Pengaruh Kepercayaan Diri Terhadap Public Speaking
PENGARUH KEPERCAYAAN DIRI TERHADAP PUBLIC SPEAKING SISWA KELAS IX SMP NEGERI 6 SEMARANG
Arif Sahin 1)
Tri Suyati 2)
Ismah 3)
1) Mahasiswa Universitas PGRI Semarang (UPGRIS)
2) 3) Dosen Universitas PGRI Semarang (UPGRIS)
ABSTRACT
The problem in this research is the low ability of public speaking at SMPN 6 Semarang due to the lack of self-confidence in students. The purpose of this study was to determine whether self-belief affects the public speaking of students at SMPN 6 Semarang. This research uses a descriptive method. In this study, using a quantitative approach, which means emphasizing the analysis on numerical data (numbers) processed by statistical methods. In this study, the sampling used was cluster random sampling, so the research sample was obtained in class IX-G with a total of 32 students. Based on the analysis and discussion of the data, it was concluded that self-confidence influenced the public speaking of students at SMPN 6 Semarang.
Keywords: Public Sepaking, Self Confidence
ABSTRAK
Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya kemampuan Public Speaking di SMPN 6 Semarang dikarenakan kurangnya sikap kepercayaan diri pada siswa. Tujuan penenlitian ini adalah untuk mengetahui apakah kepercyaan diri berpengaruh terhadap public speaking siswa di SMPN 6 Semarang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang artinya menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode statistika. Dalam penelitian ini sampling yang digunakan adalah cluster random sampling, maka diperoleh sampel penelitian di kelas IX-G dengan jumlah 32 siswa. Berdasarkan analisis dan pembahasan data disimpulkan bahwa kepercayaan diri mempengaruhi public speaking siswa di SMPN 6 Semarang.
Kata kunci: Public Speaking, Kepercayaan Diri
PENDAHULUAN
Masa remaja adalah masa yang ditandai dengan adanya perubahan psikologis dan fisik yang dimulai dengan adanya perubahan emosional yang mudah tersinggung, bergejolak dan mudah berubah. Perubahan-perubahan tersebut terkadang membuat mereka tidak puas dengan kondisi dirinya dan seringkali menyebabkan mereka jatuh pada keadaan atau kondisi tidak percaya diri. Menurut Amin (2010: 45) menjelaskan bahwa anak-anak pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (remaja) adalah anak-anak yang sedang mengalami pubertas, dimana pada masa itu dimulai timbulnya masa sturninand drag (guncangan batin). Dalam perkembangan hidup mereka selanjutnya diperlukanya tempat perlindungan jiwa dengan memberikan pengarahan positif. Oleh karena itu untuk mengarahkan mereka agar mereka tidak terjerumus dalam krisis batin seperti ketidak percaya diri harus dilakukan upaya untuk membangun kekuatan psikologisnya, agar mereka tumbuh dan berkembang dengan percaya diri untuk menyongsong masa depan.
Kehidupan di sekolah kadang memberi beban tersendiri bagi siswa. Sebagai siswa SMP atau bisa disebut masa remaja selain sibuk berjuang untuk menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan dalam dirinya mereka juga dituntut harus berjuang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas yang harus diembannya. Menurut Olivia dan Ariani (2010: 126) Menjelaskan anak-anak perlu dibekali dan disiapkan agar memahami dan mampu mengembangkan karakter kepercayaan diri yang diperlukan dalam menghadapi aneka tantangan hidup sehari-hari serta untuk menyiapkan diri untuk mengatasi beban sekolah yang semakin tinggi.
Perilaku negatif seperti tidak senang dikritik orang lain, kemudian sangat senang terhadap pujian atau penghargaan, senang mengkritik atau mencela orang lain, kurang senang berkompetisi, dan cenderung senang menyendiri, pemalu, dan penakut menunjukan seseorang yang tidak memiliki rasa percaya diri. Menurut Slavin (2010: 91) menjelaskan di sekolah anak-anak yang tidak percaya diri tampak dari sikap mereka yang pasif, tidak berani tampil di depan umum, tidak yakin dengan hasil pekerjaannya sendiri dan enggan melakukan sesuatu yang baru/kurang berani.
