PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI
SMA NEGERI 11 MAKASSAR
(STUDI PADA MATERI POKOK KESETIMBANGAN KIMIA)
Sri Sulistya Ningsih Natalia Daeng Tiring
Sry Astuti
Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Nusa Nipa Maumere
ABSTRAK
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI SMA Negeri 11 Makassar pada materi pokok kesetimbangan kimia. Desain penelitian Posttest-Only Control Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MIA SMAN 11 Makassar yang terdiri dari 5 kelas. Penentuan sampel dilakukan secara random kelas dan terpilih kelas XI MIA 4 sebagai kelas eksperimen dan XI MIA 5 sebagai kelas kontrol. Data hasil penelitian diperoleh dengan memberikan tes kemampuan berpikir kritis sebanyak 15 soal uraian yang terbagi menjadi 3 kode soal yang telah divalidasi. Teknik analisis data yaitu deskripsi kemampuan berpikir kritis siswa dan pengujian hipotesis. Hasil penelitian diperoleh deskripsi rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa untuk kelas eksperimen adalah 65,56 dan kelas kontrol adalah 57,50 dengan standar deviasi masing-masing 14,51 dan 16,78. Data presentase kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen untuk kategori berpikir kritis baik, sedang dan kurang diperoleh masing-masing sebesar 11,76%, 61,76% dan 26,47%, sedangkan untuk kelas kontrol kategori berpikir kritis baik, sedang dan kurang diperoleh masing-masing sebesar 6,67%, 30% dan 63,33%. Hasil pengujian hipotesis dengan uji-t pada taraf signifikan, α = 0,05 diperoleh nilai thitung 2,06 > ttabel 1,669 menunjukkan hipotesis diterima, menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI SMA Negeri 11 Makassar.
Kata kunci: inkuiri, berpikir kritis, kesetimbangan kimia
PENDAHULUAN
Mata pelajaran kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki konsep yang sebagiannya bersifat abstrak namun manfaat nyatanya banyak dan sangat berhubungan langsung dengan aplikasi kehidupan sehari-hari. Selama ini proses pembelajaran kimia masih disampaikan secara konvensional (metode ceramah). Metode ini, siswa kurang terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Dominasi guru dalam proses pembelajaran ini menyebabkan siswa lebih banyak menunggu sajian dari guru, daripada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan, serta sikap yang mereka butuhkan.
Hasil wawancara dengan salah seorang Guru kimia di SMAN 11 Makassar diperoleh bahwa masalah yang kerap ditemukan pada proses pembelajaran kimia adalah rendahnya minat belajar siswa. Metode pembelajaran yang digunakan SMAN 11 Makassar masih monoton yang membuat siswa merasa bosan dan membuat siswa jenuh dalam belajar, dari hal inilah yang menyebabkan siswa cenderung menyontek bila diberikan tugas atau saat ulangan.
Masalah-masalah tersebut dapat disebabkan karena siswa hanya mendengarkan saat proses pembelajaran tanpa terlibat aktif sehingga siswa merasa jenuh, bosan, dan melakukan kegiatan lain diluar proses belajar. Bertolak belakang dengan mengajar sebagai sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan (Rudystifan, 2012).
Minat siswa untuk belajar merupakan dasar yang paling utama dalam pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memunculkan minat belajar siswa selama proses pembelajaran adalah dengan menggunakan pembelajaran inkuiri. Pembelajaran inkuiri dapat mengarahkan siswa untuk memecahkan masalah yang diberikan dengan menghubungkan atau mengaplikasikan pengetahuan kimianya untuk dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritisnya. Berfikir kritis menggunakan dasar proses berfikir untuk menganalisis argumen dan memunculkan wawasan terhadap tiap makna dan interpretasi, untuk mengembangkan pola penalaran yang kohesif dan logis, memahami asumsi dan bisa yang mendasari tiap posisi (Liliasari, 2005).
