PENERAPAN STRATEGI PICTURE WORD INDUCTIVE MODEL

GUNA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

DALAM MENYUSUN TEKS DESKRIPTIF BERBAHASA INGGRIS

BAGI SISWA KELAS VII.1 SMP NEGERI 1 TEMBILAHAN SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Hj. Zuryati

SMP Negeri 1 Tembilahan

 

ABSTRAK

Makalah ini menyajikan hasil penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII.1 SMP negeri 1 Tembilahan semester 2 tahun ajaran 2016/2017 dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris, terutama dalam mendeskripsikan benda, orang atau tempat tertentu melalui strategi pembelajaran Picture Word Inductive Model. Subyek penelitian adalah 32 siswa kelas VII.1 SMP Negeri 1 Tembilahan semester 2 tahun ajaran 2016/2017. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 siklus. Selama seluruh siklus, siswa bekerja dalam kelompok berempat. Pada siklus pertama siswa mendeskripsikan benda tertentu dengan strategi penggunaan Picture Word Inductive Model (PWIM), sementara pada siklus ke dua siswa mendeskripsikan orang tertentu dengan prosedur seperti dalam siklus 1. Pada siklus ketiga, siswa mendeskripsikan tempat tertentu tanpa menggunakan strategi PWIM. Pengumpulan data dilaksanakan bersamaan dengan pengamatan selama tindakan, sementara analisis data dilaksanakan bersamaan pada saat refleksi tindakan. Dari hasil analisis/refleksi bisa diketahui apakah tindakan akan dihentikan (apabila telah mencapai target) atau dilanjutkan untuk mencapai target. Penelitian dengan menggunakan analisis data berupa triangulasi metode, menunjukkan hasil bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa kelas VII.1 SMP Negeri 1 Tembilahan semester 2 tahun ajaran 2016/2017 dalam mengiktui pembelajaran menulis berbahasa Inggris ketika menggunakan strategi PWIM. Dari keadaan semula hanya 7 siswa (21,88%) dari 32 siswa yang bisa mendiskripsikan benda/orang/tempat tertentu, pada tindakan siklus pertama ada 13 siswa (40,63%) yang bisa mendiskripsikan benda tertentu dengan lebih benar. Pada siklus ke dua sebanyak 23 siswa (71,88%) bisa mendiskripsikan orang tertentu dengan lebih benar. Pada siklus ke tiga kembali terjadi penurunan hasil belajar siswa. Hanya 20 siswa (62,50%) bisa mendiskripsikan tempat tertentu dengan lebih benar. Bisa disimpulkan bahwa PWIM signifikan guna meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris terutama dalam mendiskripsikan benda/orang/tempat tertentu bagi kelas VII.1 semester 2 tahun ajaran 2016/2017. Implikasi pedagogis dari penelitian ini adalah, penggunaan strategi PWIM bisa membantu siswa dalam menggali banyak kosa kata untuk kemudian disusun menjadi sebuah paragraph dan teks deskriptif berbahasa Inggris. Dengan melihat gambar benda/orang/tempat tertentu, siswa mendapatkan inspirasi kata apa saja yang akan mereka tulis untuk menyusun sebuah teks deskriptif.

Kata Kunci: hasil belajar, menulis berbahasa Inggris, teks deskriptif, siswa kelas VII.1, Picture Word Inductive Model

 

 

 

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Menulis adalah salah satu ketrampilan bahasa yang harus dipelajari siswa. Dengan menulis, seseorang bisa menyampaikan gagasan, pikiran dan perasaannya kepada orang lain. Salah satu kelebihan menulis dibandingkan dengan berbicara adalah siswa memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk merangkai kata-kata guna menyampaikan gagasan, pikiran dan perasaannya kepada orang lain. Selain itu, kesalahan siswa tidak diketahui secara langsung oleh orang lain, sehingga siswa tidak perlu merasa takut.

Namun demikian, menulis tidak hanya sekedar menyusun/merangkai kata- kata, frasa, atau kalimat. Siswa perlu mengikuti aturan bahasa tertentu untuk bisa memproduksi tulisan yang bisa dipahami dan diterima oleh pembaca. Menurut rangkaian kelangsungan belajar bahasa yang diusulkan oleh Hammond, dan kawan-kawan (2003), menulis lebih baik diberikan kepada siswa SMA pada tingkat akhir. Namun ketrampilan menulis secara sederhana bisa diberikan kepada siswa sejak kelas VII.1.

