Pengaruh Pendidikan Pelatihan dan Kesejahteraan Terhadap Semangat Kerja Pegawai
PENGARUH PENDIDIKAN PELATIHAN DAN KESEJAHTERAAN TERHADAP SEMANGAT KERJA PEGAWAI
PADA KANTOR CAMAT TOBELO TENGAH
Alfonsius G. Budiman
Dosen Program Studi Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Halmahera
ABSTRAK
Adanya pendidikan pelatihan dan kesejahteraan yang baik dari organisasi akan mempermuda pencapaian tujuan yang ditetapkan oleh sebuah lembaga (kantor Camat Tobelo Tengah) yang lebih menekankan kepada kemampuan mengenai program peningkatan kualitas kerja seorang pegawai seperti yang kita ketahui bahwa pencapaian tujuan organisasi, ini adalah suatu yang dikehendaki setiap organisasi tetapi sebaliknya pegawai yang memiliki kualitas yang rendah sudah tentu akan sukar untuk mencapai hasil yang baik dan memuaskan. Kualitas kerja yang kurang maksimal para pegawai tidak menguntungkan apa bila pegawai tersebut mengalami kesukaran – kesukaran dalam bekerja dan cenderung mudah menyerah dari pada mengatasi berbagai kesukaran tersebut.
Kata kunci: Semangat kerja, Pendidikan pelatihan dan kesejahteraan
PENDAHULUAN
Dalam menghadapi persaingan yang ketat ini dan masa yang akan datang, organisasi memerlukan pegawai yang profesional, yaitu pegawai yang tidak hanya mampu menguasai, memahami dan melaksanakan tugas-tugasnya dengan landasan pengetahuan-pengetahuan, melainkan juga mampu bekerja secara produktif, efisien dan inovatif serta integritas yang tinggi yaitu ketulusan hati dan kejujuran (berbudi luhur). Persyaratan tersebut diharapkan dapat menjadikan organisasi memiliki keunggulan kompetitif dan mampu meningkatkan profitabilitas organisasi.
Tantangan berat yang dihadapi oleh seorang pegawai dalam bekerja yang ditandai dengan berbagai gejala seperti volume kerja yang selalu meningkat, interaksi manusia yang lebih kompleks, tuntutan kemampuan sumber daya manusia adalah bagaimana pimpinan dapat memberikan motivasi kerja bagi pegawai serta pelaksanaan program pelatihan.
Aktivitas pengembangan sumberdaya manusia tidak bisa terlepas dari faktor pelatihan, dimana pelatihan merupakan bagian penting dalam perkembangan kemampuan seseorang yang mengarah pada peningkatan produktivitas kerjanya. Pelatihan yang baik akan memudahkan pegawai untuk berhasil mengembangkan potensi yang dimilikinya, sehingga peserta yang melakukan pelatihan akan mudah mengembangkan potensi yang dimiliki untuk belajar dan berlatih, karena belajar dan berlatih adalah suatu kebutuhan pegawai untuk meningkatkan produktivitas kerjanya.
Adapun perlakuan yang diberikan kepada sumber daya manusia pada setiap organisasi mempunyai kriteria dan dimensi yang berbeda, tergantung kepada kebutuhan, kepentingan dan kondisi organisasi masing-masing. Namun perlakuan yang paling pokok dan mendasar ialah perlakuan yang diberikan melalui pendidikan dan pelatihan.
Program pelatihan bagi pegawai akan menjadikan suatu kekuatan atau kemampuan dari pegawai untuk menghasilkan sesuatu yang bersifat materi atau non materi, baik yang bisa dihitung atau dinilai dengan uang ataupun tidak. Dengan adanya pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan dengan baik, maka segala apa yang diprogramkan organisasi dalam mencapai tujuan umum akan segera tercapai. Program-program pelatihan yang telah ditetapkan organisasi dalam kegiatan peningkatan kinerja pengurus partai diharapkan dapat terlaksana dengan baik agar tercipta pegawai yang terampil sehingga tujuan organisasi tercapai.
