PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA TERHADAP PERCAYA DIRI

PESERTA DIDIK KELAS XI MIPA SMA NEGERI 1 GUBUG

 

Aulia Muthia Khansa

Tri Suyati

Ismah

Universitas PGRI Semarang

 

ABSTRACT

The background of this research is the students’ lack of confidence in the school environment. One of the causes of lack of self-confidence is because students are not sure of their strengths which impact independence, optimism, doubt, and self-respect. This study aims to explain the level of influence of Group Guidance Services with Sociodrama Techniques on the Confidence of Class X Students of SMA Negeri 1 Gubug. This study used a descriptive method with a true experimental approach using a pretest-posstest control group design. The sample used in this study was 36 students, namely students who have a lack of self-confidence by using a questionnaire technique through a Likert scale measurement in the form of a checklist on the research instrument. The results showed that the level of influence of group guidance services with sociodrama techniques on the confidence of class XI MIPA SMA Negeri 1 Gubug which showed a positive and significant effect through statistical data analysis by obtaining data from hypothesis testing with the acquisition of t value> t table (4,217> 1,734) which shows that group guidance services with sociodrama techniques have a positive influence on students’ self-confidence. This means that the better the group guidance service with sociodrama techniques, the more self-confidence students will be.

Keywords: Group Guidance, Sociodrama, Student Confidence.

ABSTRAK

Latar belakang penelitian ini adalah Kurangnya percaya diri siswa dalam lingkungan sekolah. Salah satu penyebab kurang percaya diri adalah karena siswa tidak yakin akan kelebihan yang diilikinya yang berimbas pada kemandirian, optimisme, ketidak raguan, dan menghargai diri sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tingkat pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Sosiodrama Terhadap Percaya Diri Siswa Kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Gubug. Penelitian ini menggunakan metode desktiptif dengan pendekatan true eksperimen dengan menggunakan desain Pretest-Posstest Control Group Design. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 36 siswa yaitu para siswa yang memiliki kurangnya rasa percaya diri dengan menggunakan teknik angket melalui pengukuran skala likert dalam bentuk checklist pada intrumen penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama terhadap percaya diri siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Gubug yang menunjukan adanya pengaruh positof dan signifikan melalui analisis data statistik dengan perolehan data hasil uji hipotesis dengan perolehan nilai t hitung > t tabel (4,217 > 1,734) yang menunjukan layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama memiliki pengaruh yang positif dengan rasa percaya diri siswa. Artinya semakin baik layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama, maka semakin meningkat pula rasa percaya diri siswa.

Kata Kunci: Bimbingan Kelompok, Sosiodrama, Percaya Diri Siswa.

 

 

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah kegiatan yang dijalankan dengan teratur dengan maksud mengubah perilaku yang diinginkan pada individu. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk mencerdasakan masyarakat dan merupakan usaha untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, perserta didik belajar percaya diri dilingkungan sekolah dan percaya diri saat melakukan suatu hal disekolah. Dalam sebuah pendidikan tidak semua siswa memilik percaya diri yang cukup. Perasaan malu, minder membuat individu tidak yakin dengan kemampuan yang dimilikinya, sehingga siswa cenderung menjadi pribadi yang pendiam, menutup diri dari lingkungannya.

Percaya diri merupakan suatu sikap atau perasaan yakin terhadap diri sendiri, dengan percaya diri individu tidak merasa cemas saat melakukan sesuatu dalam setiap tindakan. Kepercayaan diri berawal dari diri sendiri dan orang lain, karena percaya diri muncul karena adanya dukungan dari orang lain untuk mengubah tidak percaya diri menjadi percaya diri. Dengan adanya percaya diri seseorang menjadi lebih yakin dalam menghadapi sesuatu.

Menurut (Lestari 2018:34) makna dari percaya diri adalah keyakinan akan kemampuan diri sendiri terhadap lingkungan diri maupun situasi yang akan dihadapi. Memiliki sifat percaya diri sangat penting. Dengan percaya diri, peserta didik akan mampu mengambil tindakan yang sesuai dan tepat terhadap suatu masalah yang dihadapi.