Tingkat literasi berbahasa Inggris bagi siswa SMP adalah tingkat fungsional. Siswa diharapkan bisa berkomunikasi secara lisan dan tulis untuk menyelesaikan masalah atau memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti menulis pesan singkat, kartu ucapan/undangan, pengumuman, dan lain-lain.

Meskipun tingkat literasi yang diharapkan dikuasai siswa hanyalah tingkat yang sangat sederhana, tetapi tidak mudah bagi siswa kelas VII.1 SMP 1 Tembilahan semester 2 tahun ajaran 2016/2017 untuk mempraktikkannya. Banyak siswa (25 dari 32 atau ± 78,13%) kelas VII.1 SMP 1 Tembilahan tahun ajaran 2016/2017 pada semester 2 tidak bisa mengungkapkan makna dalam teks tulis fungsional dan esei pendek sangat sederhana berbentuk deskriptif dan prosedur untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat dengan baik.

Untuk mengatasi permasalahan siswa tersebut, peneliti mencoba menerapkan strategi Power Word Inductive Model guna membantu siswa dalam menemukan sebanyak mungkin kosa kata untuk kemudian disusun menjadi frase, kalimat, paragraf dan teks pendek sangat sederhana yang berbentuk dekriptif untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat. Penelitian ini menarik dilakukan karena peneliti berasumsi bahwa siswa akan dapat menuliskan banyak kosa kata secara bersama-sama dengan menggunakan strategi tersebut.

Rumusan Masalah

Dari berbagai gambaran di atas, bisa kita rumuskan permasalahannya sebagai berikut “Seberapa besar manfaat penggunaan strategi Picture Word Inductive Model dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII.1 SMP Negeri 1 Tembilahan pada semester 2 tahun ajaran 2016/2017 dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris?”.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII.1 SMP Negeri 1 Tembilahan pada semester 2 tahun ajaran 2016/2017 dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris secara sederhana tentang berbagai hal yang berhubungan dengan lingkungan terdekat mereka terutama dalam mendeskripsikan benda, orang atau tempat tertentu dengan menggunakan strategi Picture Word Inductive Model. Dengan meningkatnya hasil belajar siswa, diharapkan hasil tulisan siswa menjadi lebih baik.

Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat baik secara teoretis, praktis maupun pedagogis.

a.     Secara teoretis, hasil penelitian ini bermanfaat memberikan referensi bagi guru maupun peneliti lain untuk menerapkan atau mengembangkan strategi yang sama/berbeda dalam pembelajaran bahasa Inggris/bahasa lain pada aspek yang sama/lainnya dengan kasus yang sama/berbeda.

b.     Secara praktis, penelitian ini bisa bermanfaat bagi berbagai pihak.

1.     Bagi siswa

Siswa terbantu untuk mengungkapkan berbagai hal secara tertulis dengan menggunakan strategi Picture Word Inductive Model. Dengan strategi ini siswa akan lebih mudah untuk menemukan kosa kata sebanyak-banyaknya untuk kemudian disusun menjadi frase, kalimat, paragraf maupun teks, khususnya untuk mendeskripsikan benda, orang, atau tempat tertentu di sekitar mereka.

Apa yang dilakukan siswa sendiri akan diingat lebih lama, dan akhirnya siswa akan mempelajari bahasa Inggris dengan lebih mudah, terutama dalam mengungkapkan pikiran, perasaan dan gagasan mereka secara tertulis.

2.     Bagi Guru

Guru peneliti/lain bisa menerapkan metode yang sama guna meningkatkan pembelajaran pada aspek yang sama/lainnya, dengan permasalahan yang sama/berbeda.

3.     Bagi Sekolah

Peningkatan hasil belajar siswa dalam bahasa Inggris akan ikut menaikkan prestasi sekolah, mengingat pelajaran bahasa Inggris termasuk salah satu pelajaran yang diujikan secara nasional.

c.     Secara pedagogis, penggunaan strategi Picture Word Inductive Model dalam pembelajaran menulis akan membuat siswa mendapatkan inspirasi untuk menuliskan kosa kata sebanyak-banyaknya, apalagi kalau dilombakan.

