Pengaruh Media Belajar yang Dimodifikasi Terhadap Minat Siswa Dalam Pembelajaran
PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA BELAJAR YANG DIMODIFIKASI TERHADAP MINAT SISWA DALAM PEMBELAJARAN
LOMPAT TINGGI SISWA KELAS VI SD NEGERI TENGARAN
PADA SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Sarsono
SD Negeri Tengaran
ABSTRAK
Berdasarkan observasi terdapat permasalahan dalam pembelajaran Penjasorkes cabang olahraga atletik lompat tinggi kelas VI SD Negeri Tengaran, yaitu tentang pembelajaran lompat tinggi belum maksimal. Hal ini karena penggunaan model dan media belajar yang kurang efektif dan kurang maksimal. Berdasarkan hasil nilai penjasorkes, hanya 11 dari 35 siswa yang minat dan tertarik mengikuti pembelajaran penjasorkes cabang atletik lompat tinggi (31%). Maka perlu adanya perbaikan pembelajaran. Masalah yang diteliti antara lain, Bagaimana penggunaan media belajar yang dimodifikasi dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran lompat tingi kelas VI SD Negeri Tengaran? dan Apakah penggunaan media belajar yang dimodifikasi efektif meningkatkan minat siswa kelas VI SD Negeri Tengaran dalam pembelajaran lompat tinggi?. Adapun tujuan penelitian ini adalah pengggunaan media belajar yang dimodifikasi dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran lompat tinggi siswa kelas VI SD Negeri Tengaran dan penggunaan media belajar yang dimodifikasi efektif meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran penjasorkes lompat tinggi kelas VI SD Negeri Tengaran. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VI SD Negeri Tengaran. Hasil penelitian menunjukkan melalui penggunaan media belajar yang dimodifikasi dapat meningkatkan minat dan ketertarikan siswa dalam pembelajaran lompat tinggi. Terbukti dengan peningkatan minat siswa pada siklus I sebanyak 19 dari 35 siswa minat dalam pembelajaran lompat tinggi dan pada siklus II sebanyak 27 siswa minat dan tertarik dalam pembelajaran penjasorkes cabang atletik lompat tinggi sedangkan 8 siswa tidak berminat dalam pembelajaran lompat tinggi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah dengan penggunaan media belajar dalam pembelajaran lompat tinggi dapat meningkatkan minat dan ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran penjasorkes lompat tinggi kelas VI SD Negeri Tengaran. Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar dalam meningkatkan ketertarikan dan minat siswa dalam pembelajaran lompat tinggi, hendaknya diterapkan penggunaan media pembelajarn yang efektif dan menyenangkan sehingga menumbuhkan semangat belajar siswa.
Kata kunci : Media belajar , Minat Belajar, Lompat Tinggi.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) adalah kelompok mata pelajaran yang diajarkan dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan menengah atau kejuruan melalui aktivitas fisik. Penjasorkes diharapkan dapat mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.
Penyelenggaraan Penjasorkes di Sekolah Dasar selama ini berorientasi pada pengajaran cabang-cabang olahraga yang sifatnya mengarah pada penguasaan teknik. Pada hakekatnya inti Penjasorkes adalah gerak. Dalam pengertian ini ada dua hal yang harus dipahami yaitu menjadikan gerak sebagai alat pendidikan dan menjadikan gerak seba alat pembinaan dan pengembangan potensi peserta didik, oleh karena itu Penjasorkes dituntut untuk membangkitkan gairah dan motivasi anak dalam bergerak. Bergerak bukan hanya merupakan kebutuhan peserta didik Sekolah Dasar akan tetapi juga membentuk, membina dan mengembangkan peserta didik.