Rakhmat (dalam triningtyas, 2017: 3) juga memberi pernyataan bahwa orang yang memiliki rasa tidak percaya diri biasanya selalu menghindari setiap terjadinya komunikasi. Tentu hal itu merupakan hal negatif yang dapat menyebabkan kurangnya interaksi orang tersebut.Gunarsa (dalam triningtyas, 2017: 3) mengemukakan bahwa anak yang memiliki sifat tidak percaya diri cenderung menghalangi dirinya sendiri ketika menunjukkan bakat yang dimilikinya. Biasanya siswa tersebut diketahui karena memiliki keyakinan diri yang rendah serta terdapat rasa kurang nyaman ketika menunjukkan suatu hal tersebut. Contohnya yang sering ditemui adalah siswa akan merasa takut jika disuruh maju ke depan untuk menunjukkan sesuatu.
Pribadi yang tidak percaya dengan kemampuan dirinya maka ia akan tumbuh menjadi pribadi yang pesimis. Seperti yang dikemukakan oleh Sustina, (dalam Rohayati, 2011: 369) mengemukakan bahwa tanpa adanya rasa percaya diri yang tertanam dengan kuat di dalam jiwa anak pesimisme dan rasa rendah diri akan dapat menguasainya dengan mudah. Individu dengan kepercayaan diri yang rendah, seringkali berhadapan dengan kegagalan. Seperti sulit memiliki teman, tidak dapat menemukan kelebihan dalam diri, sulit beradaptasi di lingkungan baru,mengurangi kemampuan untuk bertindak, malas untuk mencoba dan susah untuk berbicara di depan umum.
Dampak negatif dari percaya diri yang sering muncul yaitu ketika siswa diminta untuk berbicara di depan umum atau public speaking,Public Speaking merupakan keberanian berbicara di depan umum. Syarbini, (2014:6) menjelaskan Public Speaking adalah ilmu atau seni berbicara untuk menyampaikan sesuatu hal di hadapan orang banyak dengan tujuan tertentu. Sebagai ilmu, Public Speaking berarti suatu keahlian yang harus dipelajari secara serius, sebab didalamnya terdapat teori-teori yang berfungsi sebagai panduan tatkala akan mempraktikanya. Public speaking wajib dimiliki oleh siapapun untuk menunjang atau sebagai bekal kesuksesan dalam bidang ekonomi, sosial, politik bahkan budaya dan Pendidikan.
Masalah Public Speaking masih banyak dialami oleh siswa dan berdampak negatif dalam proses pembelajaran di sekolah serta dapat menimbulkan masalah lain seperti siswa tidak aktif dalam kegiatan kegiatan sekolah, komunikasi suatu hal yang penting dalam kehidupan, karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak lepas dari satu dengan yang lainya. Maka dari itu individu yang berbicara di depan umum harus mempunyai strategi agar mudah dipahami oleh pendengar. Tetapi pada kenyataan dilapangan siswa merasa takut, cemas, gerogi, berbicara menjadi gugup, keringat dingin dan tidak percaya diri saat berbicara di depan umum. Siswa yang Public Speaking kuranag lebih minder dan menutup diri disaat kegiatan pembelajaran dan tanya jawab dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil Angket Kebutuhan Peserta Didik (AKPD di kelas VIII pada hari Senin 26 Agustus 2019, yang diberikan pada dua kelas yang berbeda yaitu kelas D dan Kelas E di SMP N 6 Semarang. Mengungkapkan bahwa Siswa cemas saat guru akan menunjuk siapa yang ingin menjawab pertanyaan atau ditanya pertanyaan oleh guru sebesar 3,36% dan cenderung diam saat diberikan pertanyaan sebesar 3,33%. Dari presentase butir angket kebutuhan Siswa tersebut maka dikatakan prioritas tergolong Tinggi. Didukung hasil wawancara dengan Guru BK di SMP N 6 Semarang pada hari Jumat 30 Agustus 2019, mengungkapkan bahwa Siswa cenderung ramai disaat dijelaskan pelajaran tetapi disaat ditanya ada pertanyaan langsung terdiam semua, hanya beberapa siswa yang berani. Siswa juga masih menggunakan bahasa campuran untuk berbicara. Masih banyak juga Siswa yang merasa takut, cemas, gerogi, berbicara menjadi gagap, keringat dingin dan tidak percaya diri disaat berbicara. Permasalahan yang didapat terkait masalah kepercayaan diri seperti kurangnya penerimaan dan pemahaman diri baik keunggulan dan kelemahan, baik fisik maupun psikis. Sehingga mengakibatkan siswa banyak yang kurang percaya diri. Siswa yang kurang percaya diri masih malu-malu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mudah terpengaruh oleh temanya.
