PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

DENGAN TEKNIK PROBLEM SOLVING TERHADAP PENYESUAIAN DIRI SISWA KELAS X MIPA SMA NEGERI 1 AMBARAWA

 

Indrayana Sulistia Putra

Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas PGRI Semarang

Heri Saptadi Ismanto

Agus Setiawan

Dosen Universitas PGRI Semarang

 

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi bahwa masalah yang muncul adalah belum banyak mengenal lingkungan sekolah, kesulitan mengatur waktu belajar dan bermain, belum banyak teman atau sahabat, banyak siswa yang gaduh dan berbicara di dalam kelas saat jam pelajaran berlangsung, ada siswa yang melamun, beberapa siswa dihukum karena tidak mengerjakan tugas, ada beberapa siswa yang tidak disenangi karena suka membuat kegaduhan di dalam kelas dan mengganggu konsentrasi belajar, tidak senang dengan siswa yang senang meminta kunci jawaban dan tugas,ada beberapa siswa yang memilih dalam bergaiul dengan kelompok-kelompok tertentu, beberapa siswa yang kurang memiliki sopan santun dalam berkomunikasi maupun dalam bergaul.Masalah pokok yang dikaji adalah pengaruh layanan bimbingan kelompokdenganteknik problem solving terhadap penyesuaian diri siswa kelas X MIPA SMA Negeri 1 Ambarawa. Metode penelitian yang digunakan adalah true eksperimental dengan pretest-posttest control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas Xpada semester 1 di MIPASMA Negeri 1 Ambarawa, yang terdiri dari tujuh kelas dengan jumlah 249 siswa, satu kelas digunakan untuk try-out, sedangkan sampelnya terdiri dari satu kelas yang digunakan sebagai sampel penelitian. Jumlah keseluruhan sampel adalah 30 siswa. Teknik pengambilan sampel dalam peneliti ini adalah menggunakan teknik cluster random sampling. Nilai kemandirian belajar diperoleh dari nilai pre-test dan post-test. Analisis yang digunakan untuk menguji validitas adalah korelasi product moment dan reliabilitas menggunakan rumus alpha. Hasil analisis uji t perbedaan bahwa posttest diantara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol terhadap penyesuaian diri dengan menggunakan rumus uji t didapatkan sebesar thitung sebesar 10,3 sedangkan ttabel sebesar 2,021 dengan db = (n1+n2)-2 = (15+15)-2=28 dan taraf signifikan 5% maka thitung lebih besar dari berarti ttabel artinya Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan dengan melalui hipotesis yang berbunyi “layanan bimbingan kelompok dengan teknik problem solving efektif untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa di SMA Negeri 1 Ambarawa. Saran yang dapat peneliti sampaikan hendaknya guru pembimbing di sekolah memberikan layanan lebih lanjutan melalui kegiatan konseling kelompok berkenaan dengan penyesuaian diri siswa.

Kata kunci: Layanan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Problem Solving,  Penyesuaian diri.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Proses penyesuaian diri dengan lingkungan sosial, tidak semua siswa dapat melakukannya dengan baik tergantung kondisi fisik, psikologis, dan kepribadian siswa itu sendiri. Proses penyesuaian diri nantinya akan menimbulkan masalah pada individu itu sendiri. Jika individu dapat berhasil memenuhi kebutuhannya sesuai dengan lingkungannya tanpa menimbulkan gangguan dengan lingkungannya hal ini disebut “well adjusted” atau penyesuaian yang baik, begitu pula sebaliknya jika individu gagal dalam proses penyesuaian diri disebut “maladjusted” atau salah suai (Yusuf & Nurihsan, 2010: 210).

Hasil penelitian Rahmayanti (2013) mengugkapkan bahwa di sekolah, siswa dihadapkan pada masalah penyesuaian diri, terutama pada siswa yang baru memasuki SMA, siswa dituntut untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya. Dalam proses penyesuaian diri sering siswa dihadapkan pada persoalan penerimaan dan penolakan dalam pergaulannya. Tingkah laku yang ditunjukkan selalu ingin tampil beda dan mampu berbuat apa saja tanpa ragu.