Percaya diri merupakan sikap yang berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki. Dengan adanya rasa percaya diri, maka seseorang akan mudah bergaul, serta mampu menghadapi orang dari berbagai kalangan, pesera didik tidak malu maupun canggung saat berhadapan dengan orang lain, berani menampakan dirinya secara apa adanya, tanpa menonjol-nonjolkan kelebihan serta menutup-nutupi kekurangannya. Orang percaya diri telah benar-benar memahami dan mempercayai kondisi dirinya, sehingga telah bisa menerima keadaan dirinya apa adanya.

Permasalahan percaya diri terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi menurut Alam Bachtiar (2019: 58) ada faktor internal meliputi konsep diri, harga diri, kondisi fisik, pengalaman hidup dan faktor eksternal meliputi pendidikan, pekerjaan, lingkungan.

Untuk dapat percaya diri sangat di butuhkan suatu keyakinan yang kuat dalam diri individu. Percaya diri sangat diperlukan disekolah. Apabila individu tidak percaya diri, maka individu tidak akan yakin dengan apa yang dikerjakan dan bahkan jauh dari tujuan yang akan dicapai. Percaya diri sangat penting jika individu tidak mempunyai rasa percaya diri, individu akan malu, minder, tidak berani menampakan apa yang dilakukan atau dikerjakan.

Terkait dengan percaya diri, permasalahan percaya diri adalah permasalahan yang masih sering muncul terutama pada siswa. Dikutip dari laman Jawa Pos Radar Kudus pada 15 Maret 2019 oleh Sarjiyanti menyatakan bahwa masih banyak siswa yang memiliki percaya diri rendah, hal ini terbukti seperti siswa ditanya siapa yang belum jelas tidak ada yang mengacungkan jari. Semua terdiam dan tertunduk, siswa disuruh maju kedepan kelas tidak mau. Alhasil percaya diri siswa akan menghilang dengan berjalannya waktu. Berdasarkan kondisi tersebut untuk mengatasi kurangnya percaya diri harus dimulai dari diri sendiri seperti tersenyum, tatap mata lawan bicara, bangun perasaan positif dari dalam diri, tampilkan dengan serapi mungkin, berdoa dan tenangkan diri sejenak serta bicara perlahan dan teratur. Hal tersebut membantu siswa dalam meningkatkan rasa percaya dirinya. Rasa percaya diri menentukan bagaimana seseorang akan menilai dan menghargai dirinya.

Kurangnya percaya diri pada siswa SMA N 1 Gubug ditunjukan dari tanggung jawab siswa disekolah. Dengan hasil dilapangan terjadi pada siswa kelas XI di SMA N 1 Gubug. Berdasarkan hasil AKPD (Angket Kebutuhan Peserta Didik) yang sudah peneliti sebarkan pada bulan Oktober 2019 di kelas X MIPA SMA Negeri 1 Gubug dengan jumlah siswa 281 siswa yang terdiri pada 8 kelas. Setelah di analisis AKPD dari 8 kelas memperoleh hasil bahwa rata-rata peserta didik cenderung memiliki masalah pribadi yaitu sebanyak 47,83% dengan permasalahan kurangnya rasa percaya diri.

Selain itu diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru BK SMA N 1 Gubug pada bulan Oktober 2019 menunjukan bahwa masih banyak peserta didik yang belum tumbuh rasa percaya diri di lingkungan sekolah tersebut. Dari hasil wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling di sekolah tersebut ditandai dari adanya siswa yang tidak yakin akan kelebihan yang dimilikinya seperti prestasi belajar di bidang tertentu misalnya, takut dalam berpendapat karena belum pernah berbicara di depan umum, merasa malu saat mengerjakan soal di depan kelas siswa tidak percaya diri dengan jawaban yang sudah dikerjakan serta takut disoraki saat ada kesalahan mengerjakan soal, masih menunda-nunda pekerjaan sekolah terutama siswa saat mengerjakan PR karena malu bertanya pada teman untuk menyelesaikannya, saat guru memberikan pertanyaan kepada siswa tidak mau mencoba untuk menjawab dan kurang memanfaatkan waktu layanan bimbingan dan konseling di sekolah SMA N 1 Gubug.