Proses pembelajaran Penjasorkes selama ini masih terbatas sekali jenisnya yang diajarkan kepada peserta didik, terlebih lagi dengan minimnya bentuk-bentuk permainan yang diberikan kepada peserta didik pada janjang sekolah dasar, padahal dengan memberikan banyak pilihan materi untuk melakukan aktivitas permainan yang diberikan kepada peserta didik yang dilakukan secara tidak berulang-ulang akan menambah kuota peserta didik untuk melakukan aktivitas gerak dalam pengembangan geraknya sehingga secara tidak langsung melalui bentuk-bentuk permainan juga akan mengurangi derajat rasa kebosanan dari peserta didik terhadap mata pelajaran Penjasorkes yang selama ini masih tergolong minim dalam bentuk permainan.
Oleh karena itu dalam meningkatkan minat dan ketertarikan pada cabang olah raga lompat tinggi, peneliti mengadakan penelitian dengan memodifikasi media pembelajaran. Tentu saja agar anak–anak di kelas VI SD Negeri Tengaran bisa termotivasi sehingga akan menjadi gairah dalam mengikuti pelajaran olah raga khusus atletik lompat tinggi.
Ketidakminatan dalam pembelajaran atletik lompat tinggi terbukti dengan jumlah siswa 35 anak, yang berani melompat dalam pembelajaran lompat tinggi hanya 11 anak, sedangkan yang 24 anak tidak berani melompat. Dengan ini bisa dibuktikan bahwa sebagian besar anak SD Negeri Tengaran kurang berminat dengan pembelajaran atletik lompat tinggi .
Penerapan yang dilakukan untuk meningkatkan aspek gerak peserta didik dapat dilakukan dengan jalan menambah suatu pola permainan pada salah satu cabang olahraga, hal ini dilakukan dengan harapan peserta didik dapat meningkatkan keterampilan potensi gerak yang ada pada dirinya yang mengarah pada cabang olahraga tersebut. Melalui cabang olahraga atletik materi lompat tinggi yang selama ini diberikan kepada peserta didik, diharapkan akan menjadi alat bantu dalam proses pembelajaran Penjasorkes untuk meningkatkan ranah kognitif, afektif maupun psikomotor peserta didik dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di Sekolah Dasar, hal ini disebabkan cabang olahraga atletik materi lompat tinggi memiliki karakteristik mudah dilakukan, akan tetapi pada kenyataannya guru jarang menggunakan cabang olahraga bentuk individual untuk dijadikan sebagai wahana memperkaya aktivitas gerak dalam meningkatkan keterampilan gerak dan kebugaran jasmani peserta didik Sekolah Dasar dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.
Cabang olahraga atletik lompat tinggi merupakan salah satu materi cabang olahraga atletik yang diterapkan dalam proses pembelajaran Penjasorkes, akan tetapi dalam bentuk permainannya akan disajikan dalam bentuk modifikasi yang dapat dimainkan oleh peserta didik Sekolah Dasar dengan memperhatikan faktor keterampilan dan upaya untuk meningkatan derajat kebugaran yang sifatnya meminimalkan hal yang sedemikian rupa baik dalam sarana prasarana maupun tahapan-tahapan dalam pelaksanaannya dengan memperhatikan faktor keamanan bagi peserta didik. Dalam pelaksanaan modifikasinya setidaknya disamakan dengan tingkat pertumbuhan peserta didik Sekolah Dasar serta tidak lepas juga untuk memperhatikan faktor keamanan dan keselamatan yang membahayakan bagi peserta didik, setidaknya juga mengacu pada muatan tujuan pendidikan yang diantaranya mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olah raga.
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka perlu adanya kajian ulang untuk mengembangkan cabang olahraga atletik lompat tinggi di Sekolah Dasar. Kajian bentuk cabang olahraga atletik lompat tinggi ini nantinya akan disajikan dengan meminimalkan tata cara pelaksanaan yang sedemikian rupa dan disesuaikan dengan karakteristik tingkat pertumbuhan peserta didik Sekolah Dasar yang tidak lepas juga dari faktor keamanan dan keselamatan peserta didik, sehingga dengan harapan peserta didik akan merasa tertarik dan merasa aman, senang untuk melakukan aktivitas permainan.
