Pengaruh Perang Dagang Amerika Serikat – China Terhadap Perekonomian Indonesia
PENGARUH PERANG DAGANG AMERIKA SERIKAT – CHINA
TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA
Gabriela Amanda W.
Mahasiswi Progdi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
Tri Widiarto
Dosen Pendidikan Sejarah Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
ABSTRACT
United States President, Donald Trump indicated that he would direct the economy of the United States to protectionism. This was increasingly seen after the United States officially declared a trade war with China on July 6, 2018 ago. Tariff war between the United States and China also occurs because China is considered to often violate copyright or intellectual property rights, especially US products. As a result of the trade war, a number of countries were worried that they would be adversely affected, including Indonesia. This journal discusses whether the US-China trade war had an impact on the Indonesian economy, and how it affected.
Keywords: trade war, Indonesian economy
Pendahuluan
Sejak masa kampanye kepresidenannya, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump telah mengindikasikan akan mengarahkan perekonomian Amerika Serikat kepada proteksionisme. Hal tersebut semakin terlihat setelah Donald Trump secara resmi memulai perang dagang terhadap China pada 6 Juli 2018 lalu. Trump memulai perang dagang tersebut dengan mengenakan tarif sebesar US$34 miliar atau sekitar Rp. 489 triliun kepada ratusan produk impor asal China.
Dalam beberapa kesempatan, Trump menyampaikan kecamannya atas kebijakan dagang China yang dinilai merugikan Amerika Serikat. Dikutip dari situs Voice of America, Trump mengklaim bahwa defisit perdagangan Amerika Serikat dengan China mencapai angka kronis, yaitu sekitar US$347 miliar (2016 dan 2017). Trump juga menuding Negeri Tirai Bambu sengaja merekayasa mata uangnya agar ekspornya bisa lebih bersaing di dunia, demikian dikutip dari situs BBC. Selain itu,Trump menyebut bahwa Amerika Serikat ingin “menghukum” Tiongkok karena dinilai kerap melanggar hak cipta atau hak atas kekayaan intelektual / HAKI, khususnya produk buatan produsen Amerika Serikat. China memutuskan untuk melawan dengan pemberlakuan tarif masuk impor barang-barang asal Amerika Serikat dengan jumlah yang sama, yaitu sebesar US$34 miliar. Makin panas, Amerika Serikat kembali menambah daftar produk untuk dikenai tarif, termasuk barang-barang konsumsi hingga senilai US$200 miliar pada 24 September 2018. Sejumlah negara pun was-was dan khawatir terkena dampak buruk, termasuk Indonesia, sebab efek perang dagang bersifat multilateral (Obstefeld, 2018). Jurnal ini membahas apakah perang dagang Amerika Serikat-China tersebut berdampak terhadap perekonomian Indonesia, dan bagaimana pengaruhnya.
Prespektif Para Ahli
Pakar Inovasi Ekonomi Universitas Indonesia, Fithra Faishal Hastadi menilai dampak perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat dengan China dapat memicu pelemahan ekonomi dunia. Akibat dari perang dagang tersebut setidaknya bisa berdampak pada pertumbuhan ekonomi dunia hingga 0,8 persen, sementara target dari International Monetary Fund (IMF) sendiri adalah 3,9 persen. Meski demikian, dampaknya terhadap Indonesia hanya 0,1 persen karena kontribusi Indonesia pada perdagangan internasional tidak begitu besar, sehingga tidak memiliki dampak langsung. Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto juga menilai perang dagang Amerika Serikat dengan China tidak memiliki dampak yang terlalu dalam bagi Indonesia. Hal itu dikarenakan Indonesia bukan mitra dagang terbesar Amerika Serikat, yang bahkan tidak masuk ke peringkat 15 besar. Neraca perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat sendiri mengalami surplus US $3,56 miliar pada periode Januari hingga Mei 2018, sehingga dinilai masih ada peluang bagi Indonesia untuk mengalami surplus neraca perdagangan. Sementara itu, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani mengatakan kajian generalized system of preferences (GSP) yang dilakukan Amerika Serikat tidak serta merta menjadi mimpi buruk bagi Indonesia. Berdasarkan data GSP Amerika Serikat tahun 2016, Indonesia hanya memperoleh manfaat GSP sebanyak US $1,8 miliar dari total ekspor Indonesia ke Amerika Serikat sebesar US $ 20 miliar. Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukito pun menyebut pemerintah belum mengkawatirkan perang dagang antara Amerika Serikat dengan China karena dianggap tidak akan mempengaruhi hubungan dagang Indonesia dengan masing-masing negara tersebut. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementrian Perdagangan Oke Nurwan mengatakan justru momen perang dagang akan dimanfaatkan pemerintah untuk mencari keuntungan dengan meningkatkan ekspor ke Amerika Serikat dan China.
