PENGEMBANGAN AKTIVITAS BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS II A

SD NEGERI KETANGGI DENGAN METODE TARI BAMBU

PADA TEMA 3 TUGASKU SEHARI-HARI DI SEMESTER I

TAHUN PELAJARAN 2019/2020

 

Siti Ulfah

Guru Kelas II A SD Negeri Ketanggi, Kec. Rembang, Kab. Rembang

 

ABSTRAK

Tujuan dari Makalah Best Practice ini adalah menganalisis aktivitas belajar peserta didik Kelas II A SD Negeri Ketanggi dengan Metode Tari Bambu pada Tema 3 Tugasku Sehari-Hari di Semester I Tahun Pelajaran 2019/2020.Makalah Best Practice ini merupakan Publikasi Ilmiah (PI) dalam pengembangan aktivitas belajar peserta didik dengan Metode Tari Bambu. Makalah Best Practice ini merupakan pembaruan pembelajaran dari pembelajaran baku dalam Kurikulum 2013 (K13).Hasil Makalah Publikasi Ilmiah adalah 1) Pembelajaran dengan Metode Tari Bambu menggunakan lembar kerja, baik dengan format yang sama maupun berbeda, 2) Pembelajaran dengan Metode Tari Bambu merupakan metode diskusi secara berpasangan secara intensif dengan pasangan yang berbeda-beda dan 3) Pembelajaran dengan Metode Tari Bambu mengembangkan aktivitas belajar peserta didik, sehingga termasuk kategori tinggi (B).

Kata Kunci: Aktivitas Belajar, Metode Tari Bambu, Tugas.

 

PENDAHULUAN

Kurikulum 2013 (K13) adalah kurikulum yang berlaku dalam Sistem Pendidikan Indonesia. Kurikulum ini merupakan kurikulum tetap yang diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan Kurikulum 2006 atau yang sering disebut sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun. K13 masuk dalam masa percobaanya pada tahun 2013 pada beberapa sekolah.

K13 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan dan aspek sikap dan perilaku. Di dalam K13, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn dan beberapa materi lain, sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi Matematika. K13 dikembangkan dari KTSP yang dilandasi pemikiran tentang tantangan masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi, kompetensi masa depan dan fenomena negatif yang mengemuka.

Dalam tujuan K13, peserta didik dituntut untuk berpikir lebih kreatif, inovatif, cepat dan tanggap. Selain itu dalam K13 peserta didik dilatih untuk menumbuhkan keberanian dalam dirinya. Peserta didik akan dilatih kemampuan berlogika dalam memecahkan suatu permasalahan. Dalam K13 ini juga diberikan atau dimasukkan unsur-unsur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta unsur keagamaan untuk membentuk peserta didik yang berkarakter.

K13 menggunakan Buku Guru dan Buku Siswa sebagai pedoman dalam pembelajaran, sehingga bersifat baku. Kedua buku tersebut dilengkapi dengan petunjuk. Namun demikian, pada beberapa materi tertentu, penulis kurang sepakat. Hal ini pula yang menurut penulis merupakan salah satu keterbatasan dalam pengelolaan pembelajaran. Hal tersebut juga berdampak pada aktivitas belajar peserta didik itu sendiri.

Pada materi-materi tertentu, beberapa metode belajar terbaru perlu diujicobakan. Pembelajaran pun perlu mempertimbangkan kompetensi guru dan memperhatikan kesiapan peserta didik serta kondisi sekolah, bukan sekedar atas dasar keseragaman. Atas dasar tersebut, penulis memperbarui pembelajaran dengan Metode Tari Bambu. Keunggulan dari Metode Tari Bambu adalah aktivitas belajar yang aktif, baik secara fisik dan psikis maupun secara individual dan berpasangan.

Pembelajaran dengan Metode Tari Bambu menggunakan lembar kerja, baik dalam bentuk yang sama maupun berbeda. Dalam pembelajaran tersebut, masing-masing peserta didik mengerjakan lembar kerja, kemudian berbagi informasi tentang lembar kerja tersebut, sehingga saling membantu dalam mengerjakan lembar kerja sesuai dengan kemampuan. Sesuai dengan lembar kerja tersebut berbeda, maka diketahui penguasaan materi karena dilengkapi dengan identitas peserta didik dan relevan dengan indikator.