Dalam pelaksanaan cabang olahraga atletik lompat tinggi ini nantinya akan disajikan dalam bentuk permainan yang menekankan pada aspek kerjasama, nilai-nilai kognitif, afektif dan psikomotor, menekankan pada keterampilan peserta didik serta ditujukan untuk mengarahkan peserta didik kepada rasa senang sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana penggunaan media belajar yang dimodifikasi dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran lompat tingi kelas VI SD Negeri Tengaran?
2. Apakah penggunaan media belajar yang dimodifikasi efektif meningkatkan minat siswa kelas VI SD Negeri Tengaran dalam pembelajaran lompat tinggi?
Tujuan Penelitian
Dalam penelitian pengembangan ini berusaha untuk menghasilkan model permainan cabang olahraga atletik lompat tinggi yang dapat digunakan sebagai alat bantu bagi guru dalam proses pembelajaran peserta didik di Sekolah Dasar dalam pembelajaran Penjasorkes melalui beberapa langkah, yaitu :
1. Pengggunaan media belajar yang dimodifikasi dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran lompat tinggi siswa kelas VI SD Negeri Tengaran.
2. Penggunaan media belajar yang dimodifikasi efektif meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran lompat tinggi kelas VI SD Negeri Tengaran.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diarapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Siswa
a. Siswa merasa tertarik, menumbuhkan semangat dan menghilangkan kejenuhan, merasa termotivasi dan mengurangi rasa takut untuk melompat.
b. Meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran lompat tinggi.
2. Bagi Guru
a. Menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan tingkat pertumbuhan peserta didik di SD Negeri Tengaran
b. Mendorong para guru agar dapat mengadakan modifikasi pembelajaran dengan menerapkan dan melakukan inovasi pembelajaran sehingga dapat tercipta suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
3. Bagi Sekolah
a. Dapat menumbuhkan kerja sama antar guru yang berdampak positif pada kualitas pembelajaran di sekolah serta dapat memberikan kontribusi yang lebih baik dalam perbaikan pembelajaran, sehingga mutu sekolah dapat meningkat.
LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Pengertian Penjasorkes
Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003, bab I pasal 1 berbunyi pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendidikan sebagai proses pembinaan yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan penting, yaitu memberikan kesempatan pada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman melalui aktivitas jasmani, olahraga, dan kesehatan yang terpilih dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat. (Depdiknas 2008:194).
Penjasorkes merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, ketrampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas nasional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional (Depdiknas, 2008:194)
Lompat Tinggi
Lompat tinggi adalah salah satu nomor lompat dalam cabang olahraga atletik, dalam lompat tinggi seorang pelompat akan berusaha melompat keatas dengan bertumpu pada satu kaki dengan sekuat-kuatnya, agar ia dapat melayang ke atas melewati mistar dan mendarat di bak lompat atau matras (yusuf adisasmita, 1992:79). Sebagai salah satu dari nomor lompat, lompat tinggi sama seperti lompat jauh yang terdii dari unsur-unsur: lari awalan, menumpu, melayang (sikap badan di atas mistar), dan mendarat, tetapi dalam pelaksanaannya secara teknis berbeda. Misalnya, dalam lompat jauh awalannya dibutuhkan 30 meter sampai 40 meter, sedangkan dalam lompat tinggi cukup dengan 10-15 meter sehingga hal ini akan mempengaruhi kecepatannya juga.
Dalam melakukan lompat tinggi diperlukan teknik lompatan yang paling ekonomis dan efisien. Teknik lompatan ini sering disebut dengan gaya lompatan. dalam lompat tinggi ini dikenal dengan beberapa gaya yang diantaranya: lompat gaya langsung, gaya gunting, lompat gaya eastern, cut off, lompat gaya stradlle, lompat gaya western role, dan lompat gaya flop. Diantara gaya-gaya tersebut yang paling terkenal adalah lompat gaya stradlle dan gaya gunting. Gaya lompat tinggi yang paling mutakhir dikenal adalah gaya straddle.