Berfikir kritis merupakan cara berfikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan apa yang harus dilakukan. Indikator keterampilan berfikir kritis dibagi menjadi lima kelompok: memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, membuat penjelasan lebih lanjut, serta mengatur strategi dan taktik.
Berpikir kritis merupakan berpikir tingkat tinggi yang harus selalu dilakukan guna menghasilkan ide-ide baru siswa dalam pembelajaran kimia. Dalam pembelajaran kimia berpikir kritis pada siswa harus dimunculkan agar pembelajaran kimia lebih bermutu, sehingga siswa tidak hanya mampu dalam mengerjakan soal-soal ujian tetapi juga mampu dalam menghasilkan ide-ide, untuk dapat mewujudkan hal tersebut dalam pembelajaran kimia harus menggunakan metode ataupun media yang tepat dan bervariasi. Agar siswa dapat berpikir kritis, siswa harus diberi rangsangan dalam pemikiranya (Munandar dalam Sobihi dan Siswanto, 2012).
Kesetimbangan kimia merupakan salah satu materi yang memiliki bahasan yang cukup luas, memerlukan kemampuan analisis, dan mempelajari hal-hal mikroskopik, seperti misalnya faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia. Hal ini membuat siswa kurang paham dan cenderung hanya menghafal teori-teori yang ada tanpa memahaminya. Untuk membantu mengatasi kesulitan memahami konsep-konsep tersebut diperlukan model pembelajaran yang dapat memvisualisasikan materi-materi tersebut sehingga diharapkan siswa dapat mengamati gejala-gejala yang terjadi, dapat mengumpulkan data dan menganalisa serta menarik kesimpulan sehingga akan diperoleh konsep-konsep yang bersifat bukan hanya hafalan saja. Di dalam materi kesetimbangan kimia juga berisi sejumlah konsep perhitungan kimia dan memerlukan perhitungan matematika, sehingga penguasaan terhadap konsep dasar menjadi sebuah keterampilan yang relevan bagi siswa untuk dapat memahami perhitungan kimia kesetimbangan kimia (Rosita, 2013).
Inkuiri adalah kegiatan penemuan dimana masalah dikemukakan guru kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut, sehingga konsep-konsep dari materi kesetimbangan kimia tersebut dapat lebih mereka pahami, bukan hanya sebatas hafalan karena mereka sendiri yang menemukan dan mencari makna dari masalah tersebut. Siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis sehingga akan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa dapat memberdayakan kemampuannya dalam berpikir bagaimana ia belajar agar didapatkan cara dalam proses penemuannya (inkuiri). Hal ini dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Anggareni, dkk (2013) yang menyimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan pemahaman konsep IPA siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kintamani daripada model pembelajaran langsung, yang terbukti dari skor rata-rata posttest kemampuan berpikir kritis kelompok siswa kelas pembelajaran inkuiri lebih tinggi dari pada skor rata-rata posttest kelompok siswa kelas langsung.
Berdasarkan pemaparan di atas pembelajaran inkuiri diharapkan dapat mengaktifkan siswa dalam proses belajar pembelajaran pada materi kesetimbangan kimia khususnya pada SMA Negeri 11 Makassar dan diharapkan siswa lebih memahami konsep-konsep yang diperoleh dari pembelajaran inkuiri melalui proses berpikir ilmiah yang dapat memperlihatkan hubungan antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya yang dapat digunakan untuk mengetahui struktur kognitif siswa karena dapat menggambarkan pemahaman konsep siswa setelah pembelajaran serta diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi kesetimbangan kimia. Berdasarkan hal tersebut, diharapkan siswa memiliki kemampuan yang baik dalam materi kesetimbangan kimia serta belajar dengan baik sehingga berimbas pada proses berpikirnya siswa. Oleh karena itu, saya tertarik untuk meneliti model pembelajaran inkuiri dan pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI SMA Negeri 11 Makassar pada materi pokok kesetimbangan kimia.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1) Mendorong guru untuk menciptakan proses belajar pembelajaran yang bisa mengaktifkan siswa serta dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan model pembelajaran inkuri dalam penyampaian materinya. 2) Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pedoman dalam menggunakan model pembelajaran Kimia di sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran khususnya di SMA Negeri 11 Makassar.