Pada sisi lain rasa percaya diri ditandai dengan berani dengan menunjukan kelebihan kepada siswa lain. Layanan bimbingan dan konseling diharapkan dapat mengembangkan rasa percaya diri, sehingga siswa selama sekolah yang percaya dirinya kurang dapat teratasi sehingga setelah berlatih siswa memiliki kemampuan percaya diri dengan baik. Ada layanan-layanan bimbingan konseling di sekolah, salah satunya bimbingan kelompok. Menurut Gadza, 1978 dalam (Prayitno, 2008: 308) layanan bimbingan kelompok merupakan layanan bimbingan yang diberikan dalam suasana kelompok. Bimbingan kelompok disekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat.

Salah satu teknik dalam layanan bimbingan kelompok adalah teknik sosiaodrama. Dengan teknik sosiodrama menurut Romlah (2001:104) sosiodrama adalah permainan perananan yang ditunjukan untuk memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar manusia. Konflik-konflik sosial yang disosiodramakan adalah konflik-konflik yang tidak mendalam yang tidak menyangkut gangguan kepribadian.

LANDASAN TEORI

Percaya Diri

Menurut Alam Bachtiar (2019: 47), percaya diri merupakan sebuah keberanian dalam diri individu dalam menghadapi sebuah tantangan, karena memberi kesadaran bahwa belajar dari pengalaman jauh lebih penting daripada keberhasilan atau kegagalan.

Menurut Lestari (2018: 34), makna dari percaya diri adalah keyakinaan akan kemampuan diri sendiri terhadap lingkungan diri maupun situasi yang akan dihadapi. Memiliki sifat percaya diri sangat penting. Dengan percaya diri, seseorang akan mampu mengambil tindakan yang sesuai dan tepat terhadap suatu masalah yang dihadapi. Kepercayaan diri merupakan sikap yang berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa adanya rasa percaya diri, maka seseorang akan mudah bergaul, serta mampu menghadapi orang dari berbagai kalangan, tidak malu maupun canggung, berani menampakan dirinya secara apa adanya, seseorang akan mampu mengambil tindakan yang sesuai dan tepat terhadap suatu masalah yang dihadapi. Orang-orang percaya diri telah benar-benar memahami dan mempercayai kondisi dirinya, sehingga telah bisa menerima keadaan dirinya apa adanya.

Selanjutnya ciri-ciri percaya diri menurut Primastuti dan Hapsari (2014: 66) individu memiliki kepercayaan diri tinggi adalah sebagai berikut: (1) Optimis, yaitu perasaan bahwa dirinya akan mampu mewujudkan rencana-rencana dengan berhasil, menimbulkan kecenderungan untuk tidak ragu-ragu dalam betindak lebih lanjut menjadi lebih siap menghadapi atau menerima akibat-akibat yang akan terjadi dari tindakan yang akan dilakukan, (2) Mandiri, yaitu tidak tergantung dengan orang lain dalam mengerjakan sesuatu karena dapat menentukan standar dirinya sendiri dan mampu mengembangkan motivasi, (3) Tidak ragu-ragu, yaitu dengan penuh keyakinan cepat dalam mengambil keputusan, (4) Menghargai diri sendiri, yaitu pengakuan terhadap diri sendiri, meliputi menerima segala kekurangan dan kelebihan sehingga tidak memliki perasaan rendah diri.

Adapun faktor yang menyebabkan rasa percaya diri rendah, menurut Ghufron & Risnawati (2010: 37-38) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri yaitu:

Konsep diri

Terbentuknya rasa percaya diri seseorang diawali dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam pergaulannya dalam suatu kelompok. Hasil interaksi yang terjadi akan menghasilkan konsep diri.

Harga diri

Konsep diri yang poositif akan membentuk harga diri yang positif. Harga diri adalah penelitian yang dilakukan terhadap diri sendiri.

Pengalaman

Pengalaman dapat menjadi faktor munculnya rasa percaya diri. Sebaliknya pengalaman juga dapat menjadi faktor menurunnya rasa percaya diri seseorang.

Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap tingkat percaya diriseseorang. Tingkat pendidikan yang rendah akan menjadikan orang tersebut tergantung dan berbeda dibawah kekuasaan orang lain yang lebih pandai darinya. Sebaliknya orang yang mempunyai pendidikan tinggi akan memilikitingkat percaya diri yang lebih dibandingkan yang berpendidikan rendah.

