PENGELOLAAN PENDEKATAN PENDIDIKAN

MATEMATIKA REALISTIK (PMR) TENTANG DEBIT

PADA PESERTA DIDIK KELAS VI SDN SITIREJO DI SEMESTER I

TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Wahyuti

Guru Kelas VI SDN Sitirejo, Kec. Tunjungan, Kab. Blora

 

ABSTRAK

Tujuan dalam Makalah Publikasi Ilmiah adalah mendeskripsikan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) dan pengelolaan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) tentang Debit pada peserta didik Kelas VI SDN Sitirejo di Semester I Tahun Pelajaran 2018/2019. Makalah Publikasi Ilmiah ini merupakan karya tulis dalam upaya mengatasi permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran Matematika tentang Debit yang terjadi di Kelas VI SDN Sitirejo Semester I Tahun Pelajaran 2018/2019 dengan pengelolaan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR). Hasil Makalah Publikasi Ilmiah adalah 1) Karakteristik pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) adalah penggunaan film sebagai sumber belajar sekaligus media pembelajaran yang sesuai dengan konteks, konstruksi konsep peserta didik melalui pengamatan terhadap film dan interaksi antara guru dengan peserta didik maupun sesama peserta didik secara menyeluruh dan bersamaan dan 2) Pengelolaan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) tentang Debit pada peserta didik Kelas VI SDN Sitirejo di Semester I Tahun Pelajaran 2018/2019 dengan pengamatan terhadap film secara klasikal, dimana setiap pertemuan dengan film yang berbeda dan relevan dengan materi, dan mengerjakan soal latihan secara individual, berpasangan dan berkelompok dengan Metode Drill.

Kata Kunci: Pengelolaan, Pendidikan Matematika Realistik (PMR), Debit.

 

PENDAHULUAN

Matematika merupakan salah satu pelajaran dengan materi yang semakin berkembang. Bahkan dalam Matematika, penguasaan konsep pada materi awal merupakan prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya. Hal tersebut tampak sangat jelas dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di tingkat Sekolah Dasar (SD) dan sederajat. Permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran Matematika adalah kesulitan peserta didik dalam penguasaan konsep awal. Kesulitan belajar yang tidak teratasi menyebabkan kesulitan belajar peserta didik semakin rumit. Terlebih dengan karakteristik peserta didik yang pasif, tidak terbuka dan malu untuk bertanya dan meminta bantuan dari guru. Hal ini memang sesuai dengan karakteristik peserta didik yang beragam dan bertingkat. Begitu juga dengan kompetensi guru yang tidak mampu mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik, permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran benar-benar rumit. Oleh karena itu, guru senantiasa meningkatkan kompetensinya sesuai dengan pengalamannya sebagai tenaga pendidik.

Pembelajaran Matematika tentang Debit merupakan materi awal untuk Kelas VI. Materi tersebut berkaitan dengan konversi satuan, volume dan waktu. Konversi satuan berkaitan satuan dalam kubik dan waktu. Volume berkaitan dengan satuan dalam kubik, termasuk satuan khusus dimana 1 dm³ setara dengan 1 liter. Waktu berkaitan dengan satuan dalam detik, menit dan jam. Dengan demikian, konsep tentang konversi satuan menjadi sangat penting. Kemampuan melakukan konversi satuan sebagai penunjang dalam menghitung debit dengan berbagai variasi permasalahannya, baik dalam soal secara langsung maupun dalam soal cerita.

Materi yang berkaitan dengan konversi satuan disampaikan secara berkelanjutan dalam KTSP untuk SD dan sederajat. Untuk kelas bawah, materi konversi satuan berat, panjang dan waktu pada Kelas III di Semester I. Sedangkan untuk kelas atas, materi konversi satuan waktu, panjang dan berat serta kuantitas pada Kelas IV di Semester I. Sedangkan di Kelas V, materi konversi satuan waktu dan pengukuran volume termasuk di Semester I. Sesuai dengan kurikulum, materi tentang konversi semakin berkembang dan berkelanjutan, sehingga kesulitan belajar pada konsep awal yang tidak teratasi menjadi masalah yang semakin rumit pada tingkat kelas berikutnya dimana puncaknya adalah di Kelas VI.