KAJIAN PUSTAKA

Bahasa Inggris

Bahasa Inggris adalah bahasa yang digunakan oleh orang-orang di negara Inggris atau negara-negara jajahannya (Wikipedia). Bahasa Inggris merupakan bahasa asing pertama di Indonesia yang dianggap penting untuk tujuan penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya, dan pembinaan hubungan dengan bangsa-bangsa lain. Mata pelajaran bahasa Inggris merupakan mata pelajaran wajib di SMP. Seorang siswa belum bisa dikatakan menguasai bahasa Inggris kalau dia belum dapat menggunakannya untuk berkomunikasi, meskipun dia mendapat nilai yang bagus pada penguasaan kosa kata dan tata bahasa. (Pedoman khusus pengembangan silabus dan sistem penilaian bahasa Inggris Kurikulum 2006).

Menulis Berbahasa Inggris

Sesuai dengan Standar Isi Bahasa Inggris SMP, Standar Kompetensi menulis berbahasa Inggris kelas VII adalah 1) mengungkapkan makna dalam teks fungsional pendek sangat sederhana untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat dan 2) mengungkapkan makna dalam teks tulis fungsional dan esei pendek sederhana yang berbentuk deskriptif dan prosedur. Menulis dalam bahasa Inggris tidak sekedar merangkai kata-kata/frasa atau kalimat bahasa Inggris. Diperlukan beberapa seni dan strategi agar siswa bisa mengungkapkan makna dalam teks tulis fungsional dan esei pendek sederhana yang berbentuk deskriptif dan prosedur.

Secara teori menulis termasuk ketrampilan yang lebih sulit dilakukan siswa dari pada ketrampilan berbicara. Beberapa fitur bahasa tulis seperti penggunaan huruf, tanda baca dan susunan kalimat yang benar sedikit menyulitkan siswa, apalagi bahasa Inggris memiliki perbedaan aturan penulisan dengan bahasa Indonesia. Siswa diharapkan bisa menulis dengan huruf, tanda baca, dan susunan kalimat yang benar agar pembaca bisa memahami tulisan tanpa harus bertanya kepada penulisnya. Selain itu, tidak banyak orang tua siswa yang mengajarkan menulis pada anaknya di rumah, apalagi dalam bahasa Inggris. Apabila anak bisa belajar berbicara di dalam lingkungan keluarganya, tidak demikian dengan belajar menulis. Menulis dipelajari dengan lebih formal di sekolah, dengan berbagai aturan mainnya.

Pembelajaran Menulis Berbahasa Inggris

Pembelajaran menulis dalam pelajaran bahasa Inggris diberikan dalam 4 tahap, yaitu building knowledge of the field (BKoF), modeling of the text (MoT), joint construction of the text (JCoT), dan independent construction of the text (ICoT).

Pada tahap BKoF, siswa diajak mengeksplorasi pengetahuannya tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan topik. Kemudian siswa diberikan contoh dalam tahap MoT. Pada tahap JCoT, siswa diberi kesempatan untuk bekerjasama dengan teman guna mengelaborasi apa yang telah dia dapatkan dari guru selama tahap BKoF, sementara pada tahap ICoT siswa diharapkan bisa melakukan kegiatan secara mandiri, masih dalam rangka mengeksplorasi pengetahuannya.

Teks Deskriptif

Menurut Wikipedia dan kamus Webster, teks deskriptif adalah sebuah teks yang bertujuan memberikan gambaran yang jelas mengenai benda/ orang/ tempat tertentu. Yang membedakan teks deskriptif dengan teks report (laporan) adalah bahwa teks deskriptif dibuat berdasarkan fakta tentang benda/ orang/ tempat tertentu secara khusus, sementara teks laporan dibuat secara umum berdasarkan hasil observasi.

Picture Word Inductive Model

Calhoun (1998) mengembangkan Picture Word Inductive Model (PWIM), menggunakan foto berisi objek yang dikenal siswa untuk memproduksi kata-kata dari anak-anak. Tujuan menggunakan PWIM adalah untuk mengembangkan kosakata, konsep tentang kata-kata, kalimat dan struktur paragraf. Kekuatan menggunakan strategi ini adalah bahwa hal itu akan membantu membangun kosakata dan kemampuan menulis.

