa dan pada siklus II, persentase ketuntasan pengamatan sikap mencapai 100% atau 30 siswa. Persentase ketuntasan keterampilan psikomotor siswa pada kondisi awal 1 siswa atau 3.33% siswa dinyatakan tuntas, pada siklus I, persentase ketuntasan keterampilan psikomotor siswa mencapai 40,00% atau 12 siswa serta pada siklus II, persentase rata-rata keterampilan psikomotor mencapai 96,67% atau 29 siswa. Sedangkan observasi terhadap aktivitas belajar siswa pada kondisi awal sebesar 23.33% atau 7 siswa, pada siklus I persentase rata-rata pengamatan perilaku siswa sebesar 46,67% atau 14 siswa dan pada siklus II persentase rata-rata perilaku siswa sebesar 100% atau 30 siswa. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan permainan hitam hijau pada materi pembelajaran lari sprint dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada siswa Kelas V SD Negeri 4 Kuwaron Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan.
Kata kunci: aktivitas belajar, hasil belajar, hitam hijau, sprint, permainan
Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang mengaktualisasikan seluruh potensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan, dan karya. Secara sederhana pendidikan jasmani itu tak lain adalah proses belajar untuk bergerak dan belajar melalui gerak. Maksudnya, selain belajar dan dididik melalui gerak untuk mencapai tujuan pengajaran, dalam pendidikan jasmani itu anak diajarkan untuk bergerak. Melalui pengalaman yang dialaminya itu akan terbentuk perubahan dalam aspek jasmani dan rohaninya. Pendidikan jasmani itu sendiri merupakan proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, bermain dan/atau olahraga.
Tujuan yang ingin dicapai melalui pendidikan jasmani bersifat menyeluruh yaitu berkembangnya kemampuan psikomotor, kognitif dan afektif peserta didik, dan yang menjadi inti dari program pendidikan jasmani yaitu perkembangan keterampilan gerak. Perkembangan gerak bagi anak-anak SD, diartikan sebagai perkembangan dan penghalusan aneka keterampilan gerak dasar dan keterampilan gerak yang berkaitan dengan olahraga.
Gerak yang dilakukan anak merupakan inti dari pendidikan jasmani itu sendiri dan perkembangan kebugaran jasmani merupakan tujuan penting dalam program pendidikan jasmani di SD, istilah kebugaran disini mencakup bukan hanya kebugaran jasmani yang mendukung kesehatan tetapi juga kebugaran yangmendukung performa. Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan yang tercakup didalamnya kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas yang ada kaitannya dengan pencapaian derajat sehat dinamis. Ketiga unsur itu penting untuk melaksanakan tugas sehari-hari tanpa kelelahan yang berarti sehingga masih terdapat sisa energi yang tersisa untuk melaksanakan tugas berikutnya. Istilah kebugaran yang terkait performa disebut dalam istilah kebugaran motorik (motorik fitness). Dengan adanya kebugaran untuk melakukan tugas gerak, seseorang mampu melaksanakan tugas yang memerlukan keterampilan gerak, itulah sebabnya di dalamnya terdapat unsur pendukung yaitu kecepatan, koordinasi, agilitas, power dan keseimbangan.