Pembelajaran Matematika tentang Debit Kelas di VI SDN Sitirejo Semester I Tahun Pelajaran 2018/2019, peserta didik belum terampil dalam mengkonversi satuan, khususnya satuan volume. Sesuai dengan urutan dalam satuan volume, maka konversi menjadi satuan yang lebih besar adalah dibagi seribu dan konversi menjadi satuan yang lebih kecil adalah dikali seribu. Sedangkan konversi urutan satuan secara normal hanya dibagi atau dikali sepuluh bilamana satuan tersebut menjadi lebih besar atau lebih kecil. Begitu juga dengan konversi satuan kuadrat, maka konversi urutan satuan secara dibagi atau dikali seratus bilamana satuan tersebut menjadi lebih besar atau lebih kecil. Hal tersebut belum dipahami peserta didik dengan cermat, sehingga konversi satuan volume sering salah dan debit pun juga salah. Bahkan urutan satuan pun juga kadang terbolak-balik.

Menurut Suherman (2003: 143), pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) membuat: 1) matematika lebih menarik, relevan, bermakna, tidak terlalu formal dan tidak terlalu abstrak, 2) mempertimbangkan tingkat kemampuan peserta didik, 3) menekankan belajar pada learning by doing, 4) memfasilitasi penyelesaian masalah dengan tanpa menggunakan penyelesaian yang baku, 5) menggunakan konteks sebagai titik awal pembelajaran.

Publikasi Ilmiah (PI) dalam Makalah ini merupakan upaya penyelesaian masalah yang terjadi dalam pembelajaran Matematika tentang Debit. Dalam Makalah ini, penulis sebagai Guru Kelas VI mengelola pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) tentang Debit. Dalam Makalah ini, penulis menggunakan media film yang menampilkan debit dan penugasan dengan Metode Drill, mulai dari contoh sederhana hingga contoh yang kompleks, baik secara individu, berpasangan maupun berkelompok.

KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN

Menurut Suherman (2003: 15-16), istilah matematika terdapat dalam beberapa bahasa asing, diantaranya mathematics (Inggris), mathematik (Jerman), mathematique (Perancis), mathematico (Itali), matematiceski (Rusia) dan mathematick wiskunde (Belanda) yang semuanya mempunyai arti belajar atau hal yang dipelajari. Sedangkan secara etimologis, matematika adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Dalam hal ini, matematika lebih menekankan pada penalaran daripada ilmu lain yang lebih menekankan pada hasil observasi dan/atau eksperimen disamping penalaran.

Menurut Suherman (2003: 19), matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasikan, pembuktian logis, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, reprsentasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.

Menurut Soedjadi (2000: 11), matematika adalah ilmu yang memiliki objek tujuan yang abstrak, bertumpu pada kesepakatan dan pola pikir yang deduktif. Secara lengkap beberapa kutipan definisi matematika sebagai berikut:

  1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik.
  2. Matematika adalah pengetahuan bilangan dan kalkulasi.
  3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan.
  4. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.
  5. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.
  6. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

Menurut Heruman (2012: 1), matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif, ilmu tentang pola keteraturan dan struktur yang terorganisasi. Matematika mempelajari tentang logika, bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lain yang terbagi dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri.

Menurut Suherman (2003: 56-57), fungsi pembelajaran matematika sebagai berikut:

  1. Alat, yaitu alat untuk memecahkan masalah dalam mata pelajaran lain, dalam dunia kerja atau dalam kehidupan sehari-hari. Matematika merupakan alat untuk memahami atau menyampaikan informasi.
  2. Pola pikir, yaitu pembentukan pola pikir dalam pemahaman untuk pengertian maupun penalaran suatu hubungan diantara pengertian-pengertian itu.
  3. Ilmu pengetahuan, yaitu mencari kebenaran dan selalu bersedia meralat kebenaran yang sementara diterima dila ditemukan kesempatan untuk mencoba mengembangkan penemuan-penemuan sepanjang mengikuti pola pikir yang sah.

Menurut Suherman (2003: 58), tujuan matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah sebagai berikut:

  1. Mempersiapkan peserta didik agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan edisien.
  2. Mempersiapkan peserta didik agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

Menurut Supinah (2008: 14), Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) adalah aktivitas insani yang harus dikaitkan dengan realitas. Peserta didik tidak dipandang sebagai penerima pasif matematika yang sudah jadi. Dalam pendidikan tersebut diarahkan pada penggunaan berbagai situasi dan kesempatan yang memungkinkan peserta didik menemukan kembali matematika berdasarkan usaha mereka sendiri.

Menurut Wijaya (2012: 20), Pendekatan PMR merupakan suatu pendekatan pembelajaran matematika yang harus selalu menggunakan masalah sehari-hari. Pendidikan tersebut memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan kembali matematika melalui bimbingan guru dan penemuan kembali ide dan konsep matematika harus dimulai dari penjelajahan berbagai situasi dan persoalan riil.