Pada hakikatnya pengolahan sumber daya manusia di dalam organisasi adalah hal yang paling esensial untuk menuju kepada efisiensi dan efektivitas tujuan organisasi tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu kiranya manajemen meninjau lebih jauh lagi pengadaaan sumber daya manusia sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan pegawai. Salah satu faktor untuk meningkatkan kesejahteraan pegawai adalah dengan adanya peningkatan kualitas kerja yang diadakan organisasi.
Dalam hal ini setiap pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya diarahkan pada usaha-usaha pencapaian tujuan organisasi yang ditetapkan.. Dalam melaksanakan tugasnya, pegawai dituntut untuk mengutamakan kepentingan organisasi dan sebaliknya organisasi pun harus pula memperhatikan kebutuhan pegawainya, yaitu kebutuhan akan peningkatan kesejahteraan tersebut.
Di sisi lain, adanya pendidikan pelatihan dan kesejahteraan yang baik dari organisasi akan mempermudah pencapaian tujuan yang ditetapkan Kantor Camat Tobelo Tengah yang lebih menekankan kepada kemampuan mengenai program-program peningkatan kualitas kerja pegawai seperti yang kita ketahui bahwa pencapaian tujuan organisasi ini adalah sesuatu yang dikehendaki oleh setiap organisasi tetapi sebaliknya pegawai yang memiliki kualitas yang rendah sudah tentu akan sukar untuk mencapai hasil-hasil yang baik dan memuaskan. Kualitas kerja yang kurang maksimal para pegawai tidak menguntungkan apabila pegawai tersebut mengalami kesukaran-kesukaran dalam kerja dan cenderung mudah menyerah daripada mengatasi berbagai kesukaran tersebut. Hal ini akan berlainan jika pegawai mempunyai kualitas yang tinggi sebab dengan kualitas yang tinggi para pegawai akan berusaha keras untuk mengatasi kesukaran-kesukaran dalam bekerja dan tidak mudah menyerah dalam mengatasi kesukaran tersebut.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Penelitian
Deskripsi hasil penelitian dilakukan agar secara jelas dapat diperoleh gambaran atas pernyataan dari para responden terhadap variabel-variabel yang tercakup dalam penelitian ini, yaitu pengaruh pendidikan pelatihan dan kesejahteraan terhadap semangat kerja pegawai.
Setelah diadakan penelitian di lapangan dengan mengedarkan angket kepada 35 (tiga puluh lima) responden terpilih, kemudian angket ini diperiksa satu persatu untuk dinilai layak atau tidaknya masing-masing angket dianalisis dan diberi skor sesuai dengan jawaban responden. Hasil skor tersebut kemudian direkapitulasi untuk masing-masing variabel dan hasil lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.
Hasil rekapitulasi ini selanjutnya dihitung dengan menggunakan alat bantu komputer. Program yang digunakan untuk menganalisis data adalah program serial statistik SPSS 16.0 for windows.
Kategori Hasil Jawaban Responden Terhadap Variabel Pendidikan Pelatihan
Kelas Interval |
Klasifikasi |
525 – 944 945 – 1.364 1.365 – 1.784 1.785 – 2.204 2.205 – 2.625 |
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju |
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Dengan memperhatikan jumlah jawaban responden untuk variabel pendidikan pelatihan yaitu 2.160, setelah dikonsultasikan dengan tabel di atas, diketahui bahwa hasil perolehan jumlah skor tersebut masuk ke dalam kategori setuju. Artinya bahwa mayoritas responden menyatakan setuju dengan pendidikan pelatihan.
Distribusi Frekuensi Data Variabel Pendidikan Pelatihan (X1)
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Deskripsi Data Variabel Kesejahteraan (X2)
Dengan memperhatikan jumlah jawaban responden untuk variabel kesejahteraan yaitu 2.135, setelah dikonsultasikan dengan tabel di atas, diketahui bahwa hasil perolehan jumlah skor tersebut masuk ke dalam kategori setuju. Artinya bahwa mayoritas responden menyatakan setuju dengan kesejahteraan.