Lari merupakan salah satu nomor yang terdapat dalam cabang olahraga atletik. Menurut Muhtar (2009: 12) lari adalah “lompatan yang berturut-turut. Didalamnya terdapat suatu phase dimana kedua kaki tidak menginjak/menumpu pada tanahâ€. Lari jarak pendek atau sering juga dikatakan lari cepat (sprint) adalah “suatu cara untuk berlari dimana si atlit harus menempuh seluruh jarak dengan kecepatan semaksimal mungkin†(Muhtar, 2009:13). Lari sprint merupakan koordinasi yang tepat antara aspek gerak keseluruhan, posisi tubuh, ayunan lengan, gerak kaki dan memasuki finist. Dari point tersebut guru pendidikan jasmani perlu merancang bentuk-bentuk variasi latihan atau model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
Dari uraian di atas dalam membina dan meningkatkan pengembangan kemampuan gerak dasar siswa SD terhadap pembelajaran lari sprint, guru penjas harus merancang bentuk-bentuk latihan yang menarik dan harus disesuaikan dengan karakteristik dari siswa SD. Bila masih ada kesalahan, ini harus tetap dikoreksi dan terus diteliti. Hal ini berfungsi untuk melihat siswa didik kita sudah berkembang kemampuannya atau tidak, minimal sudah sampai memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Pembelajaran lari sprint siswa kelas V SD Negeri 4 Kuwaron Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan, banyak mengalami permasalahan yang timbul dalam pembelajaran dengan hasil pembelajaran siswa yang kurang dari nilai rata-rata dibawah nilai KKM 70 yang telah ditentukan guru. Beberapa faktor yang menyebabkan tidak tercapainya kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah pembelajaran yang monoton, kurangnya pengembangan pembelajaran, tingkat pemahaman siswa yang rendah, kurangnya minat siswa terhadap materi lari sprint, banyak siswa enggan melaksanakan kegiatan yang diberikan oleh guru karena kebanyakan siswa mempunyai pandangan bahwa lari adalah kegiatan melelahkan sehingga mengakibatkan siswa tidak tertarik dengan kegiatan lari.
Hambatan-hambatan di atas menjadi permasalahan guru dalam melaksanakan pembelajaran terutama pada materi lari sprint. Faktor terpenting dalam pembelajaran lari untuk SD kelas atas adalah metode pembelajaran mengandung unsur teknik dasar lari dan menarik bagi siswa sehingga siswa tidak mengalami kejenuhan dalam mengikuti pembelajaran. Sehingga guru harus menerapkan pendekatan pembelajaran yang dikemas melalui permainan hitam hijau agar siswa merasa senang dan antusias dalam mengikuti kegiatam belajar mengajar pembelajaran lari sprint, dengan harapan pembelajaran lari sprint dapat disenangi oleh siswa sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Salah satu cara menumbuhkan atau meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani adalah dengan metode bermain, dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti bermaksud ingin menerapkan permainan hitam hijau dalam pelaksanaan pembelajaran lari sprint dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Kajian Teori
Hakikat Belajar
Menurut Hergenhahu dan Olson yang dikutip oleh Amung Ma’mun dan Yudha M. Saputra (1999/2000: 40) belajar didefinisikan sebagai perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku yang merupakan hasil dan pengalaman dan bercirikan tanda-tanda yang disebabkan oleh pengaruh yang sifatnya sementara. Sedang menurut Mayer yang dikutip Amung Ma’mun dan Yudha M. Saputra (1999/2000: 40) definisi belajar sebagai perubahan yang relatif permanen dalam pengetahuan dan perilaku seseorang yang disebabkan pengalaman.
Menurut Sri Rumini, dkk (2003: 60) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap, baik yang dapat diamati maupun tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan.
Menurut Gagne dalam Catharina Tri Anni, dkk (2004: 3) belajar merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat perbagai unsur yang saling kait-mengait sehingga menghasilkan perubahan.
Proses belajar adalah salah satu kegiatan yang di lakukan pada dunia pendidikan pada umumya. Menurut Richcy dalam Mulyasa (2000:88) arti kata belajar ada dua makna. yaitu: a) Proses penguasaan pengetahuan atau keterampilan baru; b) Pengetahuan alau keterampilan yang dikuasai melalui pembelajaran atau belajar. Menurut Cronbach yang di kutip oleh Mulyasa (2000:46) menyatakan bahwa belajar itu ditunjukkan oleh adanya perubahan tingkah laku, perubahan sebagai hasil dari pengalaman.
Menurut Fontana yang di kutip Udin S Winataputra (2008:81) bahwa belajar adalah proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Proses belajar akan terjadi apabila siswa melakukan kegiatan untuk mempelajari segala sesuatu yang ada di lingkunganya, melalui manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan maupun benda lain yang di jadikan bahan belajar. Setiap aktivitas belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan, yang dapat berupa tingkah laku, kecakapan, sikap, minat, nilai maupun pola beraktivitas. Perubahan sebagai hasil belajar biasanya merupakan peningkatan, menjadi lebih baik. Dari beberapa pengertian belajar yang telah di kemukakan terdapat beberapa rumusan yang berbeda, tetapi secara umum dapat didefinisikan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui proses latihan, pengamatan dan percobaan. Perubahan tersebut dapat terjadi dalam suatu laboratorium, kelas maupun dalam lingkungan lain.