Peneliti juga melakukan pengamatan pada saat proses pembelajaran berlangsung dan pada hari Senin 26 Agustus 2019 di kelas VIII D saat siswa melakukan presentasi, ternyata dari 5 orang penyaji hanya ditemukan 1 atau 2 orang yang percaya diri dalam bebicara di depan umum sisanya masih kesulitan dalam berbicara di depan umum. Hal ini disebabkan salah satunya karena kurangnya kepercayaan diri siswa. Kurangnya rasa percaya diri menyebabkan kecemasan tampil di depan umum. Sehingga mereka hanya memilih diam dan menyimak teman diskusinya yang sedang berbicara untuk menyampaikan materinya.
Kondisi demikian juga dikemukakan oleh peneliti sebelumnya yaitu Setianingrum, Yusmansyah dan mayasari (2013:9) menjelaskan bahwa kecemasan berbicara di depan umum yang tinggi ditemukan pada keenam siswa yang menjadi subjek penelitian. Hasil dari penelitian tersebut mengungkapkan terdapat Siswa yang masih gemetar dan terbata-bata, sering mengucapkan kata “eee” atau “hmmm”, terdiam ketika lupa kata apa yang akan disampaikan, sikap berdiri yang tidak rileks, mengusap keringat dan nafas yang tidak teratur ketika berbicara di depan umum.
Menurut Dyah Indraswari (2020:1) kepercayaan diri sangat berpengaruh dengan kemampuan Public Speaking seseorang. Hal ini dibuktikan oleh hasil penelitiannya yang Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan kepercayaan diri terhadap kemampuan public speaking mahasiswa prodi GSD, FKIP, universitas mataram. Pengujian signifikansi dengan uji t diperoleh nilai thitungsebesar 7, 292 dan ttabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 1,656. Hal ini menunjukkan thitung > ttabelsehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan kepercayaan diri terhadap kemampuan public speaking. Semakin tinggi kepercayaan diri mahasiswa maka semakin tinggi pula kemampuan mahasiswa untuk tampil di depan umum (public speaking).
Kemudian Berdasarkan pendapat Ayers (dalam komarudin, 2017: 10), mengemukakan bahwa pikiran negatif mengenai keadaan berbicara di depan umum akan menimbulkan rasa takut atau cemas, yang selanjutnya akan berdampak terhadap perilaku. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Rogers dalam (dalam komarudin, 2017: 10) mengemukakan bahwa rasa takut yang berasal dari pikiran negatif sangat memiliki pengaruh terhadap rasa takut berbicara di depan umum. Siswa yang yang berbicara di depan umum berpikir bahwa penampilan, sikap, serta perkataannya menjadi pusat perhatian banyak orang.
Kepercayaan diri siswa untuk public speaking masih sangat kurang. Dalam dunia pendidikan, kepercayaan diri dalam melakukan public speaking sangat dibutuhkan oleh siswa, khusunya dalam melakukan tugas-tugas sekolah seperti presentasi di depan kelas. Oleh sebab itu, perlu banyak berlatih untuk meningkatkan kepercayaan diri dalam berbicara di depan umum. Rakhmat (2005: 32) menjelaskan apabila orang merasa tidak percaya diri, ia akan mengalami kesulitan untuk mengkomunikasikan gagasannya pada orang lain dan menghindar.
Menurut Osborne (dalam komarudin, 2017: 10) mengemukakan bahwa kecemasan bisa timbul karena takut menghadapi banyak orang, yakni takut ditertawakan orang, takut bahwa dirinya akan menjadi tontonan orang, takut bahwa apa yang disampaikan kemungkinan tidak pantas untuk disampaikan. Ia juga takut jika dirinya akan membuat banyak orang bosan nantinya.
Maka bagi siswa yang mempunyai rasa takut yang besar dalam berbicara di depan umum, interaksi dalam berkomunikasi yang dilakukannya di depan umum tidak sepadan terhadap ketakutan yang dirasakannya.siswa yang memiliki rasa takut berlebihan akan berpengaruh terhadap psikis yang muncul bahkan saat sebelum berbicara di depan publik. Tanda-tanda yang bisa diketahui adalah; tubuh mulai memperlihatkan reaksi panik akibat tekanan harus tampil, detak jantung tak beraturan, telapak tangan mengalami keringatan, ketika berdiri kepala terasa pusing, serta kedua kaki gemetaran, dan masih banyak gejala lainnya.
