PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

TERHADAP HASIL BELAJAR IPA BAGI SISWA KELAS 3

SEMESTER 2 SDN I MERGOWATI KECAMATAN KEDU

KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Yunita Wahyuningtyas,

Tritjahjo Danny Soesilo

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui signifikansi pengaruh penggunaan model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar IPA bagi siswa kelas 3 semester 2 di SDN I Mergowati Kecamatan Kedu Tahun Pelajaran 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan kelompok eksperimen 17 anak dan kelompok kontrol 17 anak. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, tes dan dokumentasi. Analisis yang digunakan adalah regresi linier sederhana dengan menggunakan program SPSS. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa berdasarkan hasil perhitungan statistik diketahui bahwa model pembelajaran discovery learning di SDN I Mergowati Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar siswa dengan signifikan dan positif yang ditunjukkan dengan nilai t = 109,542 > 2,110 dan memberikan nilai koefisien (standardized coefiicients) adalah nilai β = 1,100 dengan probabilitas signifikansi 0,000 di bawah signifikansi 0,05. Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi besar r2 adalah 0,999, berarti bahwa 99,9% variasi nilai hasil belajar mata pelajaran IPA kelas 3 dapat dijelaskan oleh variasi dengan model pembelajaran discovery learning sedangkan 0,5% dijelaskan oleh sebab-sebab di luar model tersebut, sehingga variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat.

Kata kunci: Discovery learning, IPA

PENDAHULUAN

Discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip (Sund, 2001). Yang dimaksudkan dengan proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, dan membuat kesimpulan. Menurut Nasution (dalam Kristianti, 2013), model discovery (penemuan) adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.

Belajar akan lebih bermakna jika siswa mengalami apa yang akan dipelajarinya, bukan sekedar hafal terhadap materi pelajaran. Proses Pembelajaran yang berorientasi terhadap target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek, namun gagal dalam membekali siswa memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan jangka panjang (Depdiknas, 2002).

IPA merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Hasil dari perkembangan teknologi yang dinikmati dewasa ini merupakan salah satu aplikasi konsep dan prinsip IPA yang diwujudkan secara teknis dalam berbagai produk teknologi. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD), diupayakan adanya penekanan pada pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar yang lebih bermakna (Depdiknas, 2005).

Berdasarkan hasil observasi terhadap hasil belajar IPA siswa kelas III di SD Negeri 1 Mergowati Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung menujukkan bahwa 1) siswa sering mengalami kesulitan dalam mempelajari materi yang diberikan oleh guru, 2) pelaksanaan pembelajaran IPA (Sains) di kelas, guru belum mampu meningkatkan keaktifan siswa di kelas dalam proses pembelajaran, 3) proses pembelajaran yang didominasi oleh pola pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran suasana kelas cenderung berpusat pada guru (teacher centered) sehingga menyebabkan siswa menjadi pasif, 4) siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran sehingga hasil belajarnya rendah. Dari wawancara yang dilakukan dengan guru bidang studi yang bersangkutan menunjukkan bahwa rendahnya interaksi siswa di dalam kelas dikarenakan dalam pembelajaran siswa tidak mau mengungkapkan masalah yang dihadapinya dan siswa kurang mau bertanya maupun menjawab soal yang diberikan oleh guru, sehingga kesempatan untuk melakukan diskusi maupun menyumbang pendapat tidak dapat terlaksana. Sementara hasil pencatatan dokumen peserta didik pada mata pelajaran IPA (Sains) belum memenuhi KKM yang ditetapkan, yaitu 70. Dimana KKM merupakan patokan untuk menentukan keberhasilan guru dalam mengajar. Hal ini terbukti dari masih rendahnya kualitas hasil belajar IPA di SD Negeri 1 Mergowati Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung

Untuk mengatasi hal tersebut, maka sebagai guru, dituntut mampu mengajarkan suatu model belajar baru yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA. Orientasi pembelajaran harus diubah dari pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Guru yang tugasnya sebagai penceramah siswa sekarang hanya sebagai fasilitator dan mediator bagi siswa. Akibatnya, pembelajaran IPA menjadi lebih berkualitas. Pembelajaran yang berkualitas ditunjukkan oleh tingkat interaksi dan partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran. Interaksi siswa jika ditinjau dari pembelajaran IPA sebagai proses merupakan kegiatan pengkonstruksian pengetahuan siswa sehingga perlu diberikan penilaian (Norman, 2005). Model pembelajaran yang sesuai dengan implikasi hakikat pembelajaran IPA dan dapat mengatasi permasalahan rendahnya hasil belajar IPA siswa dengan menggunakan medel discovery.

