PENGARUH CERITA PENGANTAR TIDUR

BAGI ANAK USIA DINI

R.A. Anggraeni Notosrijoedono

Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Indonesia

ABSTRACT

The role of parent especially a mother is very important towards the development of children since preschool age. Mother can be a friend for sharing, talking and communicating to know all needs of children at preschool period. Through sharing, unconsciously parent have taught their children to have a dream for future life of children. In addition, through sharing it will teach children to imagine to pursue their dream. It also makes children to have consideration to be critical, open minded, curious, and don’t like to take advantage of other person. They will have solidarity to other person and social environment and nature where they live in. The children also can have respect and regard every occupation of other person through bed time stories

Keyword: Story, Golden Age, Preschool Children, Parent

PENDAHULUAN

Orangtua perlu dekat dengan anaknya pada saat usia emas atau golden age, (0-6 tahun). Salah satu caranya adalah melalui bercerita. Untuk itu, diperlukan orangtua yang mempu-nyai waktu yang cukup untuk mendampingi anak pada saat usia emas untuk bercerita sebelum tidur. Kunci utama pada masa usia dini adalah pada Ibu, karena peran Ibu sebagai guru, pendorong, teman bermain, teman berbicara dan pengasuh anak mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya baik secara positif dan negatif, seperti pada buku Potret Pengasuhan, Pendidikan dan Pengembangan Anak Usia Dini di Indonesia (2004: h. 40). Peran seorang Ibu pada anak merupa-kan teman bercerita, berbicara, berkomunikasi, bermain, menjadi guru, teman dikala suka dan duka, sehingga mengetahui semua kebutuhan anak pada masa kanak-kanaknya.

Bercerita dapat dengan cerita sebenarnya yang dikemas dengan bahasa anak yang mudah dimengerti, dapat juga cerita berupa dongeng yang sudah ada sejak zaman dahulu, seperti: Bawang Merah Bawang Putih, Ken Arok dan Ken Dedes, dan sebagainya. Melalui bercerita secara tidak sadar orang tua telah mengajarkan anak untuk memiliki mimpi untuk kehidupan masa depan anak. Juga melalui bercerita akan mengajarkan anak untuk berimajinasi untuk mengejar mimpi tanpa merasa bersalah atau rasa takut seperti Diane E. Papalia, et. al. katakan (2008: h. 370). Selain itu, melalui bercerita akan menambah kosakata baru pada anak, sehingga anak akan bertambah kosakata baru. Thomas Amstrong (2003: h. 25) mengatakan pula bahwa bercerita adalah kegiatan menuturkan kata-kata atau cerita.

Melalui cerita dapat merupakan salah satu pembelajaran bagi anak usia dini untuk belajar tentang nilai-nilai kejujuran, moral, sopan-santun, etika, dan sebagainya. Juga dapat melahirkan kepercayaan diri secara langsung atau tidak langsung, disadari atau tidak, akan mempengaruhi sikap dan kepribadian anak. Ide, inisiatif, kreatifitas, keberanian, ketekunan, suka bekerja keras dan banyak berkarya yang didukung dengan pengetahuan dan keterampilan.

Bercerita dapat membentuk karakter anak menjadi berintegritas, loyal dan jujur. Juga membuat anak memiliki pemikiran kritis, terbuka, suka bertanya dan tidak suka memanfaatkan orang lain. Rasa kepedulian terhadap orang lain, lingkungan sosial dan alam, mempunyai rasa hormat dan menghargai setiap pekerjaan orang lain dapat melalui cerita-cerita pengantar sebelum tidur. Selain itu, kesadaran tentang tata tertib, hukum, peraturan, rasa tanggung jawab, disiplin serta mejalankan tugas sebaik mungkin. Peran orang tua untuk membuat cerita dengan tema-tema yang dapat membentuk nilai apa yang akan disampaikan ke anak. Orangtua perlu memahami pula bahwa bercerita berkaitan dengan susunan syaraf dan otak seperti dikemukakan oleh Noam Chomsky dalam John W. Santrock (2009:h. 86). Setelah anak dewasa akan selalu ingat akan cerita-cerita yang disampaikan orangtuanya sebagai pengantar tidur pada saat usia dini, karena tersimpan dalam memorinya dengan baik. Kegiatan orangtua bercerita dengan kasih sayang kepada anak sejak usia dini akan mempengaruhi kehidupan anak setelah dewasa. Untuk itu, diperlukan buku kumpulan Cerita Pengantar Tidur Anak yang berisi cerita-cerita rakyat dari tiga puluh empat Propinsi di Indonesia.

Dua puluh tahun mendatang, generasi muda di Indonesia akan menggapai semua cita-citanya melalui mimpi-mimpi yang sudah ada sejak usia dini melalui cerita-cerita pengantar tidur yang disampaikan orang tuanya sejak masa kanak-kanak.

TUJUAN PENELITIAN

Ingin menggambarkan pengaruh cerita orangtua pengan-tar tidur anak dan ingin menggambarkan seberapa jauh peran orangtua memperkenalkan cerita pada anak.