Memiliki rasa kepercayaan diri guna meningkatkan public speaking penting karena public speaking dianggap dapat membantu meningkatkan karier seseorang. Orang-orang yang berhasil menduduki posisi tinggi di sebuah instansi atau perusahaan adalah orang-orang yang punya kemampuan public speaking. Seperti Basuki Tjahaja Purnama, Susi Pujiastuti, Barrack Obama, Najwa Sihab, dan lies hartono (cak Lontong), adalah orang-orang sukses dari bidang yang berbeda. Tapi mereka punya kesamaan, yaitu memiliki kemampuan public speaking.
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan diatas maka peneliti tertarik untuk mengkaji masalah dalam penelitian ini lebih mendalam, dengan mengemukakan judul: “ Pengaruh Kepercayaan Diri Terhadap Publik Speaking Siswa Kelas IX SMP N 6 Semarang”.
Pengertian Kepercayaan Diri
Sedangkan menurut Rahman dalam buku Suwarjo dan Eva Imania Eliasa (2010:74) mengemukakan bahwa kepercayaan diri sebagai keyakinan dalam diri seseorang bilamana ia mampu mencapai kesuksesan dengan berpijak pada usahanya sendiri. Percaya diri merupakan hal yang sangat penting yang seharusnya dimiliki oleh semua orang.Menurut Pradipta Sarastika (2014:77) Menjelaskan Orang yang memiliki rasa percaya diri adalah orang yang memilikipemahaman serta pengetahuan objektif tentang dirinya. Adanya rasa percaya diri seseorang akan mampu meraih segala keinginan dalam hidupnya. Perasaan yakin akan kemampuan yang dimiliki akan sangat mempengaruhiseseorang dalam mencapai tujuan hidupnya.Jadi dapat dikatakan bahwa penilaian tentang diri sendiri adalahberupa penilaian yang positif.Penilaian positif inilah yang nanti akan menimbulkan sebuah motivasi dalam diri individu untuk lebih mau menghargai dirinya.
Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan dalam jiwa manusia bahwa tantangan hidup apapun harus dihadapi dengan berbuat sesuatu.Kepercayaan diri itu lahir dari kesadaran bahwa jika memutuskan untuk melakukan sesuatu, sesuatu itu pula yang harus dilakukan. Kepercayaan diri itu akan datang dari kesadaran seorang individu bahwa individu tersebut memiliki tekad untuk melakukan apapun, sampai tujuan yang ia inginkan tercapai.
Pengertian Public Speaking
Charles Bonar Sirasit 2007 Dalam Dewi, (2013:5) Mengemukakan Public Speaking adalah seni yang menggambarkan semua ilmu dan kemampuan yang kita miliki untuk dipraktikan. Pendek kata, Public Speaking adalah ilmu aplikatif, bukan teoritik. Menurut Sirait, (2008:7) Sedangkan Sirait seorang public speaker mendefinisikan public speaking sebagai seni yang menggabungkan semua ilmu dan kemampuan yang kita miliki. Memberanikan berbicara di depan umum artinya siap menyampaikan pesan kepada orang-orang yang latar belakangnya berbeda. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Public Speaking merupakan seni dalam berbicara, dimana suatu komunikasi lisan yang efektif berlangsung secara bersinambungan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk menjelaskan serta meringkaskan berbagai kondisi, situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi. Penelitian deskriptif memecahkan masalah berdasarkancara menggambarkan obyek penelitian pada masa sekarang berdasarkan pada fakta-fakta sebagaimana adanya. Fakta-fakta tersebut kemudian dianalisis dan diinterpretasikan dalam bentuk survei dan studi perkembangan. Metode penelitian survei tepat digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data di tempat tertentu yang alamiah. Peneliti menggunakan metode deskriptif untuk melihat sebab-akibat antara variabel bebas (Kepercayaan diri) terhadap variabel terikat (Public Speaking).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kelas interval berdasarkan skor tertinggi skala kepercayaan diri maka mempunyai skor maksimal 92 (23×4) dan skor minimal 23 (23×1) sesuai dengan butir item instrumen skala psikologis kepercayaan diri yang sudah diuji validitas dan reabilitasnya.