Pengelolaan Kelas II A SD Negeri Ketanggi dengan lima kelompok, masing-masing terdiri dari empat peserta didik yang bersifat baku. Dalam pembelajaran tersebut, aktivitas belajar masih statis dalam kelompok. Namun, interaksi antar anggota masih terbatas dan cenderung pasif. Oleh karena itu, penulis memperbarui pembelajaran dengan Metode Tari Bambu. Dalam pembelajaran tersebut, kelompok masih sama, namun diperbarui menjadi dua kelompok besar, terdiri dari sepuluh peserta didik dimana masing-masing berpasangan dan berdiskusi secara intensif dalam pergeseran. Pembelajaran diharapkan menjadi aktif dan dinamis.

Pada Makalah Best Practice ini, penulis memperbarui pembelajaran pada Tema 3 Tugasku Sehari-Hari, khususnya Subtema 4 dengan Metode Tari Bambu. Selanjutnya, penulis menganalisis aktivitas belajar peserta didik dalam pembelajaran tersebut. Hasil dari Makalah Best Practice ini diharapkan menjadi pertimbangan bagi penulis dan rekan sejawat dalam memperbarui pembelajaran dalam K13.

PEMBAHASAN

Salah satu dimensi yang tidak bisa dipisahkan dari pembangunan dunia pendidikan nasional di masa depan adalah kebijakan mengenai kurikulum. Kurikulum merupakan jantungnya dunia pendidikan. Untuk itu, kurikulum di masa depan perlu dirancang dan disempurnakan.

Kurikulum 2013 (K13) pada dasarnya merupakan upaya penyederhanaan dan tematik-integratif yang disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu, kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik beratnya, bertujuan untuk mendorong peserta didik mampu lebih baik dalam melakukan keterampilan proses. Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 menyatakan bahwa pembelajaran pada jenjang Sekolah Dasar (SD) berdasarkan K13 mengakomodasi pembelajaran tematik terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar dan keragaman budaya. Sejalan dengan karakteristik dan cara belajar anak usia SD, pembelajaran hendaknya mengusahakan suatu suasana yang aktif dan menyenangkan. Untuk itu, beberapa prinsip perlu diperhatikan oleh guru, antara lain: prinsip latar, prinsip belajar sambil bekerja, prinsip belajar sambil bermain dan prinsip keterpaduan (Indriasih, 2005: 2).

Sasaran pembelajaran dalam K13 mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan (Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013). Di dalam K13 dinyatakan juga bahwa penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik, mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, Ulangan Tengah Semester, Ulangan Akhir Semester, Ujian Tingkat Kompetensi, Ujian Mutu Tingkat Kompetensi, Ujian Nasional dan Ujian Sekolah/Madrasah (Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013).

Pada awal diimplementasikannya, K13 telah menuai banyak kontroversi. Penyiapan K13 dinilai terlalu terburu-buru dan tidak mengacu pada hasil kajian yang sudah matang berdasarkan hasil KTSP dan kurang memperhatikan kesiapan satuan pendidikan dan guru. Padahal, kurikulum ini mencakup beberapa perubahan penting, baik dari sisi substansi, implementasi sampai evaluasi. Meskipun demikian, K13 tetap dilaksanakan secara bertahap mulai Tahun Pelajaran 2013/2014. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menjelaskan bahwa pada tahun 2010-2035 adalah bonus demografi bagi Indonesia dalam mempersiapkan generasi emas karena jumlah penduduk dengan usia sekolah sangat tinggi (Tim Penyusun Modul PLPG, 2013).

Setelah satu tahun berjalan secara bertahap, kurikulum yang baru dilaksanakan secara serentak di semua satuan pendidikan, mulai Tahun Pelajaran 2014/2015. Sejumlah kendala yang dapat ditemui dalam pelaksanaannya, antara lain terkait dengan anggaran, kesiapan pemerintah dalam menyiapkan perangkat kurikulum, kesiapan guru, sosialisasi dan distribusi buku. Di antara semua daftar di atas, masalah utama yang sangat menghambat adalah kesiapan guru sebagai kunci keberhasilan implementasi kurikulum ini. Kunci keberhasilan kurikulum ini juga dipengaruhi oleh persepsi guru tentang hambatan dan dukungan implementasi K13.