Menurut Wijaya (2012: 21-23), karakteristik Pendekatan PMR sebagai berikut:

  1. Penggunaan konteks.

Konteks atau permasalahan realistik digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika. Konteks tidak harus berupa masalah nyata, namun bisa dalam bentuk permainan, penggunaan alat peraga atau situasi lain selama hal tersebut bermakna dan bisa dibayangkan dalam pikiran peserta didik.

  1. Penggunaan model untuk matematisasi progresif.

Model digunakan dalam melakukan matematisasi secara progresif sebagai jembatan dari pengetahuan dan matematika tingkat konkrit menuju pengetahuan matematika tingkat formal.

  1. Pemanfaatan hasil konstruksi peserta didik.

Matematika tidak diberikan kepada peserta didik sebagai suatu produk yang siap pakai, tetapi sebagai suatu konsep yang dibangun oleh peserta didik. Peserta didik ditempatkan sebagai subjek belajar.

Proses belajar seseorang bukan hanya suatu proses individu, melainkan juga secara bersamaan merupakan suatu proses sosial. Proses belajar peserta didik akan menjadi lebih singkat dan bermakna ketika saling mengkomunikasikan hasil kerja dan gagasan mereka.

Konsep-konsep dalam matematika tidak bersifat parsial, namun memiliki keterkaitan. Oleh karena itu, konbsep-konsep matematika tidak dikenalkan kepada peserta didik secara terpisah

Menurut Supinah (2008: 72), prinsip-prinsip Pendekatan PMR sebagai berikut:

  1. Menemukan kembali secara terbimbing.

Pembelajaran tidak dimulai dari pemberian sifat-sifat atau definisi atau teorema dan selanjutnya diikuti dengan contoh-contoh, tetapi dimulai dengan pemberian masalah yang berisfat kontekstual dengan kehidupan peserta didik, kemudian melalui aktivitas peserta didik diharapkan menemukan sifat atau definisi atau teorema sendiri.

  1. Fenomena didaktik.

Dalam proses pemecahan masalah, peserta didik diharapkan melangkah ke arah matematisasi horisontal dan matematisasi vertikal. Matematisasi horisontal memberi kemungkinan peserta didik lebih mudah memahami matematika dengan objek yang abstrak. Dalam matematisasi horisontal, peserta didik dibiasakan berpikir bebas dan berani berpendapat karena setiap peserta didik memiliki cara yang berbeda dalam memecahkan masalah yang diberikan bahkan berbeda dengan pemikiran guru, tetapi cara itu benar dan hasilnya benar. Sedangkan matematisasi vertikal dimulai dari soal-soal kontekstual, tetapi dalam jangka waktu panjang diharapkan menyusun prosedur tertentu untuk menyelesaikan soal-soal sejenis secara langsung tanpa bantuan konteks.

  1. Model yang dibangun sendiri oleh peserta didik.

Pada saat peserta didik menyelesaikan masalah kontekstual yang diberikan guru, maka peserta didik akan mengembangkan suatu model matematika dari permasalahan tersebut, baik dalam proses matematisasi horisontal dan matematisasi vertikal. Kebebasan diberikan kepada peserta didik untuk memecahkan masalah secara mandiri atau kelompok dan dengan sendirinya muncul berbagai model pemecahan masalah buatan peserta didik itu sendiri.

Menurut Wijaya (2012: 25), langkah-langkah matematisasi dalam Pendekatan PMR sebagai berikut:

  1. Permasalahan diawali dengan dunia nyata.
  2. Mengidentifikasi konsep matematika yang relevan dengan masa lalu peserta didik dan mengorganisasikan masalah sesuai dengan konsep matematika.
  3. Secara bertahap meninggalkan situasi dunia nyata melalui proses perumusan asumsi, generalisasi dan formalisasi. Proses tersebut bertujuan untuk menterjemahkan masalah dunia nyata ke dalam masalah matematika yang representatif.
  4. Menyelesaikan masalah matematika.
  5. Menterjemahkan kembali solusi matematis ke dalam situasi nyata, termasuk mengidentifikasi keterbatasan.