3) Sebagai langkah awal bagi peneliti untuk mengasah kemampuan menulis secara baik dan sistematis. 4) Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang akan mengkaji masalah yang relevan dengan penelitian serta sebagai bahan informasi untuk menambah wawasan dan pengalaman dalam proses pembelajaran khususnya pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri.
Pembelajaran Inkuiri
Inkuri berarti pencarian, pertanyaan, pemeriksaan atau penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. Pembelajaran inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan penemuannya dengan penuh percaya diri. Pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif (Dwi, 2012).
Pembelajaran inkuiri digunakan bila ingin meningkatkan kadar pengertian kognitif siswa, bahan pengajaran mengandung problema yang menantang dan dapat dipecahkan sesuai tingkat kematangan siswa, siswa sudah mampu berpikir analitis, kritis, dan sistematis serta jika ingin mengembangkan kepercayaan diri siswa itu sendiri (Slameto, 1991).
Menurut Zuriyani (2012), penggunaan inkuiri harus memperhatikan beberapa prinsip, yaitu berorientasi pada pengembangan intelektual (pengembangan kemampuan berfikir), prinsip interaksi (interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru bahkan antara siswa dengan lingkungan), prinsip bertanya (guru sebagai penanya), prinsip belajar untuk berfikir (learning how to think), prinsip keterbukaan (menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan). Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama pembelajaran inkuiri, yaitu: a) Inkuiri menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya peserta didik jadikan subyek belajar. b) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan. Pembelajaran inkuiri ini menempatkan guru sebagai fasilitator dan motivator, bukan sebagai sumber belajar yang menjelaskan saja. c) Tujuan dari penggunaan pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian proses mental.
Pembelajaran inkuri memiliki beberapa keunggulan yaitu dapat membentuk dan mengembangkan konsep awal pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik dan membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru. Pembelajaran inkuiri juga mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka serta mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri sehingga memberi kepuasan yang bersifat intrinsik dan dapat membuat proses belajar menjadi lebih merangsang. Selain itu, pembelajaran inkuiri memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri sehingga dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. Cara-cara belajar yang tradisional juga dapat dihindari oleh siswa melalui pembelajarn inkuiri dan dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi (Roestiyah, 2008).
Pembelajaran inkuiri selain memiliki kelebihan juga memiliki beberapa kelemahan sebab tidak dapat diterapkan secara efektif pada semua tingkatan kelas dan tidak semua guru/instruktur mampu menerapkannya. Pembelajaran inkuiri juga terlalu menekankan aspek kognitif dan kurang memperhatikan aspek afektif serta memerlukan banyak waktu (Slameto, 1991).
Berpikir Kritis
Kemampuan berpikir kritis sangat perlu dan penting untuk dikembangkan pada diri siswa. Dengan kemampuan ini diharapkan siswa dapat menjadikan hidupnya lebih baik lagi. Richard W. Paul dalam Rahmawati (2006) mengemukakan pentingnya keterampilan berpikir kritis bagi siswa. Ia berpendapat bahwa, hanya ketika kita mengembangkan keterampilan berpikir kritis terhadap mata pelajaran, berarti kita mendidik anak untuk menguji struktur logika dan menguji pengalamannya dari berbagai aspek sehingga pada akhirnya akan menjadikan mereka menjadi orang dewasa yang kritis.
Berpikir kritis merupakan upaya pendalaman kesadaran serta kecerdasan membandingkan dari beberapa masalah yang sedang dan akan terjadi sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan dan gagasan yang dapat memecahkan masalah tersebut. setiap orang memiliki pola pikir yang berbeda. Akan tetapi, apabila setiap orang mampu berpikir secara kritis, masalah yang mereka hadapi tentu akan semakin sederhana dan mudah dicari solusinya. Oleh karena itu, manusia diberikan akal dan pikiran untuk senantiasa berpikir bagaimana menjadikannya hidupnya lebih baik, dan mampu menjalani suatu masalah sepelik apapun yang diberikan kepadanya (Andaiyani dalam Azmi, 2011).