Masalah dalam penelitian adalah Apakah ada pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran discovery learning dengan model ceramah terhadap hasil belajar IPA bagi siswa kelas 3 semester 2 di SDN I Mergowati Kecamatan Kedu Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi pengaruh penggunaan model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar IPA bagi siswa kelas 3 semester 2 di SDN I Mergowati Kecamatan Kedu Tahun Pelajaran 2015/2016.

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian IPA

Sri Sulistyorini (2007: 39) menuliskan bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengertian yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dari sendiri dan alam sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Sedang Iskandar (2001: 17) menjelaskan bahwa IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang kejadian bersifat kebendaan dan pada umumnya didasarkan atas hasil observasi, eksperimen dan induksi. IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang kejadian bersifat kebendaan dan pada umumnya didasarkan atas hasil observasi, eksperimen dan induksi (Iskandar.2001: 17).

Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa IPA merupakan kegiatan manusia yang bersifat aktif untuk mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan dan memiliki sikap ilmiah. Pada umumnya IPA didasarkan atas dasar observasi, eksperimen dan induksi

Tujuan Pembelajaran IPA

Tujuan pembelajaran IPA yaitu (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan YME berdasarkan keberadaaan, keindahan, dan keteraturan dan ciptaannya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat., (4) mengembangkan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran dalam berperan serta dalam memelihara, menjaga, melestarikan lingkungan alam, (6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dengan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan dan (7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar melanjutkan pendidikan ke SMP (Sri Sulistyorini, 2007: 40).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan tujuan IPA adalah untuk menguasai konsep, keterampilan, dan memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Fungsi Pembelajaran IPA

Fungsi pembelajaran IPA adalah (1) memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan perangai lingkungan alam dan lingkungan buatan dalam kaitannya dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari, (2) mengembangkan ketrampilan proses, (3) mengembangkan wawasan, sikap dan nilai-nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari, (4) mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang saling mempengaruhi antara Ilmu Pengetahuan Alam dan teknologi dengan keadaan lingkungan dan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari dan (5) mengembangkan kemampuan untuk menerapkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), serta keterampilan yang berguna dalamkehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

Model Pembelajaran Discovery Learning

Discovery learning merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku (

Discovery adalah proses mental siswa hingga mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental tersebut antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat simpulan dan sebagainya (Roestiyah, 2012:20)

Berdasarkan pendapat tersebut, pembelajaran penemuan menuntut siswa untuk aktif dalam membangun pengetahuannya sendiri. Guru tidak menyajikan materi secara utuh, tetapi guru hanya menyajikan suatu fakta atau kasus yang mencerminkan suatu konsep atau prinsip, kemudian siswa dibimbing untuk menyimpulkan prinsip dari pelajaran tersebut. Dalam pembelajaran penemuan dibutuhkan seorang guru yang memiliki pemahaman penuh tentang materi pembelajaran, pedagogik dan perkembangan siswa sehingga guru mampu menciptakan lingkungan belajar yang koheren, ada keterkaitan antara pengetahuan yang pernah didapat dengan yang akan dipelajari.

Tujuan Pembelajaran Discovery Learning

Tujuan Pembelajaran discovery learning yaitu untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Berfikir kritis ini dengan cara melatih siswa untuk mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan melalui sintaks nya seperti pada tahap stimulation siswa diajak untuk mengamati dan menanya, tahap problem statement siswa diajak untuk menanya dan mengumpulkan informasi, tahap data collectionsiswa diajak untuk mencoba dan mengamati, tahap data processing siswa diajak untuk menalar dan menanya dan tahap terakhir verification siswa diajak untuk menalar, dan mengkomunkiasikan. (Kemendikbud, 2013).

Prosedur Metode Pembelajaran Discovery Learning

Enam prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar untuk mengaplikasikan discovery learning, yaitu (1) stimulasi, (2) pernyataan masalah, (3) pengumpulan data, (4) pengolahan data, (5) pembuktian, dan (6) menarikan kesimpulan (Muhibbin Syah, 2005:244).

Hasil Belajar

Hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik (Rusman (2012:123). Sedang menurut Nana Sudjana (2002:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya dan Oemar Hamalik seperti yang dikutip oleh Rusman (2012:123) menyatakan bahwa hasil belajar dapat terlihat dari terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku.

Berdasarkan pengertian di atas, hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami interaksi proses pembelajaran yang berupa tes, yang mengukur kemampuan kognitif para siswa. Siswa dapat mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki, serta siswa dapat mengatasi berbagai macam kesulitan belajar yang mereka alami.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment atau eksperimen semu. Desain eksperimen semu yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonequivalent control group design. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah random sampling. Menurut Sugiyono (2012: 95) bahwa teknik random sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap siswa kelas III di SD Negeri Mergowati Kecamatan Kedu Kabupaten temanggung sebagai sampel. Populasi penelitian adalah Siswa kelas IIIa SD Negeri 1 Mergowati Kecamatan Kedu yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kelompok eksperimen yang akan diberikan treatment atau perlakuan yang menggunakan model pembelajaran discovery learning berjumlah 17 anak dan kelompok kontrol yang diberikan model pembelajaran seperti biasa guru lakukan yaitu ceramah dan murid mendengarkan berjumlah 17 anak.

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, tes, dan dokumen dan instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan soal tes yang digunakan dalam tes hasil belajar untuk mengetahui kemampuan siswa dan lembar observasi yang digunakan untuk mengetahui tindakan guru dalam penerapan metode pembelajaran discovery learning di kelas eksperimen.

Analisis data menggunakan regresi linier sederhana, yaitu hubungan yang linier antara satu variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y), (Prayitno, Duwi, 2010: 55). Analisis ini bertujuan untuk memprediksi nilai variabel independen dan nilai dari variabel dependen, apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan dan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah positif atau negatif. Dalam penelitian ini variabel independen adalah model pembelajaran discovery learning dan variabel dependen yaitu hasil belajar anak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis data penelitian ini menggunakan regresi linier sederhana antara model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar anak. Analisis data dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar anak. Hasil data ditunjukkan dalam tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Model Summary

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

R Square Change

F Change

df1

df2

Sig. F Change

1

.999a

.999

.999

12.144

.999

11999.435

1

16

.000

a. Predictors: (Constant), X

b. Dependent Variable: Y

Dari tabel 1 diketahui bahwa nilai R= 0,999, yang berarti bahwa hubungan korelasi antara model pembelajaran discovery learning dengan hasil belajar anak. Melalui tabel tersebut, diperoleh R Square atau koefisien determinasi sebesar 0,999 yang menunjukkan seberapa bagu model regresi yang dibentuk antara model pembelajaran discovery learning dengan hasil belajar anak. Ini berarti bahwa model pembelajaran discovery learning memiliki pengaruh kontribusi sebesar 99,9% terhadap hasil belajar anak sedangkan sisanya 0,1% dipengaruhi faktor lain.

Tabel 2. ANOVA

Sum of Squares

df

Mean Square

F

Sig.

Between Groups

532.868

4

133.217

15.483

.000

Within Groups

103.250

12

8.604

Total

636.118

16

Pada tabel 2 diperoleh nilai Sig.= 0,000 yang berarti bahwa <0,05 (kriteria signifikansi). Dengan demikian berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar anak.

Tabel 3. Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t

Sig.

Collinearity Statistics

B

Std. Error

Beta

Tolerance

VIF

1

(Constant)

.117

3.220

.036

.971

X

1.100

.010

.999

109.542

.000

1.000

1.000

a. Dependent Variable: Y

Dari tabel 3, coefficients dapat diketahui bahwa koefisien hasil belajar anak sebesar 1,100, yang berarti jika model pembelajaran discovery learning mengalami kenaikan 1, maka hasil belajar anak mengalami kenaikan 1,100. Setiap kenaikan nilai model pembelajaran discovery learning maka akan diikuti kenaikan nilai hasil belajar anak. Koefisien bernilai positif, yang berarti bahwa terjadi hubungan yang positif antara model pembelajaran discovery learning dengan hasil belajar anak, dimana semakin tinggi model pembelajaran discovery learning maka semakin tinggi hasil belajar anak.