Belajar yang efektif membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang di harapkan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Untuk meningkatkan hasil belajar, perlu di perhatikan kondisi internal dan kondisi eksternal. Kondisi internal adalah kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, misalnya; kesehatan, keterampilan, kemampuan dan sebagainya. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri siswa, misalnya: ruang belajar yang bersih, sarana dan prasarana yang memadai.
Permainan Hitam Hijau
Permainan hitam hijau adalah bentuk permainan sederhana tanpa alat yang dimainkan oleh dua regu yang bertujuan untuk melatih kecepatan reaksi dalam berlari. Regu satu diberi nama Hitam dan regu yang lain dinamakan regu hijau, cara bermainnya siswa dibagi dua syaf sama banyak dengan posisi saling berhadapan dengan jarak antar regu ± 4 meter. bila persiapan sudah siap, kemudian guru menyebutkan nama salah satu dari regu tersebut. Jika regu yang disebut oleh guru, maka regu tersebut harus berlari sampai garis finish / garis yang telah ditentukan sebagai batas garis akhir dan regu yang lain harus mengejar. Penilaian anggota regu yang sampai garis finish lebih banyak, maka regu tersebut yang memenangkan permainan.
Berdasarkan teori menurut beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa permainan hitam hijau dapat dijadikan solusi hasil belajar lari cepat sebagai pembelajaran atletik yang berorientasi bermain, sehingga dapat menciptakan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (Yoyo B, Ucup, Y., Adang, S. 2000:40).
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 4 Kuwaron Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan, yang berjumlah 30 orang siswa terdiri dari 19 orang siswa laki-laki dan 11 orang siswa perempuan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK) atau class action research sebagai cara untuk menjawab permasalahan yang ada. Menurut Kemmis (dalam Wiriaatmadja, 2008: 12) menyebutkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah: sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi social tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan resionalitas dan keadilan, kegiatan praktek social atau pendidikan mereka, pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan peraktek pendidikan ini dan situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan peraktek ini. Ada empat komponen yang menjadi konsep PTK. Sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2008:83), Keempat komponen tersebut menunjukkan langkah-langkah atau tahapan yaitu sebagai berikut: a. Perencanaan atau Planning. b. Tindakan atau Acting. c. Pengamatan atau Observing, dan d. Refleksi atau Reflecting.
Desain peneliti yang digunakan adalah desain yang dibuat oleh Stephen Kemmis dan Robbin Mc Taggart, yang mana di dalam satu siklus atau putaran terdiri dari empat komponen.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kondisi Awal Hasil Belajar Lari cepat dan Ketuntasan Belajar Siswa
Kondisi awal hasil belajar lari cepat pada siswa Kelas V SD Negeri 4 Kuwaron Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan diketahui melalui tes awal lari cepat. Pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan bermain dilakukan dengan cara memilih jenis permainan yang gerakannya memuat unsur gerakan teknik dasar lari cepat berupa permainan berlari memindahkan benda dan permainan hitam hijau. Untuk memenuhi unsur gerakan teknik dasar Lari cepat dalam penelitian tindakan kelas ini guru memilih permainan sederhana yang berkembang dikalangan masyarakat terutama yang populer dalam kalangan anak-anak, yaitu permainan hitam hijau.
Penerapan permainan hitam hijau dimaksudkan untuk membiasakan siswa dalam melatih gerak dasar Lari cepat berupa teknik dasar lari. Untuk melatih kecepatan reaksi dalam permainan ini bisa dimodifikasi terlebih dahulu dengan permainan memindahkan bola atau bendera.
Data kondisi awal prasiklus persentase hasil belajar Lari cepat siswa Kelas V SD Negeri 4 Kuwaron Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan sangat rendah menunjukan hasil sebagaimana dijelaskan di bawah ini.