Untuk meningkatkan berpikir kritis maka diperlukan suatu rangsangan atau stimulus agar seorang mampu untuk berpikir kreatif dalam hal ini diperlukan suatu masalah atau tes untuk mengetahui sejauh mana seseorang mampu untuk berpikir kritis. Menurut Azmi (2011), cara meningkatkan kemampuan berpikir kritis, di dalam kelas atau ketika berinteraksi dengan orang lain mencakup beberapa saran meliputi: 1) Membaca dengan kritis, 2) Meningkatkan daya analisis, 3) Mengembangkan kemampuan observasi/mengamati, 4) Meningkatkan rasa ingin tahu, Kemampuan bertanya dan refleksi 5) Metakognisi, 6) Mengamati “Model”, dan 7) Diskusi yang “kaya”.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Desain penelitian yang digunakan yaitu Posttest-Only Control Design. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas dan variable terikat. Variabel bebasnya adalah pembelajaran inkuiri dan pembelajaran langsung dan variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir kritis siswa pada materi kesetimbangan kimia. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik simple random sampling yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak. Kelas XI SMA Negeri 11 Makassar tahun ajaran 2014/2015 terdiri dari 5 kelas dan sampel pada penelitian ini adalah kelas XI MIA4 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI MIA5 sebagai kelas kontrol.
Pelaksanaan proses penelitian terlebih dahulu diawali dengan melakukan persiapan, yaitu:
a. Melakukan observasi terhadap kondisi pembelajaran kimia SMA Negeri 11 Makassar, dengan melakukan wawancara dengan guru kimia sekolah tersebut.
b. Menetapkan jadwal penelitian.
c. Mempersiapkan dan memahami perangkat pembelajaran mulai dari silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), bahan ajar, format penilaian, menentukan populasi dan sampel, menetapkan kelas eksperimen dan kelas kontrol.
d. Menyusun instrument tes kemampuan berpikir kritis.
Penelitian ini dilakukan selama 4 kali pertemuan tiap kelas, 3 kali pertemuan proses pembelajaran dan pada pertemuan ke-4 dilakukan tes kemampuan berpikir kritis. Prosedur penelitian ini secara garis besar dibagi dalam tiga tahap, yaitu tahap pembelajaran, tahap pengumpulan data, dan tahap pengolahan data.
Instrumen dalam penelitian ini berupa soal essay yang terdiri 15 nomor yang terbagi menjadi 3 kode soal, tiap kode soal terdiri 5 nomor soal, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran inkuiri serta rubrik penilaian kemampuan berpikir kritis siswa dalam menjawab masalah-masalah yang diberikan. Instrument ini telah divalidasi isi oleh pihak yang berkompeten, yaitu dosen pendidikan kimia FMIPA UNM. Pada soal tes kemampuan berpikir kritis untuk jawaban yang benar diberi skor 20 untuk jawaban yang paling tepat. Setiap item disusun sesuai dengan indikator.
Teknik Pengumpulan Data dalam penelitian ini meliputi:
1. Metode dokumentasi digunakan untuk mengetahui informasi jumlah siswa, daftar nama siswa dan daftar nilai siswa kelas XI SMA Negeri 11 Makassar.
2. Metode tes digunakan untuk mendapatkan data tentang kemampuan berpikir kritis siswa sesuai indikator pada pokok bahasan kesetimbangan kimia. Soal essay digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan berpikir kritis. Data kemampuan berpikir kritis siswa ini yang akan diolah pada deskripsi kemampuan berpikir kritis siswa dan pada uji hipotesis.
3. Metode Observasi digunakan untuk mengamati pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengamatan ini menggunakan lembar observasi yang bertujuan untuk mengetahui keadaan siswa pada saat pembelajaran.