Berikut adalah daftar keuntungan dari penggunaan PWIM diambil dari Calhoun (1999) yaitu:

a.     Strategi ini menekankan phonics, tata bahasa, mekanik, dan penggunaan bahasa Inggris standar.

b.     Gambar memberikan referensi yang nyata untuk mempelajari kata-kata baru, frasa, dan kalimat.

c.     Karena siswa menggunakan gambar yang terkait dengan materi konten di bawah studi, mereka merasa menjadi bagian dari komunitas kelas dan dapat berhasil belajar dalam kegiatan kelas.

d.     Grafik kata gambar berfungsi sebagai referensi langsung untuk memungkinkan siswa untuk menambahkan kata-kata dengan kosa kata penglihatan mereka.

e.     Siswa dibantu dalam melihat pola dan hubungan dari bahasa Inggris, memungkinkan mereka untuk menerapkan belajar kata-kata yang baru ditemui.

f.      Siswa mendengar dan melihat kata-kata yang dieja dengan benar dan berhasil belajar dalam ejaan dan tulisan yang benar.

g.     Siswa mendapatkan manfaat dari pemodelan guru dari kata-kata kunci dan konsep yang diperagakan.

Strategi ini dapat digunakan dengan seluruh kelas, kelompok-kelompok kecil, berpasangan, atau individual untuk mengarahkan siswa menjadi bertanya tentang kata-kata dan menambahkan mereka ke kosa kata mereka, menemukan prinsip fonetik dan struktural, dan terlibat dalam kegiatan membaca dan menulis. Pembelajaran dimulai dengan meminta siswa menuliskan kata benda sebanyak mungkin dari gambar yang mereka lihat. Siswa bisa menulis beberapa kata benda baik yang terlihat di dalam foto/gambar maupun tidak. Kemudian siswa diminta menuliskan kata sifat sebanyak mungkin yang menerangkan kata benda yang telah dituliskan sebelumnya. Kemudian siswa menuliskan frase benda. Setelah menuliskan frase benda, siswa akan lebih mudah menuliskan kalimat, sehingga siswa akan terbantu menyusun paragraf, kemudian teks.

Kerangka Pemikiran

Hanya 9 dari 38 siswa atau (10,53%) kelas VII.1 SMP Negeri 1 Tembilahan pada semester 2 tahun ajaran 2016/2017 berhasil tuntas belajar pada aspek menulis berbahasa Inggris guna mendeskripsikan benda, orang atau tempat tertentu sebelum diadakan tindakan. Beberapa penyebab diantaranya adalah siswa tidak memiliki kosa-kata yang cukup untuk mengungkapkan gagasan, pikiran dan perasaannya, pelajaran kurang menarik dan monoton atau perasaan tidak bisa. Untuk alasan tersebut peneliti mencoba menggunakan strategi pembelajaran guna mendeskripsikan benda, orang, tempat tertentu dengan menggunakan strategi Picture Word Inductive Model.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pikir di atas diajukan hipotesa sebagai berikut: Pembelajaran menulis berbahasa Inggris menggunakan Picture Word Inductive Model bisa meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII.1 SMP Negeri 1 Tembilahan pada semester 2 tahun ajaran 2016/2017 secara sederhana guna membantu siswa mendiskripsikan benda, orang atau tempat tertentu.

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan pada semester 2 tahun ajaran 2016/2017, dimulai pada bulan Januari sampai dengan bulan April 2017. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII.1 SMP Negeri 1 Tembilahan semester 2 tahun ajaran 2016/2017. Kelas VII.1 dipilih sebagai tempat penelitian mengingat peneliti mengajar di kelas tersebut dan kemampuan siswa kelas VII.1 pada semester 2 tahun ajaran 2016/2017 belum sesuai harapan.

Subyek Penelitian

Sebagai subyek penelitian adalah 32 siswa kelas VII.1 dengan siswa laki- laki sebanyak 17 siswa dan perempuan sebanyak 15 siswa. Rata-rata usia mereka adalah antara 11 sampai dengan 13 tahun. Sebagian besar siswa di kelas ini berasal dari keluarga menengah ke bawah, di mana kondisi keluarga kurang mendukung pembelajaran bahasa Inggris.

Sumber Data

a.     Sumber Primer

Sebagai sumber data primer adalah 32 siswa kelas VII.1 SMP Negeri 1 Tembilahan semester dua tahun ajaran 2016/2017. Hasil pengamatan terhadap kegiatan siswa selama pembelajaran baik yang dikendaki (on task) maupun yang tidak (off task) merupakan data primer yang diambil.

b.     Sumber Sekunder

Untuk memperkuat data dari sumber primer, diadakan pula pengambilan data dari sumber sekunder. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara kepada beberapa perwakilan siswa kelas VII.1.

Teknik Dan Alat Pengumpulan Data.

a.     Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini difokuskan pada hasil belajar menulis berbahasa Inggris terutama mendiskripsikan benda/orang/tempat tertentu di kelas VII.1 semester dua tahun ajaran 2016/2017. Data penelitian dihimpun melalui berbagai tehnik, seperti:

1.     Observasi

Observasi atau pengamatan secara langsung dilaksanakan pada saat proses belajar mengajar. Data yang diungkap melalui pengamatan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris. Selain itu, pengamatan juga dilakukan terhadap sikap dan perilaku siswa.

2.     Wawancara

Wawancara adalah suatu kegiatan komunikasi verbal dengan tujuan untuk mendapatkan informasi secara langsung (Wikipedia). Disamping mendapatkan gambaran secara menyeluruh, dengan wawancara diharapkan juga didapatkan informasi yang mendalam dan penting. Wawancara hanya ditujukan pada beberapa siswa yang mewakili kelompok siswa kurang berminat dan berminat dalam pelajaran bahasa Inggris.

b.     Alat Pengumpul Data

Berhubung tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara mengobservasi siswa, menilai hasil belajar siswa, dan mewawancarai beberapa siswa kelas VII.1, maka alat pengumpul data yang digunakan adalah lembar observasi, hasil tulisan siswa, dan pedoman wawancara.

Analisis Data

Analisis data dalam penelitian tindakan adalah refleksi tindakan yang telah dilaksanakan. Dari refleksi ini akan diperoleh gambaran apakah tindakan telah menunjukkan adanya keberhasilan sesuai dengan yang diharapkan pada perencanaan awal. Selama pelaksanaan tindakan kelas, peneliti langsung mengadakan refleksi serta triangulasi data dan penilaian hasil belajar siswa berupa tulisan dalam rangka menentukan perencanaan untuk pelaksanaan tindakan berikutnya, apabila dirasa masih diperlukan. Berdasarkan keterangan di atas, bisa disampaikan bahwa antara proses pengambilan data dan analisis data bisa dilakukan secara bersamaan.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas atau lebih sering dikenal dengan classroom action research untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII.1 SMP Negeri 1 Tembilahan semester 2 (dua) tahun ajaran 2016/2017 dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris guna mengungkapkan berbagai hal yang

berhubungan dengan lingkungan terdekat mereka, lebih khususnya adalah mendeskripsikan benda/orang/tempat tertentu.

Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga (3) siklus dengan metode yang berbeda seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Setiap siklus ditempuh dengan empat langkah atau tahap yaitu perencanaan (planning), penerapan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Setiap penerapan tindakan dilakukan pembelajaran dengan empat (4) tahap, yaitu BKoF, MoT, JCoT, dan IcoT.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Sebelum diadakan tindakan, tidak banyak (7 dari 32/± 21,88%) siswa kelas VII.1 SMP Negeri 1 Tembilahan semester 2 tahun ajaran 2016/2017 bisa mendeskripsikan benda/orang/tempat tertentu dan itu hanya berupa frase. Meskipun demikian ini merupkan awal yang baik apabila siswa sudah bisa menyusun frase benda dengan benar. Ketika siswa siswa bisa memberikan respon terhadap pertanyaan guru namun hanya berupa sebuah kata. Ketika guru meminta untuk membuat frase, hanya 7 siswa yang meresponnya. Untuk itu perlu diadakan penelitian guna memecahkan permasalahan yang dihadapi para siswa kelas VII.1 SMP Negeri 1 Tembilahan semester 2 tahun ajaran 2016/2017.

 

Siklus I

Tindakan pada siklus ini dilaksanakan dalam 4 tahap, seperti pada pembelajaran sehari- hari, yaitu Building Knowledge of the Text (BkoF), Modeling of the Text (MoT), Joint Construction of the Text (JCoT), dan Independent Consrtuction of the Text (IcoT). Namun pengamatan hanya difokuskan pada saat siswa mengikuti tahap Joint Construction of the Text (JCoT), dan Independent Consrtuction of the Text (IcoT).