K13 membawa perubahan mendasar peran guru dalam pembelajaran. Secara administratif, pemerintah pusat telah menyiapkan perangkat pelaksanaan pembelajaran yang tidak perlu lagi disiapkan oleh guru. Namun demikian, guru dituntut berperan secara aktif sebagai motivator dan fasilitator pembelajaran, sehingga peserta didik akan menjadi pusat belajar. Hal ini menjadi kendala tersendiri bagi para guru karena tidak semua guru memiliki kompetensi tersebut. Selain itu, guru dituntut kesiapannya untuk melaksanakan kurikulum dalam waktu yang relatif singkat, sementara perangkatnya belum disiapkan secara matang.

Sesuai dengan kebijakan nasional tentang K13 dan berbagai keterbatasan dalam pelaksanaan dan kendala yang terjadi pada masing-masing guru, maka penulis sebagai Guru Kelas II A di SD Negeri Ketanggi memperbarui pembelajaran dengan Metode Tari Bambu. Pembelajaran tersebut menggunakan lembar kerja, baik dalam bentuk yang sama maupun berbeda. Hasil dari lembar kerja tersebut menunjukkan penguasaan materi karena dilengkapi dengan identitas peserta didik dan relevan dengan indikator. Pembaruan pembelajaran tersebut difokuskan pada Tema 3 Tugasku Sehari-Hari, khususnya subtema 4 yang berlangsung pada periode awal bulan November tahun 2019.

 

Pembelajaran pertama pada Sabtu, 2 November 2019.

Pembelajaran dengan Metode Tari Bambu pada indikator menaksir harga barang dengan sekelompok pecahan uang yang setara. Lembar kerja adalah sama untuk peserta didik. Lembar kerja berupa tabel tentang jenis barang dan taksiran harga barang tersebut. Penulis juga menunjukkan sejumlah barang yang dimaksud, sehingga memudahkan peserta didik menaksir harga barang tersebut.

Penulis membagikan lembar kerja kepada peserta didik dan memberikan waktu selama lima menit untuk menaksir harga barang. Peserta didik menulis dengan pensil.

Penulis membagi peserta didik menjadi dua kelompok, masing-masing terdiri dari lima pasangan. Sesuai dengan petunjuk penulis, peserta didik bergeser dan berdiskusi tentang lembar kerja dengan waktu selama satu menit. Pergeseran berlanjut hingga peserta didik kembali pada posisi awal. Peserta didik kembali ke tempat duduk masing-masing dan menentukan jawaban akhir pada lembar kerja. Peserta didik menulis jawaban akhir. Terakhir, penulis membimbing koreksi dan pembahasan pada lembar kerja secara urut. Pada peserta didik yang masih salah dilanjutkan dengan diskusi sesuai dengan lembar kerja dengan penulis.

Sesuai dengan hasil pengamatan, aktivitas belajar peserta didik sebagai berikut:

  1. Visual activities dengan nilai rata-rata sebesar 2,85 yang termasuk kategori tinggi (B).
  2. Oral activities dengan nilai rata-rata sebesar 2,7 yang termasuk kategori tinggi (B).
  3. Listening activities dengan nilai rata-rata sebesar 3,3 yang termasuk kategori sangat tinggi (A).
  4. Writing activities dengan nilai rata-rata sebesar 3,35 yang termasuk kategori sangat tinggi (A).
  5. Drawing activities dengan nilai rata-rata sebesar 1,5 yang termasuk kategori rendah (D).
  6. Motor activities dengan nilai rata-rata sebesar 2.95 yang termasuk kategori tinggi (B).
  7. Mental activities dengan nilai rata-rata sebesar 3,55 yang termasuk kategori sangat tinggi (A).
  8. Emotional activities dengan nilai rata-rata sebesar 3,1 yang termasuk kategori tinggi (B).

Secara keseluruhan, aktivitas belajar peserta didik nilai rata-rata sebesar 2,91 yang termasuk kategori tinggi (B).

Pembelajaran kedua pada Senin, 4 November 2019.