Lembar observasi digunakan untuk melihat keterlaksaan pembelajaran tiap langkah terlaksana dengan baik atau tidak yang dapat digunakan untuk melihat bagian mana khususnya pokok materi mana yang kurang cocok pada saat pembelajaran inkuiri dan lembar obsevasi kemampuan berpikir kritis yang dapat digunakan untuk melihat apakah siswa telah berpikir kritis atau tidak. Lembar observasi ini diisi oleh observer yang berjumlah 1 orang.
Teknik pengolahan data kemampuan berpikir kritis dilakukan dengan deskripsi kemampuan berpikir kritis siswa dan pengujian hipotesis. Deskripsi kemampuan berpikir kritis siswa bertujuan untuk memberikan gambaran tentang karakteristik pencapaian kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dan uji hipotesis bertujuan untuk menguji hipotesis penelitian yang diajukan. Pada uji hipotesis ini, data yang diperoleh dari deskripsi kemampuan berpikir kritis siswa berupa nilai hasil tes siswa yang telah dikonversi dari skor kemampuan berpikir kritis di analisis lebih lanjut dengan uji-t. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang terdiri atas uji normalitas dan uji homogenitas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Deskripsi Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Berdasarkan keseluruhan nilai yang diperoleh siswa, jika kemampuan berpikir kritis siswa dikelompokkan dalam kategori kemampuan berpikir kritis siswa SMA Negeri 11 Makassar, maka diperoleh frekuensi dan persentase kemampuan berpikir kritis siswa pada tabel 4.2. Pada tabel 4.2 terlihat bahwa kategori berpikir kritis baik pada kelas eksperimen sebanyak 4 orang dengan persentase 11,76%, kategori berpikir kritis sedang sebanyak 21 orang dengan presentase 61,76% dan kategori berpikir kritis kurang sebanyak 9 orang dengan persentase 26,47%. Adapun untuk kelas kontrol, jumlah siswa yang kategori berpikir kritis baik hanya 2 orang dengan persentase 6,67%, kategori berpikir kritis sedang sebanyak 9 orang dengan presentase 30% dan kategori berpikir kritis kurang sebanyak 19 orang dengan persentase 63,33%.
Hasil Pengujian Hipotesis
Data yang diperoleh dari penelitian ini selain dianalisis secara deskriptif juga dilakukan uji hipotesis dengan uji-t pada taraf signifikan α = 0,05 yang bertujuan untuk pengujian hipotesis. Syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan pengujian hipotesis adalah pengujian normalitas dan homogenitas.
a. Pengujian Normalitas Data
Berdasarkan hasil analisis pengujian normalitas data dengan menggunakan uji Chi-Kuadrat, nilai χ2hitung yang diperoleh untuk kelas eksperimen yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri yaitu -82,1655 sedangkan untuk kelas kontrol ialah -52,6498. Nilai χ2tabel pada taraf signifikansi α = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) = 3 adalah 7,815. Terlihat bahwa nilai χ2hitung baik untuk kelas eksperimen maupun kontrol lebih kecil daripada χ2tabel, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh pada kedua kelas terdistribusi normal.
b. Pengujian Homogenitas Varians
Berdasarkan hasil analisis pengujian homogenitas varians dengan menggunkana uji-F, diperoleh Fhitung= 1,34 sedangkan Ftabel(0,05)(29/33)= 1,798. Oleh karena Fhitung < Ftabel, maka kedua kelas sampel tersebut berasal dari populasi yang homogen.
c. Pengujian Hipotesis
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh thitung = 2,06. Pada taraf signifikansi α = 0,05 dengan dk 62 diperoleh ttabel = 1,669.
Pembahasan
Berdasarkan deskripsi data kemampuan berpikir kritis siswa menunjukkan gambaran umum kemampuan berpikir kritis siswa baik pada kelas eksperimen maupun kontrol. Pada tabel 4.1 terlihat bahwa nilai tertinggi untuk kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol yaitu 100 untuk kelas eksperimen dan 90 untuk kelas kontrol. Selain nilai tertinggi, nilai rata-rata kelas ekperimen juga lebih besar, yaitu 65,56 sedangkan kelas kontrol sebesar 57,50. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa pada kelas eksperimen yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri lebih tinggi daripada kelas kontrol dengan selisih 8,06 poin. Lebih besarnya nilai tertinggi dan nilai rata-rata menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.