Tabel 4.1 Persentase kepercayaan diri
No | Kelas Interval | F | Prosentase (%) | Kategori |
1 | 92-76 | 1 | 3,1% | Sangat Tinggi |
2 | 75-58 | 15 | 34,4 % | Tingi |
3 | 57-40 | 11 | 46,9% | Sedang |
4 | 39-23 | 5 | 15,6% | Rendah |
Jumlah | 32 | 100 |
Kelas interval berdasarkan skor tertinggi skala public speaking maka mempunyai skor maksimal 124 (31×4) dan skor minimal 31 (31×1) sesuai dengan butir item instrumen skala psikologis kepercayaan diri yang sudah diuji validitas dan reabilitasnya.
Tabel 4.2 Persentasi Public Speaking
No | Kelas Interval | F | Prosentase (%) | Kategori |
1 | 124-101 | 3 | 9,4 % | Sangat Tinggi |
2 | 100-77 | 12 | 37,5% | Tingi |
3 | 76-54 | 6 | 18,8 % | Sedang |
4 | 53-31 | 11 | 34,4 % | Rendah |
Jumlah | 32 | 100 |
Adapun ringkasan uji linieritas dan keberartian regresi linier yang dilakukan menggunakan alat bantu SPSS.22 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Anova
ANOVA TABLE | ||||||
Sum of Squares | Df | Mean Square | F | Sig. | ||
Between Groups | Combined | 9894.500 | 17 | 582.029 | 14.625 | .000 |
Linierity | 8985.218 | 1 | 8985.218 | 225.840 | .000 | |
Deviation Linierity | 909.282 | 16 | 56.830 | 1.428 | .254 | |
Within Group | 557.000 | 14 | 39.786 | |||
Total | 10451.500 | 31 |
Diketahui bahwa hasil uji linieritas diperoleh nilai Sig. deviation from linearity sebesar 0,254 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat dalam bentuk linier.
Tabel. 4.4 Analisis Regresi
ANOVAa | ||||||
Model | Sum of Squares | Df | Mean Square | F | Sig. | |
1 | Regression | 8985.218 | 1 | 8985.218 | 183.837 | .000b |
Residual | 1466.282 | 30 | 48.876 | |||
Total | 10451.500 | 31 |
Dari output di atas diketahui bahwa nilai F hitung 183.837 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000<0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi variabel kepercayaan diri atau dengan kata lain ada pengaruh variabel kepercayaan diri terhadap variabel motivasi belajar siswa. Untuk mengetahui besarnya Pengaruh kepercayaan diri terhadap public speaking belajar kelas IX di SMPN 6 Semarang, dapat dilihat pada perhitungan dalam model summary, khususnya angka R square,sebagaimana terlihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.5 Model Summary
Model Summary | ||||
Model | R | R Square | Adjusted R Square | Std. Error of the Estimate |
1 | .927a | .860 | .855 | 6.991 |
Besarnya angka RSquare adalah 0,855 artinya kepercayaan diri terhadap public speaking siswa IX di SMPN 6 Semarang adalah sebesar 85,5%. Hal ini berarti masih ada yang berpengaruh sebesar 14,5% persen terhadap motivasi belajar siswa IX di SMPN 6 Semarang. Hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi yang sama yakni 0,927. Untuk melihat interpretasi terhadap angka indeks korelasi Product Moment secara sederhana dapat dilihat seperti tabel interprestasi nilai r berikut:
Untuk melihat interpretasi terhadap angka indeks korelasi Product Moment secara sederhana dapat dilihat seperti tabel interprestasi nilai rberikut:
Tabel 4.6 Kategori
Interval Koefisien | Tingkat Hubungan |
0,00 – 0,199 | Sangat Rendah |
0,20 – 0,399 | Rendah |
0,40 – 0,599 | Sedang |
0,60 – 0,799 | Tinggi |
0,80 – 1,000 | Sangat Tinggi |
Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa nilai rxy = 0,927 dan angka tersebut terletak pada angka 0,80-1000 yang berarti korelasi antara variabel X dan Y itu adalah terdapat korelasi yang sangat tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan di atas diketahui bahwa nilai F hitung 183.837 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000<0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi variabel kepercayaan diri atau dengan kata lain ada pengaruh variabel kepercayaan diri terhadap variabel motivasi belajar siswa. Untuk mengetahui besarnya Pengaruh kepercayaan diriterhadap public speaking belajar kelas IX di SMPN 6 Semarang. Besarnya angka RSquare adalah 0,855 artinya kepercayaan diri terhadap public speaking siswa IX di SMPN 6 Semarang adalah sebesar 85,5%. Hal ini berarti masih ada yang berpengaruh sebesar 14,5% persen terhadap motivasi belajar siswa IX di SMPN 6 Semarang. Hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi yang sama yakni 0,927 yang berarti korelasi antara variabel X dan Y itu adalah terdapat korelasi yang sangat tinggi. Berdasarkan perhitungan diatas maka dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh kepercayaan diri terhadappublic speaking.