KERANGKA BERFIKIR
Siswa kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran lompat tinggi sehingga siswa tidak aktif saat kegiatan pembelajaran berlangsung dan siswa kurang tertarik serta takut dalam kegiatan lompat tinggi. Melalui penelitian tindakan dengan menerapkan optimalisasi penggunaan media belajar dalam pembelajaran Penjasorkes lompat tinggi dengan langkah-langkah sebagai berikut: Siswa dibuat menjadi perkelompok, setiap kelompok terdiri dari 3 orang siswa. Dari ketinggian lutut siswa melompat dan dilakukan berkali-kali. Kemudian dari ketinggian perut dilakukan dengan gerakan yang sama. Selanjutnya ketinggian dada siswa melompat dan diulangi beberapa kali. Dengan menggunakan alat yang sudah dimodifikasi dan menggunakan gaya straddle dan gaya gunting dengan benar. Setelah diberikan alat yang dimodifikasi dan menggunakan gaya straddle dan gaya gunting yang benar akhirnya anak termotivasi dan sangat berminat dalam melakukan gerakan lompat tinggi.
HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan hal tersebut, dapat disusun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan penggunaan media belajar yang dimodifikasi dapat meningkatkan minat siswa dan efektif dalam pembelajaran lompat tinggi SD Negeri Tengaran.
METODE PENELITIAN
Penelitian direncanakan pada hari Kamis, tanggal 8, 15, dan 22 Januari 2015 untuk siklus 1, siklus 2 pada hari Kamis, tanggal 5, 12, dan 26 Februari 2015 .
Penelitian dilakukan di kelas VI Sekolah Dasar Negeri Tengaran 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, yang merupakan objek Penelitian.
Sesuai dengan dengan karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) antara lain bahwa penelitian dilakukan atau dalam upaya menyelesaikan masalah pembelajaran yang dirasakan oleh guru dan siswa atau permasalahan yang aktual yang dirasakan oleh guru dan siswa . Berdasarkan dari uraian yang dipaparkan pada latar belakang alasan mengapa penelitian dilakukan di kelas VI, karena minat siswa kurang dalam pembelajaran penjasorkes lompat tinggi pada siswa kelas VI SD Negeri Tengaran.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang sebanyak 35 orang yang terdiri dari 19 perempuan dan 16 laki-laki.
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENULISAN
Deskripsi Kondisi Awal
Hanya 31 % siswa kelas VI SD Negeri Tengaran yang minat dalam pembelajaran atletik lompat tinggi, dan sebanyak 69% siswa tidak minat dalam pembelajaran penjasorkes lompat tinggi. Oleh karena itu peneliti berusaha membuat penelitian menggunakan media yang dimodifikasi dengan permainan
Deskripsi Siklus 1
Penelitian siklus I dilaksanakan 3 kali pertemuan, yaitu pada hari Kamis, tanggal 8,15, dan 22 Januari 2015 dengan alokasi waktu 2×35 menit. Pembelajaran yang dilakukan pada siklus I yaitu pembelajaran sesuai dengan langkah pembelajaran lompat tinggi menggunakan media tali yang telah di modifikasi. Kemudian membagi anak perkelompok dengan jumlah 3 orang siswa Siswa dibuat menjadi perkelompok, setiap kelompok terdiri dari 3 orang siswa. Dua orang siswa memegang tali dan saling berhadapan, sedangkan satu orang siswa berada ditengah antara dua teman tersebut untuk melakukan lompatan. Dua orang yang memegang tali tersebut memutar-mutarkan tali dengan arah putar 360o melewati atas kepala yang melakukan lompatan.
Dari data di atas, terdapat (56%) yaitu 16 dari 35 siswa kelas VI SD Negeri Tengaran tidak minat dalam pembelajaran atletik lompat tinggi dengan bermain tali dan sudah ada 19 siswa yang minat dan tertarik dalam mengikuti pembelajaran lompat tinggi dengan bermain tali. Pada pembelajaran lompat tinggi dengan bermain tali siklus I sudah mengalami peningkatan yang cukup baik dari yang semula data awal sebelum dilakukan modifikasi tali hanya 11 siswa yang minat dan tertarik, pada siklus I ini telah mengalami peningkatan yaitu sebanyak 19 siswa yang minat dan tertarik dalam pembelajaran lompat tinggi dengan bermain tali. Namun presentase ketuntasan klasikal pembelajaran tersebut belum mencapai batas ketuntasan minimal yang ditentukan dalam indikator keberhasillan penelitian yaitu 80% sehingga penelitian dilanjutkan pada siklus II.