Hasil Posttest yang mewakili 5 indikator berpikir kritis dan terdiri dari beberapa sub indikator yang ada di dalamnya pada kelas eksperimen rata-rata kemampuan berpikir kritisnya lebih tinggi daripada kelas kontrol. Indikator berpikir kritis yang pertama yaitu memberikan penjelasan sederhana, data yang diperoleh dari kelas eksperimen sebesar 95,88% sedangkan pada kelas kontrol sebesar 85,33%. Indikator berpikir kritis yang kedua yaitu membangun keterampilan dasar, data yang diperoleh pada kelas eksperimen sebesar 93,07% sedangkan pada kelas kontrol sebesar 80,69%. Indikator berpikir kritis yang ketiga yaitu mengatur strategi dan taktik, data yang diperoleh dari kelas eksperimen sebesar 60,15% sedangkan pada kelas kontrol sebesar 56,38%. Indikator berpikir kritis yang keempat yaitu memberikan penjelasan lebih lanjut, data yang diperoleh pada kelas eksperimen sebesar 61,57% sedangkan pada kelas kontrol sebesar 47,57%. Indikator berpikir kritis yang kelima yaitu menyimpulkan, data yang diperoleh pada kelas eksperimen sebesar 28,92% sedangkan pada kelas kontrol sebesar 23,06%.
Indikator berpikir kritis yang kelima baik pada kelas kontrol maupun pada kelas eksperimen presentase yang diperoleh tergolong rendah karena kebanyakan siswa tidak menjawab semua soalnya dan kalaupun menjawab semua namun hasil perhitungannya salah sehingga pada saat menyimpulkan menjadi salah pula, pada instrument penelitian terdiri dari sebagian besar soal perhitungan dimana pengajaran yang dilaksanakan lebih mengarah kepada konsep-konsep. Pengajaran dengan konsep-konsep menyebabkan kurangnya contoh-contoh utamanya pada soal perhitungan sehingga mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa, serta sebelum menyimpulkan suatu permasalahan atau soal harus mengatur strategi dan taktik yang baik dan benar-benar matang agar menghasilkan kesimpulan yang baik dan benar.
Berdasarkan hasil posttest kemampuan berpikir kritis siswa juga diperoleh bahawa kemampuan berpikir kritis siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuri dengan presentase siswa yang termasuk dalam kategori berpikir kritis baik sebesar 11,76%, kategori berpikir kritis sedang sebesar 61,76% dan kategori berpikir kritis kurang sebesar 26,47%. Sedangkan pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran langsung diperoleh presentase siswa yang termasuk dalam kategori berpikir kritis baik sebesar 6,67%, kategori berpikir kritis sedang sebesar 30% dan kategori berpikir kritis kurang sebesar 63,33%.
Perbandingan kriteria berpikir kritis dengan kategori baik, sedang dang kurang antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kriteria berpikir kritis baik dan sedang terlihat bahwa kelas eksperimen menunjukkan grafik yang lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hal ini berarti bahwa jumlah siswa yang berpikir kritis dengan kategori baik dan sedang pada kelas eksperimen lebih banyak daripada kelas kontrol. Namun pada kategori berpikir kritis baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol masih berada pada kategori yang cukup rendah. Hal ini dikarenakan beberapa faktor yang menjadi penghambat selama proses penelitian atau pembelajaran seperti masih adanya sebagian siswa yang kadang masih bercanda pada tahap mengumpulkan data dan peneliti yang belum bisa “mendisiplinkan” siswa tersebut. Faktor penghambat yang lain adalah kurangnya siswa yang dapat memecahkan masalah diberikan karena siswa masih terpaku dengan pembelajaran guru menjelaskan sementara siswa yang mendengarkan saja sehingga siswa belum terlatih untuk mencari sendiri jawabannya sehingga waktu yang digunakan sangat lama. Pada kriteria berpikir kritis dengan kategori kurang terlihat bahwa kelas kontrol menunjukkan grafik yang lebih tinggi daripada kelas eksperimen kelas eksperimen. Hal ini berarti bahwa jumlah siswa yang berpikir kritis dengan kategori kurang pada kelas kontrol lebih banyak daripada kelas eksperimen. Dari hasil presentase kemampuan berpikir kritis siswa dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri memberikan pengaruh yang lebih baik daripada pembelajaran langsung terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.