Berdasarkan hasil analisis AKPD (Angket Kebutuhan Peserta Didik) yang telah dilakukan oleh guru BK di SMA Negeri 1 Ambarawa pada siswa kelas X MIPA 1 menunjukan hasil bahwa dalam penyesuaian diri siswa masih rendah dengan hasil pernyataan “saya belum banyak mengenal lingkungan sekolah” dengan prioritas tinggi sebesar 3,15%, “saya kesulitan mengatur waktu belajar dan bermain” dengan prioritas tinggi sebesar 2,93%, “saya belum banyak teman atau sahabat” dengan prioritas tinggi sebesar 2,49%. Kemudian berdasarkan hasil observasi bulan Januari 2019 pada beberapa kelas X, banyak siswa yang gaduh dan berbicara di dalam kelas saat jam pelajaran berlangsung, ada siswa yang melamun, beberapa siswa dihukum karena tidak mengerjakan tugas. Dari hasil observasi tersebut tingkat penyesuaian diri yang dimiliki rendah.

Hasil wawancara pada bulan Maret 2019 dengan beberapa siswa banyak yang menyatakan bahwa di dalam kelas ada beberapa siswa yang tidak disenangi karena sering membuat kegaduhan di dalam kelas dan mengganggu konsentrasi belajar, tidak senang dengan siswa yang senang meminta kunci jawaban dan tugas, tidak senang dengan siswa yang senang mengadu domba, dan ada yang menyatakan bahwa di dalam kelas ada siswa yang kurang ramah, sehingga peneliti menyimpulkan bahwa siswa yang demikian tersebut dapat di katakan memiliki penyesuaian diri yang rendah kepada teman sebaya.

Hal ini juga dipertegas dengan hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling yang menangani siswa di SMA Negeri 1 Ambarawa pada bulan Maret 2019, ada beberapa siswa yang memilih dalam bergaul dengan kelompok-kelompok tertentu, beberapa siswa yang kurang memiliki sopan santun dalam berkomunikasi maupun dalam bergaul. Rendahnya penyesuaian diri siswa yang dialami dapat berdampak pada komunikasi yang kurang baik, rendahnya minat belajar pada siswa, kurangnya kekompakan dalam kerja kelompok, kurang optimal dan fokus dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kusdiyanti (2011: 193-194),hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa sebanyak 86siswa (47,5%) dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan sosial disekolahnya, dan sebanyak 95 siswa (52,5%) tidak dapat menyesuaikan diri denganbaik terhadap lingkungan sosial di sekolah.Kondisi penyesuaian diri yang baik di sekolah nampaknya terkait dengan kondisi pola asuh Authoritative. Adapun kondisi penyesuaian diri yang buruk terkait dengan kondisi pola asuh Authoritarian, Indulgent, dan Neglectful. Kondisi penyesuaian diri yang baik di sekolah nampaknya terkait juga dengan kondisi tidak berperannya teman sebaya yang berperilaku negatif terhadap individu. Adapun kondisi penyesuaian diri yang buruk di sekolah nampaknya terkait dengan kondisi berperannya teman sebaya yang berperilaku negatif terhadap individu. Data yang telah dijelaskan di atas, didapatkan kesimpulan bahwa sebagian besar individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah individu yangdibesarkan dengan pola asuh Authoritative dan tidak terpengaruh oleh teman sebayanya yang berperilaku negatif.

Hal ini sejalan dengan pendapat Sunarto & Hartono (2004: 68) menyebutkan bahwa seseorang yang memiliki penyesuaian diri yang baik, yaitu: “tidak menunjukkan ketegangan emosi, tidak menunjukkan adanya mekanisme psikologis, tidak adanya frustasi pribadi, memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri, mampu dalam belajar, menghargai pengalaman, bersikap realistis dan objektif”. Kemudian penyesuaian diri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti yang dikatakan Schneiders, (dalam Asrori, 2005: 181), setidaknya ada lima faktor yang dapat memengaruhi proses penyesuaian diri remaja, yaitu kondisi fisik, kepribadian, proses belajar, lingkungan, dan agama serta budaya. Proses penyesuaian diri melibatkan tiga unsur, yaitu motivasi, sikap terhadap realitas, dan pola dasar penyesuaian diri. Dengan demikian perlu adanya layanan untuk membantu meningkatkan penyesuaian diri yang rendah, yaitu salah satunya dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok.