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil perhitungan di atas diketahui bahwa nilai F hitung 183.837 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000<0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi variabel kepercayaan diri atau dengan kata lain ada pengaruh variabel kepercayaan diri terhadap variabel motivasi belajar siswa. Untuk mengetahui besarnya Pengaruh kepercayaan diri terhadap public speaking belajar kelas IX di SMPN 6 Semarang. Besarnya angka RSquare adalah 0,855 artinya kepercayaan diri terhadap public speaking siswa IX di SMPN 6 Semarang adalah sebesar 85,5%. Hal ini berarti masih ada yang berpengaruh sebesar 14,5% persen terhadap motivasi belajar siswa IX di SMPN 6 Semarang. Hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi yang sama yakni 0,927 yang berarti korelasi antara variabel X dan Y itu adalah terdapat korelasi yang sangat tinggi. Berdasarkan perhitungan diatas maka dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh kepercayaan diri terhadap public speaking.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran kepada pihak yang terkait antara lain sebagai berikut:
Saran Teoretis
Salah satu cara untuk mengurangi kecemasan berbicara di depan umum (Public Speaking) adalah dengan cara meningkatkan kepercayaan diri.
Saran Praktis
Bagi siswa: Percayalah pada kemampuan diri sendiri, dan jangalah takut saat menyampaikan pendapat di depan umum. Karena belum tentu semua siswa berani dalam melakukan hal tersebut, dan siswa di harap untuk lebih bisa melatih sikap kepercayaan diri mereka karena itu merupakan salah satu kunci kesuksesan. Bagi guru: Hendaknya guru selalu memperhatikan dan melatih sikap kepercayaan diri siswa, yang siswa tersebut masih sangat kurang atau bisa dikatakan belum memiliki sikap kepercayaan diri, dan hal tersebut dapat di terapkan dalam bentuk tugas presentasi, UTS, maupun UAS. Bagi peneliti lain diharapkan penelitian ini bisa dijadikan sebagai salah satu referensi atau dapat meenjadi gambaran untuk memulai dan mengembangkan penelitian yang baru tentang masalah yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. (2010). Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: Amzah
Mulyana, Deddy. (2010). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Olivia, Femi dan Lita Ariani . (2009). Belajar membaca yang menyenangkan untuk anak usia dini. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Pradipta, Sarastika. (2014). Buku Pintar Tampil Percaya Diri. Yogyakarta: Araska.
Pramuningtias, Woro Andani. (2007). Perbedaan Tingkat Kepercayaan Diri Pada Remaja Putri Dilihat Dari Pemakaian Kosmetik Wajah. Yogyakarta.
Rakhmat, Jalaluddin.(2005). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Slavin, R. E. (2010). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik.Bandung: Nusa Media.
Suwarjo dan Eva Imania Eliasa. (2010). 55 Permainan (Games) dalam Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Paramitra Publishing.
Utami, Dewi Fitriana. (2013). Public Speaking Kunci Sukses Bicara di Depan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sinta Huri, Zulfriadi. (2017). Menumbuhkan Kepercayaan Diri Siswa. Jurnal Riset Tindakan Indonesia, Volume 2, Nomor2, 2017. Hlm 4.
Triningtyas, Diana Ariswanti. (2017). Studi Kasus Tentang Rasa Percaya Diri, Faktor Penyebabnya dan Upaya Memperbaiki Dengan Menggunakan Konseling Individual. hlm, 2-3
Komarudin. (2017). Efektivitas Pelatihan Kognitif-Perilaku Untuk Menurunkan Kecemasan Berbicara di Depan Umum Pada Siswa Kelas XI. Journal ofHealth Studies, Vo. 1, No.1, Maret 2017 hlm 2-3.