Menurut Saondi (2008: 46), kelebihan dan kekurangan Pendekatan PMR sebagai berikut:

  1. Kelebihan: 1) peserta didik tidak mudah lupa dengan pengetahuannya, 2) proses pembelajaran menyenangkan karena menggunakan realitas kehidupan, 3) peserta didik merasa dihargai dan semakin terbuka, 4) memupuk kerja sama dalam kelompok, 5) melatih keberanian peserta didik saat menjelaskan, 6) melatih cara berpikir peserta didik dan mengemukakan pendapat, 7) mengandung pendidikan budi pekerti.
  2. Kekurangan: 1) peserta didik masih kesulitan dalam menemukan dan sendiri jawabannya karena sudah terbiasa diberi informasi terlebih dahulu, 2) membutuhkan waktu yang lama, terutama bagi peserta didik yang lemah, 3) peserta didik yang pandai kadang-kadang tidak sabar untuk menanti temannya yang belum selesai, 4) membutuhkan alat peraga yang sesuai dengan situasi pembelajaran saat itu, 5) belum ada pedoman penilaian, sehingga guru kesulitan dalam evaluasi.

Menurut Arsyad (2009: 4), media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan peserta didik yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar. Secara leksikal, media adalah perantara atau pengantar. Secara terminologis, media adalah seluruh perantara (bahan atau alat) yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Arsyad (2009: 6), ciri-ciri dalam media dalam pembelajaran sebagai berikut:

  1. Berupa hardware, yaitu benda yang dapat dilihat, didengar atau diraba dengan pancaindra.
  2. Berupa software, yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam hardware yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada peserta didik.
  3. Penekanan pada visual dan audio.
  4. Berupa alat bantu pada proses belajar, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
  5. Digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dengan peserta didik dalam proses pembelajaran.
  6. Digunakan secara massal, kelompok besar dan kecil maupun perorangan.

Menurut Arsyad (2009: 25), pertimbangan dalam pemilihan media pembelajaran sebagai berikut:

  1. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
  2. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip atau generalisasi.
  3. Praktis, luwes dan bertahan.
  4. Guru terampil dalam penggunaannya.
  5. Pengelompokkan sasaran.
  6. Mutu teknis.

Menurut Arsyad (2009: 25), manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran sebagai berikut:

  1. Memperjelas penyajian pesan dan informasi, sehingga memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
  2. Meningkatkan dan mengarahkan perhatian peserta didik, sehingga menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara peserta didik dan lingkungannya dan kemungkinan peserta didik belajar sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
  3. Mengatasi keterbatasan indera (objek yang terlalu besar dan kecil, kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi dalam periode waktu tertentu yang lama, objek yang rumit, kejadian atau percobaan yang membahayakan dan peristiwa alam).
  4. Memberikan kesaaan pengalaman kepada peserta didik tentang peristiwa di lingkungan serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat dan lingkungannya.

Menurut Arsyad (2009: 30), media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Media ini digunakan untuk menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektoronik untuk menyajikan pesan-pesan audio visual. Pembelajaran dengan media audio visual adalah produksi dan penggunaan materi yang penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya tergantung pada pemahaman kata atau simbol-simbol serupa.

Menurut Arsyad (2009: 31), ciri-ciri dalam media audiovisual sebagai berikut:

  1. Bersifat linier.
  2. Penyajian visual yang dinamis.
  3. Penggunaan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perancang/pembuatnya.
  4. Merupakan representasi fisik dari gagasan riil maupun abstrak.
  5. Dikembangkan menurut prinsip psikologis kognitif dan behavioris.
  6. Berorientasi pada guru dengan tingkat pelibatan interaktif peserta didik yang rendah.

Menurut Arsyad (2009: 49), film adalah gambar-gambar dalam frame dimana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis, sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Film adalah media yang menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat maupun memperpanjang waktu dan mempengaruhi sikap.

Menurut Arsyad (2009: 50), kelebihan dan kekurangan film sebagai media pembelajaran sebagai berikut:

  1. Kelebihan: 1) dapat menstimulasi efek gerak dan kaitan peristiwa atau pengalaman, 2) dapat digunakan untuk belajar kelompok maupun individu, 3) mempunyai nilai konsistensi sajian yang tinggi, 4) dapat diberikan suara aupun warna.
  2. Kekurangan: 1) persiapan mahal dalam hal peralatan, bahan, waktu dan energi, 2) memerlukan keahlian khusus untuk memproduksi, 3) memerlukan perencanaan yang cermat, 4) penggunaannnya memerlukan ruangan yang cukup gelap, 5) peralatan sekolah berkembang dan berubah.