 

 

Layanan Bimbingan Kelompok

Menurut Gadza, 1978 dalam (Prayitno, 2013: 309) layanan bimbingan kelompok merupakan layanan bimbingan yang diberikan dalam suasana kelompok. Bimbingan kelompok disekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat.

Selanjutnya menurut Folastri dan Rangka (2016:20) bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang diselenggarakan oleh tenangan professional bimbingan dan konseling terhadap suatu kelompok tertentu untuk mengembangkan kemampuan anggota kelompok kearah kemandirian dengan memanfaatkan dinamika kelompok.

Dari beberapa pendapat tokoh di atas dapat disimpulkan layanan bimbingan kelompok merupakan suatu upaya pemberian bantuan kepada siswa melalui kelompok dengan menggunakan dinamika kelompok untuk mendapatkan informasi yang berguna agar mampu menyusun rencana dan keputusan yang tepat serta dapat memahami dirinya, orang lain dan lingkungannya dalam menunjang terbentuknya perilaku yang efektif serta adanya perubahan sikap dalam hidupnya dan mengembangkan dirinya secara optimal.

Sedangkan menurut Tohirin (2015: 164) tujuan layanan bimbingan kelompok yaitu untuk mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif, yakni peningkatan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun non verbal pada peserta didik.

Tujuan layanan bimbingan kelompok adalah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar hal-hal yang berguna bagi pengarahan dirinya, menghilangkan ketegangan emosi, menambah pengertian mengenai dinamika kepribadian, dan mengarahkan energy yang terpakai untuk memecahkan kembali energy yang terpakai untuk memecahkan masalah-masalahnya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa hal yang paling penting dalam kegiatan bimbingan pada umumnya dan bimbingan kelompok pada khususnya adalah bahwa bimbingan merupakan proses belajar baik bagi para petugas bimbingan maupun inidvidu yang dibimbing.

Selain itu adapun pendukung utama dalam pelaksanan layanan bimbingan kelompok yaitu langkah-langkah pelaksanaan layanan. Berikut ini tahap-tahap pelaksanaan bimbingan kelompok menurut Prayitno (2017: 150): (1) Tahap pembentukan, yaitu tahapan untuk membentuk kerumunan sejumlah individu menjadi satu kelompok dalam mencapai tujuan bersama. Disini tahap pengantaran secara kental tersampaikan oleh konselor, (2) Tahap peralihan, yaitu tahapan mengalihkan kigiatan awal kelompok ke kegiatan berikutnya yang lebih terarah pada pencapaian tujuan kelompok. Tahap ini berisi tahapan penjajakan dan penafsiran, (3) Tahap kegiatan yaitu tahapan “kegiatan inti” untuk membahas topic-topik tertentu. Tahap kegiatan ini sepenuhnya berisi pembinaan terhadap seluruh peserta layanan. (4) Tahap penyimpulan, yaitu tahapan kegiatan untuk melihat kembali apa yang sudah dilakukan dan dicapai oleh kelompok. Peserta kelompok diminta melakukan refleksi berkenaan dengan kegiatan pembahasan yang baru saja mereka ikuti. Tahapan penyimpulan ini merupakan puncak dari pembinaan terhadap anggota kelompok, yang selanjutnya disambung dengan penilaian dan (4) Tahap pengakhiran, yaitu tahap akhir dari seluruh kegiatan, diawali dengan laiseg. Kelompok merencanakan kegiatan bimbingan kelompok selanjutnya, dan salam perpisahan.

Sitti Hartinah (2009: 114), menyatakan bahwa melalui bimbingan kelompok para anggota kelompok:

  1. Diberikan kesempatan yang luas untuk berpendapat dan membicarakan berbagai hal yang terjadi di sekitarnya.
  2. Memiliki pemahaman yang objektif, tepat dan cukup luas tentang berbagai hal yang kelomok bicarakan.
  3. Menimbulkan sikap yang positif terhadap keadaan diri dan lingkungan mereka yang bersangkut paut dengan hal-hal yang mereka bicarakan di dalam kelompok.
  4. Menyusun program-program kegiatan untuk mewujudkan “penolakan terhadap hal yang buruk dan sokongan terhadap hal yang baik”.
  5. Mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan nyata dan langsung membuahkan hasil sebagaimana mereka programkan semula.
  6. Melaksanakan kegiatan-kegiatan nyata dan langsung membuahkan hasil sebagaimana kelompok programkan semula.