Dari hasil pengamatan tindakan pada siklus I, didapatkan data bahwa belum banyak siswa yang bisa mendiskripsikan benda tertentu dengan benar. Masih banyak siswa yang melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak dikehendaki selama pembelajaran seperti mengobrol, saling melihat gambar, menulis dalam bahasa Indonesia, dan bahkan tertawa lebar setelah melihat gambar. Pada siklus ini telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris, namun belum memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, yaitu 65% dari seluruh siswa mencapai KKM 65. Hanya 13 siswa (± 40,63%) berhasil mencapai KKM. Pada saat dilaksanakan refleksi, siswa menyampaikan bahwa siswa masih menemui kesulitan untuk menuliskan kata-kata yang mendeskripsikan benda tertentu. Pada siklus I guru masih belum banyak memberikan bantuan kepada siswa pada siklus ini. Guru masih sibuk mengamati siswa. Dari hasil tersebut, direncanakan dalam tindakan pada siklus ke dua.

Siklus II

Seperti pada tindakan siklus satu, tindakan pada siklus ini juga dilaksanakan dalam 4 tahap, seperti pada pembelajaran sehari-hari, yaitu Building Knowledge of the Text (BkoF), Modeling of the Text (MoT), Joint Construction of the Text (JCoT), dan Independent Consrtuction of the Text (IcoT).

Pada siklus ini, strategi menulis tidak diubah. Siswa tetap bekerja kelompok berempat dan mendapatkan gambar orang tertentu untuk dideskripsikan dengan strategi PWIM. Selama pembelajaran, hampir lebih dari 50% siswa berhasil belajar. Tidak banyak siswa yang melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Ada 23 siswa (± 71,88%) berhasil belajar aktif. Masih ada siswa yang kurang berhasil belajar. Berdasarkan refleksi pembelajaran yang dilakukan sesuai kegiatan, didapat keterangan bahwa siswa lebih menikmati kegiatan dengan berbagi kosa kata yang mereka munculkan untuk mendeskripsikan orang tertentu. Untuk memastikan apakah peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris disebabkan adanya penggunaan Picture Word Inductive Model maka dilakukan tindakan pada siklus ke tiga.

Siklus III

Seperti pada tindakan kedua siklus sebelumnya, tindakan pada siklus ini juga dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu Building Knowledge of the Text (BkoF), Modeling of the Text (MoT), Joint Construction of the Text (JCoT), dan Independent Consrtuction of the Text (IcoT).

Berdasarkan pengamatan selama tindakan pada siklus ketiga, diperoleh data bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran tersebut menurun. Hanya 20 siswa (± 62,50%) berhasil mendiskripsikan tempat tertentu dengan benar. Berdasarkan hasil refleksi, didapatkan data bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris guna mendeskripsikan tempat tertentu mengalami penurunan karena tidak digunakan strategi Picture Word Inductive Model meskipun siswa masih tetap memiliki gambar.

Hal ini membuktikan bahwa penggunaan Picture Word Inductive Model dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris berhasil meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII.1 SMP negeri 1 Tembilahan dalam mendiskripsikan benda/orang/tempat tertentu.

Picture Word Inductive Model terbukti berhasil membantu siswa kelas VII.1 SMP Negeri 1 Tembilahan pada semester 2 tahun ajaran 2016/2017 meningkatkan hasil belajarnya dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris, terutama dalam mendeskripsikan benda, orang atau tempat secara sederhana. Kondisi awal sebelum diadakan tindakan, hanya 7 siswa (21,88%) bisa mendiskripsikan benda/orang/tempat tertentu berbahasa Inggris. Setelah diadakan tindakan siklus I, ada peningkatan jumlah siswa yang berhasil belajar. 13 siswa (40,66%) berhasil belajar dalam kegiatan dimaksud. Pada siklus ke dua, jumlah mengalami peningkatan menjadi 23 siswa (71,88%), dan pada siklus ke 3 ada 20 siswa (62,50%) berhasil belajar. Dengan demikian hipotesis terbukti.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan selama tindakan, ada perubahan signifikan hasil belajar siswa kelas VII.1 SMP Negeri 1 Tembilahan semester 2 tahun ajaran 2016/2017 dalam mendiskripsikan benda/orang/tempat tertentu ketika digunakan Picture Word Inductive Model. Kelebihan dari penggunaan Picture Word Inductive Model adalah siswa menjadi lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran menulis berbahasa Inggris karena mereka terbantu dalam memunculkan kosa kata yang akan mereka gunakan. Selain itu, kontribusi siswa dalam memunculkan kosa kata membuat siswa semakin tertantang. Sementara kekurangan dari penggunaan Picture Word Inductive Model adalah mungkin metode ini hanya bisa meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII.1 semester 2 tahun ajaran 2016/2017, karena setiap siswa mengalami masalah yang berbeda dan memiliki cara yang berbeda pula dalam belajar.