Menurut Romlah (2012: 3) bimbingan kelompok merupakan proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok dapat dilakukan dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang jumlah anggotanya dibatasi antara 8-15 orang. Dengan demikian memungkinkan pemimpin kelompok dapat melakukan pendekatan secara personal. Hal ini juga dilakukan secara berkesinambungan yang memberikan informasi dengan membahas topik tentang tindakan yang mengarah pada penyesuaian diri siswa,baik faktor penyebab kurang dapat menyesuaikan diri,dampak dari kurangnya penyesuaian diri, serta upaya untuk meningkatkan penyesuaian diri.Bimbingan kelompok terdapat beberapa macam tehnik, salah satu di antaranya yaitu teknik problem solving. Teknik pemecahan masalah (problem solving tecniques) di gunakan untuk menyebut “suatu proses yang kreatif di mana individu-individu menilai perubahan-perubahan yang ada pada dirinya dan lingkungannya”. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa teknik pemecahan masalah merupakan teknik yang pokok untuk hidup dalam masyarakat yang penuh dengan perubahan-perubahan. Teknik ini digunakan untuk merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.

Hal ini dipertegas oleh penelitian yang dilakukan oleh Rosidah (2016: 136-143), hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok dengan teknik problem solving efektif untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa, hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan yang signifikan skor hasil rata-rata antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol saat pre-test dan pos-test. Dengan diberikannya layanan bimbingan kelompok dengan teknik problem solving diharapkan siswa mampu memahami dan melaksanakan perannya dengan baik serta dapat memahami bagaimana cara menyesuaikan diri dalam belajar yang tepat. Diharapkan siswa dapat mempunyai mengembangkan pengetahuan, pemahaman dan wawasan sehingga siswa mampu berinteraksi secara baik dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang dan uraian permasalahan yang telah dijabarkan di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok denganTeknik Problem Solving Terhadap Penyesuaian Diri Siswa Kelas X MIPA SMA Negeri 1 Ambarawa”.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasikan bahwa masalah yang muncul adalah belum banyak mengenal lingkungan sekolah, kesulitan mengatur waktu belajar dan bermain, belum banyak teman atau sahabat, banyak siswa yang gaduh dan berbicara di dalam kelas saat jam pelajaran berlangsung, ada siswa yang melamun, beberapa siswa dihukum karena tidak mengerjakan tugas, ada beberapa siswa yang tidak disenangi karena suka membuat kegaduhan di dalam kelas dan mengganggu konsentrasi belajar, tidak senang dengan siswa yang senang meminta kunci jawaban dan tugas, tidak senang dengan siswa yang senang mengadu domba, dan ada yang menyatakan bahwa di dalam kelas ada siswa yang kurang ramah, ada beberapa siswa yang memilih dalam bergaul dengan kelompok-kelompok tertentu, beberapa siswa yang kurang memiliki sopan santun dalam berkomunikasi maupun dalam bergaul.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti yaitupeningkatan penyesuaian diri. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik problem solving.

Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut di atas, maka dapat penulis kemukakan rumusan masalah yaitu “Apakah Ada Pengaruh Layanan Bimbingan KelompokdenganTeknik Problem Solving Terhadap Penyesuaian Diri Siswa Kelas X MIPA SMA Negeri 1 Ambarawa?”

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah ada pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan teknik problem solving terhadap penyesuaian diri siswa kelas X MIPA SMA Negeri 1 Ambarawa.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

Manfaat teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian yang mendalam dalam pengembangan pengetahuan khususnya tentang karya ilmiah di bidang bimbingan dan konseling.

Manfaat Praktis

  1. Bagi Siswa

Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam mengembangkan kemampuan penyesuaian diri khususnya di lingkungan sekolah.