Dari hasil analisis statistik, variabel kesejahteraan memperlihatkan gerakan yang sangat fluktuaktif. Prosentase angka kesejahteraan terendah adalah 49 dan yang tertinggi adalah 74. Dengan demikian, rentangan skor yang muncul adalah sebesar 25 (74 – 49). Angka-angka ini kemudian dianalisis dan hasilnya adalah sebagai berikut:
a. Skor rata-rata (Mean) = 61,000
b. Nilai tengah (Median) = 59,667
c. Modus (Mode) = 55,00
d. Simpangan baku (Standard Deviation) = 6,695
e. Varians (Variance) = 44,824
Apabila disajikan dalam bentuk tabel, maka distribusi frekuensi skor Kesejahteraan (X2)
Sedangkan hasil penelitian Kesejahteraan (X2), jika digambarkan dalam bentuk grafik histogram, maka hasilnya akan terlihat pada Gambar 4.1 hal. 57
Deskripsi Data Variabel Semangat kerja pegawai (Y)
Dengan memperhatikan jumlah jawaban responden untuk variabel semangat kerja pegawai yaitu 2.252, setelah dikonsultasikan dengan tabel di atas, diketahui bahwa hasil perolehan jumlah skor tersebut masuk ke dalam kategori sangat setuju. Artinya bahwa mayoritas responden menyatakan sangat setuju dengan semangat kerja pegawai.
Dari hasil analisis statistik, variabel semangat kerja pegawai memperlihatkan gerakan yang sangat fluktuaktif. Prosentase angka semangat kerja pegawai terendah adalah 46 dan yang tertinggi adalah 74. Dengan demikian, rentangan skor yang muncul adalah sebesar 28 (74 – 46). Angka-angka ini kemudian dianalisis dan hasilnya adalah sebagai berikut:
a. Skor rata-rata (Mean) = 64,3429
b. Nilai tengah (Median) = 64,000
c. Modus (Mode) = 60,00
d. Simpangan baku (Standard Deviation) = 6,584
e. Varians (Variance) = 43,350
Apabila disajikan dalam bentuk tabel, maka distribusi frekuensi skor Semangat kerja pegawai (Y) dapat dilihat pada Tabel 4.6 dibawah ini:
Sedangkan hasil penelitian Semangat kerja pegawai (Y), jika digambarkan dalam bentuk grafik histogram, maka hasilnya akan terlihat pada Gambar 4.3 sebagai berikut:
Pengujian Persyaratan Analisis
Pengujian persyaratan analisis yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah uji validitas dan reliabilitas, serta uji asumsi klasik. Untuk masing-masing pengujian diuraikan sebagai berikut:
Pengujian Validitas Instrumen
Dalam penelitian ini, pengujian validitas instrumen atau alat pengukur data digunakan rumus korelasi dari Pearson Product Moment. Pengujian validitas instrumen dari setiap pernyataan (item) digunakan analisis butir, yaitu mengkorelasikan skor setiap butir pernyataan dengan skor total yang merupakan jumlah skor dari setiap butir pernyataan.
Setelah dilakukan perhitungan dengan teknik korelasi “product moment†diperoleh koefisien korelasi butir (r-hitung) untuk 15 butir instrumen (kuesioner) dengan sampel sebanyak 35 orang dengan a = 0,05 didapat rtabel 0,334, artinya bila rhitung < rtabel, maka butir instrumen tersebut tidak valid dan apabila rhitung > rtabel, maka butir instrumen tersebut dapat digunakan (valid).
Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini, peneliti mengajukan beberapa hipotesis untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari tiga variabel dengan tiga tahap penelitian. Pengolahan data penelitian menggunakan bantuan komputer dengan program Statistical Product for Service Solution (SPSS) Versi 16.0 for windows. Untuk masing-masing pengujiannya diuraikan sebagai berikut:
Pengaruh Pendidikan Pelatihan Terhadap Semangat Kerja Pegawai
Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Terdapat pengaruh pendidikan pelatihan terhadap semangat kerja pegawaiâ€. Kuat lemahnya hubungan antara variabel Pendidikan pelatihan (X1) dengan Semangat kerja pegawai (Y) dapat diketahui melalui analisis korelasi. Sedangkan untuk mengetahui besarnya pengaruh antara variabel tersebut dilakukan analisis regresi sederhana.