Menurut Hamdani (2008: 273), Metode Drill adalah metode mengajar dimana peserta didik melakukan kegiatan latihan agar memiliki ketegasan atau keterampilan lebih tinggi dari hal-hal yang dipelajari. Dalam latihan tersebut, kondisi belajar yang pertama tidak harus selalu sama dengan kondisi belajar ketika latihan. Perubahan dalam kondisi belajar akan menuntut respon yang berubah, sehingga keterampilan akan semakin sempurna.

Menurut Roestiyah (2008: 125), Metode Drill adalah metode mengajar dimana peserta didik melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, sehingga memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari. Latihan bersifat praktik, sehingga siap digunakan bila diperlukan sewaktu-waktu.

Menurut Djamarah dan Zain (2010: 95), Metode Drill disebut juga dengan training atau latihan adalah cara mengajar untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu melalui latihan atau praktik secara berulang-ulang, sehingga terbentuk kemampuan yang diharapkan. Metode Drill digunakan untuk memperoleh keterampilan yang telah dipelajari. Metode Drill berupa latihan dengan mengulang-ulang suatu hal, sehingga terbentuk kemampuan yang diharapkan. Metode Drill juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik.

Menurut Hamdani (2008: 273), prosedur dalam pembelajaran dengan Metode Drill sebagai berikut:

  1. Latihan terkontrol: 1) memberikan sejumlah latihan soal dan meminta supaya peserta didik mengerjakannya, 2) memberikan arahan dan petunjuk cara perngajaan untuk menyelesaikan soal guru, 3) memberikan bantuan kepada peserta didik yang memerlukan bantuan dalam menyelesaikan soal, 4) memberikan jawaban yang benar atas soal tersebut.
  2. Latihan mandiri: 1) memberikan beberapa soal, 2) meminta peserta didik supaya mengerjakan soal tersebut dengan memberikan batas waktu yang cukup, 3) meminta supaya hasil pekerjaan masing-masing peserta didik dikumpulkan kepada guru, 4) menilai hasil pekerjaan peserta didik.

Menurut Hamdani (2008: 273), kelebihan dan kekurangan Metode Drill sebagai berikut:

  1. Kelebihan: 1) ketegasan dan keterampilan peserta didik meningkat atau lebih tinggi dari hal-hal yang telah dipelajari, 2) peserta didik benar-benar memahami apa yang disampaikan.
  2. Kekurangan: 1) sering terjadi cara-cara atau gerak yang tidak berubah, sehingga menghambat bakat dan inisiatif peserta didik, 2) sifat atau cara latihan yang kaku atau tidak fleksibel mengakibatkan penguasaan keterampilan melalui inisiatif individu tidak akan tercapai.

Menurut Roestiyah (2008: 125-126), tujuan Metode Drill sebagai berikut:

  1. Memiliki keterampilan motorik (menghafal kata, menulis, menggunakan alat, membuat suatu benda, melakukan gerak dalam olahraga).
  2. Mengembangkan kecakapan intelektual (penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, menarik akar, mengenal benda atau bentuk dalam matematika, ilmu pasti, ilmu kimia, tanda baca).
  3. Memiliki kemampuan menghubungkan antara suatu keadaan dengan hal lain (sebab akibat banjir dan hujan, tanda banya dengan bunyi, penggunaan lambang dan simbol pada peta)

Menurut Djamarah dan Zain (2010: 96), kelebihan dan kekurangan Metode Drill sebagai berikut:

  1. Kelebihan: 1) memperoleh kecakapan motorik (menulis, melafalkan huruf, kata atau kalimat, membuat alat-alat) dan terampil menggunakan alat olahraga, 2) memperoleh kecakapan mental (penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, tanda-tanda atau simbol), 3) memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi (hubungan huruf dalam ejaan, simbol, peta), 4) pembentukan kebiasaan, menambah ketepatan serta kecepatan pelaksanaan, 5) pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi, 6) pembentukan kebiasaan-kebiasaan gerakan yang kompleks enjadi lebih otomatis.
  2. Kekurangan: 1) menghambat bakat dan inisiatif peserta didik, 2) memerlukan penyesuaian secara statis terhadap lingkungan, 3) latihan yang dilakukan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan, 4) membentuk kebiasaan yang kaku karena bersifat otomatis, 5) menimbulkan verbalisme.

Pengelolaan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) tentang Debit pada peserta didik Kelas VI SDN Sitirejo di Semester I Tahun Pelajaran 2018/2019 diawali dengan pengamatan terhadap film yang relevan dengan materi. Pembelajaran dilanjutkan dengan diskusi tentang materi dalam film. Kemudian pembelajaran diikuti dengan soal latihan dengan berbagai variasi, baik secara klasikal, berpasangan dan berkelompok. Pembelajaran dengan soal latihan ini lazim disebut dengan Metode Drill.

Peserta didik melakukan pengamatan terhadap film secara klasikal. Tahap inilah yang pasling penting dan mendasar dimana materi menggunakan konteks yang terdapat dalam media film. Konteks materi menjadi konkrit sesuai dengan film. Pada tahap ini, peserta didik mengkonstruksi konsep sesuai dengan konteks yang terdapat dalam media film secara kognitif. Pada tahap ini terjadi interaksi pembelajaran secara menyeluruh dan bersamaan.

Pembelajaran dilanjutkan dengan diskusi tentang materi dalam film. Pada tahap ini, peserta didik mengkonstruksi konsep sesuai dengan konteks yang terdapat dalam media film secara kognitif dan lisan. Sesuai dengan hasil pengamatan dimana materi sesuai dengan konteks yang konkrit, peserta didik mengkonstruksi konsep dalam diskusi. Pada tahap ini, diskusi difokuskan pada materi dalam film, bukan materi pelajaran. Pada tahap ini, diskusi tentang materi sangat relevan dengan materi pelajaran. Tanpa disadari, peserta didik mengkonstruksi konsep dalam materi pelajaran melalui materi dalam film. Pada tahap ini terjadi interaksi pembelajaran secara menyeluruh dan bersamaan. Interaksi pembelajaran tidak hanya sebatas guru dengan peserta didik, tetapi juga sesama peserta didik. Interaksi ini difokuskan pada membandingkan dan melengkapi konstruksi konsep. Mengkonstruksi konsep secara mandiri inilah yang menjadi dasar yang penting dan mendasar dalam pendekatan PMR.

Pembelajaran diikuti dengan soal latihan yang lazim disebut dengan Metode Drill. Soal latihan diawali dari contoh sederhana, kemudian semakin berkembang. Soal latihan ini dikerjakan secara individual, berpasangan dan berkelompok. Pada tahap ini, pembelajaran secara bertahap meninggalkan situasi dunia nyata melalui proses perumusan asumsi, generalisasi dan formalisasi sekaligus menyelesaikan masalah matematika. Pada tahap ini, peserta didik mengaplikasikan konstruksi konsep.

Deskripsi pengelolaan pendekatan PMR dalam makalah ini sebagai berikut:

  1. Pada Senin, 20 Agustus 2018, pembelajaran tentang hubungan waktu.

Pada kegiatan pembuka, penulis menjelaskan kepada peserta didik tentang pengamatan terhadap film secara klasikal. Peserta didik diminta fokus dalam pengamatan tersebut.

Pada kegiatan inti, penulis menampilkan film tentang perjalanan ke sekolah, yaitu peserta didik yang berjalan kaki selama satu jam lebih menunju ke sekolah dengan medan yang berat. Penulis membimbing diskusi tentang materi pada film tersebut. Diskusi bersifat umum dan semakin fokus dengan hubungan waktu. Penulis memberikan contoh soal sederhana sebagai tindak lanjut terhadap pengamatan materi dalam film. Kemudian, penulis memberikan lembar kerja. Peserta didik mengerjakan secara berpasangan. Beberapa perwakilan peserta didik mengerjakan di depan kelas. Kemudian, penulis mengkoreksi hasil lembar kerja tersebut.

Pada kegiatan penutup, penulis menanyakan kesulitan belajar. Kemudian, penulis menutup pembelajaran.

  1. Pada Kamis, 23 Agustus 2018, pembelajaran tentang hubungan volume.

Pada kegiatan pembuka, penulis menjelaskan kepada peserta didik tentang pengamatan terhadap film secara klasikal. Peserta didik diminta fokus dalam pengamatan tersebut.

Pada kegiatan inti, penulis menampilkan film tentang volume bensin dan volume minyak goreng botol kemasan, yaitu pengukuran bensin pada tabung dengan volume tertentu dan pengisian minyak goreng botol kemasan di pabrik. Penulis membimbing diskusi tentang materi pada film tersebut. Diskusi bersifat umum dan semakin fokus dengan hubungan volume. Penulis memberikan contoh soal sederhana sebagai tindak lanjut terhadap pengamatan materi dalam film. Kemudian, penulis memberikan lembar kerja. Peserta didik mengerjakan secara berpasangan. Beberapa perwakilan peserta didik mengerjakan di depan kelas. Kemudian, penulis mengkoreksi hasil lembar kerja tersebut.

Pada kegiatan penutup, penulis menanyakan kesulitan belajar. Kemudian, penulis menutup pembelajaran.

  1. Pada Jumat, 24 Agustus 2018, pembelajaran kooperatif tentang hubungan debit.

Pada kegiatan pembuka, penulis menjelaskan kepada peserta didik tentang pengamatan terhadap film secara klasikal. Peserta didik diminta fokus dalam pengamatan tersebut.

Pada kegiatan inti, penulis menampilkan film tentang debit yang besar dan debit yang kecil, yaitu debit pada Air Terjun Niagara yang termasuk besar dan debit pada pengisian bahan bakar bensin sepeda motor yang termasuk kecil. Penulis membimbing diskusi tentang materi pada film tersebut. Diskusi bersifat umum dan semakin fokus dengan hubungan debit yang berkaitan dengan volume benda cair yang mengalir pada satuan waktu tertentu. Penulis memberikan contoh soal sederhana sebagai tindak lanjut terhadap pengamatan materi dalam film. Kemudian, penulis memberikan lembar kerja. Peserta didik mengerjakan secara berpasangan. Beberapa perwakilan peserta didik mengerjakan di depan kelas. Kemudian, penulis mengkoreksi hasil lembar kerja tersebut.

Pada kegiatan penutup, penulis menanyakan kesulitan belajar. Kemudian, penulis menutup pembelajaran.

  1. Pada Senin, 27 Agustus 2018, pembelajaran tentang permasalahan yang berkaitan dengan debit.

Pada kegiatan pembuka, penulis menjelaskan kepada peserta didik tentang pengamatan terhadap film secara klasikal. Peserta didik diminta fokus dalam pengamatan tersebut.

Pada kegiatan inti, penulis menampilkan film tentang permasalahan yang berkaitan dengan debit, yaitu debit pada pengisian kolam renang. Penulis membimbing diskusi tentang materi pada film tersebut. Diskusi bersifat umum dan semakin fokus dengan hubungan debit yang berkaitan dengan satuan volume benda cair yang mengalir pada satuan waktu tertentu. Permasalahan yang berkaitan dengan debit bervariasi sesuai jumlah selang air, durasi waktu dan ukuran debit. Penulis memberikan contoh soal sederhana sebagai tindak lanjut terhadap pengamatan materi dalam film. Kemudian, penulis membimbing pembentuk kelompok dan memberikan lembar kerja. Peserta didik mengerjakan secara berkelompok. Beberapa perwakilan peserta didik mengerjakan di depan kelas. Kemudian, penulis mengkoreksi hasil lembar kerja tersebut.

Pada kegiatan penutup, penulis menanyakan kesulitan belajar. Kemudian, penulis menutup pembelajaran.

  1. Pada Kamis, 30 Agustus 2018, pembelajaran dengan evaluasi hasil belajar.

Pada kegiatan pembuka, penulis menjelaskan evaluasi hasil belajar dengan ts tertulis. Soal ulangan harian terdiri dari tiga soal pilihan ganda, dua soal isian dan satu soal uraian. Alokasi waktu selama tiga puluh lima menit.

Pada kegiatan inti, penulis membagikan alat evaluasi hasil belajar dan peserta didik mengerjakan soal ulangan harian secara mandiri. Sesuai dengan alokasi waktu, peserta didik mengumpulkan hasil belajar.

Pada kegiatan penutup, penulis mengkoreksi hasil belajar. sesuai dengan analisis nilai ulangan harian, hasil belajar dengan nilai rata-rata sebesar 81,53 dan ketuntasan sebesar 80,76%.

Pada Publikasi Ilmiah Makalah ini, pengelolaan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) tentang Debit dengan pengamatan terhadap film secara klasikal dan mengerjakan soal latihan secara individual, berpasangan dan berkelompok.

Pembelajaran menggunakan film sebagai sumber belajar sekaligus media pembelajaran yang relevan dengan materi. pada setiap pertemuan dengan film yang berbeda yang relevan dengan materi, mulai dari hubungan waktu, hubungan volume, hubungan debit dan permasalahan yang berkaitan dengan debit. Penggunaan film ini sesuai dengan karakteristik pendekatan PMR. Penggunaan film ini termasuk karakteristik PMR, khususnya penggunaan konteks. Menurut Wijaya (2012: 21-23), penggunaan konteks adalah konteks atau permasalahan realistik digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika, dalam hal ini adalah materi dalam film.

Pembelajaran dengan mengerjakan soal latihan secara individual, berpasangan dan berkelompok sesuai dengan Metode Drill. Penggunaan Metode Drill ini sebagai tindak lanjut dari pengamatan terhadap film. Selain itu, pembelajaran dengan Metode Drill ini juga bagian dari langkah-angkah matematisasi dalam pendekatan PMR, yaitu secara bertahap meninggalkan situasi dunia nyata melalui proses perumusan asumsi, generalisasi dan formalisasi. Menurut Wijaya (2012: 25), hal tersebut merupakan proses tersebut bertujuan untuk menterjemahkan masalah dunia nyata ke dalam masalah matematika yang representatif.

Pada Publikasi Ilmiah Makalah ini, hasil belajar dalam ulangan harian termasuk memuaskan. Hasil belajar dengan nilai rata-rata sebesar 81,53 dan ketuntasan sebesar 80,76 %. Hasil belajar tersebut dengan nilai rata-rata lebih besar daripada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70 dan ketuntasan lebih besar daripada ketuntasan klasikal sebesar 75%. Hasil belajar secara lengkap dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1. Analisis hasil belajar Matematika tentang Debit.

No Hasil Belajar Keterangan
1 Nilai terendah 40
2 Nilai rata-rata 81,53 > 70
3 Nilai tertingi 100
4 Ketuntasan 80,76% > 75%

 

Sesuai dengan pembahasan di atas, hasil dalam Publikasi Ilmiah Makalah ini sebagai berikut:

  1. Karakteristik pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) adalah penggunaan film sebagai sumber belajar sekaligus media pembelajaran yang sesuai dengan konteks, konstruksi konsep peserta didik melalui pengamatan terhadap film dan interaksi antara guru dengan peserta didik maupun sesama peserta didik secara menyeluruh dan bersamaan.
  2. Pengelolaan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) tentang Debit pada peserta didik Kelas VI SDN Sitirejo di Semester I Tahun Pelajaran 2018/2019 dengan pengamatan terhadap film secara klasikal, dimana setiap pertemuan dengan film yang berbeda dan relevan dengan materi, dan mengerjakan soal latihan secara individual, berpasangan dan berkelompok dengan Metode Drill.

PENUTUP

Kesimpulan dalam Publikasi Ilmiah Makalah ini sebagai berikut:

  1. Karakteristik pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) adalah adalah penggunaan film sebagai sumber belajar sekaligus media pembelajaran yang sesuai dengan konteks, konstruksi konsep peserta didik melalui pengamatan terhadap film dan interaksi antara guru dengan peserta didik maupun sesama peserta didik secara menyeluruh dan bersamaan.
  2. Pengelolaan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) tentang Debit pada peserta didik Kelas VI SDN Sitirejo di Semester I Tahun Pelajaran 2018/2019 dengan pengamatan terhadap film secara klasikal, dimana setiap pertemuan dengan film yang berbeda dan relevan dengan materi, dan mengerjakan soal latihan secara individual, berpasangan dan berkelompok dengan Metode Drill.

Saran dalam Publikasi Ilmiah Makalah ini sebagai berikut:

  1. Peserta didik

Peserta didik supaya mengamati dengan fokus materi yang terdapat dalam film, cermat mengerjakan soal latihan dan aktif dalam diskusi dengan pasangan maupun kelompok dalam mengerjakan lembar kerja.

  1. Guru

Guru supaya menugaskan peserta didik dengan lembar kerja tertulis sesuai dengan hasil penmatan terhadap film dan memberikan penilaian terhadap soal latihan maupun lembar kerja.

  1. Sekolah

Sekolah supaya mengelola Pendidikan Matematika Realistik (PMR) dalam pembelajaran yang berkaitan dengan Matematika.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Heruman. 2012. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Permana, A. Dadi dan Triyati. 2008. Bersahabat dengan Matematika, untuk Kelas VI Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Saondi, Ondi. 2008. Implementasi Pembelajaran Matematika Realistik. Jurnal Equilibrium, Volume 4, Nomor 7, Halaman 32-50.

Sobri, dkk. 2009. Pengelolaan Pendidikan. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.

Suherman, Erman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Press.

Sumanto, dkk. 2008. Gemar Matematika 6, untuk SD/MI Kelas VI. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Supinah. 2008. Pembelajaran matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual dalam Melaksanakan KTSP. Yogyakarta: P4TKM.

Wijaya, Ariyadi. 2012. Pendidikan Matematika Realistik. Yogyakarta: Graha Ilmu.