METODE PENELITIAN

Pendekatan kajian ini adalah pendekatan kualitatif dan bersifat deskriptif. Adapun yang menjadi informan dalam kajian ini adalah: Orang tua yang mempunyai anak usia dini; Kepala Sekolah, mewakili sekolah yang menyelenggarakan pendidikan anak usia dini dan Pendidik, mewakili guru-guru yang mengajar untuk anak usia dini. Ruang lingkup kajian ini dibatasi pada anak usia dini yang berumur 2-4 tahun dan mengikuti kegiatan di Kelompok Bermain.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis akan mulai dengan arti dari cerita menurut Eliason dan Jenkins (2008: h. 199) adalah melalui bercerita seseorang dapat memberikan informasi, mengajarkan kata dan konsep-konsep. Selain itu, melalui bercerita seseorang dapat lebih mudah mengingat informasi terutama bagi anak usia dini. Kegiatan bercerita juga dapat meningkatkan apresiasi anak terhadap literatur. Melalui cerita kepada anak usia dini perlu diperhatikan pula tahapan perkembangan anak, isi cerita yang mempunyai nilai-nilai kejujuran, nilai-nilai moral, nilai-nilai pendidikan, nilai-nilai kepahlawanan, nilai-nilai pola hidup sehat, nilai-nilai kerukunan beragama, nilai-nilai hidup damai, nilai-nilai kebudayaan dari tiga puluh empat Propinsi di Indonesia, nilai-nilai kasih sayang dan nilai-nilai kehidupan.

Melalui bercerita dapat bermanfaat bagi anak, karena dapat mengembangkan daya fantasi anak dalam mengejar mimpi-mimpinya, menambah kosa kata anak usia dini, meng-hilangkan trauma psikologis bagi anak yang pernah mengalami kekerasan, korban bencana alam dan korban bencana sosial. Jika cerita dilakukan tanpa alat peraga, dapat dengan nada kata, mimik muka yang sesuai dengan isi cerita akan menumbuhkan rasa ingin tahu anak akan akhir dari cerita. Selain itu, sejak usia dini anak akan mempunyai keinginan untuk membaca buku-buku cerita tentang anak dan unsur yang paling penting dari semuanya adalah adanya hubungan kasih sayang antara anak dan orang tua, karena sambil bercerita dapat dengan dekapan, belaian dan sentuhan kasih sayang.

Jika orang tua senang bercerita pada anaknya menjelang tidur, maka perlu mengetahui juga klasifikasi dari cerita yang akan disampaikan ke anak, seperti disampaikan Kusumo Priyono (2006: h. 9) ada legenda yang menceritakan tentang tradisi suatu daerah, cerita fabel tentang binatang dihubungkan dengan pesan moral, cerita sahibul hikayat seperti tentang kisah para Nabi, mite adalah cerita tentang interaksi manusia dengan supranatura dan cerita rakyat yang menceritakan secara turun temurun kisah-kisah sebuah kebudayaan. Jika orang tua senang membaca buku dan memahami psikologi anak, akan mempunyai banyak ide untuk meringkas buku-buku yang dibacanya dalam bentuk cerita-cerita yang dapat membuat anak berimajinasi untuk mempunyai daya juang yang tinggi dalam melangkah menuju kehidupan yang bermanfaat bagi banyak orang. Nilai-nilai gotong royong, saling membantu kepada keluarga yang sedang mengalami musibah dan bentuk-bentuk pelayanan sosial yang dilakukan orang tua dengan mengajak anaknya melalui tahap cerita, lalu orangtua menjadi praktisi di bidang sosial dengan mengikut sertakan anaknya sejak usia dini akan berpengaruh pada saat anak tersebut telah dewasa.

Untuk menarik perhatian anak agar memperhatikan isi cerita, orangtua dapat menggunakan alat-alat peraga, seperti: boneka-boneka kecil dan besar, boneka tangan, boneka dengan pegangan kayu, gambar wayang kulit, gambar-gambar sesuai cerita, pakaian dan sepatu yang digunakan saat bercerita, lagu-lagu untuk latar cerita dan topeng sesuai tema cerita.

Cerita pengantar tidur anak dapat melestarikan bahasa dan budaya daerah orang tua. Hal ini dapat mempererat ikatan emosional antara anak dengan tanah kelahiran orang tua. Jadi anak akan menghargai sejarah nenek moyangnya melalui cerita-cerita menarik yang disampaikan orangtuanya, sehingga secara tidak langsung akan memberi semangat kepada anak sejak usia dini untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang telah susah payah dipertahankan oleh pejuang-pejuang negara Indonesia.

KESIMPULAN

Peran orangtua dalam mengembangkan karakter pada anak sejak usia dini dapat melalui cerita pengantar tidur anak dan akan berpengaruh pada duapuluh tahun mendatang setelah anak tersebut dewasa, dimana anak akan mempunyai karakter yang kuat dan berpengaruh dimana ia berada, mampu menyelesaikan setiap permasalahan dengan bijak, mempunyai rasa percaya diri dan mempunyai jiwa sosial yang tinggi.