Jika Amerika Serikat dan China pada akhirnya mengalami pelemahan ekonomi akibat perang dagang yang berlanjut, pengaruh ke Indonesia relatif lebih besar menurut ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro. Amerika Serikat merupakan mitra dagang yang penting bagi Indonesia, dilihat dari jumlah ekspor Indonesia ke Amerika Serikat yang menempati peringkat kedua dari total ekspor Indonesia. Berdasarkan data dari Trade Map dan CEIC, share ekspor Indonesia ke negeri Paman Sam meningkat dari tahun ke tahun, yaitu sebesar 9,4 persen pada tahun 2014, 10,9 persen pada tahun 2015, 11,3 persen pada tahun 2016, dan 10,6 persen pada tahun 2017. Jumlah ekspor Indonesia ke China juga tidak kalah besar. Ekspor ke China pada tahun 2014 sebesar 10 persen dari total ekspor, tahun 2015 sebesar 10,1 persen, tahun 2016 sebesar 11,2 persen, dan tahun 2017 sebesar 13,2 persen. Sehingga menurut perhitungan, setiap perlambatan pertumbuhan ekonomi 1 persen di China, pertumbuhan ekonomi Indonesia ikut turun 0,09 persen. Sama halnya dengan Amerika Serikat, jika pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat melambat sebesar 1 persen, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia juga akan turun sebesar 0,07 persen.
Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) menyatakan ada beberapa dampak perang dagang Amerika Serikat-China yang bisa berimbas ke Indonesia karena ketidakpastian ekonomi sehingga menekan harga dunia termasuk harga komoditas ekspor dari Inonesia. Senada dengan APINDO, Ekonom Institute of Economics and Finance (INDEF) Bima Yudistira mengatakan dampak perang dagang Amerika Serikat dan China terhadap pasar dalam negeri cukup besar termasuk terhadap permintaan bahan baku. Terutama Indonesia berada di urutan paling bawah dalam rantai pasok karena sebagai pemasok bahan baku mentah dan bahan baku penolong. Sehingga kalau ada penurunan produksi dari Amerika Serikat maupun China akan berdampak pada penurunan permintaan bahan baku. Sebenarnya penurunan permintaan ini sudah terlihat sejak kwartal pertama 2018 dimana ekspor komoditas andalan seperti kelapa sawit mengalami penurunan sekitar 15 persen. Apabila terus dibiarkan, defisit neraca perdagangan bisa berlanjut di semester 2, yang berefek pada pelemahan nilai tukar rupiah karena ekspor yang rendah sehingga permintaan terhadap rupiah menurun.
Sedangkan menurut Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, perang dagang antara Amerika Serikat dengan China memiliki dampak positif dan negatif. Ada kemungkinan impor barang konsumsi China yang dilarang Amerika Serikat akan menyerbu Indonesia, sehingga harga barang menjadi lebih murah dan menguntungkan konsumen. Namun bagi produsen arus barang impor tentu membuat produsen dalam negeri khawatir daya saingnya berkurang.
Pada lingkup daerah, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengkhawatirkan perang dagang Amerika Serikat dengan China bisa berdampak pada perkembangan ekonomi daerah, yang berpotensi mengarah pada kawasan dengan masyarakat yang bergantung pada industri manufaktur, khususnya tekstil. Pasalnya, tekstil menjadi salah satu barang ekspor yang terkena penghapusan insentif GSP. Kebijakan tersebut otomatis akan mempengaruhi jumlah ekspor Indonesia ke Amerika Serikat.
Apabila ekspor produk atau komoditas terganggu. dikhawatirkan perekonomian di daerah penghasil komoditas atau barang ekspor tersebut bisa terganggu.
Kurs Rupiah Melemah Sebagai Dampak Perang Dagang Amerika Serikat-China
Menurut Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Darmin Nasution , ada dua hal yang menyebabkan depresiasi rupiah terhadap dollar AS. Kedua hal tersebut adalah perbaikan ekonomi Amerika Serikat dan perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat dan China. Hal tersebut kemudian berimbas terhadap ketidakstabilan perekonomian global. Darmin bahkan ragu ketidakstabilan tersebut dapat berakhir pada kuartal 1 2019. Sementara itu,Presiden Joko Widodo dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun senada dengan Darmin. Jokowi menilai pelemahan kurs mata uang global terjadi karena faktor eksternal yaitu kenaikan suku bunga di Amerika Serikat akibat perang dagang antara AS dengan Tiongkok. Sri Mulyani pun menyebutkan bahwa faktor eksternal berperan besar sebagai penyebab depresiasi rupiah selama sepekan terakhir. Untuk data kurs rupiah pada Kamis, 22 November 2018, nilai tukar rupiah sebesar Rp.14.592 berdasarkan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia.
Indonesia Tidak Termasuk 10 Negara yang Paling Berisiko Merasakan Dampak Perang Dagang Amerika Serikat – China
Ekonom Pictet Asset Management pernah menunjukkan sebuah model grafik untuk memeringkat negara-negara yang sekiranya akan paling berisiko merasakan dampak perang dagang Amerika Serikat-China. Data grafik tersebut dibuat berdasarkan integrasi Pictet Asset Management ke Global Value Chain (Sebuah jaringan produksi global yang menghubungkan produsen lokal asal negara berkembang ke pasar internasional).
Terdapat 10 negara yang diperkirakan merasakan risiko terbesar dari dampak perang dagang Amerika Serikat-China berdasarkan model tersebut, beserta porsi partisipasinya dalam Global Value Chain, sesuai dengan presentase dari ekspor total.
1 |
Luksemburg |
70,8% |
2 |
Taiwan |
67,6% |
3 |
Slowakia |
67,3% |
4 |
Hungaria |
65,1% |
5 |
Republik Ceko |
64,7% |
6 |
Korea Selatan |
62,1% |
7 |
Singapura |
61,6% |
8 |
Malaysia |
60,4% |
9 |
Islandia |
59,3% |
10 |
Irlandia |
59,2% |
Berdasarkan grafik yang disusun Pictet Management tersebut, Indonesia masuk ke nomor 13 dari bawah dalam Global Value Chain, yang berarti partisipasi Indonesia masih rendah. Karena sebagian besar ekspor Indonesia ke China berbentuk bahan baku, Indonesia hanya akan terkena dampak tidak langsung dari penurunan industri China. Sedangkan dari sisi hubungan dengan Amerika Serikat, Indonesia masih memperoleh manfaat GSP kategori A. Indonesia mendapat pemotongan tarif bea masuk di Amerika Serikat untuk 3500 produk, termasuk sebagian produk agrikultur, produk tekstil, garmen, dan perkayuan. Ini berarti dampak perang dagang Amerika Serikat-China baru akan dirasakan Indonesia apabila pemerintahan Donald Trump mengevaluasi kebijakan tersebut.
Perang Dagang Amerika Serikat-China Justru Sanggup Jadi Peluang Bagi Indonesia
Dampak dari perang dagang antara Amerika Serikat dengan China justru membuka peluang bagi Indonesia untuk dapat mendongkrak ekspor. Peningkatan ekspor dapat dilakukan dengan membuka perjanjian dagang. Ketua Komite Tetap Pengembangan Ekspor Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Handito Joewono mengatakan pengembangan ekspor dapat dilakukan dengan lima tahap, yaitu dengan cara menambah jumlah eksportir, melakukan diversifikasi produk ekspor, mengembangkan pasar baru dengan menambah negara yang belum termanfaatkan, peningkatan harga ekspor yang dapat disebabkan oleh tingginya permintaan di China dan Amerika Serikat setelah kurang pasokan akibat perang dagang, dan pengembangan ekosistem ekspor. Menurut Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional, Iman Pambagyo, beberapa komoditas yang bisa diekspor Indonesia adalah baja, alumunium, buah, dan besi,
Selain itu, Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kementrian Perdagangan (Kemdag) Kasan menambahkan bahwa perang dagang Amerika Serikat-China dapat menaikkan posisi negara ketiga dalam perdagangan. Berdasarkan data BP3, ekspor China ke Amerika Serikat akan turun sebesar US$5,3 miliar. Sedangkan ekspor Amerika Serikat ke China akan turun sebesar US$7,9 miliar. Hilangnya impor tersebut dapat dimanfaatkan oleh Indonesia. Namun Indonesia masih harus bersaing dengan berbagai negara terutama Malaysia, Thailand, dan Vitenam di Asia Tenggara untuk masuk dalam pasar Amerika Serikat dan China. Wakil Kepala Bidang Penelitian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) Kiki Verico menilai daya saing Indonesia masih rendah dalam pasar global. Di tengah perang dagang, Indonesia perlu melakukan impor guna meningkatkan ekspor. Perlu impor yang efisien dengan menghitung nilai tambah produk ekspor yang akan dihasilkan. Untuk jangka pendek menghadapi perang dagang, Indonesia perlu melakukan ekspor ke negara non berkembang dan non tradisional. Selain itu, Indonesia juga dapat menggenjot sektor lain untuk menarik devisa negara, seperti menggenjot sektor pariwisata yang akan berdampak pula pada ekspor nantinya.
Kesimpulan
Meskipun tidak termasuk dalam 10 negara yang paling berisiko terkena dampak dari perang dagang antara Amerika Serikat dan China, perang dagang Amerika Serikat dan China memiliki pengaruh tidak langsung terhadap kondisi perekonomian Indonesia. Dampak yang dirasakan saat ini dapat dilihat dari kurs rupiah yang melemah. Namun perang dagang tersebut justru dapat dimanfaatkan sebagai peluang oleh Indonesia untuk mendogkrak ekspor.
Daftar Pustaka
Budiman, Aida S. dkk. 2017. Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Kembalinya Momentum Pemulihan Ekonomi Global Edisi 1 2017. Jakarta: Bank Indonesia.
Tambunan,Tulus T.H. 2011. Perekonomian Indonesia Kajian Teoretis dan Analisis Empiris. Bogor:Ghalia Indonesia.
Apridar. 2009. Ekonomi Internasional Sejarah,Teori,Konsep,dan Permasalahan dalam Aplikasinya. Yogyakarta:Graha Ilmu.
Susilo ,Taufik Adi. 2008. China Connection. Yogyakarta:Kelompok Penerbit Ar-Ruzz Media.
Riady, Mochtar. 1988. Mencari Peluang di Tengah Krisis. Jakarta: Universitas Pelita Harapan Press.
https://internasional.kontan.co.id/news/imf-tak-ada-yang-menang-dalam-perang-dagang
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3660380/ekonom-perang-dagang-bikin-investasi-ri-melambat
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-43620873
https://www.matamatapolitik.com/apa-itu-perang-dagang-9-hal-yang-jadi-mimpi-buruk-ahli-ekonomi/
https://beritagar.id/artikel/berita/apa-dampak-perang-dagang-as-tiongkok-bagi-indonesia
https://kbr.id/nasional/06-2018/cina_as_perang_dagang__apa_dampaknya_kepada_indonesia__/96405.html