Pembelajaran dengan Metode Tari Bambu pada indikator menemukan makna kosakata. Lembar kerja adalah berbeda untuk peserta didik. Lembar kerja berupa makna kata tertentu. Penulis menentukan kata tertentu yang relatif sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Penulis membagikan lembar kerja kepada peserta didik dan memberikan waktu selama lima menit untuk menulis makna yang sama. Peserta didik menulis dengan pensil.

Penulis membagi peserta didik menjadi dua kelompok, masing-masing terdiri dari lima pasangan. Sesuai dengan petunjuk penulis, peserta didik bergeser dan berdiskusi tentang lembar kerja dengan waktu selama satu menit. Pergeseran berlanjut hingga peserta didik kembali pada posisi awal. Peserta didik kembali ke tempat duduk masing-masing dan menentukan jawaban akhir pada lembar kerja. Peserta didik menulis jawaban akhir. Terakhir, penulis membimbing koreksi dan pembahasan pada lembar kerja yang sama secara berpasangan. Pada peserta didik yang masih salah dilanjutkan dengan diskusi sesuai dengan lembar kerja dengan penulis.

Sesuai dengan hasil pengamatan, aktivitas belajar peserta didik sebagai berikut:

  1. Visual activities dengan nilai rata-rata sebesar 2,7 yang termasuk kategori tinggi (B).
  2. Oral activities dengan nilai rata-rata sebesar 3,25 yang termasuk kategori sangat tinggi (A).
  3. Listening activities dengan nilai rata-rata sebesar 3,35 yang termasuk kategori sangat tinggi (A).
  4. Writing activities dengan nilai rata-rata sebesar 3,3 yang termasuk kategori sangat tinggi (A).
  5. Drawing activities dengan nilai rata-rata sebesar 1,6 yang termasuk kategori rendah (D).
  6. Motor activities dengan nilai rata-rata sebesar 3 yang termasuk kategori tinggi (B).
  7. Mental activities dengan nilai rata-rata sebesar 3,15 yang termasuk kategori tinggi (B).
  8. Emotional activities dengan nilai rata-rata sebesar 3,1 yang termasuk kategori tinggi (B).

Secara keseluruhan, aktivitas belajar peserta didik nilai rata-rata sebesar 2,93 yang termasuk kategori tinggi (B).

Pembelajaran ketiga pada Selasa, 5 November 2019.

Pembelajaran dengan Metode Tari Bambu pada indikator menaksir harga barang. Lembar kerja adalah berbeda untuk peserta didik. Lembar kerja berupa taksiran harga barang sesuai dengan nilai uang tertentu. Taksiran harga barang meliputi jenis barang yang berbeda yang tidak melebihi nilai uang.

Penulis juga menunjukkan taksiran harga barang sesuai dengan nilai uang tertentu, sehingga memudahkan peserta didik menaksir beberapa barang sesuai dengan nilai uang.

Penulis membagikan lembar kerja kepada peserta didik dan memberikan waktu selama lima menit untuk menaksir beberapa barang sesuai dengan nilai uang. Peserta didik menulis dengan pensil.

Penulis membagi peserta didik menjadi dua kelompok, masing-masing terdiri dari lima pasangan. Sesuai dengan petunjuk penulis, peserta didik bergeser dan berdiskusi tentang lembar kerja dengan waktu selama dua menit. Pergeseran berlanjut hingga peserta didik kembali pada posisi awal. Peserta didik kembali ke tempat duduk masing-masing dan menentukan jawaban akhir pada lembar kerja. Peserta didik menulis jawaban akhir. Terakhir, penulis membimbing koreksi dan pembahasan pada lembar kerja yang sama secara berpasangan. Pada peserta didik yang masih salah ditugaskan untuk praktik sesuai dengan lembar kerja dengan penulis.

Sesuai dengan hasil pengamatan, aktivitas belajar peserta didik sebagai berikut:

  1. Visual activities dengan nilai rata-rata sebesar 3,5 yang termasuk kategori sangat tinggi (A).
  2. Oral activities dengan nilai rata-rata sebesar 3,05 yang termasuk kategori tinggi (B).
  3. Listening activities dengan nilai rata-rata sebesar 3,1 yang termasuk kategori tinggi (B).
  4. Writing activities dengan nilai rata-rata sebesar 3,5 yang termasuk kategori sangat tinggi (A).
  5. Drawing activities dengan nilai rata-rata sebesar 1,65 yang termasuk kategori rendah (D).
  6. Motor activities dengan nilai rata-rata sebesar 3,1 yang termasuk kategori tinggi (B).
  7. Mental activities dengan nilai rata-rata sebesar 3,45 yang termasuk kategori sangat tinggi (A).
  8. Emotional activities dengan nilai rata-rata sebesar 3,1 yang termasuk kategori tinggi (B).

Secara keseluruhan, aktivitas belajar peserta didik nilai rata-rata sebesar 3,05 yang termasuk kategori tinggi (B).

Pembelajaran keempat pada Rabu, 6 November 2019.

Pembelajaran dengan Metode Tari Bambu pada indikator menyebutkan kesetaraan beberapa nilai pecahan uang. Lembar kerja adalah berbeda untuk peserta didik. Lembar kerja berupa kesetaraan nilai uang tertentu dengan pecahan uang. Penulis juga menunjukkan kesetaraan nilai uang, sehingga memudahkan peserta didik menyetarakan nilai uang sesuai dengan pecahan uang tertentu yang dimaksud.

Penulis membagikan lembar kerja kepada peserta didik dan memberikan waktu selama lima menit untuk menyetarakan nilai uang. Peserta didik menulis dengan pensil.

Penulis membagi peserta didik menjadi dua kelompok, masing-masing terdiri dari lima pasangan. Sesuai dengan petunjuk penulis, peserta didik bergeser dan berdiskusi tentang lembar kerja dengan waktu selama dua menit. Pergeseran berlanjut hingga peserta didik kembali pada posisi awal. Peserta didik kembali ke tempat duduk masing-masing dan menentukan jawaban akhir pada lembar kerja. Peserta didik menulis jawaban akhir. Terakhir, penulis membimbing koreksi dan pembahasan pada lembar kerja yang sama secara berpasangan. Pada peserta didik yang masih salah ditugaskan untuk praktik sesuai dengan lembar kerja dengan penulis.

Sesuai dengan hasil pengamatan, aktivitas belajar peserta didik sebagai berikut:

  1. Visual activities dengan nilai rata-rata sebesar 3,5 yang termasuk kategori sangat tinggi (A).
  2. Oral activities dengan nilai rata-rata sebesar 3,55 yang termasuk kategori sangat tinggi (A).
  3. Listening activities dengan nilai rata-rata sebesar 3,65 yang termasuk kategori sangat tinggi (A).
  4. Writing activities dengan nilai rata-rata sebesar 3,5 yang termasuk kategori sangat tinggi (A).
  5. Drawing activities dengan nilai rata-rata sebesar 1,55 yang termasuk kategori rendah (D).
  6. Motor activities dengan nilai rata-rata sebesar 3,25 yang termasuk kategori sangat tinggi (A).
  7. Mental activities dengan nilai rata-rata sebesar 3,45 yang termasuk kategori sangat tinggi (A).
  8. Emotional activities dengan nilai rata-rata sebesar 3,15 yang termasuk kategori tinggi (B).

Secara keseluruhan, aktivitas belajar peserta didik nilai rata-rata sebesar 3,2 yang termasuk kategori sangat tinggi (A).

Pembelajaran kelima pada Kamis, 7 November 2019.

Pembelajaran dengan Metode Tari Bambu pada indikator mengelompokkan karakteristik individu berdasarkan usia anggota keluarga. Lembar kerja adalah sama untuk peserta didik. Lembar kerja berupa gambar dan kategori usia, yaitu anak-anak, remaja dan dewasa. Kategori usia disusun secara acak, misalnya anak-anak, dewasa dan remaja; remaja, anak-anak dan dewasa; remaja, dewasa dan anak-anak; dewasa, anak-anak dan remaja; dewasa, remaja dan anak-anak.

Penulis juga menjelaskan sejumlah contoh yang dimaksud, sehingga memudahkan peserta didik mengelompokkan gambar berdasarkan usia.