  1. Bagi Guru Pembimbing

Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan wawasan dalam meningkatkan profesionalisme layanan bimbingan kelompok.

KAJIAN TEORI

Penyesuaian Diri

Menurut Ali (2006: 175) menambahkan penyesuaian diri dimaknai sebagai usaha penyesuaian yaitu kemampuan untuk merencanakan,mengorganisasikan respon dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik kesulitan dan frustasi tidak terganggu.Penyesuaian diri juga dapat diartikan sebagai adaptasi; dapat mempertahankan diri atau bisa “survive” dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.

Menurut Sunarto & Hartono (2008:222), penyesuaian diri dapat diartikan sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip serta penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan emosional maksudnya secara positif memiliki respon emosional yang tepat pada setiap situasi. Dapat diartikan pula bahwa penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkungannya.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah penguasaan emosional secara matang terhadap segala sesuatu yang terjadi dari diri manusia sesuai dengan keadaan lingkungan sekitar, sehingga akan tercipta suatu hubungan yang dinamis, selaras dan seimbang dengan proses kehidupan manusia. Melalui penyesuaian diri diharapkan siswa akan mendapatkan kehidupan yang layak tanpa memperoleh tekanan dari lingkungan.

Layanan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Problem Solving

Romlah (2013:3) mengartikan layanan bimbingan kelompok sebagai proses pemberian bantuan yang diberikan pada siswa dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditunjukkan untuk mencegah timbulnya masalah para siswa dan mengembangkan potensi siswa.

Sukardi (2018:78) menambahkan bahwa layanan bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa (konseli) secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (terutama dari guru pembimbing atau konselor) dan tidak untuk membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari dan tidak untuk perkembangan dirinya baik sebagai siswa maupun sebagai pelajar, dan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan atau tindakan tertentu.

Gadza (dalam Prayitno, 2014:309) mengemukakan bahwa layanan bimbingan kelompok disekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan layanan bimbingan kelompok merupakan suatu upaya pemberian bantuan kepada siswa melalui kelompok dengan menggunakan dinamika kelompok untuk mendapatkan informasi yang berguna agar mampu menyusun rencana dan keputusan yang tepat serta dapat memahami dirinya, orang lain dan lingkungannya dalam menunjang terbentuknya perilaku yang efektif serta adanya perubahan sikap dalam hidupnya dan mengembangkan dirinya secara optimal.

Teknik pemecahan masalah (problem solving techniques) digunakan untuk menyebut “suatu proses yang kreatif di mana siswa-siswa menilai perubahan-perubahan yang ada pada dirinya dan lingkunganya”. Dengan demikian dapat di katakana, bahwa teknik pemecahan masalah merupakan teknik yang pokok untuk hidup dalam masyarakat yang penuh dengan perubahan-perubahan (Romlah, 2016:93).

Metode pemecahan masalah adalah suatu cara menyajikan pelajaran dengan mendorong siswa untuk mencari dan memecahkan suatu masalah atau persoalan dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran (Hamdani, 2011:84).

Problem solving adalah suatu metode yang dimulai dengan mencari data sampai ke menarik kesimpulan.Metode pemecahan masalah (problem solving) merupakan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah, baik masalah pribadi maupun masalah kelompok untuk di pecahkan sendiri atau secara bersama-sama.Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah (Djamarah, 2010:91).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode problem solving adalah suatu metode yang digunakan untuk mendorong siswa dalam memecahkan suatu permasalahan.

Jadi, dapat dismpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok dengan teknik problem solving merupakan suatu upaya pemberian bantuan kepada siswa melalui kelompok dengan menggunakan dinamika kelompok untuk mendapatkan informasi yang berguna agar mampu menyususn rencana dan keputusan yang tepat serta dapat memahami dirinya, orang lain dan lingkungannya melalui metode yang digunakan untuk mendorong siswa dalam memecahkan suatu permasalahan.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian (Arikunto, 2010:203). Metode penelitian ini menggunakan rancangan Eksperimen.Jenis eksperimen yang digunakan yaitu true eksperimental design.Sugiyono (2014:76) menyatakan bahwa true eksperimental design dengan bentuk pretest-postest control group design, dengan desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok control.