Hasil analisis korelasi memperlihatkan bahwa hubungan antara variabel pendidikan pelatihan dengan semangat kerja pegawai sebesar 0,864, artinya keeratan hubungan antara pendidikan pelatihan dengan semangat kerja pegawai adalah 86,4%. Hubungan ini menunjukkan sangat kuat karena berada di antara 0,800 – 1,000, yang berarti apabila pendidikan pelatihan meningkat, maka semangat kerja pegawai juga meningkat atau sebaliknya.
Koefisien determinasi (r2) variabel pendidikan pelatihan terhadap semangat kerja pegawai adalah 0,746. Hal ini berarti bahwa 74,6% variasi yang terjadi pada variabel semangat kerja pegawai dapat diprediksi oleh variabel pendidikan pelatihan, atau dengan kata lain variabel pendidikan pelatihan sebagai variabel predikator dapat diandalkan untuk memprediksi variabel semangat kerja pegawai sebesar 74,6%.
Hasil analisis data memperlihatkan persamaan regresi sederhana, yaitu Å· = 17,095 + 0,431X1. Hal ini bahwa kontribusi variabel Pendidikan pelatihan (X1) terhadap Semangat kerja pegawai (Y) adalah 0,431. Angka ini menginformasikan bahwa 43,1% variabel semangat kerja pegawai pada Staf Personel Angkatan Darat dipengaruhi oleh pendidikan pelatihan, artinya jika pendidikan pelatihan dapat ditingkatkan sebanyak satu unit skor, maka akan mempengaruhi peningkatan semangat kerja pegawai sebesar 43,1%.
Untuk menguji signifikansi persamaan regresi sederhana di atas dilakukan uji t. Dengan program SPSS diperoleh nilai thitung dan signifikansinya sebagai berikut:
Uji t Untuk Variabel Pendidikan Pelatihan (XÂ1)
Sumber: Data olahan
Keputusan yang diambil untuk uji t adalah sebagai berikut:
Ho: b1 = 0 ; tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan pendidikan pelatihan terhadap semangat kerja pegawai.
Ha: b1 ¹ 0 ; terdapat pengaruh yang positif dan signifikan pendidikan pelatihan terhadap semangat kerja pegawai.
Dasar dari pengambilan keputusan adalah membandingkan thitung dengan ttabel adalah sebagai berikut:
Jika thitung < ttabel maka Ha ditolak, Ho diterima
Jika thitung > ttabel maka Ha diterima, Ho ditolak
Berdasarkan Tabel 4.12, nilai t hitung sebesar 3,217, sedangkan besarnya ttabel pada a (0,05) sebesar 2,042. Dengan demikian thitung > ttabel, sehingga jelas Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan pelatihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap semangat kerja pegawai.
Dari hasil analisis koefisien korelasi, determinasi, persamaan regresi, dan uji t hitung di atas, pernyataan yang menyatakan bahwa “Terdapat pengaruh positif dan signifikan pendidikan pelatihan terhadap semangat kerja pegawai†dapat diterima dengan bukti-bukti empiris.
Pengaruh Kesejahteraan Terhadap Semangat Kerja Pegawai
Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Terdapat pengaruh kesejahteraan terhadap semangat kerja pegawaiâ€. Kuat lemahnya hubungan antara variabel Pendidikan pelatihan (X1) dengan Semangat kerja pegawai (Y) dapat diketahui melalui analisis korelasi. Sedangkan untuk mengetahui besarnya pengaruh antara variabel tersebut dilakukan analisis regresi sederhana.
Hasil analisis korelasi memperlihatkan bahwa hubungan antara variabel kesejahteraan dengan semangat kerja pegawai sebesar 0,807, artinya keeratan hubungan antara kesejahteraan dengan semangat kerja pegawai adalah 80,7%. Hubungan ini menunjukkan sangat kuat karena berada di antara 0,800 – 1,000, yang berarti apabila kesejahteraan meningkat, maka semangat kerja pegawai juga meningkat atau sebaliknya.
Koefisien determinasi (r2) variabel kesejahteraan terhadap semangat kerja pegawai adalah 0,651. Hal ini berarti bahwa 65,1% variasi yang terjadi pada variabel semangat kerja pegawai dapat diprediksi oleh variabel kesejahteraan, atau dengan kata lain variabel kesejahteraan sebagai variabel predikator dapat diandalkan untuk memprediksi variabel semangat kerja pegawai sebesar 65,1%.
Hasil analisis data memperlihatkan persamaan regresi sederhana, yaitu Å· = 17,095 + 0,338X2. Hal ini bahwa kontribusi variabel Kesejahteraan (X2) terhadap Semangat kerja pegawai (Y) adalah 0,338. Angka ini menginformasikan bahwa 33,8% variabel semangat kerja pegawai dipengaruhi oleh kesejahteraan, artinya jika kesejahteraan dapat ditingkatkan sebanyak satu unit skor, maka akan mempengaruhi peningkatan semangat kerja pegawai sebesar 33,8%.
Untuk menguji signifikansi persamaan regresi sederhana di atas dilakukan uji t. Dengan program SPSS diperoleh nilai thitung dan signifikansinya sebagai berikut:
Uji t Untuk Variabel Kesejahteraan (XÂ2)
Sumber: Data olahan
Keputusan yang diambil untuk uji t adalah sebagai berikut:
Ho: b2 = 0 ; tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan kesejahteraan terhadap semangat kerja pegawai.
Ha: b2 ¹ 0 ; terdapat pengaruh yang positif dan signifikan kesejahteraan terhadap semangat kerja pegawai.
Dasar dari pengambilan keputusan adalah membandingkan thitung dengan ttabel adalah sebagai berikut:
Jika thitung < ttabel maka Ha ditolak, Ho diterima
Jika thitung > ttabel maka Ha diterima, Ho ditolak
Berdasarkan Tabel 4.13, nilai t hitung sebesar 2,339, sedangkan besarnya ttabel pada a (0,05) sebesar 2,042. Dengan demikian thitung > ttabel, sehingga jelas Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa kesejahteraan berpengaruh positif dan signifikan terhadap semangat kerja pegawai.
Dari hasil analisis koefisien korelasi, determinasi, persamaan regresi, dan uji t hitung di atas, pernyataan yang menyatakan bahwa “Terdapat pengaruh positif dan signifikan kesejahteraan terhadap semangat kerja pegawai†dapat diterima dengan bukti-bukti empiris.
Pengaruh Pendidikan Pelatihan Dan Kesejahteraan Terhadap Semangat Kerja Pegawai
Bunyi hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah “Terdapat pengaruh pendidikan pelatihan dan kesejahteraan secara bersama-sama terhadap semangat kerja pegawaiâ€. Kuat lemahnya hubungan antara variabel kesejahteraan (X1) dan motivasi berprestasi (X2) secara bersama-sama dengan kinerja guru (Y) dapat diketahui melalui analisis korelasi berganda, sedangkan untuk mengetahui bentuk pengaruh kedua variabel tersebut dilakukan dengan analisis regresi berganda.
Hasil analisis korelasi memperlihatkan bahwa hubungan antara variabel pendidikan pelatihan dan kesejahteraan secara bersama-sama terhadap semangat kerja pegawai sebesar 0,923, artinya keeratan hubungan antara pendidikan pelatihan dan kesejahteraan dengan semangat kerja pegawai adalah 92,3%. Hubungan ini menunjukkan sangat kuat karena berada di antara 0,800 – 1,000, yang berarti apabila pendidikan pelatihan dan kesejahteraan meningkat, maka semangat kerja pegawai juga meningkat atau sebaliknya.
Koefisien determinasi (r2) variabel pendidikan pelatihan dan kesejahteraan secara bersama-sama terhadap semangat kerja pegawai adalah 0,852. Hal ini berarti bahwa 85,2% variasi yang terjadi pada variabel semangat kerja pegawai dapat diprediksi oleh variabel pendidikan pelatihan dan kesejahteraan atau dengan kata lain variabel pendidikan pelatihan dan kesejahteraan sebagai variabel predikator dapat diandalkan untuk memprediksi variabel semangat kerja pegawai sebesar 85,2%.
Hasil analisis data memperlihatkan persamaan regresi berganda, yaitu: Å· = 17,095 + 0,431X1 + 0,338X2. Hal ini bahwa kontribusi masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Kontribusi variabel Pendidikan pelatihan (X1) terhadap variabel Semangat kerja pegawai (Y) adalah 0,431. Angka ini menginformasikan bahwa 43,1% variabel semangat kerja pegawai dipengaruhi oleh pendidikan pelatihan, artinya jika pendidikan pelatihan dapat ditingkatkan sebanyak satu unit skor, maka akan mempengaruhi peningkatan semangat kerja pegawai sebesar 43,1%.
b. Kontribusi variabel Kesejahteraan (X2) terhadap Semangat kerja pegawai (Y) adalah 0,338. Angka ini menginformasikan bahwa 33,8% variabel semangat kerja pegawai dipengaruhi oleh kesejahteraan, artinya jika kesejahteraan dapat ditingkatkan sebanyak satu unit skor, maka akan mempengaruhi peningkatan semangat kerja pegawai sebesar 33,8%.
Untuk menguji signifikansi persamaan regresi sederhana di atas dilakukan uji F. Dengan program SPSS diperoleh nilai Fhitung dan signifikansinya sebagai berikut:
Pengujian Hipotesis Uji F
Sumber: Data olahan
Keputusan yang diambil dalam uji F adalah sebagai berikut:
Ho: b1 = b2 = 0 ; tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan pendidikan pelatihan dan kesejahteraan secara bersama-sama terhadap semangat kerja pegawai.
Ha: salah satu atau kedua ba ¹ 0 ; terdapat pengaruh yang positif dan signifikan pendidikan pelatihan dan kesejahteraan secara bersama-sama terhadap semangat kerja pegawai.
Dasar pengambilan keputusan adalah:
Jika Fhitung < Ftabel maka Ha diterima
Jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak
Dari hasil analisis diperoleh Fhitung sebesar 17,538, sedangkan harga kritis nilai Ftabel dengan derajat bebas pembilang 2 dan penyebut 32 pada a (0,05) sebesar 3,30. Dengan demikian Fhitung > Ftabel, sehingga jelas Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama pendidikan pelatihan dan kesejahteraan dapat meningkatkan semangat kerja pegawai.
Berdasarkan nilai koefisien korelasi berganda, koefisien korelasi sederhana, persamaan regresi berganda, dan uji F, pernyataan yang menyatakan bahwa “Terdapat pengaruh pendidikan pelatihan dan kesejahteraan secara bersama-sama terhadap semangat kerja pegawai†dapat diterima dengan bukti-bukti empiris.
Pembahasan
Merujuk pada hasil analisis pengaruh pendidikan pelatihan dan kesejahteraan terhadap semangat kerja pegawai, maka perlu dibahas eksistensi masing-masing variabel sebagai berikut:
Pengaruh Pendidikan Pelatihan Terhadap Semangat Kerja Pegawai
Dari hasil analisis diketahui bahwa terdapat pengaruh pendidikan pelatihan terhadap semangat kerja pegawai. Hasil analisis korelasi memperlihatkan bahwa hubungan antara variabel pendidikan pelatihan dengan semangat kerja pegawai sebesar 0,864, artinya keeratan hubungan antara pendidikan pelatihan dengan semangat kerja pegawai adalah 86,4%. Koefisien determinasi (r2) variabel pendidikan pelatihan terhadap semangat kerja pegawai adalah 0,746. Hal ini berarti bahwa 74,6% variasi yang terjadi pada variabel semangat kerja pegawai dapat diprediksi oleh variabel pendidikan pelatihan.
Nilai t hitung sebesar 3,217, sedangkan besarnya ttabel dengan derajat bebas 34 pada a (0,025) sebesar 2,042. Dengan demikian thitung > ttabel, sehingga jelas Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan pelatihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap semangat kerja pegawai.
Pengaruh Kesejahteraan Terhadap Semangat Kerja Pegawai
Dari hasil analisis diketahui bahwa terdapat pengaruh kesejahteraan terhadap semangat kerja pegawai. Hasil analisis korelasi memperlihatkan bahwa hubungan antara variabel kesejahteraan dengan semangat kerja pegawai sebesar 0,807, artinya keeratan hubungan antara kesejahteraan dengan semangat kerja pegawai adalah 80,7%. Koefisien determinasi (r2) variabel kesejahteraan terhadap semangat kerja pegawai adalah 0,651. Hal ini berarti bahwa 65,1% variasi yang terjadi pada variabel semangat kerja pegawai dapat diprediksi oleh variabel kesejahteraan.
Nilai t hitung sebesar 2,339, sedangkan besarnya ttabel dengan derajat bebas 34 pada a (0,025) sebesar 2,042. Dengan demikian thitung > ttabel, sehingga jelas Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa kesejahteraan berpengaruh positif dan signifikan terhadap semangat kerja pegawai.
Pengaruh Pendidikan Pelatihan dan Kesejahteraan Terhadap Semangat Kerja Pegawai
Dari hasil analisis diketahui bahwa terdapat pengaruh pendidikan pelatihan dan kesejahteraan secara bersama-sama terhadap semangat kerja pegawai. Hasil analisis korelasi memperlihatkan bahwa hubungan antara variabel pendidikan pelatihan dan kesejahteraan secara bersama-sama terhadap semangat kerja pegawai sebesar 0,923, artinya keeratan hubungan antara pendidikan pelatihan dan kesejahteraan dengan semangat kerja pegawai adalah 92,3%. Koefisien determinasi (r2) variabel pendidikan pelatihan dan kesejahteraan secara bersama-sama terhadap kinerja pegawai adalah 0,852. Hal ini berarti bahwa 85,2% variasi yang terjadi pada variabel semangat kerja pegawai dapat diprediksi oleh variabel pendidikan pelatihan dan kesejahteraan.
Dari hasil analisis diperoleh Fhitung sebesar 17,538, sedangkan harga kritis nilai Ftabel dengan derajat bebas pembilang 2 dan penyebut 32 pada a (0,05) sebesar 3,30. Dengan demikian Fhitung > Ftabel, sehingga jelas Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama pendidikan pelatihan dan kesejahteraan dapat meningkatkan semangat kerja pegawai.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan dengan perhitungan secara statistik, keterikatan antara variabel-variabel tersebut dapat dilihat dalam bentuk pengaruh variabel bebas dan variabel terikat yang hasilnya dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dari hasil analisis diketahui bahwa terdapat pengaruh pendidikan pelatihan terhadap semangat kerja pegawai. Koefisien determinasi (r2) variabel pendidikan pelatihan terhadap semangat kerja pegawai adalah 0,746. Hal ini berarti bahwa 74,6% variasi yang terjadi pada variabel semangat kerja pegawai dapat diprediksi oleh variabel pendidikan pelatihan. Nilai t hitung sebesar 3,217, sedangkan besarnya ttabel pada a (0,05) sebesar 2,042. Dengan demikian thitung > ttabel, sehingga jelas Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan pelatihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap semangat kerja pegawai.
2. Dari hasil analisis diketahui bahwa terdapat pengaruh kesejahteraan terhadap semangat kerja pegawai. Koefisien determinasi (r2) variabel kesejahteraan terhadap semangat kerja pegawai adalah 0,651. Hal ini berarti bahwa 65,1% variasi yang terjadi pada variabel semangat kerja pegawai dapat diprediksi oleh variabel kesejahteraan. Nilai t hitung sebesar 2,339, sedangkan besarnya ttabel pada a (0,05) sebesar 2,042. Dengan demikian thitung > ttabel, sehingga jelas Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa kesejahteraan berpengaruh positif dan signifikan terhadap semangat kerja pegawai.