Penulis membagikan lembar kerja kepada peserta didik dan memberikan waktu selama lima menit untuk mengelompokkan gambar berdasarkan usia. Peserta didik menulis dengan pensil.

Penulis membagi peserta didik menjadi dua kelompok, masing-masing terdiri dari lima pasangan. Sesuai dengan petunjuk penulis, peserta didik bergeser dan berdiskusi tentang lembar kerja dengan waktu selama satu menit. Pergeseran berlanjut hingga peserta didik kembali pada posisi awal. Peserta didik kembali ke tempat duduk masing-masing dan menentukan jawaban akhir pada lembar kerja. Peserta didik menulis jawaban akhir.

Terakhir, penulis membimbing koreksi dan pembahasan pada lembar kerja secara urut. Pada peserta didik yang masih salah dilanjutkan dengan diskusi sesuai dengan lembar kerja dengan penulis.

Sesuai dengan hasil pengamatan, aktivitas belajar peserta didik sebagai berikut:

  1. Visual activities dengan nilai rata-rata sebesar 3,7 yang termasuk kategori sangat tinggi (A).
  2. Oral activities dengan nilai rata-rata sebesar 3,55 yang termasuk kategori sangat tinggi (A).
  3. Listening activities dengan nilai rata-rata sebesar 3,4 yang termasuk kategori sangat tinggi (A).
  4. Writing activities dengan nilai rata-rata sebesar 2,8 yang termasuk kategori sangat tinggi (A).
  5. Drawing activities dengan nilai rata-rata sebesar 1,65 yang termasuk kategori rendah (D).
  6. Motor activities dengan nilai rata-rata sebesar 3,6 yang termasuk kategori sangat tinggi (A).
  7. Mental activities dengan nilai rata-rata sebesar 3,55 yang termasuk kategori sangat tinggi (A).
  8. Emotional activities dengan nilai rata-rata sebesar 3,45 yang termasuk kategori sangat tinggi (A).

Secara keseluruhan, aktivitas belajar peserta didik nilai rata-rata sebesar 80,31 yang termasuk kategori sangat tinggi (A).

Pembelajaran keenam pada Jum’at, 8 November 2019.

Pembelajaran dengan Metode Tari Bambu pada indikator menaksir harga barang. Lembar kerja adalah sama untuk peserta didik. Lembar kerja berupa tabel tentang jenis barang dan harga barang tersebut. Penulis juga menunjukkan sejumlah barang yang dimaksud, jumlah uang dan uang kembalian, sehingga memudahkan peserta didik menemukan pecahan uang kembalian.

Penulis membagikan lembar kerja kepada peserta didik dan memberikan waktu selama lima menit untuk menemukan pecahan uang kembalian. Peserta didik menulis dengan pensil.

Penulis membagi peserta didik menjadi dua kelompok, masing-masing terdiri dari lima pasangan. Sesuai dengan petunjuk penulis, peserta didik bergeser dan berdiskusi tentang lembar kerja dengan waktu selama dua menit. Pergeseran berlanjut hingga peserta didik kembali pada posisi awal. Peserta didik kembali ke tempat duduk masing-masing dan menentukan jawaban akhir pada lembar kerja. Peserta didik menulis jawaban akhir. Terakhir, penulis membimbing koreksi dan pembahasan pada lembar kerja yang sama secara berpasangan. Pada peserta didik yang masih salah ditugaskan untuk praktik sesuai dengan lembar kerja dengan penulis.

Sesuai dengan hasil pengamatan, aktivitas belajar peserta didik sebagai berikut:

  1. Visual activities dengan nilai rata-rata sebesar 3,6 yang termasuk kategori sangat tinggi (A).
  2. Oral activities dengan nilai rata-rata sebesar 3,65 yang termasuk kategori sangat tinggi (A).
  3. Listening activities dengan nilai rata-rata sebesar 3,7 yang termasuk kategori sangat tinggi (A).
  4. Writing activities dengan nilai rata-rata sebesar 3,65 yang termasuk kategori sangat tinggi (A).
  5. Drawing activities dengan nilai rata-rata sebesar 1,65 yang termasuk kategori rendah (D).
  6. Motor activities dengan nilai rata-rata sebesar 3,6 yang termasuk kategori sangat tinggi (A).
  7. Mental activities dengan nilai rata-rata sebesar 3,75 yang termasuk kategori sangat tinggi (A).
  8. Emotional activities dengan nilai rata-rata sebesar 3,5 yang termasuk kategori sangat tinggi (A.