Deskripsi Siklus 2
Penelitian siklus II dilaksanakan 3 kali pertemuan, yaitu pada hari Kamis, tanggal 5, 12, dan 26 Februari 2015 dengan alokasi waktu 2×35 menit. Pembelajaran yang dilakukan pada siklus II sesuai dengan langkah pembelajaran lompat tinggi menggunakan media tali yang telah di modifikasi. Selain itu guru juga memberikan pengenalan gaya lompat tinggi dengan dua macam gaya yaitu gaya stradle dan gaya gunting serta pada siklus II ini guru membuat kompetisi antar kelompok yang mana kompetisi tersebut diadakan untuk menarik minat siswa dalam pembelajaran lompat tinggi. Kemudian membagi anak perkelompok dengan jumlah 3 orang siswa Siswa dibuat menjadi perkelompok, setiap kelompok terdiri dari 3 orang siswa. Dua orang siswa memegang tali dan saling berhadapan, sedangkan satu orang siswa berada ditengah antara dua teman tersebut untuk melakukan lompatan. Dua orang yang memegang tali tersebut kemudian siswa melakukan lompatan sesuai dengan gaya yang telah guru ajarkan dan berkompetisi dengan kelompok lain sesuai dengan arahan guru. Berikut skenario pembelajaran lompat tinggi dengan bermain tali siswa SD Negeri Tengaran.
Terdapat (88%) yaitu 27 dari 35 siswa kelas VI SD Negeri Tengaran minat dan tertarik dalam pembelajaran atletik lompat tinggi dengan bermain tali dan 8 siswa yang tidak minat dalam mengikuti pembelajaran lompat tinggi dengan bermain tali. Pada pembelajaran lompat tinggi dengan bermain tali siklus II sudah mengalami peningkatan yang sangat baik dari yang semula data awal sebelum dilakukan modifikasi tali hanya 19 siswa yang minat dan tertarik, pada siklus II ini telah mengalami peningkatan yaitu sebanyak 27 siswa yang minat dan tertarik sedangkan 8 siswa tidak berminat dan tertarik dalam pembelajaran lompat tinggi dengan bermain tali. Dan persentase ketuntasan klasikal pembelajaran tersebut telah mencapai batas ketuntasan minimal yang ditentukan dalam indikator keberhasilan penelitian yaitu 80% sehingga penelitian hanya sampai pada siklus II dan tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.
PEMBAHASAN
Pembahasan ini didasarkan pada hasil observasi dan refleksi pada setiap siklusnya. Kegiatan pembelajaran lompat tinggi dengan bermain tali adalah sebagai berikut:
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada pembelajaran lompat tinggi dengan bermain tali pada siswa kelas VI SD Negeri Tengaran mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada siklus I ada peningkatan dari kondisi awal sebelum dilakukan penelitian yang hanya berminat 11 siswa dari jumlah 35 siswa dikarenakan sudah adanya modifikasi alat, yaitu minat siswa mendapat rata-rata skor 54%. Dari 35 siswa yang minat mengikuti pembelajaran lompat tinggi dengan bermain tali sudah ada 19 siswa sedangkan yang 16 siswa belum minat mengikuti pembelajaran lompat tinggi dengan bermain tali.