Hasil dari kedua uji normalitas dan uji homogenitas menunjukkan bahwa data kemampuan berpikir kritis siswa terdistribusi normal dan homogen. Dengan demikian dapat dilakukan uji hipotesis menggunakan uji-t. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 2,06 dan ttabel sebesar 1,669. Nilai thitung lebih besar daripada ttabel artinya H1 diterima dan H0 ditolak. H1 diterima berarti hipotesis yang diajukan oleh peneliti yaitu model pembelajaran inkuiri dapat mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI SMA Negeri 11 Makassar pada materi pokok kesetimbangan kimia, diterima atau dengan kata lain terbukti kebenarannya. Jadi hasil analisis statistik inferansial memperkuat hasil analisis deskriptif.
Pembelajaran inkuiri menuntut siswa untuk menemukan jawaban sendiri dari suatu masalah, karena pada prinsipnya pembelajaran inkuiri membantu siswa bagaimana merumuskan pertanyaan, mencari jawaban, atau menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan, serta mengembangkan tingkat berfikir siswa. Pada saat mencari jawaban, mereka akan banyak berdiskusi dengan teman mereka sehingga menambah keakraban mereka satu sama lain untuk saling bertukar pendapat dan menemukan jawaban dari masalah yang diberikan. Dari kegiatan tersebut mengatasi kelemahan pembelajaran inkuiri bahwa pembelajaran inkuiri terlalu menekankan aspek kognitif dan kurang memperhatikan aspek afektif. Adapun kelemahan dari pembelajaran inkuiri lainnya yaitu memerlukan waktu yang banyak, yang dapat diatasi melalui kegiatan pembelajaran yang melibatkan media penyampaian materi dengan alat LCD (power point) dan menyuruh siswa untuk mencari dan mempelajari materi selanjutnya sehingga waktu yang diperlukan dalam proses belajar pembelajaran tidak terlalu lama.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri dapat berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI SMA Negeri 11 Makassar pada materi pokok kesetimbangan kimia, yang dapat diketahui dari hasil analisis perbedaan rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan uji-t serta pada data kategori berpikir kritis, dimana pada kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran inkuiri memperoleh kategori berpikir kritis baik dan sedang yang lebih tinggi daripada kelas kontrol yang menerapkan model pembelajaran langsung.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disarankan kepada para guru hendaknya menggunakan strategi pembelajaran inkuiri khususnya pada materi-materi kimia yang berupa uraian atau penguasaan konsep karena siswa lebih mudah untuk mencari informasi dan menghubungkannya pada materi uraian dari pada perhitungan yang harus memiliki bimbingan atau penjelasan lebih dari guru agar meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Strategi pembelajaran inkuiri sudah terbukti dapat meningkatkan dan menumbuh-kembangkan kemampuan berpikir kritis siswa sehingga baik untuk diterapkan dalam pembelajaran selanjutnya. Serta untuk peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji penelitian yang serupa agar melakukan penelitian dan pengkajian yang lebih dalam dengan memilih materi pokok yang berbeda dengan meningkatkan kedisiplinan dan ketelitian saat melakukan penelitian agar hasil yang diperoleh lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anggareni, dkk. 2013. Implementasi Strategi Pembelajaran Inkuiri terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Pemahaman Konsep IPA Siswa SMP. Journal (Volume 3 Tahun 2013) Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja.