3. Dari hasil analisis diketahui bahwa terdapat pengaruh pendidikan pelatihan dan kesejahteraan secara bersama-sama terhadap semangat kerja pegawai. Koefisien determinasi (r2) variabel pendidikan pelatihan dan kesejahteraan secara bersama-sama terhadap kinerja pegawai adalah 0,852. Hal ini berarti bahwa 85,2% variasi yang terjadi pada variabel semangat kerja pegawai dapat diprediksi oleh variabel pendidikan pelatihan dan kesejahteraan. Dari hasil analisis diperoleh Fhitung sebesar 17,538, sedangkan harga kritis nilai Ftabel dengan derajat bebas pembilang 2 dan penyebut 32 pada a (0,05) sebesar 3,30. Dengan demikian Fhitung > Ftabel, sehingga jelas Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama pendidikan pelatihan dan kesejahteraan dapat meningkatkan semangat kerja pegawai.
Saran
Mengacu pada kesimpulan di atas, maka penulis dapat memberikan beberapa saran untuk lebih meningkatkan semangat kerja pegawai, sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan semangat kerja pegawai, hendaknya organisasi memberikan pendidikan pelatihan kepada pegawai. Metode pendidikan pelatihan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan organisasi dan latar belakang pendidikan para pegawai, agar pegawai dapat memahami metode pendidikan yang dijalaninya dengan baik.
2. Untuk meningkatkan kesejahteraan, pegawai diberi kebutuhan materi selain gaji, yaitu tunjangan antara lain tunjangan kesehatan, tunjangan hari tua dan berbagai jenis pemenuhan kebutuhan yang bersifat materi maupun non materi.
3. Untuk meningkatkan semangat kerja pegawai, maka perlu adanya pendidikan pelatihan yang diberikan oleh organisasi dan memperhatikan tingkat kesejahteraan pegawai, selain itu hendaknya tersedianya fasilitas yang memadai dalam menunjang pekerjaan, dan lingkungan kerja yang aman dan nyaman.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Darma, 2000, Perencanaan Sumber Daya Manusia, Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Asnawi Sahlan, 2002, Aplikasi Psikologi Dalam Manajemen Sumberdaya Manusia Perusahaan, Pusgrafin, Jakarta.
Azhari, Azril, 2002, Metodologi Penelitian, Bagian Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta.
Bambang Kusriyanto, 2004, Meningkatkan Produktivitas Kerja Pegawai, Seri Manajemen, PT. Pustaka Binaan Pressindo.
Buchari, Zainun, 2004, Administrasi Manajemen Kepegawaian Pemerintahan Negara Indonesia, P.T. Balai Pustaka, Jakarta.
Flippo, Edwin B., 2002, Manajemen Personalia (terjemahan Moh. Masud), Penerbit Erlangga, Jakarta.
Hadayana Pujaatmaka, 2003, Menerapkan Strategi Menjadi Aksi: Balanced Scorecard, Jakarta: Penerbit Erlangga.
Handoko T. Hani, 2001, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, BPFE, Yogyakarta.
Heidjrachman Ranupandojo, 2004, Manajemen Personalia, Edisi IV, BPFE, Yogyakarta.
ÂÂÂÂÂÂÂÂÂÂÂÂÂÂÂ__________________________, dan Suad Husnan, 2002, Manajemen Personalia, Yogyakarta: Edisi Keempat BPFE.
IG. Wursanto, 2000, Dasar-dasar Manajemen Personalia, Pustaka Dian, Jakarta.
Malayu S.P. Hasibuan, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia, CV. Haji Masagung, Jakarta.
Mangkunegara, Anwar Prabu, 2004, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, PT. Remaja Rosdakarya Bandung.
Moekijat, 2002, Dasar-dasar Administrasi dan Manajemen Perusahaan, CV. Mandar Maju, Bandung.
Moh. Agus Tulus, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit Rineka Cipta.
Moh. As’ad, 2001, Psikologi Industri, Seri Ilmu Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Liberty.
Nitisemito, Alex, 2002, Manajemen Personalia, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Notoatmojo, S., 2003, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Rineka Cipta Jakarta
Siagian, Sondang P., 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta.
Simamora, Henry, 2004, Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit Bagian Penerbitan STIE YKPN Yogyakarta.
Sugiyono, 2004, Metode Penelitian Administrasi, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Wirijadinata, 2001, Manajemen Kepegawaian, PT. Anugrah Ilmu, Jakarta.