Pada siklus II dilakukan pengenalan dua gaya lompat tinggi straddle dan gaya gunting, sehingga siswa lebih menguasai dengan gaya yang mereka pelajari serta guru mengadakan kompetisi antar kelompok sehingga siswa lebih berminat dalam mengikuti pembelajaran lompat tinggi. Pada siklus II ini terjadi peningkatan yang sangat baik terbukti dari 35 siswa, yang berminat mengikuti pembelajaran lompat tinggi dengan bermain tali menjadi 27 siswa (88%) sedangkan yang kurang berminat hanya 8 siswa. Pada siklus II ini diberikan aturan untuk berkompetisi sehingga motivasi siswa terbangun dengan baik.
Berdasarkan deskripsi data perlaksanaan tindakan dari siklus I sampai siklus II pada pembelajaran Penjasorkes dengan menggunakan media pembelajaran yang dimodifikasi pada kelas VI SD Negeri Tengaran diperoleh kesimpulan bahwa minat belajar siswa dalam pembelajaran lompat tali telah mengalami peningkatan dan memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Sehingga peneliti menetapkan bahwa penelitian tindakan kelas ini dicukupkan pada siklus II. Namun penelitian tindakan kelas masih dimungkinkan untuk dilanjutkan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1) menciptakan suasana yang kondusif sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar, 2) selalu memotivasi siswa untuk percaya diri terhadap jawaban maupun pendapat yang dimiliki.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan dari analisa hasil pembahasan dalam PTK ini, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Siswa sangat tertarik dengan banyak ragam pembelajaran yang diajarkan di sekolah, semakin banyak ragam cabang olahraga yang diajarkan siswa akan semakin senang dan gembira dalam melakukannya. Hal ini dapat dilihat dari aspek ketertarikan dan minat siswa terhadap cabang olahraga lompat tinggi. Penyediaan sarana dan prasarana untuk model permainan lompat tinggi ini baik dan tergolong mudah, karena dapat dilakukan oleh tiap guru Penjasorkes, siswa, dan sekolah.
2. Penggunaan media belajar yang dimodifikasi dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran lompat tinggi kelas VI SD Negeri Tengaran terbukti dengan adanya peningkatan dari siklus I penelitian yang berminat 19 siswa dari jumlah 35 siswa dengan rata-rata skor 56%, pada siklus II terjadi peningkatan yang cukup baik terbukti dari 35 siswa, yang berminat mengikuti pembelajaran lompat tinggi dengan bermain tali menjadi 27 siswa (88%) sedangkan yang kurang berminat hanya 8 siswa.
Saran
Model pengembangan permainan lompat tinggi sebagai produk yang telah dihasilkan dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bentuk pembelajaran permainan lompat tinggi untuk siswa SD. Beberapa saran yang dapat disampaikan berkaitan dengan pemanfaatan produk adalah:
1. Bagi guru Penjasorkes di SD dapat menggunakan model permainan lompat tinggi ini di sekolah.
2. Bagi guru penjasorkes atau sekolah tidak ada alasan untuk tidak mempunyai media atau alat karena bisa dimodifikasi dengan tali atau karet.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Yusuf. 1992. Olahraga Pilihan Atletik. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal.
Arikunto, S, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Bumi Aksara.
Depdiknas. 2006. Metodik Pengajaran Penjas Sekolah Dasar. Jakarta. Depdiknas
Giriwijoyo, Santoso. dkk. 2005. Ilmu Faal Olahraga. Bandung. FPOK. UPI.
Hadi, Sutrisno. 2004. Metodologi Research Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset.
Kemenegpora RI, 2007. Jurnal IPTEK Olahraga Volume 9 Nomor 1. Jakarta: Kemenegpora RI.
———————— (2005). Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Jakarta : Kemenegpora RI.
Kiram, Yanuar. 1992. Belajar Motorik. Jakarta: Dirjen Dikti
Purwanti Endang dkk. 2008. Assesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Direkorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Penddikan Nasional.
Siedentop, Daryl. 1994. Introduction to Physical Education, Fitnes, and Sport. California. Mayfield Publishing Company.
Sugiyanto (2007). Perkembangan Dan Belajar Gerak. Jakarta : Depdiknas.
Sugiyanto dan Sudjarwo. 1993. Perkembangan dan Belajar Gerak. Jakarta: Depdikbud