Sosiodrama

Teknik yang mempengaruhi berjalannya layanan bimbingan kelompok dengan baik adalah teknik sosiodrama menurut Depdiknas, 2008 dalam (Donni, 2017: 245) menyatakan sosiodrama adalah model pembelajaran bermain peran untuk memecahkan berbagai masalah yang berkaitan dengan fenomena social, hubungan antar manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga otoriter, dan sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan masalah sosial serta pengembangan kemampuan peserta didik untuk memecahkannya.

Teknik sosiodrama merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mendidik. Layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama merupakan layanan dalam bimbingan dan konseling dimana dalam layanan tersebut di lakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok dan melakukan permainan peran yang dilaksanakan oleh sebagian anggota kelompok, ditunjukan untuk memecahkan masalah-masalah social yang terdapat didalam masyarakat atau lingkungan.

Menurut Djamarah (2010:88) tujuan penggunaan teknik sosiodrama antara lain adalah:

  1. Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain.
  2. Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab.
  3. Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan.
  4. Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah.

Tujuan dari dari penggunaan teknik sosiodrama adalah peserta didik dapat belajar mengembangkan ketrampilannya, berlatih menjadi actor, peserta didik dapat mengembangkan prosedur kognitifnya untuk dapat membantu individu didalam perkembangnya, belajar agar dapat menghormati, meningkatkan kemampuan bergaul yang sehat, dan mengambil keputusan secara spontan sehingga melatih kepercayaan diri individu.

Langkah-langkah penggunaan sosiodrama menurut Djamarah (2010:89)

  1. Tetapkan dahulu masalah-masalah social yang menarik perhatian siswa untuk dibahas.
  2. Ceritakan kepada kelas (siswa) mengenai isi dari masalah-masalah dalam konteks cerita tersebut.
  3. Tetapkan siswa yang dapat atau yang bersedia untuk memainkan perannya didepan kelas.
  4. Jelaskan kepada pendengar mengenai peranan mereka pada waktu sosiodrama sedang berlangsung.
  5. Beri kesempatan kepada para pelaku untuk berunding beberapa menit sebelum mereka memainkan perannya.
  6. Akhiri sosiodrama pada waktu situasi pembicaraan mencapai ketegangan.
  7. Akhiri sosiodrama dengan diskusi kelas untuk bersama-sama memecahkan masalah persoalan yang ada pada sosiodrama tersebut.
  8. Jangan lupa menilai hasil sosiodrama tersebut sebagai bahan pertimbangan lebih lanjut.

Adapun kelebihan sosiodrama menurut Djammarah (2010: 89), sebagai berikut:

  1. Peserta didik melatih dirinya untuk melatih, memahami dan mengingat isi bahan yang akan didramakan. Sebagai pemain harus memahami, menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan peserta didik harus tajam dan tahan lama.
  2. Peserta didik akan terlatih untuk berinisiatf dan berkreatif. Pada waktu main drama para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia.
  3. Bakat yang terdapat pada peserta didik dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah. Jika seni mereka dibina dengan baik kemungkinan besar mereka akan menjadi pemain yang baik kelak.
  4. Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya.
  5. peserta didik memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya.
  6. Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain.

Adapun kelemahan metode sosiodrama menurut Djammarah (2010: 89), sebagai berikut:

  1. Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi kurang kreatif.
  2. Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka pemahaman isi bahan pelajaran maupun pelaksanaan pertunjukan.
  3. Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit menjadi kurang bebas.
  4. Sering kelas lain terganggu oleh suara pemain dan para penonton yang kadang-kadang bertepuk tangan, dan sebagainya.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang dilakukan didalam sekolah yang sebenarnya untuk menentukan realitas apa yang terjadi masalah tertentu. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan true eksperimental. Sugiyono (2016:75) menyatakan true eksperimental (eksperimen yang betul-betul) karena dalam desain ini dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan penelitian) dapat menjadi tinggi. Ciri utama dari true eksperimental adalah bahwa sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random dari populasi tertentu. Hubungan antara satu variabel dengan variabel-variabel lain.

Data yang diperoleh akan digunakan untuk menggambarkan karakteristik dari populasi berdasarkan variabel yang sudah ditentukan dengan jumlah sampel yang peneliti gunakan sebanyak 36 siswa yaitu siswa SMA N 1 Gubug yang memiliki rasa percaya diri yang kurang. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode statistic deskriptif.