Hasil Belajar Kognitif
Pada aspek kognitif pada kondisi awal diketahui bahwa siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 11 siswa atau 36.67% karena mendapat nilai 70 atau lebih, sedangkan sisanya sebanyak 19 siswa atau 63.33% dinyatakan belum tuntas. Adapun penjelasan mengenai nilai rata-rata hasil belajar sebesar 60,00.
Hasil Belajar Afektif
Pada aspek afektif pada kondisi awal diketahui bahwa siswa tergolong dalam kriteria tuntas hanya terdapat 4 siswa atau 13.33%. Dari penjelasan di atas maka pada kondisi awal terdapat 4 siswa yang dinyatakan tuntas, dan sisanya sebanyak 31 anak atau 86,11% dinyatakan belum tuntas.
Hasil Belajar Psikomotor
Pada aspek psikomotorik pada kondisi awal diketahui bahwa siswa tergolong dalam minimal sedang atau mendapat nilai tuntas sebanyak 1 siswa atau 3.33%. Dari penjelasan di atas maka pada kondisi awal terdapat 1 siswa yang dinyatakan tuntas, dan sisanya 23 siswa atau 96.67% dinyatakan belum tuntas.
Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Pada aspek pskomototik pada kondisi awal diketahui bahwa siswa tergolong dalam minimal sedang atau mendapat nilai tuntas sebanyak 7 siswa atau 23.33%. Dari penjelasan di atas maka pada kondisi awal terdapat 7 siswa yang dinyatakan tuntas, dan sisanya 23 siswa atau 76.67% dinyatakan belum tuntas
Melalui deskripsi data awal yang telah diperoleh tersebut menunjukan kualitas pembelajarn masih rendah, ketidakberhasilan guru dalam menyajikan materi pembelajaran. Maka disusun rencana pelaksananaan penelitian tindakan kelas untuk mengoptimalkan kualitas pembelajaran materi Lari cepat pada siswa Kelas V SD Negeri 4 Kuwaron Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan melalui permainan hijau hitam. Rencana pelaksanaan tindakan akan dilaksanakan dalam 2 siklus, dan masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, (4) analisis dan refleksi.
Deskripsi Data Siklus I
Pelaksanaan tindakan dalam siklus I yang dilakukan peneliti dan dibantu kolaborator adalah mengambil data penelitian berupa nilai ketuntasan hasil belajar. Data hasil ketuntasan belajar siswa pada materi lari cepat melalui penerapan permainan hijau hitam dianalisis melalui pencapaian indikator yang telah ditentukan. Adapun deskripsi data peningkatan kemampuan lari cepat pada siklus I ketuntasan belajar mencapai 66,67%.
Data hasil analisis pada pelaksanaan siklus pertama menunjukan adanya kemajuan hasil belajar materi cepat pada siswa kelas V SD Negeri 4 Kuwaron Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan sebagaimana dijelaskan tabel-tabel di bawah ini.
Hasil Belajar Kognitif
Pada aspek kognitif pada siklus pertama diketahui bahwa siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 20 siswa atau 60,44% karena mendapat nilai 70 atau lebih, sedangkan sisanya sebanyak 10 siswa atau 33,33 dinyatakan belum tuntas. Adapun penjelasan mengenai nilai rata-rata hasil belajar sebesar 69,33.
Hasil Belajar Afektif
Pada aspek afektif pada siklus pertama diketahui bahwa siswa tuntas belajar sebanyak 23 siswa atau sebanyak 76,67%. Dari penjelasan di atas maka pada siklus pertama terdapat 23 siswa yang dinyatakan tuntas, dan 7 siswa atau 23,33% dinyatakan belum tuntas.
Hasil Belajar Psikomotor
Pada aspek pskomototik pada kondisi awal diketahui bahwa siswa tuntas sebanyak 12 siswa 40,00%. Dari penjelasan di atas maka pada kondisi awal terdapat 12 siswa yang dinyatakan tuntas, dan siswa belum tuntas sebanyak 60,00% atau 18 siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus 1 dari 30 siswa kelas V SD Negeri 4 Kuwaron Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan. Dari pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung siswa kurang respon terhadap materi pelajaran dan juga siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran lari sprint dengan metode permainan hijau hitam. Akan tetapi secara umum suasana pembelajaran siswa cukup aktif ini terlihat siswa mengikuti dari awal pembelajaran sampai selesai pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan observer pada kondisi awal menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran lari sprint dengan menerapkan metode permainan hijau hitam diperoleh hasil bahwa terdapat 14 orang siswa atau 46,67% yang dinyatakan tuntas, sedangkan sisanya sebanyak 16 siswa atau 53,33% dinyatakan belum tuntas. Hasil observasi serta hasil refleksi selama pelaksanaan siklus I dapat diidentifikasikan belum berhasil atau tuntas sesuai dengan persentase target pencapaian sehingga penelitian dilanjutkan ke siklus II.
Hasil Belajar Kognitif
Pada aspek kognitif pada Siklus II diketahui bahwa siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 30 siswa atau 100% karena mendapat nilai 70 atau lebih, dan tidak ada siswa yang dinyatakan belum tuntas belajarnya. Adapun penjelasan mengenai nilai rata-rata hasil belajar sebesar 79,33.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pada siklus kedua, penilaian aspek kognitif telah memenuhi kriteria ketuntasan dimana siswa yang memperoleh nilai minimal 70 mencapai 100%, dan secara klasikal rata-rata hasil belajar telah mencapai angka 79,33 dari batasan minimal sebesar 70.
Hasil Belajar Afektif
Pada aspek afektif pada Siklus II diketahui bahwa siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 30 siswa atau 100% karena mendapat nilai 70 atau lebih, dan tidak ada siswa yang dinyatakan belum tuntas belajarnya. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dinyatakan selesai dan tuntas pada siklus II.
Hasil Belajar Psikomotor
Pada aspek psikomotorik pada Siklus II diketahui bahwa siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 30 siswa atau 100% karena mendapat nilai 70 atau lebih, dan tidak ada siswa yang dinyatakan belum tuntas belajarnya. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dinyatakan selesai dan tuntas pada siklus II.
Hasil pengamatan pada siklus II dari 30 siswa kelas V SD Negeri 4 Kuwaron Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan. Dari pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung siswa respon terhadap materi pelajaran sudah sangat baik dan siswa sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran lari sprint dengan metode permainan hijau hitam.
Observasi berdasarkan pengamatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Pengisian lembar observasi dilakukan oleh observer yang kaitannya dengan sikap siswa selama mengikuti pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan observer pada siklus kedua menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran lari sprint dengan menerapkan metode permainan hijau hitam diperoleh hasil yang sangat baik, hal ini dibuktikan bahwa terdapat 30 orang siswa atau 100% yang dinyatakan tuntas sehingga proses perbaikan pembelajaran pada siklus kedua dapat dinyatakan berhasil dan tuntas.
Selama pelaksanaan siklus II terdapat kelebihan yang dapat digunakan sebagai tolok ukur keberhasilan, adapun kelebihannya antara lain: 1) sebagian besar siswa telah mampu melakukan lari cepat mulai dari awalan start, saat melakukan awalan lari dan sikap badan saat melewati garis finish 2) melalui pembelajaran dengan penerapan pembelajaran hijau hitam pada materi lari cepat siswa lebih tertarik, lebih antusias, senang, dan aktif dalam mengikuti pembelajaran. 3) kualitas jawaban yang diberikan lebih baik dengan menggunakan tata bahasa yang bagus, singkat dan benar.
Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas pada siswa Kelas V SD Negeri 4 Kuwaron Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan dapat dipaparkan pembahasan hasil penelitian sebagai berikut:
Peningkatan Hasil Belajar Aspek Kognitif
Rekapitulasi Penilaian Aspek Kognitif pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
No |
Siklus |
Tuntas |
Belum Tuntas |
Ket |
||
Jumlah |
% |
Jumlah |
% |
|||
1 |
Awal |
11 |
36,67 |
19 |
63.33 |
|
2 |
Siklus I |
20 |
66,67 |
10 |
33,33 |
|
3 |
Siklus II |
30 |
100 |
0 |
0,00 |
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa secara umum terjadi peningkatan kemampuan kognitif siswa pada materi lari sprint selama proses pembelajaran yang dilaksanakan dua siklus. Pada kondisi awal, terdapat 11 siswa tuntas atau 36.67%, pada siklus I persentase ketuntasan siswa mencapai 66,67% atau 20 siswa dan pada siklus II persentase ketuntasan siswa mencapai 100% atau 30 siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan kognitif siswa pada materi pembelajaran lari sprint mengalami peningkatan.