Secara keseluruhan, aktivitas belajar peserta didik nilai rata-rata sebesar 3,38 yang termasuk kategori sangat tinggi (A).

Pada Makalah Best Practice ini, pembelajaran dikembangkan dengan Metode Tari Bambu. Pembelajaran menggunakan lembar kerja, baik dengan bentuk yang sama maupun berbeda. Dalam pembelajaran tersebut, saling membantu dalam mengerjakan lembar kerja dengan cara bergeser secara berkelanjutan dalam waktu tertentu, sehingga terbentuk pasangan yang berdiskusi. Pembelajaran menjadi aktif secara fisik dan psikis, baik dengan berdiri dan bergeser maupun berdiskusi tentang lembar kerja.

Pada Makalah Best Practice ini, lembar kerja disesuai dengan materi yang relevan dengan indikator tertentu, sehingga pembelajaran dengan Metode Tari Bambu hanya pada sebagian materi tertentu saja. Lembar kerja pun dibuat beragam. Ada yang berbeda-beda, sehingga berjumlah dua puluh. Ada pula yang sama, sehingga berjumlah sepuluh. Format lembar kerja juga beragam. Ada yang menampilkan tabel, pertanyaan isian singkat maupun dengan gambar. Selain itu, pembentukan kelompok pun juga bervariasi. Kadang satu kelompok dari depan kanan dengan depan kiri, kelompok belakang kanan dan belakang kiri, sedangkan kelompok tengah dibagi menjadi dua. Pada pembelajaran lainnya kelompok depan kanan dengan kelompok belakang kiri dan variasi lainnya, sehingga peserta didik berdiskusi dengan pasangan yang berbeda-beda. Selain itu, posisi masing-masing kelompok juga bervariasi. Kadang di depan, di tengah, di belakang maupun di samping.

Pada Makalah Best Practice ini, pembelajaran pada Tema 3 Tugasku Sehari-Hari dengan Metode Tari Bambu sebagai pengembangan aktivitas belajar yang mencakup:

  1. Visual activities, meliputi membaca buku atau materi yang ditulis guru di papan tulis, memperhatikan gambar di buku atau papan tulis serta memperhatikan demonstrasi atau percobaan yang dilakukan guru maupun peserta didik lain.
  2. Oral activities, meliputi menyatakan dan merumuskan jawaban pertanyaan, bertanya kepada guru apabila ada yang kurang jelas, memberikan saran terhadap presentasi peserta didik lain, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara dan diskusi kelompok.
  3. Listening activities, meliputi mendengarkan penjelasan guru, mendengarkan percakapan dan diskusi, baik guru dengan peserta didik maupun peserta didik dengan peserta didik, mendengarkan musik, mendengarkan pidato, mendengarkan presentasi peserta didik di depan kelas.
  4. Writing activities, meliputi menulis cerita, karangan, laporan hasil percobaan dan pengamatan serta kesimpulan materi.
  5. Drawing activities, meliputi menggambar langkah-langkah terjadinya suatu peristiwa, menggambar perubahan bagan perubahan wujud, membuat grafi, peta dan diagram.
  6. Motor activities, meliputi melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
  7. Mental activities, meliputi menanggapi presentasi peserta didik lain, mengingat konsep materi, memecahkan soal yang diberikan guru, menganalisis hasil pengamatan dan percobaan, melihat hubungan antara beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya suatu peristiwa, mengambil keputusan dalam rangka menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan.
  8. Emotional activities, meliputi memiliki antusiasme yang tinggi, merasa bosan, merasa senang dan bersemangat, berani bertanya jika mengalami kesulitan, tenang dalam menjawab pertanyaan.

Analisis terhadap aktivitas belajar sesuai dengan jenis aktivitas belajar maupun secara keseluruhan. Sesuai dengan data, maka aktivitas belajar bervariasi sesuai dengan jenis lembar kerja, kelompok atau pasangan dan alokasi waktu.