HASIL PENELITIAN

Penelitian yang dilaksanakan di SMA N 1 Gubug tahun ajaran 2019/2020. Pendeskripsian data dilakukan peneliti bertujuan untuk mempermudah dalam pemahaman terhadap variabel penelitian. Variabel bebas atau bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama dilambangkan huruf X dan variabel terikat atau mengembangkan rasa percaya diri dilambangkan dengan huruf Y. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian true eksperimental dengan desain pre-test-post-test control group design, tujuan penelitian ini untuk mengetahui adakah pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama terhadap rasa percaya diri siswa pada kelompok eksperimen diberikan treatment dan kelompok kontrol tidak diberikan treatment.

Pre-test dilaksanakan dengan menyebarkan skala percaya diri untuk mengetahui tingkat awal rasa percaya diri siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pre-test disebarkab dikelas XI MIPA 4 yang sudah dipilih secara acak atau random untuk dijadikan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Penentuan sampel dalam penelitian ini dipilih secara acak dengan teknik cluster random sampling. Berdasarkan hasil pengacakan didapat 20 siswa yang kemudian dibagi kedalam dua kelompok yaitu 10 siswa sebagai kelompok eksperimen dan 10 siswa kelompok kontrol. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian treatment kepada kelompok eksperimen melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama selama 5 (lima) kali. Pelaksanaan pre-test dilakukan secara online dengan menggunakan media Google Form, siswa bisa mengisi link dirumah masing-masing dengan mudah.

Selanjutnya setelah diberikan treatment, kemudian diberikan posttest dengan menyebarkan skala percaya diri pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol untuk meilhat adakah pengaruh treatment yang diberikan dan mendapatkan hasil apakah sesuai dengan hipotesos yang ada atau tidak. Deskripsi data percaya diri siswa setalah dilakukan try out untuk menentukan kelas interval.

Berdasarkan kelas interval skor tersebut dengan panjang kelas interval 23 dapat disusun menjadi empat kategori distribusi bergolong yaitu: kelas interval 30-52 termasuk kategori sangat rendah, kelas interval 53-75 termasuk kategori rendah, kelas interval 76-98 termasuk kategori tinggi dan kelas interval 99-120 termasuk kategori sangat tinggi.

Berdasarkan hasil posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat diketahui bahwa terdapat nilai tertinggi, nilai terendah, dan nilai rata-rata nilai posttest.

Secara jelas, ternyata memang adanya perbedaan diantara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.

Pada akhirnya hasil data setelah layanan bimbingan kelompok diberikan sebuah treatment memang memberikan sebuah peningkatan. Ini artinya bahwa layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama dapat memberikan pengaruh yang positif untuk meningkatkan pemahaman atau gambaran terkait percaya diri. Dapat disimpulkan bahwa perolehan hasil posttest lebih tinggi dibandingkan hasil pretest.

UJI PERSYARATAN DATA

UJI NORMALITAS

Uji normalitas menguji kenormalan distribusi sampel, digunakan uji liliefors dengan kriteria jika Lo ≤ Ltabel maka Ho diterima, artinya sampel berasal dari data yang berdistribusi normal dan jika Lo ≥ Ltabel maka Ho ditolak, artinya sampel berasal dari data yang berdistribusi tidak normal.

Uji Normalitas Akhir

Kelompok Lo Ltabel Kesimpulan
Eksperimen 0,201 0,258 Normal
Kontrol 0,205 0,258 Normal

 

Berdasarkan tabel uji normalitas awal diatas, diketahui bahwa L0 ≤ Ltabel yaitu 0,201<0,258 pada kelompok eksperimen dan 0,205<0,258 pada kelompok kontrol, maka sampel dinyatakan berdistribusi normal. Data dihitung dengan microsoft office excel dan menggunakan liliefors.