Peningkatan Hasil Belajar Aspek Afektif
Rekapitulasi Penilaian Aspek Afektif pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
No |
Siklus |
Tuntas |
Belum Tuntas |
Ket |
||
Jumlah |
% |
Jumlah |
% |
|||
1 |
Awal |
4 |
13.33 |
26 |
86,67 |
|
2 |
Siklus I |
23 |
76,67 |
7 |
23,33 |
|
3 |
Siklus II |
30 |
100,00 |
0 |
0,00 |
Lembar pengamatan sikap ilmiah siswa (Afektif) mencakup aspek disiplin, bersungguh-sungguh, tanggung jawab dan antusias siswa, pada kondisi awal sebesar 13.33% atau 4 siswa, pada siklus I persentase ketuntasan pengamatan sikap mencapai 76,67% atau 23 siswa dan pada siklus II, persentase ketuntasan pengamatan sikap mencapai 100% atau 30 siswa.
Peningkatan Hasil Belajar Aspek Psikomotorik
Rekapitulasi Penilaian Aspek Psikomotorik pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
No |
Siklus |
Tuntas |
Belum Tuntas |
Ket |
||
Jumlah |
% |
Jumlah |
% |
|||
1 |
Awal |
1` |
3,33 |
29 |
96,67 |
|
2 |
Siklus I |
12 |
40,00 |
18 |
60,00 |
|
3 |
Siklus II |
29 |
96,67 |
1 |
3,33 |
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa secara umum terjadi peningkatan aspek psikomotorik siswa selama proses pembelajaran yang dilaksanakan dua siklus. Pada kondisi awal 1 siswa atau 3.33% siswa dinyatakan tuntas, pada siklus I, persentase ketuntasan keterampilan psikomotor siswa mencapai 40,00% atau 12 siswa serta pada siklus II, persentase rata-rata keterampilan psikomotor mencapai 96,67% atau 29 siswa.
Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dinilai dalam 15 indikator penilaian. Hasil rekapitulasi penilaian aspek aktivitas belajar siswa sebagaimana dijelaskan tabel di bawah ini.
Rekapitulasi Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
No |
Siklus |
Tuntas |
Belum Tuntas |
Ket |
||
Jumlah |
% |
Jumlah |
% |
|||
1 |
Awal |
7 |
23,33 |
23 |
76,67 |
|
2 |
Siklus I |
14 |
46,67 |
16 |
53,33 |
|
3 |
Siklus II |
30 |
100,00 |
0 |
0,00 |
Lembar pengamatan untuk siswa mencakup 15 indikator yaitu, siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru, siswa memperhatikan peragaan yang diberikan oleh guru, kemampuan interaksi siswa dengan guru, siswa dengan siswa lain, kedisiplinan siswa dalam pembelajaran, antusias siswa dalam mengikuti kbm, siswa melaksanakan perintah dari guru dengan baik, siswa mempraktekkan gerak dasar lari sprint dengan baik, siswa mampu menggunakan media pembelajaran dengan baik, keaktifan siswa dalam pembelajaran, siswa mampu melewati semua rintangan dalam pembelajaran gerak dasar atletik, respon siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan guru, pembelajaran inovatif adalah materi yang diajarkan oleh guru dengan tujuan agar siswa bergerak, dengan pembelajaran inovatif dapat mendorong siswa lebih aktif bergerak, siswa mematuhi peraturan permainan yang dibuat, pembelajaran gerak dasar dengan model pembelajaran inovatif merupakan hal yang baru bagi siswa. Pada kondisi awal sebesar 23.33% atau 7 siswa, pada siklus I persentase rata-rata pengamatan perilaku siswa sebesar 46,67% atau 14 siswa dan pada siklus II persentase rata-rata perilaku siswa sebesar 100% atau 30 siswa.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siklus I jumlah siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM berangsur-angsur naik, sehingga pada siklus II jumlah tersebut sudah melebihi target. Kemajuan ini terjadi karena siswa merasa senang dengan penerapan permainan hijau-hitam, lebih bersemangat dan aktif mengikuti proses pembelajaran serta peneliti selalu memberikan dorongan dan motivasi belajar. Hal ini sejalan dengan adanya perubahan perilaku peserta didik yang menunjukan keaktifan dalam mengikuti proses pembelajaran dengan baik (Moh. Surya, 1997). Penerapan pembelajaran melalui permainan yang bersifat tantangan berbentuk perlombaan akan berdampak dalam menumbuhkan minat, meningkatkan kepercayaan diri siswa, meningkatkan kemampuan motorik anak (Sugiyanto dan Sujarwo, 1992:127-128). Sehingga dapat disimpulkan melalui penerapan permainan hitam hijau pembelajaran materi Lari cepat dapat meningkatkan hasil belajar siswa, meningkatkan kualitas pembelajaran, meningkatkan ketuntasan hasil belajar serta menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai.