Pembelajaran tentang nilai-nilai yang dianut setiap keluarga dapat dipelajari sejak anak usia dini melalui cerita-cerita yang dikemas dengan manis, sederhana, membuat anak gembira untuk mengikuti alur cerita hingga cerita berakhir dan secara tidak sadar orangtua telah mengajarkan nilai-nilai tentang kejujuran, moral, pendidikan, kepahlawanan, pola hidup sehat, kerukunan beragama, hidup damai, kebudayaan, kasih sayang dan nilai-nilai kehidupan.

Perbendaharaan kata anak usia dini akan banyak bertam-bah melalui cerita pengantar tidur anak, sehingga diperlukan buku kumpulan cerita anak dari setiap Propinsi di Indonesia. Bahasa daerah perlu digunakan pada waktu orangtua bercerita pada anak agar bahasa-bahasa daerah dapat terus dilestarikan, sehingga anak-anak akan mencintai bahasa asli nenek moyangnya dan ada ikatan emosional dengan tanah leluhur di mana orangtuanya berasal. Hal ini akan mengantarkan anak untuk selalu ingat kampung halaman orangtuanya yang telah membesarkan dirinya.

SARAN

Melalui cerita dapat menciptakan generasi Indonesia dua puluh mendatang memperoleh semua mimpi-mimpinya yang sudah diceritakan bersama orangtuanya sebagai pengantar tidur pada masa kanak-kanak. Untuk itu, disarankan agar:

-.    Dibiasakan membacakan cerita yang dapat memotivasi dan memberi semangat anak agar mencapai semua mimpi-mimpinya.

-.    Pada waktu menceritakan perbuatan-perbuatan yang baik digunakan bahasa yang sederhana sesuai dengan ke-mampuan berpikir anak.

-. Dibentuk Forum Komunikasi Cerita Anak di setiap Propinsi di Indonesia agar dapat melestarikan budaya yang ada di Indonesia, sehingga setiap anggota dapat bertukar cerita-cerita rakyat yang ada di setiap Propinsi.

-.    Pemerintah perlu mensosialisasikan kepada semua seko-lah yang menyelenggarakan Pendidikan Anak Usia Dini untuk membuat kurikulum dengan tema cerita dari setiap Propinsi setiap bulan dua kali.

-.    Memberikan pelatihan dengan tema Cerita Pengantar Tidur Anak dan Psikologi Anak kepada setiap pendidik anak usia dini agar ada standard cerita untuk anak usia dini.

DAFTAR PUSTAKA

Alston, Margareth, Bowles, Wendy. (1998). Research for Social Workers. An Introduction to Methods. Australia: Allen and Unwin.

Amstrong, Thomas. (2003). Setiap Anak Cerdas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Berger, Raymond M., Michael A. (1988). Patchner. Planning for Research: A Guide for The Helping Professions. USA: University of Michigan School of Social Work coorporated with Sage Publications.

Berg, Bruce L. (2001). Qualitative Research Methods for The Social Sciences. Fourth edition. USA: Allyn & Bacon.

Bjorkhend, David F. (2005). Childrens Thinking, Cognitive Development and Individual Differences. 4th.ed. United States: Wadsworth, a Division of Thomson Learning, Inc.

Bredekamp, Sue. (1987). Developmentally Appropriate Practice in Early Childhood Program Serving Children from Birth Through Age 8. Washington: NAYC.

Broom, Leonard, Seznick, Philip, Broom, Darroch. (1981). Sociology a Text with Adapted Reading. New York: Harper & Row Publishers.

Eliason, Claudia and Jenkins, Loa. (2008). A Practical Guide to Early Childhood Curriculum. Ohio: Pearson.

Forum PADU. (2004). Early Childhood Care and Development in Indonesia. Jakarta: National Early Childhood Development Forum.

Kementrian Pendidikan Nasional. Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. Ditjen Pendidikan Nonformal dan Informal. (2011).Buletin PAUD. Volume 10 Tahun 2011 (Edisi April dan Agustus) Jejen Jenal Jaenudin. Menghibur Anak-anak Korban Gempa Bumi dengan Dongeng. Jakarta: Kemdiknas..

Moleong, J. Lexy. (1990). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosala Karya.

_______. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan ke-16. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Papalia, E.Diane, Old, Sally Wendkos & Feldman, Ruth Duskin. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan). Terjemahan A.K.Anwar. Edisi Kesembilan. Cetakan ke-1. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Priyono, Kusumo. (2006). Terampil Mendongeng. Jakarta: Grasindo.

Santrock, John W. (2009). Psikologi Pendidikan (Educational Psychology). Jakarta: Salemba Humanika

Lichona, Thomas. (1976).Moral Development and Behavior, Theory, Research, and Social Issues. New York: Holt, Rinehart and Winson.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Suyadi & Ulfah, Maulidya. (2013). Konsep Dasar PAUD. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.