Arikunto, S. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Azmi, Choirina, Unik. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri dengan Pendekatan Pictorial Riddle terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IKIP PGRI Semarang. Semarang
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Rineka cipta. Jakarta.
Dwi, Endah, dkk. 2012. Pembelajaran Kimia Menggunakan Inkuiri Terbimbing dengan Media Modul dan E–Learning ditinjau dari Kemampuan Pemahaman Membaca dan Kemampuan Berpikir Abstrak. Jurnal Inkuiri, ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 2, 2012 (hal 112-120), Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Ennis, R.H. (2002). “An Outline of Goals for a Critical Thinking Curriculum and Its Assessment”. This is a revised version of a presentation at the Sixth International Conference on Thinking at MIT, Cambridge, MA, July, 1994. http://www.criticalthinking.net/goals.html. Diakses pada 12 Januari 2015.
Fauziah, resti, dkk. 2013. Pembelajaran Saintifik Elektronika Dasar Berorientasi Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal pembelajaran saintifik, volume IX, No. 2 166-168. Bandung.
Herdian. 2010. Model Pembelajaran Inkuiri. http://herdy07.wordpress.com/ 2010/05/27/model-pembelajaran-inkuiri/. Diakses pada 14 Juli 2014.
Imaniarta, Imalia, dkk. 2013. Pengembangan Buku Petunjuk Praktikum Kimia SMA Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Materi Laju Reaksi dan Kesetimbangan Kimia. Universitas Negeri Malang. Malang.
Kadhafi, Rizky. 2013. Pengembangan Modul Kesetimbangan Kimia Berbasis Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Untuk SMK. Universitas Negeri Malang. Malang.
Kalsum, Siti, dkk. 2009. Kimia 2 Kelas XI SMA dan MA. Pusat Perbukuan. Jakarta.
Liliasari. 2005. Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sains Kimia Menuju Profesionalisme Guru. Jurnal, program pendidikan IPA, sekolah pascasarjana UPI. Bandung.
Mahmudatussa’adah, Ai. 2011. Pendekatan Inkuiri-Kontekstual Berbasis Teknologi Informasi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berfikir Kritis Mahasiswa. Jurnal pendekatan inkuiri kontekstual, Volume VII, No. 2, 115–119. Bandung.
Permendikbud. 2013. Diklat Guru dalam rangka implementasi kurikulum 2013. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Permendikbud. 2014. Pendekatan dan Strategi Pembelajaran.
Rahardian, Dewi, Titah. 2011. Metode The King Kimia Ala Tentor. Wahyumedia. Jakarta.
Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Rineke Cipta. Jakarta.
Rudystifan. 2012. Pengertian Mengajar. http://rudystifan.blogspot.com/2012/11/pengertian-mengajar.html. Diakses pada 15 Juli 2014.
Rustaman, Nuryani. 2005. Perkembangan penelitian pembelajaran berbasis inkuiri dalam pendidikan sains. Jurnal, fakultas pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Sobihi, Muh dan Siswanto, joko. 2012. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Dan Inkuiri Terbimbing Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Siswa. Prodi Pendidikan Fisika, IKIP PGRI Semarang. Semarang.
Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS). Bumi Aksara. Jakarta.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.
Sumata, I Nyoman, dkk. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran inkuiri terhadap Ketrampilan Berpikir Kritis dan Kinerja Ilmiah pada Pelajaran Biologi Kelas XI IPA SMA NEGERI 2 amlapura. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA (Volume 4 Tahun 2014). Program Studi Pendidikan IPA, Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja
Sutiman. 2013. Penerapan Penilaian Berbasis Kelas Melalui Penyusunan Peta Konsep untuk Meningkatkan Motivasi dan Pemahaman Konsep Kimia Siswa SMA. Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY. Yogyakarta.
Zuriyani, Elsy. 2012. Strategi Pembelajaran Inkuiri Pada Mata Pelajaran IPA Widiyaiswara BDK Palembang. Palembang.