Teknik Analisis Data

Data dianalisis menggunakan program SPSS, dan kemudian dilakukan ujihomogenitas, uji normalitas, jika data normal dianalisis dengan uji t berpasangan (paired t test), tetapi jika data tidak normal diuji menggunakan uji wilcoxon.

Hasil hitung tersebut dikonsultasikan dengan indeks tabel wilcoxon, jika hasil analisis lebih kecil dari indek tabel wilcoxon, guna mengambil keputusan menggunakan pedoman taraf signifikasi 5% dengan ketentuan:

Ho ditolak Ha diterima apabila t> atau sama dengan ketentuan t

Ho diterima dan Ha ditolak jika t< t

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil analisis data bahwa hasil pretest diperoleh skor pada kelompok eksperimen berjumlah 886 dengan rata-rata 59,1 sedangkan pada kelompok kontrol berjumlah 1003 dengan rata-rata 66,9 yang dapat diartikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol tidak ada sebuah perbedaan. Sedangkan hasil posttestnya pada kelompok eksperimen diperoleh skor berjumlah 1184 dengan rata-rata 78,9 sedangkan kelompok kontrol diperoleh skor yang berjumlah 1087 dengan rata-rata 72,5, sehingga dapat diartikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol terjadi perbedaan.

Pada akhirnya hasil data setelah layanan bimbingan kelompok diberikan sebuah treatment memang memberikan sebuah peningkatan. Ini artinya bahwa layanan bimbingan kelompok dengan teknik problem solving dapat memberikan pengaruh yang positif untuk meningkatkan pemahaman atau gambaran terkait penyesuaian diri. Dapat disimpulkan bahwa perolehan hasil posttest lebih tinggi dibandingkan hasil pretest.

Diperoleh perbedaan hasil pretest pada kelompok eksperimen dengan rata-rata 59,1 dan kelompok kontrol dengan rata-rata 78,9, sedangkan pada hasil posttest pada kelompok eksperimen dengan rata-rata 66,9 dan kelompok kontrol dengan rata-rata 72,5.

SIMPULAN

Hasil analisis uji t perbedaan bahwa posttest diantara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol terhadap penyesuaian diri dengan menggunakan rumus uji t didapatkan sebesar thitung sebesar 10,3 sedangkan ttabel sebesar 2,021 dengan db = (n1+n2)-2 = (15+15)-2=28 dan taraf signifikan 5% maka thitung lebih besar dari berarti ttabel artinya Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan dengan melalui hipotesis yang berbunyi “layanan bimbingan kelompok dengan teknik problem solving efektif untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa kelas X MIPA di SMA Negeri 1 Ambarawa.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad & Asrori, Muhammad. 2006. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bani. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ghufron, M.Nur & S. Risnawita, Rini. 2011. Teori-teori Psikologi. Jogjakarta: AR-Ruzz Media.

Hamdani. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Hurlock, Elizabeth B. 2005. Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Ma’rifa, Nurin Cholifatul & Pratiwi, Titin Indah. 2010. Penerapan Konseling Kelompok Realita Untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Di Sekolah. Tidak Terbit: Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Unessa.

Martono, Nanang. 2010. Statistik Sosial teori dan Aplikasi Program SPSS. Yogyakarta: Gava Media.

Prayitno. 2004. Layanan Bimbingan Kelompok Konseling Kelompok. Padang: Universitas Negeri Padang.

Prayitno & Amti, Erman. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Romlah, Tatiek. 2011. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas Negeri Malang.

Slameto. 2010. Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Soegeng, A.Y. 2006. Dasar-dasar Penelitian. Semarang: IKIP PGRI Semarang Press.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi, Dewa Ketut. 2008. Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sundari, Siti. 2005. Kesehatan Mental dalam Kehidupan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sunarto & Hartono. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.

Syah, Muhibbin. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Press.

Tohirin. 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: Raja Grafindo Persada.