Aktivitas belajar peserta didik dengan nilai rata-rata sebesar 3,11 yang termasuk kategori tinggi (B). Dari delapan jenis aktivitas belajar, tujuh jenis termasuk kategori tinggi dan hanya satu jenis yang termasuk kategori rendah (D). Drawing activities termasuk kategori rendah (D) karena tidak berkaitan dengan Metode Tari Bambu. Hal tersebut tampak sejak pembelajaran pertama, dimana Drawing activities dengan nilai rata-rata yang paling rendah. Sedangkan aktivitas belajar lainnya termasuk kategori sangat tinggi (A).

Aktivitas belajar peserta didik tidak ada yang termasuk kategori rendah (D). Secara keseluruhan, aktivitas belajar termasuk kategori tinggi (B), dimana kategori sangat tinggi (A) mencapai 50%, kategori tinggi (B) mencapai 40% dan kategori sedang (C) mencapai 10%.

Dalam K13, pembelajaran bersifat baku dan mengacu pada buku teks sesuai dengan petunjuk di dalamnya. Secara singkat, pembelajaran menjadi seragam dengan mengabaikan keragaman yang sebenarnya. Ada sedikit variasi, namun jarang sekali diterapkan, termasuk oleh penulis. Oleh sebab itu, penulis pada akhirnya memperbarui pembelajaran dengan Metode Tari Bambu.

Metode Tari Bambu merupakan metode belajar yang aktif, baik secara fisik maupun psikis. Peserta didik mendapat lembar kerja dengan format tertentu dan berdiskusi dengan pasangan-pasangan secara intensif. Sesuai dengan karakteristik tersebut, aktivitas belajar peserta didik menjadi aktif dan termasuk kategori tinggi (B) dengan nilai rata-rata sebesar 3,11. Dengan demikian, pengembangan aktivitas belajar peserta didik dengan Metode Tari Bambu termasuk kategori tinggi (B).

Sesuai dengan pembahasan di atas, maka hasil dalam Makalah Best Practice ini sebagai berikut:

  1. Pembelajaran dengan Metode Tari Bambu menggunakan lembar kerja, baik dengan format yang sama maupun berbeda.
  2. Pembelajaran dengan Metode Tari Bambu merupakan metode diskusi secara berpasangan secara intensif dengan pasangan yang berbeda-beda.
  3. Pembelajaran dengan Metode Tari Bambu mengembangkan aktivitas belajar peserta didik, sehingga termasuk kategori tinggi (B).

 

 

PENUTUP

Kesimpulan

Kesimpulan dalam Makalah Best Practice ini adalah aktivitas belajar peserta didik Kelas II A SD Negeri Ketanggi dengan Metode Tari Bambu pada Tema 3 Tugasku Sehari-Hari di Semester I Tahun Pelajaran 2019/2020 termasuk kategori tinggi (B) dengan nilai rata-rata sebesar 3,11.

Saran

Saran dalam Makalah Best Practice ini sebagai berikut:

  1. Peserta didik

Peserta didik supaya membiasakan diri belajar secara aktif, baik fisik maupun psikis sesuai dengan berbagai jenis aktivitas belajar yang potensial dalam setiap pembelajaran.

  1. Guru

Guru supaya memperbarui pembelajaran dengan metode belajar maupun strategi pembelajaran lainnya dan menindaklanjuti peserta didik dengan aktivitas belajar yang masih termasuk kategori rendah (D).

  1. Sekolah

Sekolah supaya menindalanjuti hasil Makalah Best Practice ini dengan pembaruan belajar sesuai dengan Metode Tari Bambu maupun metode belajar lainnya yang sesuai dengan karakteristik peserta didik, relevansi materi dan kondisi sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Indriasih, 2005. Pembelajaran Terpadu dalam Pengajaran IPS di Kelas III SD Garung Lor Kaliwungu Kabupaten Kudus. Tangerang: Jurnal Pendidikan Universitas Terbuka, Vol. 6, No. 1.

Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Kelulusan.

Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian.

Putra. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Yogyakarta: DIVA Press.

Rohani. 2004. Pengelolaan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana, N. 2013. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suhana, Cucu. 2014. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.

Tim Penyusun Modul PLPG. 2013. Modul PLPG. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Yamin, M. 2009. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individu Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.