Saran

Beberapa saran bagi peneliti berikutnya adalah agar guru mencoba menerapkan metode ini di kelasnya untuk mengetahui apakah betul Picture Word Inductive Model bisa membantu siswa kelas VII.1 menulis berbahasa Inggris dengan lancar dan berterima guna mendeskripsikan benda, orang atau tempat tertentu. Selain itu, hendaknya guru mengembangkan penelitian tindakan kelas pada aspek yang lain dengan metode yang berbeda agar segala kekurangan selama proses belajar mengajar bisa diketahui kendalanya.

DAFTAR PUSTAKA

             (1991) Action Research for Educational Change. Buckingham: Open University Press.

Carr, W. & Kemmis, S. (1986) Becoming Critical: education, knowledge and action research. Lewes: Falmer.

Cohen, L ; Manion, L & Morrison, K (2000) Research Methods in Education (5th edition). London,:Routledge Falmer.

Corey, S. (1953) Action Research to Improve School Practices. New York: Columbia University, Teachers College Press.

Denzin & Y. Lincoln (Eds.) Handbook of Qualitative Research 2nd Development. In M. Huberman, & J. M. Backus (Eds.), Advances in Development. London: Heinemann.

Dep.dik.nas, (2003) Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Inggris Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta.

Ebbutt, D. (1985) Educational Action research: some general concerns and specific quibbles, in: Burgess, R. (ed.) Issues in Educational Research: qualitative methods. Lewes: Falmer.

Elliott, J. (1981) Action research: a framework for self-evaluation in schools. TIQL working paper no.1. Cambridge: Cambridge Institute of Education.

Fischer, J. (2001). Action Research Rationale and Planning: Developing a Framework for Teacher Inquiry. In G. Burnaford, J. Fischer & D.

Fueyo, V. & Koorland, M. A. (1997). Teacher as researcher: A synonym for professionalism. Journal of Teacher Education, 48(5), 336-338.

Gibson, R. (1985) Critical times for action research. Cambridge Journal of Education, 15 (1): 59-64.

Hammond, J., et. al.. (1992). English for Social Purposes: a Handbook for teachers of Adult Literacy. Sydney: NCELTER.

Harmer, J. 1998. How to Teach English. England: Longman.

Hollingsworth, S. (ed.) (1997) International Action Research: a casebook for educational reform. London: Falmer.

Hollingsworth, S., Noffke, S.E., Walker, M. & Winter, R. (1997) Epilogue: What have we learned from these case on action research and educational reform? in: Hollingsworth, S. (ed.) International Action Research: a casebook for educational reform. London: Falmer.

Hopkins, D. (1993) A Teacher’s Guide to Classroom Research, 2nd edition. Milton Keynes: Open University Press.

http://www.bath.ac.uk/~edsajw/ http://www.did.stu.mmu.ac.uk/carn/

http://www.edu.plymouth.ac.uk/resined/actionresearch/arhome.htm

http://www.edu.plymouth.ac.uk/resined/actionresearch/arhome.htm – top

http://www.edu.plymouth.ac.uk/resined/Qualitative%20methods%202/qualrshm.h tm#Triangulation

http://www.open.ac.uk/cobe/docs/AR-Guide-final.pdf http://www.tandf.co.uk/journals/titles/09650792.asp

Hustler, D., Cassidy, A. & Cuff, E. (eds.) (1986) Action Research in Classrooms and Schools. London, Allen and Unwin.