Dari beberapa tabel tersebut menunjukkan bahwa konsep diri mempengaruhi hasil belajar anak, dimana jika model pembelajaran discovery learning tinggi, maka hasil belajar anak juga tinggi. Demikian juga, ada hubungan yang positif antara model pembelajaran discovery learning dengan hasil belajar anak. Dari hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa model pembelajaran discovery learning merupakan salah satu faktor penentu dalam hasil belajar anak. Hal ini seperti pendapat Suhana (2012:77) bahwa model pembelajaran discovery learning merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Widiadnyana, yang berjudul “Pengaruh Model Discovery Learning terhadap Pemahaman Konsep IPA dan Sikap Ilmiah Siswa SMP” menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan pengaruh model discovery learning terhadap prestasi belajar IPA. Dalam pembelajaran dengan model discovery learning, guru hanya memberikan problem saja kemudian siswa diundang untuk memecahkan problem tersebut melalui pengamatan eksplorasi dan prosedur penelitian untuk memperoleh jawabannya. Oleh karena itu, model discovery learning ini sangat menekankan siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Siswa cenderung menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang diberikan oleh guru melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian, sehingga peran kreativitas siswa dalam menemukan jawaban sangatlah signifikan pengaruhnya.

Guru merupakan nara sumber yang tugasnya hanya memberikan bantuan yang diperlukan untuk menjamin bahwa siswa tidak menjadi frustasi atau gagal dalam melakukan penelitian. Bantuan yang diberikan oleh guru harus berupa pertanyaan-pertanyaan kepada siswa yang memungkinkan siswa dapat berpikir dengan menemukan cara-cara penelitian yang tepat untuk menjawab pertanyaan dari guru. Misalnya guru harus mengajukan pertanyaan yang dapat membantu siswa mengerti arah pemecahan suatu masalah. Guru dalam hal ini dituntut untuk tidak menguasai kesempatan dalam pembelajaran dan memberikan waktu kepada siswa untuk berbuat dan berpikir lebih kreatif.

SIMPULAN

Hasil penelitian mengenai pengaruh model discovery learning pada hasil belajar siswa kelas 3a dan 3b di SD Negeri 1 Mergowati Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa model pembelajaran discovery learning mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar siswa dengan signifikan dan positif, hal ini ditunjukkan nilai t = 109,542 > 2,110 dan memberikan nilai koefisien (standardized coefiicients) adalah nilai β = 1,100 dengan probabilitas signifikansi 0,000 di bawah signifikansi 0,05. Dan nilai R= 0,999, yang berarti bahwa hubungan korelasi antara model pembelajaran discovery learning dengan hasil belajar anak. Melalui tabel tersebut, diperoleh R Square atau koefisien determinasi sebesar 0,999 yang menunjukkan seberapa bagu model regresi yang dibentuk antara model pembelajaran discovery learning dengan hasil belajar anak. Ini berarti bahwa model pembelajaran discovery learning memiliki pengaruh kontribusi sebesar 99,9% terhadap hasil belajar anak sedangkan sisanya 0,1% dipengaruhi faktor lain.. Model pembelajaran discovery learning lebih memberdayakan siswa dalam pembelajaran, sehingga siswa tidak bosan dengan suasana pembelajaran dan dapat memberikan pengaruh yang positif bagi siswa untuk mencapai prestasi sesuai yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah dan Cucu Suhana. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Refika Aditama.

Hosnan,M., 2014. Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia

Iskandar, Srini M.. 2001. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: CV. Maulana.

Ismail. 2011. Penelitian Pendidikan, Sukoharjo: Univet Bantara Press..

Kemendikbud. 2013. Model Pengembangan Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA

Permendikbud No 59 tahun 2014. Standar Proses Untuk Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Menteri Pendidikan dan KebudayaanRepublik Indonesia.

Roestiyah N.K., 2011. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung: CV. ALFABETA.

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sri Sulistyorini. 2007. Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KTSP. Yogyakarta: Global Pustaka Ilmu.

Sudjana, Nana. 2002. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Syah, Muhibbin. 2005. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tim Catha Edukatif. 2006. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas III SD. Sukoharjo: CV. Sindunata.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

 

Tritjahjo Danny Soesilo. 2015. Penelitian Eksperimen. Salatiga: Griya Media.