UJI HOMOGENITAS

Untuk menguji homogenitas pada sampel yang digunakan uji F dengan kriteria jika Fhitung ≤ Ftabel maka Ho diterima, artinya sampel berasal dari populasi yang homogen dan jika Fhitung ≥ Ftabel maka artinya Ho ditolak, artinya sampel berasal dari populasi yang tidak homogen.Uji Homogenitas Akhir

Kelompok Fhitung Ftabel Kesimpulan
Eksperimen 1,89 3.18 Homogen
Kontrol

 

Berdasarkan tabel homogenitas akhir diatas, diketahui bahwa Fhitung ≤ Ftabel yaitu 1,89 < 3,18, maka Ho diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang homogen. Dan jika Fhitung ≥ Ftabel maka Ho ditolak, atau sampel tidak homogen.

 

 

UJI HIPOTESIS

Uji-t

Adapun uji hipotesis pada penelitian ini adalah layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama berpengaruh terhadap rasa percaya diri siswa kelas XI MIPA SMA N 1 Gubug. Dalam rangka menguji hipotesis tersebut digunakan analisis t test.

Dengan dbN (20)-2 = 18 dengan taraf signifikan 5% untuk ttabel (18 = 1,734) = 4,217 maka thitung>ttabel 4,217>1,734. Berdasarkan hasil perhitungan analisis t test yang diperoleh thitung sebesar 4,217 sementara ttabel dengan taraf siginifikan 5% sebesar 1,734, karena thitung>ttabel, 4,217>1,734 maka dapat disimpulkan bahwa “Ada pengaruh antara layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama terhadap rasa percaya diri siswa kelas XI MIPA SMA N 1 Gubug.”

Jadi layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama dapat berpegaruh terhadap rasa percaya diri siswa kelas XI MIPA SMA N 1 Gubug. Dengan demikian maka hipotesis kerja (Ha) ada pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama terhadap pengembangan rasa percaya diri siswa kelas XI MIPA SMA N 1 Gubug.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menggunakan t-test dapat diketahui hasil thitung (4,217) > ttabel (1,734) pada taraf siginifikan 5% (N=20)-2 = 18 yang berarti thitung>ttabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama dapat mempengaruhi rasa percaya diri siswa kelas XI MIPA SMA N 1 Gubug.

Fakta diatas membuktikan bahwa layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama berpengaruh terhadap peningkatan rasa percaya diri siswa. Berdasarkan analisis data menunjukan bahwa ada peningkatan yang sigifikan sikap percaya diri siswa sebelum dan sesudah mendapatkan layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama. Dari apa yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama berpengaruh dalam pengembangan rasa percaya diri siswa kelas XI MIPA SMA N 1 Gubug.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama terhadap rasa percaya diri siswa kelas XI MIPA SMA N 1 Gubug. Hal ini dapat dibuktikan dengan perhitungan uji t diperoleh hasil thitung sebesar 4,217. Sedangkan ttabel diperoleh dari db (n1+n2)-2 = (10+10)-2 = 18 dengan taraf signifikan 5% (0,05) sebesar 1,734. Berarti thitung (4,217) > ttabel (1,734), maka Ha diterima dan Ho ditolak. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama terhadap rasa percaya diri siswa kelas XI MIPA SMA N 1 Gubug.

Berdasarkan penjelasan diatas maka Ha berbunyi “Ada Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Sosiodrama terhadap Percaya Diri Siswa Kelas XI MIPA SMA N 1 Gubug.”

 

DAFTAR RUJUKAN

Alam Bachtiar. (2019). Tampil Beda dan Percaya Diri Itu Ada Seninya. Yogyakarta: Araska

Djammarah. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Donni Junni. (2017). Pengembangan Strategi dan Model Pembelajaran. Bandung: Pustaka Setia

Folastri dan Rangka. (2016). Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Panduan Praktis dan Menyeluruh). Bandung: Mujahid Press

Ghufron, Nur dan Risnawati, Rini. 2010. Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Arruz Media

Lestari Ning, P. (2018). Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Jakarta: Erlangga

Prayitno dan Erman. (2008). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta

Prayitno. (2017). Konseling Profesional Yang Berhasil (Layanan Kegiatan dan Pendukung). Jakarta: Rajawali Pers

Primastuti dan Hapsari. (2014). Kepercayaan Diri Mahasiswi Papua Ditinjau Dari Dukungan Teman Sebaya. Jurnal Psikodimensia, 13(1), 60-72

Romlah. (2001). Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang

Sitti Hartinah. (2009). Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: PT Refika Aditama

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta