PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE STUDENT

TEAMS ARCHIVMENT DIVISIONS (STAD)

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

 

Helmi Priyoko

Henny Dewi K.

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar UKSW

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya peningkatan penggunaan pembelajaran kooperatife tipe STAD terhadap hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri 3 Kaloran. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 5 SDN 3 Kaloran Kabupaten Temanggung. Data penelitian diperoleh melalui observasi, dan tes. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan persentase hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II. Hasil belajar yang diperoleh siswa kelas 5 SDN 3 Kaloran Kabupaten Temanggung mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil belajar siswa pada evaluasi mengacu pada kriteria keberhasilan yang sudah ditentukan yaitu 70. Nilai rata-rata ketuntasan belajar siswa secara klasikal mengalami peningkatan sebesar 87% pada mata pelajaran IPA, dengan rincian pra siklus ketuntasan 43,48 % dari 10 siswa yang mencapai keberhasilan dengan rata-rata 70,7, siklus I menjadi 65,21% dari 15 siswa yang mencapai keberhasilan dengan rata-rata 75,5 dan 87% pada siklus II dari 20 siswa yang mencapai ketuntasan belajar dengan rata-rata 82. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri 3 Kaloran.

Kata Kunci: STAD, hasil belajar, IPA

 

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana yang dilakukan oleh sekelompok manusia, dengan tujuan untuk membebaskan manusia dari ketidaktahuan yang menyelimutinya. Manusia memposisikan pendidikan sebagai suatu hal yang penting dalam hidupnya untuk itu manusia akan terus belajar sepanjang hidupnya dan berusaha untuk memaknai hal yang dipelajarinya agar memperoleh suatu hasil yang maksimal.

Sekolah Dasar yang merupakan lembaga pendidikan dasar menuntut adanya kualitas pendidikan yang baik yang nantinya akan digunakan untuk melanjutkan belajar kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dalam Sekolah Dasar ada beberapa mata pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa, salah satunya adalah mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) dimana dalam mata pelajaran tersebut siswa dituntut untuk menguasai pengetahuan yang terkandung di dalamnya. Tidak hanya pengetahuan yang berupa fakta- fakta dan konsep, namun mata pelajaran (IPA) juga merupakan suatu wahana untuk mempelajari diri sendiri dan lingkungan yang berada disekitarnya serta prospek pengembangan lebih lanjut bagi kehidupan sehari- hari. Untuk mendukung tercapainya pengetahuan siswa mengenai mata pelajaran di Sekolah Dasar perlu adanya proses yang dinamakan dengan pembelajaran, menurut Winataputra (2008:1.18) Pembelajaran merupakan kegiatan yang harus dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik.

Pada pelaksanaannya, pembelajaran IPA oleh guru masih menggunakan gaya mengajar konvensional, guru sebatas menerangkan materi yang ada dibuku, kemudian memberi contoh selain yang ada dalam buku selanjutnya memberikan soal evaluasi. Hal tersebut dapat membuat siswa menjadi jenuh, sehingga siswa ada yang asik berbicara sendiri dengan teman sebangkunya.

Berdasarkan permasalahan tersebut untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 3 Kaloran, diperlukan upaya untuk mengatasi dalam pembelajaran IPA., upaya untuk mengoptimalkan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran model kooperatife tipe STAD. Dalam penerpan model pembelajaran STAD ini siswa diberi kesempatan untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran sehingga tidak hanya guru saja yang berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri 3 Kaloran dengan menerapkan pembelajaran kooperatife tipe Student Teams Archivment Divisions pada siswa kelas V SD N 3 Kaloran Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung.

KAJIAN PUSTAKA

Hasil Belajar

Nana Sudjana (2005: 05) berpendapat belajar adalah suatu yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek- aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Menurut Nasution (2006:36) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono (2002:36) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Menurut Bloom (dalam Suprijono, 2002:6), hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor..

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan sikap atau tingkah laku setelah melakukan pembelajaran yaitu pada ranah afektif, kognitif dan psikomotorik. Pentingnya hasil belajar dalam proses belajar mengajar IPA karena hasil belajar mengajar merupakan petunjuk guru apakah siswa tersebut paham materi yang telah diajarkan serta menunjukkan apakah pembelajaran yang diberikan berhasil, yang mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotrik.

Pembelajaran IPA

Menurut Tisno Hadisubroto dalam Usman Samatowa, (2011) buku pembelajaran IPA Sekolah Dasar, Piaget mengatakan bahwa pengalaman langsung yang memegang peranan penting sebagai pendorong lajunya perkembangan kognitif anak. Efesiensi pengalaman langsung pada anak tergantung pada anak, tergantung pada konsistensi antara hubungan metode dan objek yang dengan tingkat perkembangan kognitif anak. Jadi, proses pembelajaran IPA lebih ditekankan pada keterampilan proses, ketrampilan mengamati benda dan lingkungan sekitarnya, kemampuan mendengarkan, kemampuan berkomunikasi secara efektif, menanggapi dan memecahkan masalah secara efektif, sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori, sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan serta dalam kehidupan sehari-hari.

Model Pembelajaran Kooperatife Tipe Student Teams Archivment Divisions (STAD)

Menurut Rusman (2010: 202) pembelajaran kooperatife (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Kooperative learning merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada informasi secara sosial menurut Miftahul Huda (2011:29). Sedangkan ciri- ciri proses pembelajaran kooperatife menurut Richard I.Arends (2008:5) adalah (1) Siswa bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan belajar (2) Tim- tim itu terdiri atas siswa yang berprestasi rendah, sedang, dan tinggi (3) Bilamana mungkin, tim- tim terdiri atas campuran ras, budaya, dan gender (4) sistem rewardnya berorientasi kelompok maupun individu. Trianto (2010: 63) menyebutkan dalam pembelajaran Kooperatife terdapat beberapa variasi atau tipe model yang dapat diterapkan, salah satu diantaranya adalah tipe STAD (Student Teams Archivment Divisions).

Trianto (2010:68) mengemukakan pembelajaran kooperatife STAD merupakan salah satu jenis dari model pembelajaran kooperatife dengan menggunkan kelompok- kelompok kecil dengan jumlah kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Menurut Rusman (2010:110) Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. STAD juga banyak sekali digunakan sebagai bahan penelitian tindakan keals (PTK) karena STAD lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan didepan kelas sehingga dapat melatih siswa untuk saling berbagi informasi. Terdapat 6 langkah- langkah penerapan model pembelajaran kooperatife tipe Student Teams Archivment Divisions menurut Rusman (2011: 215) adalah sebagai berikut: 1) Penyampaian tujuan dan motivasi, guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran. 2) Pembagian kelompok. Terdiri dari 4-5 siswa dibagi secara heterogen. 3) Presentasi dari guru, guru menyampaikan materi pelajran dengan terlebih dahulu menyebutkan tujuan pelajaran yang akan dicapai, pembelajaran yang disampaikan guru dibantu dengan media, demonstrasi, pernyataan atau masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari- hari. 4) Kegiatan belajar dalam tim, guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok. 5) Kuis/ evaluasi, guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing- masing kelompok. 6) Penghargaan prestasi tim, setelah pelaksaan kuis guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan rentang 0-100.

METODE

Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Prosedur Penelitian Tindakan Kelas mengacu teori yang dikemukakan oleh Stepen Kemmis dan Rotin Mc. Taggart dengan langkah- langkah sebagai berikut: 1. Tahap perencanaan (planning) 2. Tahap pelaksanaan (Action) 3. Tahap Observasi (observer) 4. Tahapa refleksi (reflect). Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan permasalahan dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatife tipe Student teams Archivment Divisions.

Subjek dan Seting Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 5 SD Negeri 3 Kaloran sejumlah 23 siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun Pelajaran 2016/2017.

Prosedur penelitian yang diterapkan dalam penelitian berdasarkan pada penelitian tindakan kelas (PTK). Pelaksanaan penelitian ini dibagi menjadi 2 siklus, masing- masing siklus 2 kali pertemuan. Setiap siklus terdiri dari 4 tahapan antara lain: (a) Perencanaan (b) Pelaksanaan Tindakan (c) Observasi (d) Refleksi.

Teknik dan Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, untuk mengumpulkan data selama proses pembelajaran peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa: 1) Pedoman wawancara, yang digunakan untuk penerapan model pembelajaran kooperatife tipe Student Teams Archivment Divisions untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 2) lembar observasi, digunakan untuk mengukur aktivitas siswa. 3) Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dan 4) teknik dokumentasi.

Dalam hal ini, peneliti menggunakan teknik analisis data dengan cara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Deskriptif kualitatif maksudnya adalah dalam penelitian ini hanya menggambarkan objek permasalahan untuk mencapai kejelasan masalah yang dibahas, sehingga dapat diketahui apakah ada penyimpangan- penyimpangan atau sudah sesuai dengan teori- teori yang ada, selanjutnya dipergunakan sebagai dasar untuk membahas permasalahan dalam penelitian ini. Sedangkan deskriptif kualitatif maksudnya adalah dalam pembahasan juga diuraikan hasil yang dicapai dalam bentuk data numerik (data yang berupa angka).

Indikator keberhasilan yang digunakan pada penelitian ini jika aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran mencapai presentase keberhasilan sebesar 80%, dan siswa dinyatakan tuntas apabila telah memperoleh nilai sesuai dengan KKm yang telah ditentukan yaitu 70.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Awal

Dalam pembelajaran IPA seringkali hanya guru saja yang aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan siswa hanya pasif mendengarkan ceramah dari guru. Pembelajaran yang demikian mengakibatkan kebanyakan siswa yang mengantuk, berbicara dengan teman sebangkunya tidak memperhatikan guru saat menerangkan pelajaran. Kondisi seperti ini menyebabkan rendahnya minat belajar siswa yang berdampak pada hasil belajar yang di peroleh siswa. Terlihat dari data kondisi awal dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan observasi dan wawancara terhadap guru kelas V SD N 3 Kaloran Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung, dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan kritera ketuntasan minimal (KKM) 70. Yang dijabarkan oleh tabel dibawah ini:

Tabel 1 Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Pra Siklus

No.

Ketuntasan

Frekuensi

Persentase (%)

1.

Tuntas

10

43,48 %

2.

Tidak Tuntas

13

56,52 %

Nilai Minimum

40

Nilai Maksimum

100

Rata-rata

70,74

 

Tabel di atas menunjukkan rendahnya tingkat ketuntasan hasil belajar siswa sebelum dilakukan penelitian/prasiklus dalam mata pelajaran IPA pada materi Gaya dan Gerak dengan KKM 70. Dengan jumlah siswa 23 ketuntasan hanya 43,48% atau 10 siswa, dan siswa yang tidak tuntas mencapai 56,52% atau 13 siswa. Diuraikan bahwa hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dapat diperoleh 7 siswa berada pada interval 66 – 78 (30,4%), 6 siswa berada di interval 79 – 90 (26%), 6 siswa berada di ineval 53 – 65 (26%), 2 siswa berada diinterval 40-52 (8,7%). Dengan adanya nilai tertinggi adalah 100, sedangkan nilai terendah adalah 40.

Siklus 1

Setelah pembelajaran berlangsung selama 2 kali pertemuan maka dilakukan tes tertulis mata pelajaran IPA. Hasil tes belajar IPA setelah dilakukan tindakan pada pembelajaran siklus I dengan menggunakan model pembelajaran kooperatife tipe STAD, siswa yang tidak tuntas atau memperoleh nilai di bawah KKM yang telah ditetapkan dari 23 siswa yang tidak tuntas 8 siswa dan yang tuntas 15 siswa, dengan nilai minimal 45 dan nilai maksimal 100 agar lebih jelas, berikut ini disajikan data rentang nilai hasil belajar siswa. Lebihh jelasnya dijabarkan sebagai berikut pada siklus I sebanyak 1 siswa memperoleh nilai dalam rentang 40-52 dengan persentase 4,3%, 2 siswa memperoleh nilai dalam rentang 53-65 dengan persentase 12%, 8 siswaa dalam rentang 66-78 dengan presentase 34,80%. Selanjutnya terdapat 10 siswa mendapatkan nilai dalam rentang 79-90 dengan persentase 43,50%, serta terdapat 2 siswa dalam rentang 91-100 dengan presentase 8,70 %. Persentase keberhasilan atau ketuntasan hasil belajar sudah mencapai 65,21%, meskipun sudah terjadi kenaikan tingkat ketuntasan namun, hasil tersebut masih belum maksimal karena masih di bawah target keberhasilan yang telah ditentukan yaitu sebesar 80%.

Siklus II

Setelah dilakukan tindakan pada pembelajaran siklus II dengan menggunakan model pembaljaran STAD, siswa yang tidak tuntas atau mendapatkan nilai di bawah KKM yang telah ditetapkan dari 23 siswa yang tidak tuntas 3 siswa dan yang tuntas 20 siswa, dengan nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 100. Lebih jelasnya dijabarkan sebagai berikut pada siklus II sebanyak 1 siswa memperoleh nilai dalam rentang nilai 50-60 dengan persentase 4,32%. Selanjutnya dalam rentang nilai 61-70. Selanjutnya 2 siswa memperoleh rentang nilai antara 61-70 dengan presentase sebanyak 8,7%. Kemudian 5 siswa memperoleh nilai dalam rentang nilai 71-80 dengan persentase 21,8%. Selanjutnya dalam rentang 81-90 terdapat 10 siswa dengan presentase sebanyak 43,48%. Persentase keberhasilan atau ketuntasan belajar sudah mencapai 87%,meskipun masih terdapat 3 siswa yang tidak tuntas dengan persentase 13%, namun hasil tersebut sudah mencapai tingkat ketuntasan yang ditetapkan yaitu sebesar 80%. Dengan demikian, penelitian ini dapat dikatakan berhasil karena persentase ketuntasan sudah mencapai 87%.

Komparasi Hasil Penelitian

Berdasarkan kegiatan penelitian yang dilakukan pada kegiatan pra siklus, siklus I, dan siklus II terlihat peningkatan yang cukup signifikan. Pada kegiatan siklus II hasil belajar dinyatakan berhasil. Adapun ketuntasan hasil belajar siswa pada kegiatan pra siklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

No.

Ketuntasan Hasil Belajar

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

(f)

(%)

(f)

(%)

(f)

(%)

1.

Tuntas

10

43,47%

15

65,21%

20

87%

2.

Tidak Tuntas

13

56,53%

8

34,79%

3

13%

Jumlah

23

100%

23

100%

23

100%

Nilai Rata-rata

70,7

100

40

7,6

100

40

82

100

50

Nilai Tertinggi

Nilai Terendah

 

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat terdapat kenaikan hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri 3 Kaloran kecamatan Kaloran kabupaten Temanggung dari kegiatan pra siklus, siklus I, dan siklus II. Perolehan nilai rata-rata antara pra siklus, siklus I, dan siklus II meningkat. Pada kegiatan pra siklus jumlah rata-rata klasikal sebesar 43,47 %. Pada siklus I meningkat menjadi 65,21% dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 87%. Selain itu, perolehan nilai tertinggi pada kegiatan pra siklus yaitu 100 dan nilai terendah yaitu 40. Sedangkan perolehan nilai tertinggi pada siklus I 100 dan nilai terendah 40. Pada siklus II perolehan nilai tertinggi yaitu 100 dan nilai terendah 50. Kemudian, jumlah siswa yang tuntas pada kegiatan pra siklus sebanyak 10 siswa sedangkan sebanyak 13 siswa tidak tuntas. Pada kegitan siklus I siswa yang mendapat nilai tuntas meningkat dari 10 siswa menjadi 15 siswa dan dari 13 siswa menjadi 8 siswa yang tidak tuntas. Karena pada kegiatan siklus I hasil pembelajaran belum maksimal maka dilakukan kegiatan siklus II dengan hasil siswa yang mendapat nilai tuntas meningkat menjadi 20 siswa dan 3 siswa mendaptkan nilai tidak tuntas. Berdasarkan data jumlah siswa yang tidak tuntas dari tahap pra siklus, siklus I, dan siklus II, meskipun tidak semua siswa tuntas namun jumlah angka ketidaktuntasan mengalami penurunan.

Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas 5 SD Negeri 3 Kaloran, diketahui bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA masih rendah. Hal ini berdasarkan hasil tes akhir semster ganjil, 13 siswa dari 23 siswa dengan persentase 56% mendapatkan nilai dibawah nilai KKM. Selain persentase ketidaktuntasan yang lebih dari 50%, pemerolehan nilai dikelas 5 juga masih rendah, meskipun nilai tertinggi mencapai 100 namun nilai terendah hanya 40. Hal ini membuktikan bahwa dalam pembelajaran terdapat beberapa kekurangan yang membuat pembelajaran kurang menarik bagi siswa, siswa kurang fokus dalam pembelajaran sehingga berdampak pada hasil belajarnya yang masih rendah.

Rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan dalam mengajar IPA guru tidak memperhatikan karakteristik peserta didik. Guru hanya sebatas menjelaskankan materi yang ada dalam buku, kemudian siswa mengerjakan latihan soal. Selain itu, selama pembelajaran siswa cenderung pasif, gurulah yang aktif. Sehingga banyak siswa yang sibuk dengan kegitannya sendiri, seperti bermain alat tulis, menghadap kebelakang, atau bahkan berbicara dengan teman lainnya

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatife tipe Student Teams Archivment Divisions dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Saran

 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatife tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Oleh karena itu penulis menyarankan: (1) kepada guru diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran kooperatife tipe STAD ini pada mata pelajaran IPA untuk materi-materi selanjutnya maupun pada mata pelajaran lain. (2) kepada pihak sekolah dapat dijadikan sebagai masukan atau contoh bagi sekolah agar dapat menerapakan pembelajaran yang kreatif, inovatif dan menarik. Sehingga, nantinya semua guru dapat menerpakan pembelajaran dengan menggunkan pendekatan yang kreatif, inovatif dan menarik.

DAFTAR PUSTAKA

Dahar. R. W. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Karya

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Nana Sudjana. 2005. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosadikarya.

Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan makna Pembelajaran Bandung: Alvabeta Sanjaya. Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.

Samatowa, U. 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT. Indeks.

Supridjono. Agus. 2012. Metode dan Model-Model Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Thobroni. 2015. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Praktik. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatife- Progresif, Jakarta: Kencana

Trianto, 2011, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi Dan Implementasinya Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta: Bumi Aksara.

Wardani. Dkk, 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.