Permainan hitam hijau dapat meningkatkan hasil belajar lari sprint pada siswa kelas V SD Negeri 4 Kuwaron Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2017/2018 ditandai dengan meningkatnya ketuntasan semua aspek penilaian, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik serta observasi aktivitas belajar siswa.
Pada aspek kognitif siswa pada materi lari sprint selama proses pembelajaran yang dilaksanakan dua siklus. Pada kondisi awal, terdapat 11 siswa tuntas atau 36.67%, pada siklus I persentase ketuntasan siswa mencapai 66,67% (20 siswa) dan pada
siklus II persentase ketuntasan siswa mencapai 100% atau 30 siswa.
Lembar pengamatan sikap ilmiah siswa (Afektif) mencakup aspek disiplin, bersungguh-sungguh, tanggung jawab dan antusias siswa, pada kondisi awal sebesar 13.33% atau 4 siswa, pada siklus I persentase ketuntasan pengamatan sikap mencapai 76,67% atau 23 siswa dan pada siklus II, persentase ketuntasan pengamatan sikap mencapai 100% atau 30 siswa.
Persentase ketuntasan keterampilan psikomotor siswa mencapai Pada kondisi awal 1 siswa atau 3.33% siswa dinyatakan tuntas, pada siklus I, persentase ketuntasan keterampilan psikomotor siswa mencapai 40,00% atau 12 siswa serta pada siklus II, persentase rata-rata keterampilan psikomotor mencapai 96,67% atau 29 siswa.
Sedangkan observasi terhadap aktivitas belajar siswa pada kondisi awal sebesar 23.33% atau 7 siswa, pada siklus I persentase rata-rata pengamatan perilaku siswa sebesar 46,67% atau 14 siswa dan pada siklus II persentase rata-rata perilaku siswa sebesar 100% atau 30 siswa.
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Guru hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengembangkan materi, menyampaikan materi, sehingga kualitas pembelajaran yang dilakukannya dapat terus meningkat.
2. Guru hendaknya mau membuka diri untuk menerima berbagai bentuk masukan, saran, dan kritikan agar dapat memperbaiki kualitas mengajarnya.
3. Guru hendaknya lebih inovatif dalam menerapkan metode untuk menyampaikan materi pembelajaran.
4. Perlunya dilakukan penelitian lanjutan, mengingat bahwa belum tentu semua masalah dipecahkan secara tuntas dalam penelitian sekarang atau setelah penelitian sekarang timbul masalah yang terkait.
A.Hamidsyah Noer, dkk. (1995). Kepelatihan Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Abdulkadir Ateng. (1992), Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan
Adisasmita, Yusuf. 1992. Olahraga Pilihan Atletik, Jakarta, Depdikbud Dirjen Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Amung Ma’mun. (2000). Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: CV Baru.
Arif Gunarso. 1993. Bagaimana Bimbingan da Penyuluhan Belajar di Sekolah, Surabaya: Usaha Nasional.
Bahagia Yoyo. Dkk. (1999). Atletik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Catharina Tri Anni,dkk.(2004). Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES.